Anda di halaman 1dari 53

PRA NIKAH DAN PRA KONSEPSI

ASUHAN KEBIDANAN PRA NIKAH PADA NN. A UMUR 21 TAHUN


DENGAN KIE KESEHATAN REPRODUKSI DAN SEKSUAL BAGI
CALON PENGANTIN DI KLINIK BERGAS WARAS

Untuk Memenuhi Tugas Reflektif Learning Pra Nikah Dan Pra Konsepsi
Dosen Pembimbing Akademik: Isri Nafisah, S. ST., M.Keb

Nama Mahasiswa:
Shandy Kusumawardhani: 161212005

FAKULTAS KESEHATAN PROGRAM STUDI PROFESI BIDAN


UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
TAHUN AJARAN 2022/2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberi kekuatan
dan kesempatan kepada kami, sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan
waktu yang di harapkan walaupun dalam bentuk yang sangat sederhana, dimana
makalah ini membahas tentang “Asuhan Kebidanan Pra Nikah Pada Nn. A Umur
21 Tahun Dengan KIE Kesehatan Reproduksi Dan Seksual Bagi Calon Pengantin
Di Klinik Bergas Waras” dan kiranya makalah ini dapat meningkatkan
pengetahuan.
Dengan adanya makalah ini, mudah-mudahan dapat membantu meningkatkan
minat baca dan belajar teman-teman. Selain itu kami juga berharap semua dapat
mengetahui dan memahami tentang materi ini, karena akan meningkatkan mutu
individu.
Saya sangat menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih sangat
minim, sehingga saran dari dosen pengajar serta kritikan dari semua pihak masih
saya harapkan demi perbaikan laporan ini. Sekian dan terimakasih

Bergas, 20 Mei 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN.............................................................................ii
KATA PENGANTAR.......................................................................................iii
DAFTAR ISI......................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.........................................................................................1
B. Tujuan......................................................................................................2
C. Manfaat....................................................................................................3
BAB II TINJAUAN TEORI
A. KIE Persiapan Pranikah
1. Konsep Dasar KIE.............................................................................5
2. Filosofi Pernikahan............................................................................5
3. Informasi Kesehatan Reproduksi......................................................5
4. Hak Reproduksi dan Sosial...............................................................6
B. Skrining Pranikah
1. Persiapan Fisik...................................................................................7
2. Persiapan Gizi....................................................................................7
3. Imunisasi TT......................................................................................9
4. Organ Reproduksi..............................................................................9
5. Menjaga Kesehatan Organ Reproduksi...........................................12
6. Tindak Kekerasan Yang Mengganggu Pernikahan.........................12
7. Solusi Mengatasi Tindak Kekerasan...............................................13
8. Bentuk Ketidak Setaraan Gender Dalam Rumah Tangga...............13
9. Menjaga Kesehatan Jiwa dan Harmonisasi Pasangan Suami Istri . 13
C. Pemeriksaan Tambahan Fertilitas
1. Penilaian Hasil Pemeriksaan Semen...............................................14
2. Lembaran Kurva Temperatur Basal................................................15
3. Pemeriksaan Mucus Serviks............................................................17
4. Tes Fern...........................................................................................19
5. Uji Pasca Coitus..............................................................................20
D. Kondisi Kesehatan Dan Penyakit Yang Perlu Diwaspadai Oleh Pasangan
Calon Pengantin
1. Pemeriksaan Darah..........................................................................21
2. Anemia............................................................................................22
3. KEK.................................................................................................22
4. Pemeriksaan urine...........................................................................23
5. TORCH............................................................................................24
6. Hepatitis B.......................................................................................24
7. HIV-AIDS.......................................................................................25
iii
8. Malaria.............................................................................................27
9. Infeksi Saluran Reproduksi (ISR)...................................................28
BAB III TINJAUAN KASUS...........................................................................33
BAB IV PEMBAHASAN.................................................................................40
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan............................................................................................47
B. Saran......................................................................................................47
DAFTAR PUSTAKA

iv
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam kajian asuhan kebidanan, kesehatan pranikah merupakan bagian dari
asuhan prakonsepsi. Adapun prakonsepsi memiliki banyak keuntungan dan
variasi, diantaranya memungkinkan identifikasi penyakit medis, pengkajian
kesiapan psikologis, keuangan dan pencapaian tujuan hisup. Hasil penelitian
Dengan mengemukakan bahwa topik-topik penting yang disarankan dalam
perawatan prakonsepsi meliputi pemeriksaan kesehatan pada wanita dan
pasangannya (health promotion), identifikasi faktor resiko (risk assesment) dan
asuhan sesuai dengan faktor resiko (interventions) pada wanita dan pasangannya
untuk mengurangi faktor resiko yang dapat mempengaruhi kehamilannya pada
masa yang akan datang.
Asuhan prakonsepsi adalah program yang dicanangkan oleh World Health
Organisation (WHO) pada tahun 2012 di Geneva yang bertujuan untuk
menurunkan angka kematian ibu, bayi dan kecacatan. Program ini dilaksanakan
oleh semua negara di dunia. Utamanya negara berpenghasilan rendah dan
menengah yang biasa disebut Low and Middle Income Country (LMICs) salah
satunya Indonesia. Negara yang telah berhasil melaksanakan program ini adalah
Italia, Belanda, Amerika Serikat untuk negara maju dan Bangladesh, Filiphina, Sri
Lanka untuk negara berpenghasilan menengah rendah. Adapun sasaran program
asuhan prakonsepsi adalah calon pengantin. Masa sebelum konsepsi bagi
pasangan pegantin sangat penting untuk diperhatikan dalam rangka
mempersiapkan kehamilan yang sehat.
Menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan, perkawinan
adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami
istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal
berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa dengan batas usia 19 tahun untuk laki-
laki dan 16 tahun untuk perempuan. Akat tetapi, berdasarkan UU No. 35 tahun
2014 tentang perubahan atas UU No. 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak,
2

usia kurang dari 18 tahun masih tergolong anak-anak. Oleh karena itu, BKKBN
memberikan batasan usia pernikahan 21 tahun bagi perempuan dan 25 tahun
untuk pria. Selain itu, umur ideal yang matang secara biologis dan psikologis
adalah 20–25 tahun bagi wanita dan umur 25–30 tahun bagi pria (BKKBN, 2020).
Sedangkan, pasangan yang akan melangsungkan pernikahan/akad perkawinan
disebut calon pengantin.
Banyak calon pengantin yang sudah matang secara fisik tapi belum siap
secara mental. Artinya, kedua pasangan calon pengantin belum bisa menjalani
kehidupan rumah tangga, hal ini disebabkan kurangnya pengetahuan tentang
pernikahan, dan juga tidak tahu bagaimana membangun keluarga sakinah seperti
yang dianjurkan oleh Nabi.
Konseling pranikah karena merupakan wahana untuk bimbingan dua orang
yang berbeda untuk saling berkomunikasi, belajar memecahkan masalah dan
konflik. Keterampilan ini jelas sangat penting dalam perjalanan kehidupan rumah
tangga mereka.
Pemberian KIE pranikah diberikan oleh tenaga kesehatan sebagai salah satu
syarat dalam melengkapi berkas pernikahan. Pemberian informasi dilakukan
dalam bentuk konseling yang lebih menitikberatkan pada persiapan kehamilan.
Dengan KIE pranikah, maka pengetahuan pasangan calon pengantin dapat
meningkat, sehingga kehamilan resiko tinggi dapat dicegah melalui perencanaan
kehamilan yang baik. Perencanaan kehamilan yang baik hendaknya mulai
disiapkan sebelum pernikahan terjadi. Konseling pranikah merupakan merupakan
momentum yang tepat dalam mempersiapkan kehamilan yang aman dan sehat.
Beradasarkan data yang didapatkan penulis tertarik melakukan asuhan
kebidanan pada Nn. A umur 21 tahun usia remaja dewasa dengan KIE kesehatan
reproduksi dan seksual bagi calon pengantin di klinik Bergas Waras.
3

