Untuk Memenuhi Tugas Reflektif Learning Pra Nikah Dan Pra Konsepsi
Dosen Pembimbing Akademik: Isri Nafisah, S. ST., M.Keb
Nama Mahasiswa:
Shandy Kusumawardhani: 161212005
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberi kekuatan
dan kesempatan kepada kami, sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan
waktu yang di harapkan walaupun dalam bentuk yang sangat sederhana, dimana
makalah ini membahas tentang “Asuhan Kebidanan Pra Nikah Pada Nn. A Umur
21 Tahun Dengan KIE Kesehatan Reproduksi Dan Seksual Bagi Calon Pengantin
Di Klinik Bergas Waras” dan kiranya makalah ini dapat meningkatkan
pengetahuan.
Dengan adanya makalah ini, mudah-mudahan dapat membantu meningkatkan
minat baca dan belajar teman-teman. Selain itu kami juga berharap semua dapat
mengetahui dan memahami tentang materi ini, karena akan meningkatkan mutu
individu.
Saya sangat menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih sangat
minim, sehingga saran dari dosen pengajar serta kritikan dari semua pihak masih
saya harapkan demi perbaikan laporan ini. Sekian dan terimakasih
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN.............................................................................ii
KATA PENGANTAR.......................................................................................iii
DAFTAR ISI......................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.........................................................................................1
B. Tujuan......................................................................................................2
C. Manfaat....................................................................................................3
BAB II TINJAUAN TEORI
A. KIE Persiapan Pranikah
1. Konsep Dasar KIE.............................................................................5
2. Filosofi Pernikahan............................................................................5
3. Informasi Kesehatan Reproduksi......................................................5
4. Hak Reproduksi dan Sosial...............................................................6
B. Skrining Pranikah
1. Persiapan Fisik...................................................................................7
2. Persiapan Gizi....................................................................................7
3. Imunisasi TT......................................................................................9
4. Organ Reproduksi..............................................................................9
5. Menjaga Kesehatan Organ Reproduksi...........................................12
6. Tindak Kekerasan Yang Mengganggu Pernikahan.........................12
7. Solusi Mengatasi Tindak Kekerasan...............................................13
8. Bentuk Ketidak Setaraan Gender Dalam Rumah Tangga...............13
9. Menjaga Kesehatan Jiwa dan Harmonisasi Pasangan Suami Istri . 13
C. Pemeriksaan Tambahan Fertilitas
1. Penilaian Hasil Pemeriksaan Semen...............................................14
2. Lembaran Kurva Temperatur Basal................................................15
3. Pemeriksaan Mucus Serviks............................................................17
4. Tes Fern...........................................................................................19
5. Uji Pasca Coitus..............................................................................20
D. Kondisi Kesehatan Dan Penyakit Yang Perlu Diwaspadai Oleh Pasangan
Calon Pengantin
1. Pemeriksaan Darah..........................................................................21
2. Anemia............................................................................................22
3. KEK.................................................................................................22
4. Pemeriksaan urine...........................................................................23
5. TORCH............................................................................................24
6. Hepatitis B.......................................................................................24
7. HIV-AIDS.......................................................................................25
iii
8. Malaria.............................................................................................27
9. Infeksi Saluran Reproduksi (ISR)...................................................28
BAB III TINJAUAN KASUS...........................................................................33
BAB IV PEMBAHASAN.................................................................................40
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan............................................................................................47
B. Saran......................................................................................................47
DAFTAR PUSTAKA
iv
1
BAB I
PENDAHULUAN
usia kurang dari 18 tahun masih tergolong anak-anak. Oleh karena itu, BKKBN
memberikan batasan usia pernikahan 21 tahun bagi perempuan dan 25 tahun
untuk pria. Selain itu, umur ideal yang matang secara biologis dan psikologis
adalah 20–25 tahun bagi wanita dan umur 25–30 tahun bagi pria (BKKBN, 2020).
Sedangkan, pasangan yang akan melangsungkan pernikahan/akad perkawinan
disebut calon pengantin.
Banyak calon pengantin yang sudah matang secara fisik tapi belum siap
secara mental. Artinya, kedua pasangan calon pengantin belum bisa menjalani
kehidupan rumah tangga, hal ini disebabkan kurangnya pengetahuan tentang
pernikahan, dan juga tidak tahu bagaimana membangun keluarga sakinah seperti
yang dianjurkan oleh Nabi.
Konseling pranikah karena merupakan wahana untuk bimbingan dua orang
yang berbeda untuk saling berkomunikasi, belajar memecahkan masalah dan
konflik. Keterampilan ini jelas sangat penting dalam perjalanan kehidupan rumah
tangga mereka.
Pemberian KIE pranikah diberikan oleh tenaga kesehatan sebagai salah satu
syarat dalam melengkapi berkas pernikahan. Pemberian informasi dilakukan
dalam bentuk konseling yang lebih menitikberatkan pada persiapan kehamilan.
Dengan KIE pranikah, maka pengetahuan pasangan calon pengantin dapat
meningkat, sehingga kehamilan resiko tinggi dapat dicegah melalui perencanaan
kehamilan yang baik. Perencanaan kehamilan yang baik hendaknya mulai
disiapkan sebelum pernikahan terjadi. Konseling pranikah merupakan merupakan
momentum yang tepat dalam mempersiapkan kehamilan yang aman dan sehat.
Beradasarkan data yang didapatkan penulis tertarik melakukan asuhan
kebidanan pada Nn. A umur 21 tahun usia remaja dewasa dengan KIE kesehatan
reproduksi dan seksual bagi calon pengantin di klinik Bergas Waras.
3
1.2 Tujuan
Reflektif learning ini bertujuan untuk:
1. Melaksanakan pengelolaan data subyektif pada asuhan kebidanan Nn. A
umur 21 tahun usia remaja dewasa dengan KIE kesehatan reproduksi dan
seksual bagi calon pengantin di klinik Bergas Waras.
2. Melaksanakan pengelolaan data obyektif pada asuhan kebidanan Nn. A umur
21 tahun usia remaja dewasa dengan KIE kesehatan reproduksi dan seksual
bagi calon pengantin di klinik Bergas Waras.
3. Menentukan assesment pada asuhan kebidanan Nn. A umur 21 tahun usia
remaja dewasa dengan KIE kesehatan reproduksi dan seksual bagi calon
pengantin di klinik Bergas Waras
4. Melaksanakan perencanaan, penatalaksanaan dan evaluasi pada asuhan
kebidanan Nn. A umur 21 tahun usia remaja dewasa dengan KIE kesehatan
reproduksi dan seksual bagi calon pengantin di klinik Bergas Waras.
1.3 Manfaat
1.1.1 Aspek Teoritis
Hasil reflektif leaening ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumber
informasi ilmiah khususnya bidang kesehatan tentang asuhan kebidanan konseling
pranikah.
1.1.2 Aspek Praktis
1) Bagi Masyarakat
Nn. A mendapatkan pelayanan asuhan kebidanan yang bermutu sesuai
dengan standar pelayanan kebidanan dan evidence based practic.
2) Bagi Klinik Kebidanan
Manfaat asuhan ini bagi lahan praktik sebagai bahan untuk memberikan
gambaran dan masukan bagi tenaga kesehatan yang ada di lahan praktik
dalam memberikan asuhan kebidanan.
3) Bagi Mahasiswa
Menambah pengalaman nyata dalam mengaplikasikan teori dan evidence
based practice pemberian asuhan kebidanan kehamilan.
4
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
makna perkawinan hanya sekedar ikatan keperdataan antara seorang pria dan
wanita atau dapat dijelaskan bahwa perkawinan perdata yaitu hanya perkawinan
yang dilaksanakan dihadapan seorang Pegawai Catatan Sipil. Namun dengan
adanya Undang-Undang tentang perkawinan maka perkawinan bukan hanya
hanya sekedar ikatan keperdataan melainkan seperti yang dijelaskan didalam
Pasal 1 Undang- Undang Nomor 16 Tahun 2019 tentang Perubahan Atas Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, bahwa Perkawinan adalah
“ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri
dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga yang bahagia dan kekal
berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.”
Pengaturan mengenai adanya pembatasan usia perkawinan memiliki banyak
tujuan dan manfaat, dalam pembentukannya tentu ada latar belakang tersendiri
salah satunya mengenai penetapan batas usia pelaksanaan perkawinan.
Mendirikan keluarga atau rumah tangga yang bahagia serta kekal berdasarkan
Ketuhanan Yang Maha Esa merupakan tujuan dari perkawinan, dengan ini maka
diperlukan kematangan jiwa dan raga terhadap setiap tahapan serta proses
kedepannya dalam melaksanakan perkawinan, siap menerima dan menjalankan
hak dan kewajiban sebagi sepasang suami Istri.
Salah satu fokus perubahan hukum mengenai batas usia perkawinan yang
dilaksanakan dalam sidang paripurna DPR pada senin 16 September 2019 yaitu
dengan menyepakati perubahan terbatas Undang-Undang No. 1 Tahun 1974
tentang perkawinan atas pasal 7 UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan yang
berisi bahwa perkawinan hanya diizinkan apabila pria dan wanita sudah mencapai
umur 19 (sembilan belas) tahun. Perubahan ini didasari pada Putusan Mahkamah
Konstitusi Nomor 22/PUU-XV/2017 yang secara garis besar mendorong
penanggulangan masalah perkawinan yaitu perkawinan pada anak di Indonesia,
karena mengingat pasal 7 Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 tentang
Perkawinan sebelum dilaksanakannya perubahan menetapkan sebagai berikut:
“(1) bahwa perkawinan hanya diizinkan bila pihak pria mencapai umur 19
(sembilan belas) tahun dan pihak wanita sudah mencapai usia 16 (enam belas)
tahun”.
6
sehingga menjadi konsepsi (pembuahan). Bila tidak di buahi, sel telur akan ikut
keluar Bersama darah saat menstruasi.
(2) Tuba Fallopii (Saluran Telur)
Tuba Fllopii adalah saluran yang berada di kiri dan kanan Rahim yang
berfungsi untuk di lalui oleh sel telur dari indung telur menuju Rahim.
(3) Fimbrae (Umbai-Umbai)
Fimbrae adalah dapat dianalogikan dengan jari-jari tangan, umbai-umbai ini
berfungsi untuk menangkap sel telur yang di keluarkan indung telur.
(4) Uterus (Rahim)
Uterus adalah tempat janin berkembang, bentuknya seperti buah pir dan berat
normalnya antara 30-50 gram. Pada saat tidak hamil, besar Rahim kurang lebih
sebesar telur ayam kampung, dindingnya terdiri dari:
1) Lapisan parametrium yaitu merupaka lapisan paling luar dan yang
berhubungan dengan rongga perut.
2) Lapisan myometrium yaitu merupakan lapisan yang berfungsi mendorong
bayi keluar pada proses persalinan (Kontraksi).
3) Lapisan endometrium yaitu merupakan lapisan dalam Rahim tempat
menempelnya sel telur yang sudah di buahi. Lapisan ini terdiri dari lapisan
kelenjar yang berisi pembuluh darah.
(5) Serviks (Leher Rahim)
Serviks adalah bagian uterus yang berbatasan dengan vagina. Pada saat
persalinan tiba, leher Rahim membuka sehingga bayi dapat keluar.
(6) Vagina (Liang Kemaluan)
Vagina adalah sebuah saluran terbentuk silinder dengan diameter depan
kurang lebih 6,5 Cm dan dinding belakang kurang lebih 9 cm yang bersifat elastis
dengan berlipat-lipat. Fungsinya sebagai tempat penis berada saat bersenggama,
tempat keluarnya menstruasi dan bayi.
(7) Klitoris (Kelentit)
Klitoris merupakan organ kecil yang paling peka rangsangan di bandingkan
dengan bagian-bagian alat kelamin perempuan yang lain, klitoris banyak
mengandung pembuluh darah dan syaraf.
11
Karena, bila sel telur/ovum berhasil dibuahi, maka korpus luteum akan terus
memproduksi hormon progesteron. Akibatnya suhu tubuh tetap tinggi.
2) Manfaat
Metode suhu basal tubuh berguna bagi pasangan yang menginginkan
kehamilan.
3) Efektifitas
Metode suhu basal tubuh akan efektif bila dilakukan dengan benar dan
konsisten. Suhu tubuh basal dipantau dan dicatat selama beberapa bulan berturut-
turut dan dianggap akurat bila terdeteksi pada saat ovulasi. Tingkat keefektian
metode suhu tubuh basal sekitar 80 persen atau 20-30 kehamilan per 100 wanita
per tahun. Secara teoritis angka kegagalannya adalah 15 kehamilan per 100 wanita
per tahun. Metode suhu basal tubuh akan jauh lebih efektif apabila
dikombinasikan dengan metode kontrasepsi lain seperti kondom, spermisida
ataupun metode kalender atau pantang berkala (calender method or periodic
abstinence).
1) Faktor Yang Mempengaruhi Keandalan Metode Suhu Basal
(1) Penyakit.
(2) Gangguan tidur.
(3) Merokok dan atau minum alkohol.
(4) Penggunaan obat-obatan ataupun narkoba.
(5) Stres.
(6) Penggunaan selimut elektrik.
2) Keuntungan
(1) Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran pada pasangan suami istri tentang
masa subur/ovulasi.
(2) Membantu wanita yang mengalami siklus haid tidak teratur mendeteksi masa
subur/ovulasi.
(3) Dapat digunakan sebagai kontrasepsi ataupun meningkatkan kesempatan
untuk hamil.
(4) Membantu menunjukkan perubahan tubuh lain pada saat mengalami masa
subur/ovulasi seperti perubahan lendir serviks.
17
(5) Metode suhu basal tubuh yang mengendalikan adalah wanita itu sendiri.
3) Kekurangan
(1) Membutuhkan motivasi dari pasangan suami istri.
(2) Memerlukan konseling dan KIE dari tenaga medis.
(3) Suhu tubuh basal dapat dipengaruhi oleh penyakit, gangguan tidur, merokok,
alkohol, stres, penggunaan narkoba maupun selimut elektrik.
(4) Pengukuran suhu tubuh harus dilakukan pada waktu yang sama.
(5) Tidak mendeteksi awal masa subur.
(6) Membutuhkan masa pantang yang lama.
4) Cara mengukur suhu
(1) Mengukur suhu pada waktu yang hampir sama setiap pagi ( sebelum bangkit
dari tempat tidur ) dan mencatat suhu ibu pada kartu yang telah disediakan.
(2) Memakai catatan suhu pada kartu tersebut untuk 10 hari pertama dari siklus
haid untuk menentukan suhu tertinggi dari suhu yang normal, rendah.
Mengabaikan suhu tinggi yang disebabkan oleh demam atau gangguan lain.
(3) Menarik garis pada 0,05°C – 0,1°C di atas suhu tertinggi dari 10 suhu 10 hari
tersebut. Ini dinamakan garis pelindung ( cover line ) atau garis suhu.
(4) Masa tak subur mulai pada sore setelah hari ketiga berturut-turut suhu berada
di atas garis pelindung tersebut.
Catatan :
1) Jika salah satu dari 3 suhu tersebut di bawah garis pelindung (cover line)
selama perhitungan 3 hari, ini mungkin tanda bahwa ovulasi belum terjadi.
Untuk menghindari kehamilan menunggu sampai 3 hari berturu-turut suhu
tersebut di atas garis pelindung sebelum memulai senggama.
2) Ketika mulai masa tak subur, tidak perlu untuk mencatat suhu basal ibu. Ibu
dapat berhenti mencatat sampai haid berikut mulai dan bersenggama sampai
hari pertama haid berikutnya.
1.3.2 Pemeriksaan Mucus Serviks
1) Pengertian
Pemeriksaan mucus serviks dilakukan dengan cara mengenali masa subur dari
siklus menstruasi dengan mengamati lendir serviks dan perubahan rasa pada vulva
18
Prosedur Pemeriksaan
1) Tampilkan serviks dengan speculum tanpa minyak vagina.
2) Ambil sebanyak mungkin cairan semen difornix posterior vagina dengan
spuit tuberclin tanpa jarum, atau pipet pasteur.
3) Kemudian cairan diletakkan diatas objek glass dan ditutup dengan deks glass
serta dibuat apusan tebal.
4) Dilihat dengan pembesaran mikroskop sebesar 400x.
1.4 Kondisi Kesehatan Dan Penyakit Yang Perlu Diwaspadai Oleh Pasangan
Calon Pengantin
1.4.1 Pemeriksaan Darah
1) Hemoglobin/Haemoglobin (Hb)
Hemoglobin adalah suatu protein yang berada di dalam darah yang berfungsi
sebagai pengangkut oksigen.
2) Nilai normal
(1) Dewasa pria 13.5-18.0 gram/dL
(2) Wanita hamil 10-15 gram/dL
(3) Wanita 12-16 gram/dL
(4) Anak 11-16 gram/dL
(5) BaLita 9-15 gram/dL,bayi 10-17 gram/dL
(6) Neonatus 14-27 gram/dL
3) Hb rendah (<10 gram/dL)
(1) Anemia defisiensi besi.
(2) Pendarahan berat, hemolisis, leukemia leukemik, lupus eritematosus sistemik,
dan diet vegetarian ketat (vegan).
(3) Dari obat-obatan: obat anti kanker, asam asetilsalisila, rifampisin, primakuin,
dan sulfonamid. Ambang bahaya adalah Hb<5 gram/dL.
4) Hb tinggi (>18 gram/dL)
Luka bakar, gagal jantung, COPD (bronkitis kronik dengan cor pulmonale),
dehidrasi/diare, eritrositosis, polisitemia vera, dan pada penduduk pegunungan
tinggi yang normal. Dari obat-obatan: metildopa dan gentamisin.
22
1.4.2 Anemia
Anemia adalah kondisi dimana kadar hemoglobin (Hb) didalam darah kurang
dari normal (12 mg/dL). Anemia dapat menimbulkan resiko pada kehamilan dan
persalinan.
Anemia sering dialami oleh perempuan karena kurannya asupan atau
konsumsi makanan yang mengandung zat besi, pengaturan pola makan yang
salah, gangguan haid/haid tak normal, dan penyakit lainnya (seperti kecacingan,
malaria dan lainnya).
1) Tanda anemia
(1) Lesu, letih, lemah, lelah, lungali (5L).
(2) Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang.
2) Ibu hamil dikatakan anemia apabila, Hb 11 mg/dL. Dampak anemia pada ibu
hamil adalah:
(1) Pertumbuhan janin terhambat.
(2) Bayi berat lahir rendah (BBLR).
(3) Bayi lahir sebelum waktunya (prematur).
(4) Bayi mengalami kelainan bawaan.Anemia pada bayi yang dilahirkan.Resiko
perdarahan saat melahirkan
3) Anemia dapat dicegah dan diatasi dengan:
(1) Mengkonsumsi makanan yang bergiz dan seimbang.
(2) Minum tablet tambah darah (TTD) satu tablet perminggu sebelum hamil dan
1 tablet perhari selama kehamilan.
(3) Mengobati jika ada penyakit penyerta yang menyebabkan anemia.
1.4.3 KEK
Kondisi kurang gizi dalam keadaan terus menerus dapat mengakibatkan
kekurangan energi kronik (KEK). KEK adalah keadaan dimana seseorang
mengalami kekurangan gizi (kalori dan protein) yang berlangsung lama atau
menahun. Untuk mengetahui status KEK wanita subur adalah dengan cara
mengukur lingkar lengan atas (LiLA). Ambang batas LiLA pada WUS dengan
KEK di Indonesia adalah 23,5 cm. Artinya apabila LiLA kurang dari 23,5 cm
WUS mengalami KEK.
23
1) Gejala
Gejala sering timbul dalam keadaan penyakit yang sudah lanjut seperti sirosis
(penyakit hati) bahkan kanker hati, sehingga hepatitis sering disebut sebagai silent
killer atau penyakit mematikan. Gejala yang dapat timbul:
(1) Demam
(2) Mual dan muntah
(3) Rasa lelah
(4) Kencing berwarna gelap seperti teh
(5) Mata dan kulit berwarna kuning.
2) Faktor Resiko Penularan
95% penularan berasal dari ibu hamil mengidap virus Hepatitis B ke bayi
yang dikandung atau dilahirkan 3-5% penularan melalui:
(1) Hubungan seksual tidak aman dengan mengidap hepatitis B
(2) Transfusi darah terkontaminasi virus hepatitis B
(3) Penggunaan jarum suntik bergantian yang terkontaminasi virus Hepatitis B
3) Pencegahan
(1) Menghindari faktor resiko penularan Hepatitis B
(2) Imunisasi Hepatitis B yang diberikan sebanyak sebanyak 3 kali, yaitu pada
bulan ke 0, 1 dan 6
4) Bila Sudah Terdeteksi Hepatitis B
(1) Segera konsultasi ke dokter
(2) Perlukaan pada kulit harus selalu dibalut
(3) Tidak berbagi peralatan pribadi seperti pisau cukur, sikat gigi, sisir, gunting
kuku dengan orang lain.
1.4.7 HIV-AIDS
HIV (Human Immunodeficiency Virus) merupakan kuman/virus penyebab
AIDS. AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome) adalah kumpulan gejala
penyakit akibat menurunnya kekebalan tubuh yang didapat dari infeksi HIV.
1) HIV ditularkan melalui pertukaran cairan tubuh manusia. Beberapa cara yang
berisiko menularkan diantaranya:
26
(1) Hubungan seksual tidak aman. Pada saat berhubungan seksual tanpa kondom,
HIV dapat menular dari darah orang yang terinfeksi, cairan mani/sperma atau
cairan vagina langsung ke aliran darah pasangannya, atau melalui selaput
lendir yang berada dalam bagian vagina, penis atau dubur.
(2) HIV dapat menular melalui transfusi darah yang mengandung HIV atau
melalui alat tindakan medis lain yang tercemar HIV.
(3) Penggunaan jarum suntik bersama/bergantian pecandu narkoba suntik
beresiko tertular HIV.
(4) HIV menular dari ibu ke bayi pada saat kehamilan, persalinan, dan ketika
menyusui (penularan HIV dari ibu ke anak).
2) HIV Tidak Menular Melalui:
(1) Makan/minum bersama, memakai peralatan makan/ minum bersama.
(2) Bersentuhan, berjabat tangan, berpelukan.
(3) Hidup serumah, menggunkan WC/toilet bersama, berenang bersama.
(4) Bergantian pakaian, handuk, saputangan.
(5) Hubungan sosial lainnya
(6) Gigitan serangga
3) Gejala HIV:
(1) Setelah seseorng terinfeksi HIV, dia terlihat biasa saja seperti halnya orang
lainkarena tidak menunjukkan gejala klinis. Tetapi orang tersebut bisa
menularkan virus HIV melalui penularan cairan tubuh (darah, cairan sperma,
cairan vagina, ASI). Hal ini bisa terjadi selama 5-10 tahun.
(2) Setelah itu orang tersebut menunjukkan kumpulan gejala akibat menurunnya
sistem kekebalan tubuh setelah terinfeksi HIV.
4) Pencegahan HIV AIDS:
(1) Tidak berhubungan seksual.
Tidak melakukan hubungan seksual yang beresiko.
(2) Saling setia
Masing-masing setia dengan pasangan dan tidak melakukan hubungan
seksual dengan orang lain.
(3) Kondom
27
Malaria pada catin perempuan kelak dapat menyabebkan anemia dan dapat
mempengaruhi kesehatan ibu hamil dan janinnya. Anemia pada kehamilan dapat
menyebabkan keguguran, resiko perdarahan saat melahirkan, bayi lahir sebelum
waktunya dan berat badan lahir rendah (BBLR)
1) Pencegahan
(1) Mengenakan kelambu saat tidur
(2) Tutup pintu dan jendela menggunakan kawat/kasa/kelambu nilon
(3) Gunakan pakaian pelindungyang menutupi lengan dan kaki saat keluar rumah
(4) Gunakan obat/krem nyamuk.
1.4.9 Infeksi Saluran Reproduksi (ISR)
ISR adalah masuk dan berkembangnya kuman penyebab infeksi disaluran
reproduksi. ISR dapat ditularkan tanpa hubungan seksual. Jenis-jenis ISR
1) Kandidiasis vaginalis
(1) Gejala
Gatal pada kelamin, kemerahan dan peradangan pada bibir vagina dan liang
vagina, disertai bengkak atau luka sobekan kecil. Keluarnya cairan yang banyak
serta bergumpal dari vagina, kadang-kadang dapat kental, berwarna putih seperti
susu kental atau kekuningan dan berbau asam.
(2) Komplikasi
Lecet atau luka disekitar kelamin
(3) Pencegahan
1) Jaga kebersihan kelamin
2) Pakaian dalam tetap bersihan kering
3) Vaginosis bakterial
(1) Gejala
Vagina berbau amis teruta setelah berhubungan seksual, keluarnya cairan dari
vagina namun tidak terlalu banyak, berwarna putih keabu-abuan, melekat pada
dinding vagina , tidak ada tanda-tanda peradangan.
(2) Komplikasi
Menyebabkan penyakit radang panggul dan pada ibu hamil dapat
menyebabkan ketuban pecah dini, kelahiran prematur, berat badan lahir rendah.
29
(3) Pencegahan
1) Jaga kebersihan alat kelamin
2) Tidak berhubungan seksual
3) Menggunakan kondom
4) Setia pada pasangan
4) Trikomoniasis
(1) Gejala
Keluarnya cairan banyak dari vagina, bernanah, kadang-kadang berbusa,
peradangan pada vagina, berbau seperti ikan busuk, dapat disertai rasa gatal
pada alat kelamin.
(2) Komplikasi
Pada ibu hamil dapat menyebabkan prematur dan berat badan lahir rendah
(3) Pencegahan
1) Jaga kebersihan alat kelamin
2) Tidak berhubungan seksual
3) Menggunakan kondom
4) Setia pada pasangan
1.4.10 Infeksi Menular Seksual (IMS)
IMS adalah penyakit infeksi yang ditularkan melalui hubungan seksual.
1) Gejala IMS
(1) Adanya cairan yang keluar dari alat kelamin (vagina, penis) atau cairan dari
anus yang berbeda dari biasanya.
(2) Rasa perih atau nyeri atau panas pada saat kencinf atau setelah kencing, atau
menjadi sering kencing.
(3) Ada luka terbuka ata basah disekitar kelamin atau mulut. Luka ini bisa terasa
nyeri bisa juga tidak.
(4) Ada semacam jaringan yang tumbuh seperti jengger ayam atau kutil disekitar
kelamin.
(5) Terjadi pembengkakan pada lipatan paha.
(6) Pada laki-laki, terdapat bengkak dan nyeri pada kantung pelir/kantung zakar.
30
(7) Sakit perut dibagian bawah yang kambuhan, tetapi tidak berhubungan dengan
haid/menstruasi.
(8) Keluar darah setelah berhubungan.
(9) Demam
2) Jenis-jenis IMS
(1) Gonore (kencing nanah)
1) Gejala
Pada laik-laki, keluarnya cairan dari alat kelamin, bernanah, kental, berwana
putih kekuningan. Pada perempuan, sering kali tanpa gejala, bila ada berupa
cairan dari alat kelamin berwarna putih atau kuning. Cairan akan banyak terlihat
dibagian mulut rahim melalui pemeriksaan dalam oleh tenaga kesehatan.
2) Komplikas
(1) Pada laki-laki menyebabkan kemandulan
(2) Pada perempuan menyebabkan kemandulan dan kehamilan diluar
rahim/ektopik.
(3) Pada bayi baru lahir pada perempuan gonore, menyebabkan konjungtivinis
gonore yang berupa kemerahan pada salah satu atau kedua mata dengan
adanya cairan yang keluar dari mata dengan nanah dan mengakibatkan
kebutaan.
(2) Sifilis (raja singa)
1) Gejala
(1) Luka atau koreng biasanya berjumlah satu berbentuk bulat atau lonjong, dasar
bersih dan bisa diraba terasa kenyal sampai keras, tidak ada rasa nyeri bila
ditekan.
(2) Kelenjar getah bening dilipatan bagian paha membesar, kenyal, juga tidak
nyeri bila ditekan.
2) Komplikasi
Perempuan penderita sifilis dapat mengalami keguguran, melahirkan bayi
cacat atau melahirkan dalam keadaan sudah mati.
31
BAB III
TINJAUAN KASUS
Pesien mengatakan dalam keluarga (ibu) tidak ada yang menderita hipertensi,
jantung, paru–paru, asma, diabetes, TBC, dan hepatitis.
(3) Riwayat Menstruasi
Menarche : 14 tahun
Siklus : 28 hari teratur
Lamanya : 7 hari
Banyaknya : 2-3 kali ganti pembalut
Dismenorhoe : hari pertama
(1) Status TT
Tidak ada
(2) Riwayat kontrasepsi
Tidak ada
(3) Pola kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan
Tidak ada
(4) Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari
1) Pola makan dan minum
Pasien mengatakan bahwa makan 3 kali/hari dengan nasi, sayur, lauk
Pasien mengatakan minum air putih 8 gelas perhari jenis air putih, kadang
minum teh
2) Pola eleminasi
Pasien mengatakan buang air kecil 5-7 kali/hari warna kekuningan, dan tidak
ada keluhan.
Pasien mengatakan buang besar 1 kali/hari waran kecoklatan, lembek, dan
tidak ada keluhan
3) Pola personal hygiene
Pasien mengatakan mandi 2 kali/hari, keramas 3 kali/minggu
Gosok gigi 2 kali/hari
Ganti pakaian 2 kali/hari, celana dalam 2-3 kali/hari, ganti pembalut 4
kali/hari
4) Pola istirahat/tidur
Pasien mengatakan tidur malam 8 jam dan 1 jam tidur siang
35
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada BAB ini akan dibahas tentang kesenjangan antara teori dan hasil
tinjauan kasus tentang asuhan kebidanan pranikah pada Nn. A umur 21 tahun usia
remaja dewasa dengan KIE kesehatan reproduksi dan seksual bagi calon
pengantin di klinik Bergas Waras. Untuk memudahkan pembahasan, maka penulis
akan membahas berdasarkan pendekatan manajemen asuhan kebidanan dengan
SOAP sesuai uraian sebagai berikut:
4.3 Asessment
Diagnosa yang ditegakkan adalah “Nn. A umur 21 tahun dengan KIE
kesehatan reproduksi dan seksual bagi calon pengantin”. Pada langkah ini tidak
terjadi kesenjangan antara teori dan kasus karena diagnosa kebidanan dapat
ditegakan.
4.4 Penatalaksanaan
Berdasarkkan tinjauan menajemen asuhan kebidanan bahwa melaksanakan
rencana tindakan harus efisien dan menjamin rasa aman pada klien. Rencana
asuhan ini meliputi rencana saat ini dan akan datang. Implementasi dapat
dikerjakan sebagian atau seluruh bidan serta dilakukan oleh pasien itu sendiri.
Penatalaksanaan yang dilakukan pada Nn. A umur 21 tahun dengan KIE
4
kesehatan reproduksi dan seksual bagi calon pengantin sudah sesuai dengan
Permenkes RI No. 97 Tahun 2014.
Memberitahu Nn. A tentang kesehatan reproduksi. Hasil penelitian
Rahmanindar (2021) mengatakan bahwa, konseling pranikah memberikan
pehaman tentang kesehatan reproduksi sehingga meningkatkan pengetahuan
tentang persiapan pranikah. Dengan menjaga kesehatan reproduksi dan
mengetahui hal-hal penting yang berada didalam tubuhnya sendiri, seseorang akan
memikirkan dampaknya ketika ingin melakukan sesuatu.
Memberitahu Nn. A tentang persiapan kesehatan yaitu persiapan fisik.
Kegiatan pemeriksaan fisik pada Nn. A sudah sesuai dengan Permenkes No.97
Tahun 2014 bahwa pemeriksaan fisik yang dimaksudkan dalam pelayanan masa
sebelum hamil paling sedikit meliputi pemeriksaan tanda vital dan pemeriksaan
status gizi. Pemeriksaan status gizi harus dilakukan terutama untuk
menanggulangi masalah kurang energi kronis dan pemeriksaan status anemia.
Memberitahu Nn. A tentang persiapan kesehatan yaitu persiapan gizi. Hasil
penelitian dari Opon, et al (2017) bahwa ibu hamil biasanya tidak menyadari
bahwa dirinya hamil pada awal kehamilan. sehingga suplementasi asam folat
lebih baik diberikan dari sebelum hamil. Suplai asam folat yang tepat dari masa
prakonsepsi, kehamilan dan laktasi sangat menentukan perkembangan dan
pertumbuhan janin yang tepat. Asam folat adalah zat yang paling penting dalam
unsur-unsur sel-sel pembagi karena memainkan peran penting dalam sintesis
deoxyribonucleic acid (DNA). Pada awal kehamilan, permintaan asam folat yang
tidak disintesis dalam tubuh manusia meningkat. Asam folat yang dapat dipenuhi
melalu pasokan makanan yang kaya asam folat hanya sekitar 150-250 µg.
Hal ini sejalan pula dengan penelitian dari Wen, et al (2016) bahwa
kekurangan asam folat meningkatkan risiko terjadinya kecacatan saraf tabung
(neuro tube defect), bibir sumbing dan down syndrome. Gangguan metabolisme
folat dapat menyebabkan hyperhomocysteinaemia dan komplikasi yang lebih
sering terjadi pada kehamilan, seperti keguguran berulang, pertumbuhan janin
terhambat dan pre eklampsia.
4
kecemasan tidak berlanjut hingga pada kehamilan dan berdampak pada ibu dan
janin seperti ingin mengakhiri kehamilan, bunuh diri dan lain-lain.
Memberitahu Nn. A tentang persiapan kesehatan Imunisasi TT. Pemberian
imunisasi tetanus toxoid dilakukan untuk mencapai status imunisasi tetanus toxoid
ke 5 hasil pemberian imunisasi dasar dan lanjutan. Status imunisasi tetanus toxoid
ke 5 (lengkap) ditujukan agar wanita usia subur memiliki kekebalan penuh
terhadap infeksi tetanus toxoid. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian dari Lassi,
et al dalam penelitian Nurfulaini (2021) bahwa imunisasi selama periode
prakonsepsi dengan mencegah banyak penyakit yang mungkin memiliki
konsekuensi serius atau bahkan terbukti fatal bagi ibu atau bayi yang baru lahir
kecemasan dan pendampingan agar depresi dan kecemasan tidak berlanjut hingga
pada kehamilan dan berdampak pada ibu dan janin seperti ingin mengakhiri
kehamilan, bunuh diri dan lain-lain.
Pernikahan bukan hanya soal perubahan status dan pengesahan kehidupan
antara seoarang laki-laki dan perempuan namun lebih dari itu, pernikahan
merupakan hubungan serta kegiatan yang sakral berbentuk penyatuan dua insan
yang akan mengembangkan tanggung jawab yang tidak mudah, sehingga
diperlukan kedewasaan dari aspek usia, kesehatan jasmani, psikologi, biologis dan
ekonomi dari kedua pasangan untuk menjalaninya.
Dengan demikian bisa dilihat bagaimana cara seseorang memiliki
pengetahuan mengenai pentingnya kesehatan reproduksi, bagaimana kondisi
kesehatan selama siklus kehidupannya mulai dari saat konsepsi, masa remaja dan
beranjak dewasa hingga masa pasca reproduksinya dapat dilihat bahwa sejauh
mana seseorang dapat menjalankan fungsi dan proses reproduksinya secara aman
dan sehat. Hal tersebut juga dapat berpengaruh terhadap bagaimana kehidupan
yang akan dijalaninya.
Pada prinsip yang dikembangkan dalam proses konseling pranikah memiliki
manfaat untuk kelangsungan kedua calon penggantin sebelum melakukan akad
nikah, saat menjalani rumah tangga yang semasa awalnya mempunyai keturunan.
Menurut Murthadho, bahwa proses konseling pernikahan adalah bentuk layanan
yang sangat mempunyai pengaruh yang sangat berharga dengan banyaknya
4
masalah dalam kehidupan pada masa ini. Sangat diperlukan sekali konseling
pernikahan yang memiliki banyak aspek yaitu: problem yang berbeda dalam
keluarga, problem keinginan yang harus dipenuhi, problem dalam pertumbuhan
individu dan masalah dari perbedaan kultural.
4
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 SIMPULAN
Berdasarkan pembahasan yang didapatkan dalam pengelolaan kasus pada Nn.
A umur 21 tahun usia remaja dewasa dengan KIE kesehatan reproduksi dan
seksual pada calon pengantin di klinik Bergas Waras. Maka dapat disimpulkan:
1) Data subjektif
Pasien mengatakan tidak ada keluhan dan ingin mengetahui kesehatan
reproduksi dan seksual pada calon pengantin itu seperti apa.
2) Data objektif
Pada pengkajian data objektif diperoleh hasil pemeriksaan pada Nn. A umur
21 tahun, yaitu: keadaan umum: baik, kesadaran: composmentis, pemeriksaan
TTV yaitu, TD: 110/60 MmHg, suhu: 36,8°C, nadi: 68 kali/menit, respirasi:
16 kali/menit, berat badan: 50 kg, tinggi badan: 157 cm, IMT: 20 kg/m2
(ideal), LILA: 23,4 cm.
3) Assesment
Nn. A umur 21 tahun usia remaja dewasa dengan KIE kesehatan reproduksi
dan seksual bagi calon pengantin.
4) Pelaksanaan
Penatalaksanaan pada kasus Nn. A meliputi: pemeriksaan fisik dan pemberian
Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) pranikah, meliputi: kesehatan
reproduksi dan pendekatan siklus hidup, hak reproduksi, dan persiapan yang
perlu dilakukan dalam persiapan pranikah.
5.2 SARAN
1) Bagi Masyarakat
Diharapkan pada setiap pasangan calon pengantin mendapatkan KIE
pranikah, sehingga dapat menambah pengetahuan bagi calon pengantin.
4
DAFTAR PUSTAKA