Anda di halaman 1dari 14

Non-Alcoholic Fatty Liver Disease

Secara praktis dapat dibedakan menjadi perlemakan

hati alkoholik dan non alkoholik, yaitu berdasarkan adanya perubahan degeneratif dalam sel hati. Fatty liver dapat berkembang menjadi NASH (nonalcoholic steatohepatitis). Faktor risiko yang terpenting pada fatty liver adalah obesitas, konsumsi alkohol dan resistensi insulin. Angka prevalensi NASH pada penderita yang dilakukan biopsi hati sebesar 11 %. Prevalensi pada pasien obeis adalah 19% dan 2,7% pada pasien dengan berat badan normal.

Diantara individu yang mengkonsumsi 30-

60 g alkohol setiap hari selama beberapa tahun (10-20 % dari populasi), yang berkembang menjadi alcoholic steatohepatitis 85% dan yang berkembang menjadi NASH adalah 20%. Perkembangan ke arah sirosis masingmasing 10% dari pasien NASH dan 4% dari pasien ASH.

Etiologi NASH
Masih belum jelas etiologinya, kemungkinan

multifaktorial. Kondisi metabolik: obesitas, DM tipe 2, hiperlipidemia (trigliserida dan/atau kolesterol), penurunan berat badan yang cepat. Penyebab lain yang jarang adalah penyakit Wilson, abetalipoproteinemia, lipodistrophy partial dan diverticulum jejunal yang disertai pertumbuhan bakteri berlebihan.

Prosedur pembedahan: jejunoileal bypass,

reseksi usus halus, gastropeksi. Obat: amiodarone, nifedipine, diltiazem, tamoxifen, estrogen, glukokortikoid.

Patologi
NAFLD merupakan penyakit yang berspektrum

luas. Secara histopatologis dapat berbentuk fatty liver, bila hanya dijumpai infiltrasi lemak pada lebih dari 5% hepatosit, diikuti atau tidak dengan inflamasi, tetapi tidak diikuti dengan fibrosis, degenerasi balloning, ataupun Mallory bodies. Bentuk kedua disebut NASH bila terdapat injury pada zona 3 yang berupa degenerasi balloning, apoptosis atau Mallory-bodies, disertai makrosteatosis, mixed lobuler inflammation dan berbagai tingkat fibrosis.

Bentuk ketiga adalah fibrosis lanjut tanpa

kerusakan zona 3. Gambaran histopatologi bentuk ketiga ini disebut isolated portal fibrosis. Bentuk keempat adalah sirosis hepatis.

Patogenesis
Hipotesa two-hits

Adanya deposit lemak dalam hepatosit yang dapat menyebabkan degenerasi lemak hati atau penyebab steatosis. Pada DM, obesitas, alkohol mobilisasi dan uptake asam lemak di hati. Dalam mitokondria hepatosit, asam lemak bebas akan teroksidasi atau digunakan untuk mensintesa trigliserida, fosfolipid dan kolesterol ester. Jika suplai asam lemak bebas terlalu berlebihan, akan menyebabkan akumulasi trigliserida.

Hit yang kedua : fatty liver akan menjadi

lebih mudah mengalami fibrotisasi dan berlanjut menjadi steatohepatitis. Faktorfaktor yang sangat berpengaruh adalah: oxidative stress, hipoadiponektin, sitokin proinflamasi, uncoupling protein 2 (UCP-2 ), dan peningkatan ekspresi PPAR (peroxysome-proliferator activated receptor).

Diagnosis
Diagnosis NAFLD ditegakkan berdasarkan hasil

pemeriksaan histopatologi. Karena biopsi hati sering tidak dapat dilakukan diagnosis presumtive NAFLD disusun berdasarkan hasil pemeriksaan klinik, tes faal hati, dan pemeriksaan imaging biasanya ultrasonografi. Sebagian besar pasien NAFLD asimtomatis, keluhan tidak khas: cepat lelah, lesu, rasa penuh pada perut kanan atas dan sebah. Kadang-kadang timbul gangguan motilitas saluran cerna atas/kembung.

Fase awal / steatosis, ALT>AST dan rasio SGPT:SGOT

kurang dari 1. GGT dan alkali fosfatase kadang-kadang meningkat kolestasis intrahati. Ferritin dan saturasi transferin meningkat. Bila ada penyakit hati lanjut: bilirubin serum meningkat, albumin serum menurun, waktu protrombin plasma memanjang. USG cukup baik untuk menilai steatosis bila derajat steatosis sudah > 30%. Pada stadium awal bright liver.

Pengelolaan
Tujuan terapi NAFLD: mencegah progresivitas dari steatosis

sederhana menjadi NASH, dari NASH berlanjut menjadi sirosis hati dan Ca hepatoseluler. Terapi terhadap faktor-faktor risiko: 1. Koreksi obesitas dengan diet rendah kalori dan latihan fisik. 2. Regulasi glukosa darah, terutama dengan oral anti diabetic golongan thiazolidinediones, dilaporkan dapat memperbaiki gambaran biokimiawi dan histopatologi NASH. Preparat metformin secara biokimiawi dapat memperbaiki NASH. 3. Kontrol terhadap hiperlipidemia baik dengan diet ataupun dengan obat hipolipemik. Contoh clofibrate, gemfibrozil.

Obat-obat yang lain:

1. Asam ursodeoksikolat 2. Anti oksidan, misalnya alfa tokoferol, Nacetylcysteine 3. Antibiotika yang tepat dapat diberikan bila dijumpai pertumbuhan bakteri berlebihan. 4. Angiotensin II receptor antagonist

Prognosis
NASH bila tidak diobati cenderung

berkembang menjadi fibrosis dan bahkan sirosis dalam kurun waktu 5-10 tahun pada 10% pasien. Pasien diabetes melitus (12%) pernah dilaporkan akan meninggal dalam 10 tahun akibat komplikasi penyakit hati.

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai