Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

KARAKTER MUSLIM PARIPURNA (KAFFAH)

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Akhlak Tasawuf

Dosen Pengampu : Prof. Dr. H. Asep Usman Ismail, M.A.

Disusun Oleh Kelompok 1 :


Irma Ferdianti (11210510000061)
Ahmad Farouq Mairiandy (11210510000042)
Ahmad Najib (11210510000043)
Alfentania Mutiara Fanisa (11210510000044)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM

2021-2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan YME yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan Tugas Makalah Mata
Kuliah Akhlak Tasawuf ini tepat pada waktunya. Makalah ini telah kami susun dengan
maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai sumber sehingga dapat memperlancar
pembuatan makalah ini. Tujuan penulisan Tugas Makalah ini adalah untuk
menyelesaikan tugas yang telah diberikan oleh guru Mata Kuliah Akhlak Tasawuf. Kami
selaku penulis menyadari bahwa Tugas Makalah Akhlak Tasawuf ini jauh dari
kesempurnaan untuk itu, diharapkan kritik dan saran yang dapat membangun untuk lebih
baik di masa yang akan datang. Kami selaku penulis menyadari bahwa Tugas Makalah
Pengantar Sosiologi ini jauh dari kesempurnaan untuk itu, diharapkan kritik dan saran
yang dapat membangun untuk lebih baik di masa yang akan datang.

Penyusun menyampaikan terima kasih kepada Prof. Dr. H. Asep Usman Ismail,
M.A. selaku dosen pengampu Mata Kuliah Akhlak Tasawuf yang telah memberikan
bimbingan sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Penyusun berharap makalah ini
bermanfaat dalam menambah aspek ilmu pengetahuan serta wawasan.

Tiada gading yang tak retak, demikian pula pada makalah ini. Oleh karena itu,
penyusun mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata yang kurang berkenan dan
diharapkan kritik dan saran yang membangun penyusun harapkan dari pembaca makalah
ini.

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………….i

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………...ii

A. Latar Belakang……………………………………………………1
B. Rumusan Masalah………………………………………………...2
C. Manfaat Penulisan………………………………………………...2

BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………3
A. Pengertian Karakter………….……………………………………3
B. Pengertian Karakter Muslim……………………………………....4
C. Ciri-ciri Khusus Karakter Muslim….……………………………..7
D. Proses dan Tahapan Menjadi Muslim Paripurna………………….10
E. Krisis Karakter Muslim……………………………………………12

BAB III PENUTUP………………………………………………………13

DAFTAR PUSAKA………………………………………………………14
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Negara yang bermartabat dan disegani adalah negara yang tidak hanya memiliki
keberhasilan dalam memperoleh tujuan yang ditentukan oleh melimpahnya sumber daya
alam, tetapi ditentukan oleh kualitas sumber daya manusianya. Eksistensinya sangat
ditentukan oleh kualitas karakter yang dimiliki yang mampu menjadikan dirinya
dipandang oleh yang lain dan sebagai pendukung utama dalam pembangunan nasional.

Saat ini banyak diperbincangkan mengenai krisis moral yang mewabah di negara
ini. Terbukti dengan banyaknya berita mengenai kekerasan, kasus narkoba, pembunuhan,
sampai kasus korupsi dari tingkat tinggi ke tingkat yang paling rendah sudah merajalela.
Pentingnya pembentukan kualitas karakter menjadi bentuk keprihatinan atas banyaknya
kasus dalam konteks kebangsaan.

Hal ini sangat ironis bagi penduduk Indonesia yang mayoritas beragama Islam
kebanyakan adalah pelaku utama tindakan amoral. Islam telah mengajarkan bahwa
manusia yang baik adalah manusia yang berkarakter baik. Islam sudah memberikan
rambu-rambu mengenai karakter melalui perilaku Rasulullah SAW. Sejak awal,
Rasulullah SAW menegaskan bahwa dirinya diutus untuk menyempurnakan akhlak.
Alquran sendiri mendefinisikan dirinya sebagai nasihat, pembeda, dan pengingat. Artinya
bahwa risalah yang diwahyukan kepada Rasulullah SAW memperbaiki kebobrokan
moral yang mendera masyarakat dengan berbasis ketauhidan.

Menjadi seorang muslim itu harus sempurna apalagi dalam berhubungan dengan
Allah dan hubungan dengan sesama serta lingkungan. Islam adalah akidah dan akhlak
(moral), jika dilaksanakan kesempurnaan dalam islam tentu dapat mewujudkan misi
islam sebagai rahmat yang dibawa oleh Rasulullah SAW.
Untuk itu, penduduk Indonesia harus mengerti bahwa mereka sudah memiliki
pedoman untuk membangun karakter yang baik dengan mengikuti contoh-contoh yang
sudah diterapkan Rasulullah SAW.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian karakter?


2. Apa pengertian karakter muslim?
3. Bagaimana proses menjadi muslim yang berkarakter Islami?
4. Apa pengertian Krisis karakter?
5. Apa saja penyebab dan indikator terjadinya krisis karakter?
6. Bagaimana solusi untuk mencegah terjadinya krisis karakter?

C. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui pengertian karakter muslim.


2. Mengetahui proses menjadi muslim yang berkarakter Islami.
3. Mengetahui pengertian krisis .
4. Mengidentifikasi penyebab dan indikator terjadinya krisis karakter
5. Mengetahui solusi dan tindak pencegahan terhadap terjadinya krisis karakter.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Karakter

Karakter merupakan unsur inti yang terdapat dalam diri manusia yang dapat
membentuk karakter psikologi seseorang dan membuatnya berperilaku sesuai dengan
dirinya dan nilai yang cocok dengan dirinya dalam kondisi yang berbeda-beda. Banyak
tokoh dan para ulama telah menjelaskan definisi secara terminologi dari karakter itu
sendiri, diantaranya:

Kata karakter berasal dari bahasa Yunani yang berarti "to mark" (menandai) dan
memfokuskan, bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau
tingkah laku. Oleh sebab itu, seseorang yang berperilaku tidak jujur, kejam, atau rakus
dikatakan sebagai orang yang berkarakter jelek, sementara seoarang yang berperilaku
jujur, suka menolong dikatakan sebagai orang yang berkarakter mulia. Jadi istilah
karakter erat kaitanya dengan personality (kepribadian) seseorang. Seseorang bisa disebut
orang yang berkarakter (a person of character) apabila perilakunya sesuai dengan kaidah
moral.1

Pengertian karakter menurut Pusat Bahasa Depdiknas adalah bawaan, hati, jiwa,
kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat, temperamen, watak.
Adapun yang dimaksud berkarakter adalah berkepribadian, berperilaku, bersifat,
bertabiat, dan berwatak. Sebagian menyebutkan karakter sebagai penilaian subjektif
terhadap kualitas moral dan mental, sementara yang lainya menyebutkan karakter sebagai
penilaian subjektif terhadap kualitas mental saja, sehingga upaya mengubah atau
membentuk karakter hanya berkaitan dengan stimulasi terhadap intelektual seseorang.

1
Zubaedi, "Desain Pendidikan Karakter", (Jakarta : Kencana Prenada Media Group,2012,Cet.2) hlm.12
Dalam istilah psikologi, yang disebut karakter adalah watak perangai sifat dasar
yang khas satu sifat atau kualitas yang tetap terus menerus dan kekal yang dapat dijadikan
ciri untuk mengidentifikasi seorang pribadi.2

B. Pengertian Karakter Muslim

Karakter muslim adalah sifat sifat positif yang diterapkan dari nilai nilai dalam
agama islam, keimanan seseorang dinilai dari ketakwaannya kepada Allah SWT, yang
mana dapat menjadikan pribadi yang mencerminkan perilaku yang sesuai dengan Alquran
dan hadis.kata “kepribadian” ditambah dengan “muslim”, sehingga menjadi kepribadian
muslim. Kepribadian muslim sendiri berarti kepribadian yang menunjukkan tingkah laku
luar, kegiatankegiatan jiwa, filsafat kehidupan dan kepercayaan seorang Islam.3

kepribadian muslim adalah tingkah laku seorang muslim yang dimiliki oleh
seseorang dan menjadi ciri khas kepribadian yang membedakan seseorang tersebut
dengan orang lain, karena sikap dan tingkah lakunya menunjukkan pengabdian kepada
Tuhan, penyerahan diri kepada-Nya. Kepribadian muslim adalah “pengalaman
sepenuhnya ajaran Allah dan Rasulnya.4Kepribadian Muslim merupakan identitas yang
dimiliki oleh seseorang sebagai ciri khas dari keseluruhan tingkah laku lahiriyah maupun
batiniyah.5 Kepribadian manusia yang ideal menurut Islam, dicontohkan pada sosok Nabi
Muhammad Saw. Pada diri beliaulah yang sebenar-benarnya terjadi keseimbangan antara
tubuh dan jiwa sehingga mewujudkan bentuk kepribadian yang hakiki dan sempurna.6

Kepribadian muslim adalah kepribadian yang seluruh aspek-aspeknya


merealisasikan atau mencerminkan ajaran Islam. Kepribadian muslim juga dapat
diartikan kepribadian yang seluruh aspekaspeknya baik tingkah laku luarnya, kegiatan-
kegiatan jiwanya maupun filsafat hidup dan kepercayaan menunjukkan pengabdian

2
Ramayulis, "Ilmu Pendidikan Islam", (Jakarta : Kalam Mulia Group, 2012, Cet.9) hlm. 510.
3
.Sidi Gazalba, Pendidikan Umat Islam (Cet.IV; Jakarta: Rajawali Pers, 1994), hlm. 92
4
Abu Ahmadi dan Noor Salimi. Dasar Dasar Pendidikan Agama Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hlm.
69.
5
Abdul Khobir, Filsafat Pendidikan Islam (Pekalongan STAIN Pekalongan Press, 2007),hlm. 129.
6
Purwa Atmaja Prawita, Psikologi Kepribadian dengan Perspektif Baru, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,
2013) hlm. 332.
kepada Tuhan dan penyerahan diri kepadaNya. Menurut Muhammad Zein bahwa
kepribadian muslim tidak akan terlepas dari tiga aspek yaitu: Iman, Islam dan Ihsan.7

Proses Menjadi Muslim Berkarakter Islami

Untuk menjadi Muslim yang berkarakter Islami kita dapat melakukan hal sebagai
berikut.

1. Mengisi akal dan pikiran dengan ilmu pengetahuan agama islam

Akal adalah pemberian terbaik yang diberikan oleh Allah kepada manusia,dengan
menigisi akal dengan ilmu pengetahuan maka akan terlihat kebenaran dari pada
kebatilan,dan dengan ilmu pengetahuan makan akan tercipta akhlak yang baik pada diri
sendiri sehingga dapat menjauhkan diri dari sifat sifat buruk yang akan terjadi

2. Bergaul dengan orang orang orang yang baik

Karena pada hakikatnya Manusia niru perbuatan yang dilakukan oleh orang lain
mencontohkan dan menjadikan segala perbuatan menjadi di cerminan untuk diri sendiri
karena teman yang baik akan memberikan dampak yang baik begitu pula dengan teman
yang buruk akan memberikan dampak yang buruk

3. Meninggalkan sifat pemalas

Perbuatan malas adalah perbuatan syaitan karena dengan malas manusia akan
rusak karena tidak menjadikan dirinya untuk lebih produktif. dan itu akan memacu kepada
penyesalan di akhir orang-orang yang malas akan kan jatuh kepada kehinaan dan orang-
orang yang berbahagia adalah orang yang banyak amal perbuatannya dan banyak jasanya
kepada masyarakat

7
Hamdani Ihsan dan Fuad Ihsan, Filsafat Pendidikan Islam (Cet. Ke-2 revisi; Bandung:Pustaka Setia,
2001) hlm. 20.
4. Merubah kebiasaan buruk

Semua orang memiliki tabiat yang buruk maka alangkah baiknya untuk
mengubah nya sedikit-sedikit untuk Memperbaiki dirinya sedikit demi sedikit dan dan
untuk meninggalkan sifat-sifat yang buruk memerlukan kemauan yang keras dan tekad
yang kuat .

Untuk menjadi muslim yang berkarakter Islami dibutuhkan aqidah dan iman yang
kuat yang menjadikan manusia lebih percaya akan adanya Tuhan Yang Maha Esa yaitu
Allah Subhanahu Wa Ta'ala percaya akan rukun iman dan rukun Islam serta menjunjung
nilai-nilai yang terkandung di dalam Alquran dan Sunnah dan tak lupa menjunjung tinggi
nilai-nilai Pancasila serta mengamalkannya di kehidupan sehari-hari.

C. Ciri-Ciri Khusus Karakter Muslim

Untuk menjadi muslim sejati, Hasan Al-Banna merumuskan 10 karakteristik


muslim yang dibentuk didalam madrasah tarbawi. Menurut beliau, karakter ini
merupakan pilar pertama terbentuknya masyarakat Islam. Ke -10 karakter tersebut
adalah :

a. Salimul aqidah (bersih akidahnya)

Aqidah yang bersih (salimul aqidah) merupakan salah satu karakter menjadi
muslim sejati yang harus ada pada setiap muslim. Dengan aqidah yang bersih, maka
seorang muslim tersebut memiliki ikatan yang kuat kepada Allah SWT dan juga tidak
akan pernah menyimpang dari apa yang telah ditentukan. Sebagaimana Allah SWT
berfirman: “Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan mati ku, semua bagi Allah
Tuhan semesta alam.(QS 6:162). Karena pada dasarnya memiliki aqidah yang bersih itu
sangatlah penting.

b. Shahihul ibadah (benar ibadahnya)

Ibadah yang benar merupakan salah satu perintah Rasulullah yang penting. Dan
ibadah yang sebagai tolak ukur amal yang pertama atau salah satu ibadah yang utama
dinilai adalah shalatnya. Hingga Rasulullah Saw menyatakan: “shalatlah kamu
sebagaimana kamu melihat aku shalat.” Dari ungkapan Rasulullah diatas sudah cukup
jelas bahwa dari segala macam perbuatan atau setiap beribadatan haruslah merujuk
kepada sunah rasul Saw.

c. Matinul khuluq (kokoh akhlaknya)

Akhlak yang kokoh atau akhlak yang mulia merupakan salah satu bagian
terpenting juga bagi setiap muslim. Baik dalam hubungannya kepada Allah maupun
dengan makhluk-nya. Karena memiliki akhlak yang mulia manusia akan hidup bahagia
dunia dan akhirat. Maka Rasulullah diutus ke bumi untuk memperbaiki atau
menyempurnakan akhlak para hambanya dan Rasulullah pun telah mencontohkan nya
kepada kita. Sesuai firman Allah SWT yang artinya: “dan sesungguhnya kamu benar-
benar memiliki akhlak yang agung.” (QS 68:4).

d. Qowiyyul jismi (kuat jasmaninya)

Kuat jasmaninya juga point penting yang harus ada pada setiap muslim. Karena
untuk menjalankan ibadah-ibadah yang Allah perintahkan seperti shalat, puasa, zakat,
dan haji, ataupun segala sesuatu amalan yang harus dikerjakan dengan fisik, kita harus
memiliki fisik yang kuat dan sehat. Apalagi jihad dijalan Allah SWT. Oleh karena itu,
kesehatan jasmaninya harus sangat di perhatikan bagi setiap seorang muslim. Maka
Rasulullah Saw bersabda: “mu’min yang kuat lebih aku cintai daripada mu’min yang
lemah (HR. Muslim)

e. Mutsaqqoful Fikri (intelek dalam berpikir)

Intelek dalam berpikir atau memiliki wawasan yang luas adalah salah satu sisi
pribadi muslim yang penting. Karena salah satu sifat yang dimiliki Rasulullah adalah
Fatonah (cerdas) dan di Al-Quran juga banyak menerangkan ayat-ayat yang merangsang
kita untuk berpikir. Karena didalam Islam sendiri tidak ada satupun perbuatan yang kita
lakukan, kecuali harus dimulai dengan berpikir. Karenanya seorang muslim harus
memiliki wawasan yang luas dan keilmuan yang luas.
f. Mujahadatun linafsih (kuat melawan hawa nafsu)

Berjuang dalam melawan hawa nafsu merupakan kepribadian yang harus


dimiliki di setiap muslim. Karena semua manusia pasti pasti memiliki kecenderungan
hati pada yang baik dan yang buruk. Oleh karena itu hawa nafsu yang ada pada setiap
diri manusia harus diupayakan untuk tunduk pada ajaran Islam. Rasulullah Saw
bersabda: “tidak beriman seseorang dari kamu sehingga ia menjadikan hawa nafsunya
mengikuti apa yang aku bawa (ajaran Islam). (HR hakim).

g. Haritsun ‘ala waqtihi (sungguh-sungguh menjaga waktunya)

Pandai menjaga waktu adalah faktor penting bagi manusia. Karena banyak
sebagian manusia yang lalai akan waktu, tidak disiplin dengan waktu yang diberikan.
Padahal Allah SWT banyak bersumpah didalam Al-Qur’an dengan menyebut nama
waktu, seperti : waktu Dhuha, waktu ashar,waktu fajar, waktu malam, dll. Maka dari itu
kita harus pandai-pandai dalam memanage waktu agar waktu yang telah kita lalui tidak
sia-sia begitu saja. Maka diantara yang disinggung oleh nabi Saw adalah memanfaatkan
lima perkara sebelum datang lima perkara, yakni waktu hidup sebelum mati, sehat
sebelum sakit, muda sebelum tua, senggang sebelum sibuk, kaya sebelum miskin.

h. Manazhzhamun fi syu’nihi (teratur dalam semua masalah)

Teratur dalam segala urusan salah satu kepribadian yang harus ditekankan pada
setiap manusia. Didalam hukum Islam sudah tertata rapih dalam menyelesaikan segala
urusan atau masalah baik itu terkait Ubudiyah maupun muamalahnya. Bersungguh-
sungguh, bersemangat dan berkorban, adanya kontinuitas dan berbasis ilmu
pengetahuan merupakan diantara yang mendapat perhatian secara serius dalam
menunaikan tugas-tugasnya.

i. Qodirun ‘ala kasbi (mampu berusaha sendiri)

Mampu berusaha sendiri atau bisa kita sebut harus mandiri merupakan suatu
yang amat diperlukan. Tidak sedikit banyak orang, masalah yang sering dihadapi adalah
masalah ekonomi. Oleh karena itu perintah mencari nafkah sangatlah banyak didalam
Al Qur’an maupun hadist dan itu memiliki keutamaan yang penting.
j. Naafi’un lighoiri (bermanfaat bagi orang lain)

Bermanfaat bagi orang lain adalah suatu tuntunan bagi setiap muslim. Dengan
hal ini berarti seorang muslim harus selalu berpikir bagaimana cara agar setiap pribadi
ini bermanfaat bagi orang sekitar. Jangan sampai kita sebagai muslim Tidak ada
kontribusi atau berperan penting di masyarakat. Dalam kaitan inilah Rasulullah Saw
bersabda: “sebaik-baiknya manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain” (HR
qudy dan Jabir).

Itulah 10 karakteristik untuk menjadi muslim sejati sesuai yang telah diajarkan
Rasulullah kepada kita. Karena kita sebagai muslim harus kembali merujuk apa yang
telah sudah ditetapkan yakni Al-Qur’an dan Al hadits.

D. Proses dan Tahapan Menjadi Muslim Paripurna

Dalam proses menjadi muslim paripurna, akhlak merupakan pondasi dasar dalam
diri yang akan menjadi bagian penting dari masyarakat. Akhlak memiliki nilai mutlak
yang ada dalam Islam, yakni akhlak baik dan buruk yang dapat diterapkan dalam
kehidupan. Akhlaklah yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Akhlak yang
Islami adalah akhlak yang bersumber pada ajaran Allah dan Rasulullah. Di dalam Alquran
banyak ditemukan pokok-pokok pembicaraan tentang akhlak, seperti perintah berbuat
baik, jujur, pemaaf, adil, dan sebagainya. Semuanya merupakan suatu karakter mulia
yang harus dimiliki oleh setiap manusia.

Di samping itu, Rasulullah SAW sebagai pengemban risalah Ilahi dibekali


kelebihan agar dapat membimbing umatnya dalam mempraktikkan pesan-pesan risalah
yang dibawanya dalam aktivitas kehidupan. Rasulullah SAW bukan hanya penyampai
risalah, namun lebih dari itu, beliau adalah panutan dan teladan dalam pengamalan pesan
syariat.8

8M. Imam Pamungkas, Akhlak Muslim Modern Membangun Karakter Generasi Muda, Bandung: Marja,
2012), hlm. 35.
Tahapan untuk mewujudkan muslim yang kaffah pernah dikatakan oleh salah satu
ulama Indonesia, pengasuh Pondok Pesantren Al-Munawwir Krapyak, Yogyakarta, yaitu
K.H. Ali Maksum. Ia memberikan penjelasan bahwa seseorang bisa menjadi muslim
kaffah jika, pertama, orang tersebut harus mempelajari apa dan bagaimana itu Islam.
Tidak hanya belajar Islam secara simbolis, emosional, dan instan, tetapi berupaya
memahami ajaran-ajaran Islam dengan baik dan benar, sabar dan mendalam. Kedua,
setelah mempelajari juga perlu untuk diamalkan dan diajarkan kembali. Untuk bisa
mengajarkan kembali, seseorang harus mendapatkan ilmu dari seorang guru yang
mumpuni dalam sebuah ilmu agama. Sehingga mempunyai sanad keilmuan yang jelas
dan mengurangi pemahaman yang melenceng ketika mengajarkan ilmu. Ketiga, sabar
dalam berjuang bersama Islam. Allah SWT bersama orang-orang yang sabar . Sabar
memang mudah diucapkan, tetapi tak gampang untuk dilakukan. Sehingga sabar
merupakan modal besar dan istimewa bagi seorang muslim dalam mengarungi
kehidupan. Keempat, memiliki keyakinan terhadap perjuangan Islam. Yakin ini sangat
terkait dengan iman yang kokoh. Keyakinan dalam memahami dan mengamalkan ajaran
Islam harus disertai dengan iman dan ihsan untuk memastikan bahwa perilaku baik
kepada orang lain merupakan buah dari memahami agama itu sendiri.9

Berdasarkan tahapan tersebut, dapat ditegaskan bahwa belajar Islam memang


harus melalui berbagai tahap dan tidaklah instan. Islam adalah agama yang sempurna jadi,
muslim yang beriman harus mengikuti ajaran Islam seluruhnya tidak hanya setengah-
setengah karena Allah SWT telah memerintahkan untuk mengikuti dan menerapkan
ajaran-ajaran dalam Islam.

9
Fathoni Ahmad, Mewujudkan Pribadi Muslim yang Kaffah,
https://www.nu.or.id/post/read/122746/mewujudkan-pribadi-muslim-yang-kaffah pada tanggal 22
September 2021 pukul 13.01 WIB
E. Krisis Karakter Muslim

Krisis karakter merupakan sebuah fenomena dimana karakter seorang


mengalami penurunan kualitas, menjadi tidak stabil, dan cenderung berubah menjadi
buruk dan akan menyebabkan kelangkaan etika dan moral. Krisis karakter dapat terjadi
pada individu maupun kelompok. Seseorang yang mengalami krisis karakter akan
banyak melakukan penyimpangan, sulit diatur, dan hanya bertindak semaunya sendiri
tanpa memikirkan dampak yang akan terjadi. Krisis karakter akan berdampak pada
krisis kemanusiaan yang akan menyebabkan manusia tercabut dari nilai nilai
kemanusiaan.10 Krisis karakter dapat menimpa siapa pun tanpa terkecuali. Seorang
muslim pun dapat mengalami krisis karakter jika kualitas keimanan dan ketakwaannya
berkurang. Pada dasarnya karakter yang mengalami krisis dapat diubah dan
ditingkatkan, namun mengubah karakter seseorang akan sangat sulit karena karakter
tersebut sudah melekat, mengakar, dan tertanam dalam diri seseorang.
a. Indikator Krisis Karakter Muslim
Indikator krisis karakter muslim dapat ditinjau dari dua aspek, yaitu aspek sosial
dan aspek religi. Aspek sosial merupakan aspek yang terkait hubungan seorang muslim
dengan sesama manusia. Sedangkan aspek religi merupakan aspek yang terkait
hubungan seorang muslim dengan Allah SWT.
Secara aspek sosial, muslim dapat dikatakan mengalami krisis karakter apabila
hubungan sosialnya dengan orang lain menurun, bahkan memburuk. Hal ini ditandai
dengan adanya penyimpangan sosial dan pelanggaran norma yang berlaku
dimasyarakat. Penyimpangan sosial dapat berupa menurunnya keharmonisan antar
sesama masyarakat muslim, dapat berupa tindakan provokatif yang memicu terjadinya
kerusuhan dan permusuhan di masyarakat, dapat berupa kenakalan seperti tawuran dan
pergaulan bebas di kalangan remaja, dan dapat berupa kejahatan seperti pencurian,
begal, pelecehan seksual, zina, dan pembunuhan. Sedangkan pelanggaran norma di
masyarakat dapat berupa penurunan kualitas etika dan tata krama Kepada sesama
masyarakat, khususnya kepada orang yang lebih tua.