1.2 Tujuan
Reflektif learning ini bertujuan untuk:
1. Melaksanakan pengelolaan data subyektif pada asuhan kebidanan Nn. A
umur 21 tahun usia remaja dewasa dengan KIE kesehatan reproduksi dan
seksual bagi calon pengantin di klinik Bergas Waras.
2. Melaksanakan pengelolaan data obyektif pada asuhan kebidanan Nn. A umur
21 tahun usia remaja dewasa dengan KIE kesehatan reproduksi dan seksual
bagi calon pengantin di klinik Bergas Waras.
3. Menentukan assesment pada asuhan kebidanan Nn. A umur 21 tahun usia
remaja dewasa dengan KIE kesehatan reproduksi dan seksual bagi calon
pengantin di klinik Bergas Waras
4. Melaksanakan perencanaan, penatalaksanaan dan evaluasi pada asuhan
kebidanan Nn. A umur 21 tahun usia remaja dewasa dengan KIE kesehatan
reproduksi dan seksual bagi calon pengantin di klinik Bergas Waras.

1.3 Manfaat
1.1.1 Aspek Teoritis
Hasil reflektif leaening ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumber
informasi ilmiah khususnya bidang kesehatan tentang asuhan kebidanan konseling
pranikah.
1.1.2 Aspek Praktis
1) Bagi Masyarakat
Nn. A mendapatkan pelayanan asuhan kebidanan yang bermutu sesuai
dengan standar pelayanan kebidanan dan evidence based practic.
2) Bagi Klinik Kebidanan
Manfaat asuhan ini bagi lahan praktik sebagai bahan untuk memberikan
gambaran dan masukan bagi tenaga kesehatan yang ada di lahan praktik
dalam memberikan asuhan kebidanan.
3) Bagi Mahasiswa
Menambah pengalaman nyata dalam mengaplikasikan teori dan evidence
based practice pemberian asuhan kebidanan kehamilan.
4

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

1.1 KIE Persiapan Pra Nikah


1.1.1 Konsep Dasar KIE
Konseling merupakan proses pemberian informasi obyektif dan lengkap,
dilakukan secara sistematik dengan paduan keterampilan komunikasi
interpersonal, teknik bimbingan dan penguasaan pengetahuan klinik bertujuan
untuk membantu seseorang mengenali kondisinya saat ini, masalah yang sedang
dihadapi dan menentukan jalan keluar/upaya untuk mengatasi masalah tersebut.
KIE bertujuan untuk mendorong terjadinya proses perubahan perilaku ke arah
yang positif, peningkatan pengetahuan dan sikap agar memiliki perilaku yang
sehat dan bertanggung jawab. KIE penting dilakukan untuk persiapan menjadi
orang tua karena menjadi orang tua bukanlah hal yang mudah, tetapi tidak juga
sesulit yang dibayangkan dan salah satu kunci sukses menjadi orang tua yang baik
adalah mempersiapkan diri dari kedua belah pihak.
1.1.2 Filosofi Pernikahan
Akad/janji nikah yang diucapkan atas nama Tuhan Yang Maha Esa yang
merupakan awal dari kesepakatan bagi calon pengantin untuk memberikan
ketenangan (sakinah) dengan mengembangkan hubungan atas dasar saling cinta
dan kasih (mawaddah wa rahmah). Penyebutan nama tuhan yang maha esa dalam
akad atau janji pernikahan berarti bahwa disamping saling bertanggung jawab
antar satu dengan yang lain, suami istri juga bertanggung jawab pada tuhan yang
maha esa atas segala yang dilakukan dalam peran dan fungsi mereka sebagai
suami istri.
1.1.3 Undang-Undang Pernikahan
Perkawinan sebagai perbuatan hukum yang akan menimbulkan hak dan
kewajibannya sebagai sepasang suami dan istri yang terjalin dalam ikatan
perkawinan. Pengaturan tentang perkawinan di Indonesia diatur didalam Undang-
Undang Nomor 16 Tahun 2019 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 1
Tahun 1974 tentang Perkawinan. Didalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
5

makna perkawinan hanya sekedar ikatan keperdataan antara seorang pria dan
wanita atau dapat dijelaskan bahwa perkawinan perdata yaitu hanya perkawinan
yang dilaksanakan dihadapan seorang Pegawai Catatan Sipil. Namun dengan
adanya Undang-Undang tentang perkawinan maka perkawinan bukan hanya
hanya sekedar ikatan keperdataan melainkan seperti yang dijelaskan didalam
Pasal 1 Undang- Undang Nomor 16 Tahun 2019 tentang Perubahan Atas Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, bahwa Perkawinan adalah
“ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri
dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga yang bahagia dan kekal
berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.”
Pengaturan mengenai adanya pembatasan usia perkawinan memiliki banyak
tujuan dan manfaat, dalam pembentukannya tentu ada latar belakang tersendiri
salah satunya mengenai penetapan batas usia pelaksanaan perkawinan.
Mendirikan keluarga atau rumah tangga yang bahagia serta kekal berdasarkan
Ketuhanan Yang Maha Esa merupakan tujuan dari perkawinan, dengan ini maka
diperlukan kematangan jiwa dan raga terhadap setiap tahapan serta proses
kedepannya dalam melaksanakan perkawinan, siap menerima dan menjalankan
hak dan kewajiban sebagi sepasang suami Istri.
Salah satu fokus perubahan hukum mengenai batas usia perkawinan yang
dilaksanakan dalam sidang paripurna DPR pada senin 16 September 2019 yaitu
dengan menyepakati perubahan terbatas Undang-Undang No. 1 Tahun 1974
tentang perkawinan atas pasal 7 UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan yang
berisi bahwa perkawinan hanya diizinkan apabila pria dan wanita sudah mencapai
umur 19 (sembilan belas) tahun. Perubahan ini didasari pada Putusan Mahkamah
Konstitusi Nomor 22/PUU-XV/2017 yang secara garis besar mendorong
penanggulangan masalah perkawinan yaitu perkawinan pada anak di Indonesia,
karena mengingat pasal 7 Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 tentang
Perkawinan sebelum dilaksanakannya perubahan menetapkan sebagai berikut:
“(1) bahwa perkawinan hanya diizinkan bila pihak pria mencapai umur 19
(sembilan belas) tahun dan pihak wanita sudah mencapai usia 16 (enam belas)
tahun”.
6

1.1.4 Informasi Kesehatan Reproduksi


1) Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan yang menunjukkan kondisi
kesehatan fisik, mental, dan sosial seseorang dihubungkan dengan fungsi dan
proses reproduksinya termasuk didalamnya tidak memiliki penyakit atau
kelainan yang mempengaruhi kegiatan reproduksi tersebut.
2) Masalah kesehatan reproduksi dapat terjadi sepanjang siklus hidup manusia.
3) Pembagian peran sosial perempuan dan laki-laki mempunyai pengaruh besar
terhadap kesehatan perempuan dan laki-laki.
4) Status atau posisi perempuan dimasyarakat merupakan penyebab utama
masalah kesehatan reproduksi yang dihadapi perempuan.
5) Perempuan lebih rentan dalam menghadapi resiko kesehatan reproduksi.
1.1.5 Hak Reproduksi Dan Sosial
1) Kedua calon pengantin mempunyai kebebasan, hak dan tanggung jawab yang
sama dalam memutuskan kapan akan mempunyai anak, berapa jumlah anak
dan kelahiran.
2) Hak reproduksi dan seksual harus menjamin keselamatan dan keamanan
calon pengantin, termasuk mendapatkan informasi yang lengkap tentang
kesehatan reproduksi dan seksual.
3) Informasi yang diterima harus membuat calon pengantin mengerti tentang
informasi yang diberikan sehingga dapat membuat keputusan tanpa terpaksa.
4) Calon pengantin juga berhak untuk memperoleh informasi dan pelayanan KB
yang aman, efektif, terjangkau, dapat diterima sesuai dengan pilihan tanpa
paksaan.
5) Pihak perempuan berhak mendapatkan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan
yang memungkinkannya sehat dan selamat dalam menjalani kehamilan,
persalinan, dan nifas, serta memperoleh bayi yang sehat.
Program asuhan prakonsepsi adalah program yang berguna untuk
mengidentifikasi hal-hal yang berkaitan dengan masalah kesehatan, kebiasaan
gaya hidup, atau masalah sosial yang kurang baik yang mungkin mempengaruhi
kehamilan. Program asuhan prakonsepsi ini terdiri atas:
7

1) Pemeriksaan fisik, meliputi: penimbangan berat badan, pengukuran tinggi


badan, pengukuran lingkar lengan atas, dan pemeriksaan tanda-tanda vital.
2) Pemeriksaan laboratorium, meliputi: kadar hemoglobin, HBSAg, HIV, tes
kehamilan, dan golongan darah (jika belum diketahui).
3) Pemberian imunisasi Tetanus Toxoid.
4) Pemberian suplementasi gizi (Fe) bila diperlukan.
5) Pemberian Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) pranikah, meliputi:
kesehatan reproduksi dan pendekatan siklus hidup, hak reproduksi, dan
persiapan yang perlu dilakukan dalam persiapan pranikah.

1.2 Persiapan Kesehatan Pranikah


1.2.1 Persiapan Fisik
Dalam rangka mempersiapkan kesehatannya sebelum menikah, catin perlu
menjalani beberapa prosedur pemeriksaan, antara lain:
1) Pemeriksaan tanda-tanda vital: suhu, nadi, frekuensi nafas, tekanan darah.
2) Pemeriksaan status gizi:
(1) Berat badan
(2) Tinggi badan
(3) Lingkar lengan atas
(4) Tanda-tanda anemia
3) Pemeriksaan rutin atas indikasi seperti: Gula darah, IMS, HIV, Malaria,
Thalasemia, Hepatitis B, TORCH (toksoplasma, rubella, citomegalovirus dan
herpes simpleks), dsb.
1.2.2 Persiapan Gizi
Status gizi catin perempuan perlu diketahui dalam rangka mempersiapkan
kehamilan:
1) Status gizi dapat diketahui dengan pengukuran indek masa tubuh (IMT).
Untuk catin perempuan ditambahkan dengan pengukuran Lingkar Lengan
Atas (LiLA).
2) IMT merupakan proporsi standar berat badan (BB) terhadap tinggi badan
(TB).
8

3) Pengukuran LiLA bertujuan untuk mengetahui adanya resiko Kurang Energi


Kronik (KEK). Ambang batas LiLA pada WUS dengan KEK di Indonesia
adalah 23,5 cm, artinya catin perempuan mengalami KEK.
Cara menghitung IMT
IMT=BB (kg)/TB (m)2
Keterangan:
BB= Berat badan (kg)
TB= Tinggi badan (m)
Tabel klasifikasi nilai IMT

Sebelum memasuki jenjang pernikahan, catin perlu melakukan persiapan gizi


antara lain:
1) Setiap pasangan catin dianjurkan untuk makan makanan bergizi seimbang.
2) Setiap catin perempuan dianjurkan untuk mengkonsumsi tablet tambah darah
(TTD) yang mengandung zat besi dan asam folat seminggu sekali.
3) Bagi catin perempuan yang mengalami KEK (kurang energi kronik) dan
anemia maka perlu ditentukan penyebabnya dan tatalaksana sesuai penyabab
tersebut.
4) Untuk mendapatkan masukan gizi yang seimbang kedalam tubuh catin perlu
mengkonsumsi lima kelompok pangan yang beraneka ragam setiap hari atau
setiapkali makan. Lima kelompok pangan tersebut adalah makanan pokok,
lauk pauk sayuran, buah-buahan dan minuman.
5) Beberapa hala yang perlu diperhatikan dalam menjaga agar tubuh tetap sehat:
(1) Biasakan minum air putih 8 gelas perhari
(2) Hindari minum teh atau kopi setelah makan
9

(3) Batasi mengkonsumsi gula, garam, dan lemak/minyak


1.2.3 Imunisasi TT
1) Imunisasi TT untuk WUS (wanita usia subur) termasuk wanita hamil dan
catin, merupakan imunisasi lanjutan yang terdiri dari imunisasi terhadap
penyakit Tetanus dan Difteri.
2) Catin perempuan perlu mendapatkan imunisasi tetanus agar memiliki
kekebalan sehingga bila hamil dan melahirkan, ibu dan bayi akan terlindungi
dari penyakit tetanus.
3) Tiap WUS (15-49 tahun) diharapkan sudah mendapatkan 5 kali imunisasi
tetanus lengkap (5T).
4) Sebelum imunisasi, dilakukan penentuan status imunisasi (status T) melalui
skrining. Jika status T belum lengkap maka catin perempuan harus
melangkapinya di Puskesmas.
5) Pemberian imunisasi tetanus tidak perlu diberikan, apabila status T sudah
mencapai 5T, yang harus dibuktikan dengan catatan yang tercantum aaantara
lain pada kartu imunisasi, buku kesehatan ibu dan anak, buku raport
kesehatankku, kohort dan/atau rekam medis catin yang bersangkutan.
Status Imunisasi Tetanus Pada Catin

1.2.4 Organ Reproduksi


1) Organ Reproduksi Perempuan
(1) Ovarium (Indung Telur)
Ovarium adalah organ yang terletak di kiri dan kanan rahim di ujung saluran
telur (fimbrae atau umbai-umbai) dan terletak di rongga pinggul, indung telur
berfungsi mengeluarkan sel telur bergiliran mengeluarkan sel telur. Sel telur
adalah sel yang di hasilkan oleh indung telur yang dapat di buahi oleh sperma
10

sehingga menjadi konsepsi (pembuahan). Bila tidak di buahi, sel telur akan ikut
keluar Bersama darah saat menstruasi.
(2) Tuba Fallopii (Saluran Telur)
Tuba Fllopii adalah saluran yang berada di kiri dan kanan Rahim yang
berfungsi untuk di lalui oleh sel telur dari indung telur menuju Rahim.
(3) Fimbrae (Umbai-Umbai)
Fimbrae adalah dapat dianalogikan dengan jari-jari tangan, umbai-umbai ini
berfungsi untuk menangkap sel telur yang di keluarkan indung telur.
(4) Uterus (Rahim)
Uterus adalah tempat janin berkembang, bentuknya seperti buah pir dan berat
normalnya antara 30-50 gram. Pada saat tidak hamil, besar Rahim kurang lebih
sebesar telur ayam kampung, dindingnya terdiri dari:
1) Lapisan parametrium yaitu merupaka lapisan paling luar dan yang
berhubungan dengan rongga perut.
2) Lapisan myometrium yaitu merupakan lapisan yang berfungsi mendorong
bayi keluar pada proses persalinan (Kontraksi).
3) Lapisan endometrium yaitu merupakan lapisan dalam Rahim tempat
menempelnya sel telur yang sudah di buahi. Lapisan ini terdiri dari lapisan
kelenjar yang berisi pembuluh darah.
(5) Serviks (Leher Rahim)
Serviks adalah bagian uterus yang berbatasan dengan vagina. Pada saat
persalinan tiba, leher Rahim membuka sehingga bayi dapat keluar.
(6) Vagina (Liang Kemaluan)
Vagina adalah sebuah saluran terbentuk silinder dengan diameter depan
kurang lebih 6,5 Cm dan dinding belakang kurang lebih 9 cm yang bersifat elastis
dengan berlipat-lipat. Fungsinya sebagai tempat penis berada saat bersenggama,
tempat keluarnya menstruasi dan bayi.
(7) Klitoris (Kelentit)
Klitoris merupakan organ kecil yang paling peka rangsangan di bandingkan
dengan bagian-bagian alat kelamin perempuan yang lain, klitoris banyak
mengandung pembuluh darah dan syaraf.
11