10
Mirza Rohike, Krisis Akhlak Pada Kehidupan Beragama Remaja di Kelurahan Sukabumi Kota Bandar
Lampung, Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung tahun 2019, hal 19.
Adapun secara aspek religi, muslim disebut mengalami krisis karakter jika
kualitas keimanan, ketakwaan, dan ibadahnya kepada Allah menurun. Krisis karakter
muslim dalam aspek religi dapat dilihat dari dua sisi, yaitu sisi individu dan sisi
kelompok (jama’ah). Dari segi individu krisis karakter muslim dapat berupa kualitas
sholatnya yang masih kurang baik, sering tidak khusyuk dan tidak tepat waktu, bahkan
tidak sholat, dapat berupa fanatisme yang berlebihan terhadap suatu golongan atau
madzhab yang dianut, mudah mengkafir kafirkan orang lain, dan dapat berupa
menurunnya rasa percaya dan rasa takut kepada Allah SWT. Sedangkan dari segi
kelompok (jama’ah), krisis karakter muslim dapat terlihat dari kekompakan dan
persatuan masyarakat muslim yang semakin berkurang. Hal ini dapat dilihat dari
jama’ah sholat lima waktu yang semakin sedikit, masjid masjid yang sepi, pengajian
pengajian sepi, dan generasi muda umat Islam yang kurang berminat dengan acara acara
keagamaan dan majelis majelis taklim, mereka lebih senang menghadiri konser musik,
pertandingan sepak bola, atau menonton film, YouTube, dan tiktok di gadget mereka.

b. Penyebab Krisis Karakter Muslim


Pada hakikatnya, agama Islam adalah agama yang mengajarkan umatnya untuk
selalu berperilaku baik dan mengedepankan akhlak terpuji. Hal ini sejalan dengan
fungsi diutusnya Rasulullah Muhammad SAW ke muka bumi ini salah satunya adalah
untuk menyempurnakan akhlak umat Islam khususnya dan umat manusia pada
umumnya. Betapa pentingnya membangun karakter yang baik dalam kehidupan di
dunia yang singkat ini. Seseorang yang Karakternya baik akan mudah diterima oleh
masyarakat dan hidupnya akan aman dan damai. Sebaliknya, orang yang karakternya
buruk akan mendapat perlakuan buruk pula oleh masyarakat, dan hidupnya akan resah
dan gelisah. Masyarakat tegas dalam memberikan tindakan kepada orang yang mereka
anggap menyimpang dari norma dan budaya yang ada di lingkungan mereka. Karena itu
terkadang masyarakat hanya menghakimi seseorang yang karakternya buruk tanpa
menelusuri sebab sebab orang tersebut berperilaku menyimpang. Maka, sekarang
banyak terjadi krisis karakter dimana mana dan salah satu sebabnya adalah karena
Kurangnya perhatian masyarakat tentang penyebab seseorang berkarakter buruk.
Kebanyakan orang yang mengalami krisis karakter adalah mereka yang sedang dalam
fase remaja. Karena itu, Zakiyah Derajat menyebutkan hal hal yang dapat menjadi
penyebab krisis karakter dikalangan remaja sebagai berikut :
1. Kurang tertanamnya jiwa jiwa agama pada tiap tiap orang oleh
masyarakat.
2. Keadaan masyarakat yang kurang stabil baik dari segi ekonomi, sosial,
dan politik.
3. Suasana keluarga yang kurang baik.
4. Kurang adanya bimbingan untuk mengisi waktu luang dengan cara yang
baik dan membawa kepada pembinaan akhlak.
5. Diperkenalkan secara popular obat obat dan alat alat anti hamil.
6. Banyaknya tulisan tulisan, gambar gambar, siaran siaran yang tidak
mengindahkan dasar dasar tuntunan akhlak.
7. Tidak ada atau kurangnya markas markas bimbingan dan penyuluhan bagi
anak anak dan pemuda.11
Berdasarkan pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa sebab sebab terjadinya
krisis karakter sebagian besar adalah akibat faktor religi dan faktor sosial. Pada
dasarnya agama adalah tuntunan bagi seseorang untuk membangun karakter dan
kepribadian yang baik dan berkualitas, namun akibat Kurangnya pengetahuan dan ilmu
agama menjadikan orang tersebut terjebak dalam krisis karakter. Begitupula lingkungan
sosial, pada dasarnya masyarakat juga mengemban peran penting dalam membentuk
dan menanam karakter dan kepribadian yang sesuai dengan norma norma sosial yang
berlaku. Tetapi, karena masyarakat kurang perhatian dalam membentuk karakter dan
kepribadian seseorang, menjadikan orang tersebut tidak berperilaku sesuai dengan
norma norma sosial yang berlaku. Selain itu, salah satu penyebab krisis karakter adalah
karena efek globalisasi. Globalisasi membuat budaya budaya bangsa asing dapat dengan
mudah masuk ke masyarakat kita. Tidak hanya masuk, bahkan menjadi tren di
masyarakat khususnya para remaja. Banyak remaja yang mengikuti penampilan orang
barat yang terkesan mengundang maksiat dan perilaku perilaku mereka yang banyak
menyimpang dari ajaran agama Islam. Krisis karakter di negara kita memang sudah
parah dan sulit untuk diatasi.

11
Asep Usman Ismail, Revitalisasi Etika. Demokrasi di Indonesia Melalui Pendekatan Tasawuf, hal 1-2.
c. Solusi mengatasi krisis Karakter
Karakter sangat sulit untuk diubah. Apalagi karakter yang buruk, cepat
menularnya , sulit hilangnya. Walaupun demikian, tetap harus ada usaha untuk merubah
karakter buruk menjadi baik. Setiap masalah pasti ada solusinya. Begitu pula dengan
masalah krisis karakter. Ada berbagai solusi dan cara untuk menghentikan krisis
karakter. Solusi untuk mengatasi krisis karakter dibagi menjadi tiga tindakan, yaitu
tindakan kuratif, tindakan preventif, dan tindakan promotif.
(a) Tindakan Kuratif
Tindakan kuratif berarti suatu tindakan yang dapat menyembuhkan atau
mengobati. Tindakan kuratif terhadap krisis karakter berarti suatu tindakan yang berupa
tahapan tahapan yang dapat menyembuhkan krisis karakter. Tindakan kuratif ditujukan
bagi mereka yang sudah terlanjur mengalami krisis karakter. Tindakan kuratif dapat
berupa pembinaan, pemasyarakatan, dan rehabilitasi. Orang yang mengalami krisis
karakter dibina dan di beri pendidikan karakter sedikit demi sedikit supaya lama
kelamaan karakter baik akan tertanam dalam dirinya.12
(b) Tindakan Preventif
Tindakan preventif berarti suatu tindakan yang sifatnya mencegah. Tindakan
preventif terhadap krisis karakter berarti tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah
adanya terjadinya krisis karakter. Banyak hal yang dapat dilakukan untuk
meminimalisir terjadinya krisis karakter. Tindakan preventif dapat berupa nasehat untuk
menghindari hal hal yang dianggap buruk dan dapat pula berupa larangan. Tindakan
preventif dapat dimulai dari lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat, dan
lingkungan sekolah. Keluarga dapat melakukan pencegahan dan pengawasan dengan
memberikan perhatian terhadap pergaulan anak, mengawasi pergaulannya, dan
melarang anak untuk ikut ikutan pergaulan yang tidak jelas. Keluarga, khususnya orang
tua dapat memasukkan anak ke sekolah yang berbasis agama Islam atau ke pondok
pesantren agar anak mendapatkan pendidikan karakter yang lebih intensif dan
mendalam. Masyarakat juga mengemban peran penting dalam proses terbentuknya

12
Surianti, Metode Preventif Kuratif Dalam mencegah penyimpangan Seksual Remaja Perspektif
Konseling Islam, Institut Agama Islam Muhammadiyah Sinjai Volume 1 Nnomor 1 Tahun 2019, hal 29.
karakter seseorang. Masyarakat dapat melakukan pencegahan krisis karakter dengan
mengadakan agenda agenda yang bersifat gotong royong, membangun, dan bermanfaat.
Peran sekolah juga sangat penting dalam membasmi krisis karakter. Sekolah dapat
melakukan 13pencegahan krisis karakter dengan mengoptimalkan pendidikan karakter
dan mengadakan praktikum yang dapat menguatkan karakter siswa. Sekolah diharapkan
menjadi wadah yang mampu mencetak generasi yang berkarakter dan berakhlak mulia.
(c) Tindakan Promotif
Tindakan promotif berarti suatu tindakan yang sifatnya mengajak dan
membujuk. Tindakan promotif terhadap krisis karakter berarti tindakan yang mengajak
dan membujuk seseorang agar terhindar dari krisis karakter. Tindakan promotif dibagi
menjadi dua, yaitu tindakan promotif secara langsung dan tidak langsung. Tindakan
promotif secara langsung dapat dilakukan dengan berdakwah di masjid, di lapangan,
maupun di majelis majelis ilmu. Seorang pendakwah mengajak umat untuk
meningkatkan kualitas karakter dan menjauhi tindakan dan perilaku yang dapat
menimbulkan krisis karakter. Sedangkan tindakan promotif secara tidak langsung dapat
dilakukan melalui media informasi baik cetak maupun digital. Ajakan untuk
menghindari tindakan penyebab krisis karakter dapat di tuangkan melalui video, poster,
artikel, cerita, infografis, dan yang lainnya.
Dengan tiga tindakan diatas, diharapkan mampu mengatasi krisis karakter yang
semakin memburuk. Memang solusi tersebut belum tentu mampu mengatasi krisis
karakter seutuhnya, tetapi dengan menerapkan solusi solusi penanganan yang tepat
dapat mengurangi terjadinya krisis karakter yang semakin hari semakin tidak terkendali.

13
Surianti, Metode Preventif Kuratif Dalam mencegah penyimpangan Seksual Remaja Perspektif
Konseling Islam, Institut Agama Islam Muhammadiyah Sinjai Volume 1 Nnomor 1 Tahun 2019, hal 29.
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Jadi Karakter adalah seperangkat sifat yang selalu dikagumi sebagai tanda-
tanda kebaikan, kebajikan dan kematangan moral seseorang, karakter berasal dari
bahasa Latin character, yang berarti watak, tabiat, sifat-sifat kejiwaan, budi pekerti,
kepribadian dan akhlak ,sedangkan karakter muslim adalah sifat, budi pekerti, akhlak,
etika atau tingkah laku yang bersifat keislaman yang bersandar pada al quran dan
sunuah nabi Muhammad saw,semuanya mencerminkan ajaran islam,karakter muslim
memiliki ciri ciri khusus seperti,bersihnya akal pikiran .benar ibadahnya dan bagaimana
hubungannya dengan tuhannya yang baik,seseorang bisa dikatakan menjadi muslim
yang kaafah apabila mempelajari dan memahami apa dan bagaimana ajaran islam
dengan baik dan benar ,kemudia mendapatkan ajaran ajaran itu dari seorang guru/sanad
yang benar ke shahihannya yang ketiga sabar dalam menuntut ilmu dan berjuang dijalan
allah sampai menjadikan islam kita menjadi iman dan mencapai tingkatan yang paling
tingggi yaitu ihsan

SARAN

Dengan berakhirnya pembahasan makalah ini, kami juga menghimbau kepada


para pembaca untuk dapat memahami apa definisi dari karakter muslim, mengetahui ciri-
ciri karakter muslim, bagaimana proses menjadi seorang muslim yang kaffah, serta paham
akan krisis karakter muslim yang terjadi saat ini, lalu penulis berharap semoga makalah
ini dapat bermanfaat dan menjadikan kita semua terhindar dari krisis karakter.
DAFTAR PUSTAKA

Zubaedi, “Desain Pendidikan Karakter”, (Jakarta : Kencana Prenada Media


Group,2012,Cet.2)

Ramayulis, “Ilmu Pendidikan Islam”, (Jakarta : Kalam Mulia Group, 2012, Cet.9)

Sidi Gazalba, Pendidikan Umat Islam (Cet.IV; Jakarta: Rajawali Pers, 1994)

Abu Ahmadi dan Noor Salimi, Dasar-Dasar Pendidikan Agama Islam (Jakarta: Bumi
Aksara, 2004)

Abdul Khobir, Filsafat Pendidikan Islam (Pekalongan STAIN Pekalongan Press, 2007),

Purwa Atmaja Prawita, Psikologi Kepribadian dengan Perspektif Baru, (Jogjakarta: Ar-
Ruzz Media, 2013)

Hamdani Ihsan dan Fuad Ihsan, Filsafat Pendidikan Islam (Cet. Ke-2 revisi;
Bandung:Pustaka Setia, 2001)

M. Imam Pamungkas, Akhlak Muslim Modern Membangun Karakter Generasi Muda,


Bandung: Marja, 2012.

Fathoni Ahmad, Mewujudkan Pribadi Muslim yang Kaffah,


https://www.nu.or.id/post/read/122746/mewujudkan-pribadi-muslim-yang-kaffah pada
tanggal 22 September 2021 pukul 13.01 WIB

Mirza Rohike, Krisis Akhlak Pada Kehidupan Beragama Remaja di Kelurahan


Sukabumi Kota Bandar Lampung, Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung
tahun 2019.

Asep Usman Ismail, Revitalisasi Etika. Demokrasi di Indonesia Melalui Pendekatan


Tasawuf.

Surianti, Metode Preventif Kuratif Dalam mencegah penyimpangan Seksual Remaja


Perspektif Konseling Islam, Institut Agama Islam Muhammadiyah Sinjai Volume 1
Nnomor 1 Tahun 2019.

Surianti, Metode Preventif Kuratif Dalam mencegah penyimpangan Seksual Remaja


Perspektif Konseling Islam, Institut Agama Islam Muhammadiyah Sinjai Volume 1
Nnomor 1 Tahun 2019.

Anda mungkin juga menyukai