(8) Labia (Bibir Kemaluan)


Labia adalah terdiri dari dua bibir, yaitu bibir besar (labia mayor) dan bibir
krcil (labia minor).
2) Organ Reproduksi Laki-laki
(1) Testis (Buah Zakar)
Testis adalah berjumlah dua buah untuk memproduksi sperma setiap hari
dengan bantuan testosterone. Testis berada dalam skrotum, di luar rongga panggul
karena pembentukan sperma membutuhkan suhu yang lebih rendah dari pada suhu
badan (36,7°C). Sperma merupakan sel yang berbentuk seperti berudu (kecebong)
berekor hasil dari testis yang di keluarkan saat ejakulasi bersama cairan mani dan
bila bertemu dengan sel telur yang matang akan terjadi pembuahan.
(2) Skrotum (Kantung Buah Zakar)
Skrotum adalah kantong kulit yang melindungi testis, berwarna gelap dan
berlipat-lipat. Skrotum adalah tempat bergantungnya testis. Skrotum mengandung
otot polos yang mengatur jarak testis ke dinding perut dengan maksud mengatur
suhu testis agar relative tetap.
(3) Van Deferens (Saluran Sperma)
Van Deferen adalah saluaran yang menyalurkan sperma dan testis-epididimis
menuju ke uretra atau saluran kencing pars prostatika. Van Deferens panjangnya
kurang lebih 4,5 Cm dengan diameter kurang lebih 2,5 mm. saluran ini muara dari
epididymis yaitu saluran-saluran yang lebih kecil dari van deferens. Bentuknya
berkelok-kelok dan membentuk bangunan seperti topi.
(4) Prostat, Vesikula Seminalis, Dan Beberapa Kelenjar Lainnya
Adalah kelenjar-kelenjara yang menghasilkan cairan mani (semen). Yang
berguna untuk memberikan makanan pada sperma.
(5) Penis
Penis berfungsi untuk alat senggama dan sebagian saluran untuk pengeluaran
sperma dan air seni. Pada keadaan biasa, ukuran penis kecil. Ketika terangsang
secara seksual darah banyak di pompa ke penis sehingga berubah menjadi tegang
dan besar disebut sebagai ereksi. Bagian glns merupakan bagian depan atau
kepala penis. Glans banyak mengandung pembuluh darah dan syaraf. Kulit yang
12

menutupi glans disebut foreskin (preputium). Pada laki-laki sunat dilakukan


dengan cara membuang kulit preputium. Secara medis sunat dianjurkan
mengurangi kemungkinan terkena infeksi, radang, dan kanker.
1.2.5 Menjaga Kesehatan Organ Reproduksi
Organ reproduksi perlu dijaga kesehatannya agar dapat berfungsi dengan
baik. Beberapa tips agar dapat menjaga kesehatan organ reproduksi antara lain:
1) Sebaiknya pakaian dalam diganti minimal 2 kali sehari
2) Gunakan pakaian dalam berbahan sintestis (katun) yang dapat menyerap
keringat dan tidak terlalu ketat.
3) Membersihkan organ reproduksi luar dari depan ke belakang dengan
mengunakan air bersih dan dikeringkan menggunakan handuk atau tisu.
4) Pakailah handuk yang bersih, kering, tidak lembab atau bau.
5) Khusus untuk perempuan
(1) Tidak boleh terlalu sering menggunakan pembilas cairan vagina.
(2) Jangan memakai pembalut tipis dalam waktu yang lama
(3) Pergunakan pembalut ketika menstruasi dan diganti paling lama setiap 4 jam
sekali atau setelah buang air.
(4) Bagi perempuan yang sering keputih, berbau dan berwarna harap
memeriksakan diri ke petugas kesehatan.
6) Bagi laki-laki dianjurkan untuk disunat
1.2.6 Tindak Kekerasan Yang Mengganggu Pernikahan
Pernikahan ideal dapat terjadi ketika perempuan dan laki-laki saling
menghormati dan menghargai satu dengan yang lainnya, akan tetapi apabila hal
diatas tidak terjadi, maka hal-hal yang harus dihindari dalam pernikahan adalah
melakukan:
1) Kekerasan secara fisik (misalnya: memukul, menendang, menampar,
menjambak rambut, menyudut dengan rokok, melukai).
2) Kekerasan secara psikis (misalnya: menghina mengeluarkan komentar-
komentar yang merendahkan, melarang istri mengunjungi saudara atau
teman-temannya, mengancam)
13

3) Kekerasan seksual (misalnya: memaksa dan menuntut untuk berhubungan


sexual).
4) Penelantaran (misalnya: tidak memberi nafkah istri, melarang istri bekerja).
5) Eksploitasi (misalnya: memanfaatkan, memperdagangkan, dan
memperbudakkan orang)
1.2.7 Solusi Mengatasi Tindak Kekerasan
Apabila hal tersebut terjadi, maka sebaiknya baik suami ataupun istri,
berupaya mencari solusi dengan terlebih dahulu dengan berdialog. Apabila hal ini
tejadi, maka langkah-langkah yang harus dilakukan:
1) Mendatangi fasilitas Kesehatan (Puskesmas, Rumah Sakit) untuk mengobati
luka-luka yang dialami dan mendapatkan visum dari dokter atas permintaan
penyidik
2) Menceritakan kejadian kepada keluarga, teman dekat, atau kerabat
3) Melapor kepolisi (Unit Pelayanan Perempuan dan anak atau UPPA)
4) Mendapatkan pendampingan dari tokoh Agama, Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM), Psikolog, Lembaga Bantuan Hukum (LBH).
1.2.8 Bentuk Ketidak Setaraan Gender Dalam Rumah Tangga
1) Stereotipi (pelabelan kepada perempuan atau laki-laki). Misalnya: laki-laki
kuat, perempuan lemah, perempuan emosional, laki-laki rasional
2) Subordinasi (yang diutamakan adalah laki-laki terlebih dahulu baru
perempuan).
3) Marginalisasi (perempuan ditempatkan sebagi orang yang tidak memiliki
peran penting).
4) Beban ganda (beban kerja perempuan lebih lama dan lebih banyak, misalnya
perempuan dituntut menjadi ibu rumah tangga sekaligus pencari nafkah
keluarga).
1.2.9 Menjaga Kesehatan Jiwa Dan Harmonisasi Pasangan Suami Istri
Sehat jiwa adalah dimana kondisi seorang individu dapat berkembang secara
fisik, mental, spiritual dan sosial sehingga individu tersebut menyadari
kemampuan sendiri, dapat megatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif, dan
mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya.
14

Ciri-ciri jiwa sehat


1) Perasaan sehat dan bahagia
2) Menyadari kemampuan diri
3) Merasa nyaman terhadap diri sendiri
4) Dapat menerima orang lain apa adanya
5) Merasa nyaman berinteraksi dengan orang lain
6) Mampu memenuhi kebutuhan hidup
7) Mampu menghadapi tantangan hidup
8) Mempunyai sikap positif terhadap diri dan orang lain
Untuk menjaga harmosisasi pasangan suami istri setiap catin perlu mengenali
karakteristik dari masing-masing pasangan. Karakteristik pasangan suami istri
yang baik.
1) Mengatahui dan melaksanakan tugas dan tanggung jawab masing-masing
yang sudah menjadi komitmen bersama.
2) Saling mengerti, menghormati, menghargai, dan menutupi masing-masing
pasangan kepada orang lain.
3) Bersama-sama menjaga kesehatan keluarga

1.3 Pemeriksaan Masa Subur


Masa subur adalah saat indung telur (ovarium) melepas sel telur (ovum) yang
sudah siap dibuahi ke dalam saluran indung telur (tuba falopi). Masa subuh adalah
periode dalam siklus menstruasi dimana konsepsi atau fertilisasi (pembuahan
paling mungkin terjadi), karena pada periode tersebut terdapat sel telur yang
matang dan siap dibuahi.
1) Masa subur dapat diketahui dengan cara menghitung ovulasi/ masa subur
pada wanita.
2) Puncak masa subur biasanya terjadi pada 13 hari setelah hari pertama haid,
sedangkan masa subur biasa akan terjadi kurang lebih tiga hari sebelum dan
sesuadah menuju puncak masa subur tersebut.
3) Tanda-tanda masa subur
15

(1) Perubahan lendir serviks


Pada masa subur lendir serviks akan bertekstur lengket dan kental. Perubahan
terjadi menjelang masa subur, yaitu dengan meningkatnya jumlah cairan dan
perubahan tekstur berwarna bening dan lebih cair.
(2) Dorongan seksual meningkat
Hormon estrogen dan progesteron akan meningkat dalam masa subur
sehingga meningkatkan hasrat seksual.
(3) Temperatur tubuh meningkat dan payudara melunak
Meningkatnya hormon progesteron ketika masa subur akan memicu kenaikan
suhu tubuh (± 0,5 0C) dan menyebabkan payudara menjadi lebih lunak.
1.3.1 Lembaran Kurva Temperatur Basal
1) Cara kerja
Suhu tubuh basal adalah suhu terendah yang dicapai oleh tubuh selama
istirahat atau dalam keadaan istirahat (tidur). Pengukuran suhu basal dilakukan
pada pagi hari segera setelah bangun tidur dan sebelum melakukan aktivitas
lainnya.Tujuan pencatatan suhu basal untuk mengetahui kapan terjadinya masa
subur/ovulasi. Suhu basal tubuh diukur dengan alat yang berupa termometer basal.
Termometer basal ini dapat digunakan secara oral, per vagina, atau melalui dubur
dan ditempatkan pada lokasi serta waktu yang sama selama 5 menit.
Suhu normal tubuh sekitar 35,5-36 derajat Celcius. Pada waktu ovulasi, suhu
akan turun terlebih dahulu dan naik menjadi 37-38 derajat kemudian tidak akan
kembali pada suhu 35 derajat Celcius. Pada saat itulah terjadi masa subur/ovulasi.
Kondisi kenaikan suhu tubuh ini akan terjadi sekitar 3-4 hari, kemudian akan
turun kembali sekitar 2 derajat dan akhirnya kembali pada suhu tubuh normal
sebelum menstruasi. Hal ini terjadi karena produksi progesteron menurun.
Apabila grafik (hasil catatan suhu tubuh) tidak terjadi kenaikan suhu tubuh,
kemungkinan tidak terjadi masa subur/ovulasi sehingga tidak terjadi kenaikan
suhu tubuh. Hal ini terjadi dikarenakan tidak adanya korpus luteum yang
memproduksi progesteron. Begitu sebaliknya, jika terjadi kenaikan suhu tubuh
dan terus berlangsung setelah masa subur/ovulasi kemungkinan terjadi kehamilan.
16

Karena, bila sel telur/ovum berhasil dibuahi, maka korpus luteum akan terus
memproduksi hormon progesteron. Akibatnya suhu tubuh tetap tinggi.
2) Manfaat
Metode suhu basal tubuh berguna bagi pasangan yang menginginkan
kehamilan.
3) Efektifitas
Metode suhu basal tubuh akan efektif bila dilakukan dengan benar dan
konsisten. Suhu tubuh basal dipantau dan dicatat selama beberapa bulan berturut-
turut dan dianggap akurat bila terdeteksi pada saat ovulasi. Tingkat keefektian
metode suhu tubuh basal sekitar 80 persen atau 20-30 kehamilan per 100 wanita
per tahun. Secara teoritis angka kegagalannya adalah 15 kehamilan per 100 wanita
per tahun. Metode suhu basal tubuh akan jauh lebih efektif apabila
dikombinasikan dengan metode kontrasepsi lain seperti kondom, spermisida
ataupun metode kalender atau pantang berkala (calender method or periodic
abstinence).
1) Faktor Yang Mempengaruhi Keandalan Metode Suhu Basal
(1) Penyakit.
(2) Gangguan tidur.
(3) Merokok dan atau minum alkohol.
(4) Penggunaan obat-obatan ataupun narkoba.
(5) Stres.
(6) Penggunaan selimut elektrik.
2) Keuntungan
(1) Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran pada pasangan suami istri tentang
masa subur/ovulasi.
(2) Membantu wanita yang mengalami siklus haid tidak teratur mendeteksi masa
subur/ovulasi.
(3) Dapat digunakan sebagai kontrasepsi ataupun meningkatkan kesempatan
untuk hamil.
(4) Membantu menunjukkan perubahan tubuh lain pada saat mengalami masa
subur/ovulasi seperti perubahan lendir serviks.
17

(5) Metode suhu basal tubuh yang mengendalikan adalah wanita itu sendiri.
3) Kekurangan
(1) Membutuhkan motivasi dari pasangan suami istri.
(2) Memerlukan konseling dan KIE dari tenaga medis.
(3) Suhu tubuh basal dapat dipengaruhi oleh penyakit, gangguan tidur, merokok,
alkohol, stres, penggunaan narkoba maupun selimut elektrik.
(4) Pengukuran suhu tubuh harus dilakukan pada waktu yang sama.
(5) Tidak mendeteksi awal masa subur.
(6) Membutuhkan masa pantang yang lama.
4) Cara mengukur suhu
(1) Mengukur suhu pada waktu yang hampir sama setiap pagi ( sebelum bangkit
dari tempat tidur ) dan mencatat suhu ibu pada kartu yang telah disediakan.
(2) Memakai catatan suhu pada kartu tersebut untuk 10 hari pertama dari siklus
haid untuk menentukan suhu tertinggi dari suhu yang normal, rendah.
Mengabaikan suhu tinggi yang disebabkan oleh demam atau gangguan lain.
(3) Menarik garis pada 0,05°C – 0,1°C di atas suhu tertinggi dari 10 suhu 10 hari
tersebut. Ini dinamakan garis pelindung ( cover line ) atau garis suhu.
(4) Masa tak subur mulai pada sore setelah hari ketiga berturut-turut suhu berada
di atas garis pelindung tersebut.
Catatan :
1) Jika salah satu dari 3 suhu tersebut di bawah garis pelindung (cover line)
selama perhitungan 3 hari, ini mungkin tanda bahwa ovulasi belum terjadi.
Untuk menghindari kehamilan menunggu sampai 3 hari berturu-turut suhu
tersebut di atas garis pelindung sebelum memulai senggama.
2) Ketika mulai masa tak subur, tidak perlu untuk mencatat suhu basal ibu. Ibu
dapat berhenti mencatat sampai haid berikut mulai dan bersenggama sampai
hari pertama haid berikutnya.
1.3.2 Pemeriksaan Mucus Serviks
1) Pengertian
Pemeriksaan mucus serviks dilakukan dengan cara mengenali masa subur dari
siklus menstruasi dengan mengamati lendir serviks dan perubahan rasa pada vulva
18

menjelang hari-hari ovulasi. Metode lendir serviks adalah metode mengamati


kualitas dan kuantitas lendir serviks setiap hari. Periode subur ditandai dengan
lendir yang jernih, encer, dan licin.
2) Cara kerja
Pengamatan lendir serviks dapat dilakukan dengan merasakan perubahan rasa
pada vulva sepanjang hari dan melihat langsung lendir pada waktu tertentu.
Menjelang ovulasi lendir ini akan mengandung banyak air (encer) sehingga
mudah dilalui sperma. Setelah ovulasi lendir kembali menjadi lebih padat. Jika
lendir mulai keluar atau bagi wanita yang mengalami keputihan (sering
mengeluarkan lendir) lendir mengencer, bergumpal-gumpal dan lengket, hal ini
menunjukan akan terjadi ovulasi. Pada puncak masa subur, yaitu menjelang dan
pada saat ovulasi lendir akan keluar dalam jumlah lebih banyak menjadi
transparan, encer dan bening seperti putih telur dan dapat ditarik diantara dua jari
seperti benang.Sehingga ini adalah waktu terbaik untuk senggama bila hendak
merencanakan kehamilan.
Lendir dari serviks tidak dapat diamati pada saat sedang terangsang dan
beberapa jam setelah senggama, karena dinding vagina juga akan mengeluarkan
lendir yang akan memalsukan lendir serviks.
3) Manfaat
Metode mucus serviks bermanfaat untuk mencegah kehamilan yaitu dengan
berpantang senggama pada masa subur. Selain itu, metode ini juga bermanfaat
bagi wanita yang menginginkan kehamilan.
(1) Kelebihan Mudah digunakan.
1) Tidak memerlukan biaya
2) Metode mucus serviks merupakan metode keluarga berencana alami lain yang
mengamati tanda-tanda kesuburan.
(2) Kekurangan
1) Tidak efektif bila digunakan sendiri, sebaiknya dikombinasikan.
2) Tidak cocok untuk wanita yang tidak menyukai menyentuh alat kelaminnya.
3) Wanita yang memiliki infeksi saluran reproduksi dapat mengaburkan tanda-
tanda kesuburan.
19

4) Wanita yang menghasilkan sedikit lendir.


(3) Indikasi
1) Semua perempuan semasa reproduksi, baik siklus haid teratur maupun tidak
teratur, tidak haid baik karena menyusui maupun pramenopause.
2) Semua perempuan dengan paritas berapa pun termasuk nulipara.
3) Perempuan kurus atau gemuk.
4) Perempuan yang merokok.
5) Perempuan dengan alasan kesehatan tertentu seperti hipertensi sedang,
varises, dismenorea, sakit kepala sedang atau hebat, mioma uteri,
endometritis, kista ovarii, anemia defisiensi besi, hepatitis virus, malaria,
trombosis vena dalam, atau emboli paru.
6) Pasangan yang ingin dan termotivasi untuk mengobservasi, mencatat, dan
menilai tanda dan gejala kesuburan.
(4) Kontraindikasi
1) Perempuan yang dari segi umur, paritas atau masalah kesehatannya membuat
kehamilan menjadi suatu kondisi risiko tinggi.
2) Perempuan sebelum mendapat haid (menyusui, segera setelah abortus)
3) Perempuan dengan siklus haid yang tidak teratur
4) Perempuan yang pasangannya tidak mau bekerjasama
5) Perempuan yang tidak suka menyentuh daerah genitalianya
1.3.4 Tes Fern
1) Pengertian
Pemeriksaan fern (uji pakis) lendir serviks merupakan salah satu parameter
dalam evaluasi lendir serviks. Ferning adalah pembentukan struktur seperti daun
pakis mengacu pada derajat dan pola yang tampak jika lendir dikeringkan diatas
permukaan kaca objek. Waktu pemeriksaan yang paling sering dilakukan adalah
pada saat ovulasi, bentuk daun pakis akan lebih jelas apabila diambil sampel
lendir pada waktu yang mendekati ovulasi, dimana struktur tersebut akan
mengering menjadi sebuah bentuk sepert daun pakis (tes fern). Terdapatnya
infeksi serviks atau darah pada saat pemeriksaan fern akan menghambat
pembentukan pola pakis yang sempurna. Ditemukannya pola pakis yang
20

sempurna selama pertengahan siklus menstruasi menandakan aktivitas estrogen


yang baik dan tidak terdapat infeksi serviks.
2) Tujuan Pemeriksaan
(1) Menilai aktifitas estrogen.
(2) Menentukan ovulasi.
(3) Menilai mukus serviks dan penetrasi sperma, ditemukannya pola pakis
dengan bentuk yang sangat baik pada saat pertengahan siklus menstruasi
menandakan aktivitas estrogen dan kanal serviks yang sehat.
(4) Insufisiensi progesteron pada plasenta, ketika pemeriksaan fern digunakan
untuk tujuan diagnostik, maka dilakukan sangat teliti untuk membedakan
bentuk ferning yang tidak khas dan bentuk ferning yang sempurna.
(5) Menentukan kehamilan awal, ditemukannya pola pakis yang sempurna dapat
menyingkirkan diagnosis dari kehamilan jka seorang wanita tidak mengalami
haid pada periode tersebut.
(6) Memeriksa kebocoran cairan amnion, pemeriksaan fern sebagian besar
digunakan bersama-sama dengan tes nitrazine untuk menegakkan diagnosis
ketuban pecah dini (KPD).
(7) Sebagai evaluasi infertilitas, dengan melakukan pemeriksaan dasar yang baik
dan lengkap, maka terapi dapat diberikan dengan cepat dan tepat, sehingga
penderita infertilitas dapat terhindar dari keterlambatan tatalaksana
infertilitas.
1.3.5 Uji Pasca Coitus
Uji pasca senggama dilakukan dengan memeriksa kadar sel sperma pada
lendir serviks (tepatnya di forniks posterior vagina, ektoserviks, dan endoserviks)
dalam 8-10 jam setelah pasangan suami istri bersenggama di masa subur.
Pemeriksaan uji pasca-senggama dimaksudkan untuk mengetahui
kemampuan tembus spermatozoa dalam lendir serviks. Dari sini, bisa dievaluasi
bagaimana kualitas dan kuantitas sel sperma, serta interaksinya dengan sel-sel di
sekitar serviks.
Pemeriksaan ini dilakukan sekitar perkiraan masa ovulasi yaitu hari ke 12, 13,
dan 14, dengan perhitungan menstruasi hari pertama dianggap ke-1.
21

Prosedur Pemeriksaan
1) Tampilkan serviks dengan speculum tanpa minyak vagina.
2) Ambil sebanyak mungkin cairan semen difornix posterior vagina dengan
spuit tuberclin tanpa jarum, atau pipet pasteur.
3) Kemudian cairan diletakkan diatas objek glass dan ditutup dengan deks glass
serta dibuat apusan tebal.
4) Dilihat dengan pembesaran mikroskop sebesar 400x.

1.4 Kondisi Kesehatan Dan Penyakit Yang Perlu Diwaspadai Oleh Pasangan
Calon Pengantin
1.4.1 Pemeriksaan Darah
1) Hemoglobin/Haemoglobin (Hb)
Hemoglobin adalah suatu protein yang berada di dalam darah yang berfungsi
sebagai pengangkut oksigen.
2) Nilai normal
(1) Dewasa pria 13.5-18.0 gram/dL
(2) Wanita hamil 10-15 gram/dL
(3) Wanita 12-16 gram/dL
(4) Anak 11-16 gram/dL
(5) BaLita 9-15 gram/dL,bayi 10-17 gram/dL
(6) Neonatus 14-27 gram/dL
3) Hb rendah (<10 gram/dL)
(1) Anemia defisiensi besi.
(2) Pendarahan berat, hemolisis, leukemia leukemik, lupus eritematosus sistemik,
dan diet vegetarian ketat (vegan).
(3) Dari obat-obatan: obat anti kanker, asam asetilsalisila, rifampisin, primakuin,
dan sulfonamid. Ambang bahaya adalah Hb<5 gram/dL.
4) Hb tinggi (>18 gram/dL)
Luka bakar, gagal jantung, COPD (bronkitis kronik dengan cor pulmonale),
dehidrasi/diare, eritrositosis, polisitemia vera, dan pada penduduk pegunungan
tinggi yang normal. Dari obat-obatan: metildopa dan gentamisin.
22

1.4.2 Anemia
Anemia adalah kondisi dimana kadar hemoglobin (Hb) didalam darah kurang
dari normal (12 mg/dL). Anemia dapat menimbulkan resiko pada kehamilan dan
persalinan.
Anemia sering dialami oleh perempuan karena kurannya asupan atau
konsumsi makanan yang mengandung zat besi, pengaturan pola makan yang
salah, gangguan haid/haid tak normal, dan penyakit lainnya (seperti kecacingan,
malaria dan lainnya).
1) Tanda anemia
(1) Lesu, letih, lemah, lelah, lungali (5L).
(2) Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang.
2) Ibu hamil dikatakan anemia apabila, Hb 11 mg/dL. Dampak anemia pada ibu
hamil adalah:
(1) Pertumbuhan janin terhambat.
(2) Bayi berat lahir rendah (BBLR).
(3) Bayi lahir sebelum waktunya (prematur).
(4) Bayi mengalami kelainan bawaan.Anemia pada bayi yang dilahirkan.Resiko
perdarahan saat melahirkan
3) Anemia dapat dicegah dan diatasi dengan:
(1) Mengkonsumsi makanan yang bergiz dan seimbang.
(2) Minum tablet tambah darah (TTD) satu tablet perminggu sebelum hamil dan
1 tablet perhari selama kehamilan.
(3) Mengobati jika ada penyakit penyerta yang menyebabkan anemia.
1.4.3 KEK
Kondisi kurang gizi dalam keadaan terus menerus dapat mengakibatkan
kekurangan energi kronik (KEK). KEK adalah keadaan dimana seseorang
mengalami kekurangan gizi (kalori dan protein) yang berlangsung lama atau
menahun. Untuk mengetahui status KEK wanita subur adalah dengan cara
mengukur lingkar lengan atas (LiLA). Ambang batas LiLA pada WUS dengan
KEK di Indonesia adalah 23,5 cm. Artinya apabila LiLA kurang dari 23,5 cm
WUS mengalami KEK.
23

Ibu hamil dengan kekurangan gizi memiliki resiko yang dapat


membahayakan ibu dan janin antara lain:
1) Anemia pada ibu dan janin
2) Perdarahan saat melahirkan
3) Keguguran
4) Mudah terkena penyakit infeksi
5) Berat badan lahir rendah (BBLR)
6) Bayi lahir mati
7) Kelainan bawaan pada janin
8) Stunting
1.4.4 Diabetes Melitus
Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit kronis yang ditandai dengan
peningkatan kadar gula dalam darah ≥ 200 mg/dL (pada pemeriksaan gula darah
sewaktu). DM disebabkan oleh kurangnya atau ketidakmampuan tubuh untuk
memanfaatkan hormon insulin. DM dapat memicu kerusakan organ lain dalam
tubuh.
1) Gejala
(1) Trias DM (banyak minum, banyak makan, sering kencing)
(2) Mudah lelah dan mengantuk
(3) Penglihatan kabur
(4) Penurunan berat badan meskipun napsu makan mengalami peningkatan
(5) Bila terdapat luka lebih sulit sembuh
(6) Masalah pada kulit (misalnya gatal-gatal)
2) Pencegahan
Menjaga pola makan dengan gizi seimbang, melakukan aktivitas fisik dan
pemeriksaan kesehatan secara rutin.
3) Dampak terhadap kehamilan
(1) Berat badan bayi lahir diatas normal/lebih besar
(2) Bayi beresiko mengalami bilirubinemia (kuning)
(3) Peningkatan resiko lahir prematur
(4) Peningkatan resiko hipertensi dalam kehamilan
24

(5) Peningkatan resiko diabetes pada kehamilan berikutnya


(6) Bayi beresiko mengidap diabetes pada saat dewasa
1.4.5 TORCH
TORCH adalah penyakit yang disebabkan oleh virus virus Toksoplasma,
Rubella, Cytomegalovirus (CMV) dan Herpes simplex virus II (HSV-II) serta
virus lainnya.
1) Pencegahan:
(1) Vaksinasi MMR (Mumps Measles Rubella) untuk mencegah komponen
rubella dari TORCH dilakukan 3-6 bulan dari rencana hamil.
(2) Perilaku hidup bersih dan sehat cuci tangan pakai sabun, mencuci bahan
makanan (sayuran, buah dan lainnya) dengan air bersih yang mengalir, dan
memasak maknaan sampai matang sempurna.
2) Penularan:
(1) Penularan aktif: konsumsi makanan dan syuran yang terkontaminasi virus
TORCH dan tidak dimasak sempurna.
(2) Maknan/sayuran dapat terkontaminasi virus TORCH dari kotoran hewan
seperti kucing, anjing, ayam, burung dan lain-lain.Penularan pasif: dari ibu
hamil pengidap TORCH ke janin
3) Dampak:
Infertilitas (baik catin perempuan maupun laki-laki) kelak jika hamil dapat
mengakibatkan kecacatan pada janin, misalnya kelainan saraf, mata, telingga,
otak (mikrosefali dan hidrosefalus), kelainan paru-paru, limpa, terganggunya
fungsi motorik dan lain-lain.
1.4.6 Hepatitis B
Hepatitis B merupakan penyakit penular berupa peradangan hati yang
disebabkan oleh virus hepatitis B. Virus hepatitis B dapat ditularkan melalui darah
dan cairan tubuh dari penderita yang terinfeksi, seperti cairan selebrospinal, cairan
vagina dan cairan tubuh lainnya. Apabila salah satu catin menderita hepatitis B,
akan dapat menularkan pada pasangannyadan keturunannya.
25

1) Gejala
Gejala sering timbul dalam keadaan penyakit yang sudah lanjut seperti sirosis
(penyakit hati) bahkan kanker hati, sehingga hepatitis sering disebut sebagai silent
killer atau penyakit mematikan. Gejala yang dapat timbul:
(1) Demam
(2) Mual dan muntah
(3) Rasa lelah
(4) Kencing berwarna gelap seperti teh
(5) Mata dan kulit berwarna kuning.
2) Faktor Resiko Penularan
95% penularan berasal dari ibu hamil mengidap virus Hepatitis B ke bayi
yang dikandung atau dilahirkan 3-5% penularan melalui:
(1) Hubungan seksual tidak aman dengan mengidap hepatitis B
(2) Transfusi darah terkontaminasi virus hepatitis B
(3) Penggunaan jarum suntik bergantian yang terkontaminasi virus Hepatitis B
3) Pencegahan
(1) Menghindari faktor resiko penularan Hepatitis B
(2) Imunisasi Hepatitis B yang diberikan sebanyak sebanyak 3 kali, yaitu pada
bulan ke 0, 1 dan 6
4) Bila Sudah Terdeteksi Hepatitis B
(1) Segera konsultasi ke dokter
(2) Perlukaan pada kulit harus selalu dibalut
(3) Tidak berbagi peralatan pribadi seperti pisau cukur, sikat gigi, sisir, gunting
kuku dengan orang lain.
1.4.7 HIV-AIDS
HIV (Human Immunodeficiency Virus) merupakan kuman/virus penyebab
AIDS. AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome) adalah kumpulan gejala
penyakit akibat menurunnya kekebalan tubuh yang didapat dari infeksi HIV.
1) HIV ditularkan melalui pertukaran cairan tubuh manusia. Beberapa cara yang
berisiko menularkan diantaranya:
26

(1) Hubungan seksual tidak aman. Pada saat berhubungan seksual tanpa kondom,
HIV dapat menular dari darah orang yang terinfeksi, cairan mani/sperma atau
cairan vagina langsung ke aliran darah pasangannya, atau melalui selaput
lendir yang berada dalam bagian vagina, penis atau dubur.
(2) HIV dapat menular melalui transfusi darah yang mengandung HIV atau
melalui alat tindakan medis lain yang tercemar HIV.
(3) Penggunaan jarum suntik bersama/bergantian pecandu narkoba suntik
beresiko tertular HIV.
(4) HIV menular dari ibu ke bayi pada saat kehamilan, persalinan, dan ketika
menyusui (penularan HIV dari ibu ke anak).
2) HIV Tidak Menular Melalui:
(1) Makan/minum bersama, memakai peralatan makan/ minum bersama.
(2) Bersentuhan, berjabat tangan, berpelukan.
(3) Hidup serumah, menggunkan WC/toilet bersama, berenang bersama.
(4) Bergantian pakaian, handuk, saputangan.
(5) Hubungan sosial lainnya
(6) Gigitan serangga
3) Gejala HIV:
(1) Setelah seseorng terinfeksi HIV, dia terlihat biasa saja seperti halnya orang
lainkarena tidak menunjukkan gejala klinis. Tetapi orang tersebut bisa
menularkan virus HIV melalui penularan cairan tubuh (darah, cairan sperma,
cairan vagina, ASI). Hal ini bisa terjadi selama 5-10 tahun.
(2) Setelah itu orang tersebut menunjukkan kumpulan gejala akibat menurunnya
sistem kekebalan tubuh setelah terinfeksi HIV.
4) Pencegahan HIV AIDS:
(1) Tidak berhubungan seksual.
Tidak melakukan hubungan seksual yang beresiko.
(2) Saling setia
Masing-masing setia dengan pasangan dan tidak melakukan hubungan
seksual dengan orang lain.
(3) Kondom
27

Gunakan kondom secara benar setiap kaliberhubungan seksualapabila salah


satu pasangan ada yang menderita HIVa positif atau status HIV pasangan belum
diketahui.
(4) Hindari penggunaan narkoba suntik
Menggunakan jarum bergantian beresiko menularkan HIV dalam jarum yang
tercemar darah. Namun, apapun bentuknya hindari narkoba karena hanya akan
merugikan diri sendiri.
(5) Penggunaan alat-alat yang seteril.
Jangan gunakan jarum, alat suntik, atau alat peluka (alat penembus) kulit
lainnya (tindik atau tato) secara bergantian. Penularan akan lebih mudah terjadi
melalui darah.
(6) Pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak (PPIA)
1) Apabila salah satu/kedua pasangan mempunyai faktor resiko maka lakukan
tes HIV.
2) Jika salah satu/kedua pasangan mengidap HIV, minum obat ARV sesuai
anjuran secara teratur seumur hidup.
3) Pasangan ODHA harus minum obat ARV dan selalu menggunakan kondom
setiap hubungan seksual.
4) Jika pasangan ODHA ingin memiliki anak, konsultasikan dengan tenaga
kesehatan untuk merencanakan waktu yang tepat untuk hamil sesuai dengan
status kesehatan pasangan.
5) Lakukan tes HIV pada saat pemeriksaan kehamilan trimester I dan berikan
ARV pada bayi profilaksis pada bayi dari ibu HIV.
1.4.8 Malaria
Indonesia mempunyai banyak daerah endemis malaria. Penyakit ini
disebabkan oleh sekelompok parasit plasmodium yang hidup dalam sel darah
merah yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles betina yang terinfeksi
parasit plasmodium. Malaria juga dapat disebabkan melalui transfusi darah yang
terkontiminasi parasit plasmodium. Seseorang yang terinfeksi malaria dapat
terlihat sehat dan tidak menunjukkan gejala.
28

Malaria pada catin perempuan kelak dapat menyabebkan anemia dan dapat
mempengaruhi kesehatan ibu hamil dan janinnya. Anemia pada kehamilan dapat
menyebabkan keguguran, resiko perdarahan saat melahirkan, bayi lahir sebelum
waktunya dan berat badan lahir rendah (BBLR)
1) Pencegahan
(1) Mengenakan kelambu saat tidur
(2) Tutup pintu dan jendela menggunakan kawat/kasa/kelambu nilon
(3) Gunakan pakaian pelindungyang menutupi lengan dan kaki saat keluar rumah
(4) Gunakan obat/krem nyamuk.
1.4.9 Infeksi Saluran Reproduksi (ISR)
ISR adalah masuk dan berkembangnya kuman penyebab infeksi disaluran
reproduksi. ISR dapat ditularkan tanpa hubungan seksual. Jenis-jenis ISR
1) Kandidiasis vaginalis
(1) Gejala
Gatal pada kelamin, kemerahan dan peradangan pada bibir vagina dan liang
vagina, disertai bengkak atau luka sobekan kecil. Keluarnya cairan yang banyak
serta bergumpal dari vagina, kadang-kadang dapat kental, berwarna putih seperti
susu kental atau kekuningan dan berbau asam.
(2) Komplikasi
Lecet atau luka disekitar kelamin
(3) Pencegahan
1) Jaga kebersihan kelamin
2) Pakaian dalam tetap bersihan kering
3) Vaginosis bakterial
(1) Gejala
Vagina berbau amis teruta setelah berhubungan seksual, keluarnya cairan dari
vagina namun tidak terlalu banyak, berwarna putih keabu-abuan, melekat pada
dinding vagina , tidak ada tanda-tanda peradangan.
(2) Komplikasi
Menyebabkan penyakit radang panggul dan pada ibu hamil dapat
menyebabkan ketuban pecah dini, kelahiran prematur, berat badan lahir rendah.
29

(3) Pencegahan
1) Jaga kebersihan alat kelamin
2) Tidak berhubungan seksual
3) Menggunakan kondom
4) Setia pada pasangan
4) Trikomoniasis
(1) Gejala
Keluarnya cairan banyak dari vagina, bernanah, kadang-kadang berbusa,
peradangan pada vagina, berbau seperti ikan busuk, dapat disertai rasa gatal
pada alat kelamin.
(2) Komplikasi
Pada ibu hamil dapat menyebabkan prematur dan berat badan lahir rendah
(3) Pencegahan
1) Jaga kebersihan alat kelamin
2) Tidak berhubungan seksual
3) Menggunakan kondom
4) Setia pada pasangan
1.4.10 Infeksi Menular Seksual (IMS)
IMS adalah penyakit infeksi yang ditularkan melalui hubungan seksual.
1) Gejala IMS
(1) Adanya cairan yang keluar dari alat kelamin (vagina, penis) atau cairan dari
anus yang berbeda dari biasanya.
(2) Rasa perih atau nyeri atau panas pada saat kencinf atau setelah kencing, atau
menjadi sering kencing.
(3) Ada luka terbuka ata basah disekitar kelamin atau mulut. Luka ini bisa terasa
nyeri bisa juga tidak.
(4) Ada semacam jaringan yang tumbuh seperti jengger ayam atau kutil disekitar
kelamin.
(5) Terjadi pembengkakan pada lipatan paha.
(6) Pada laki-laki, terdapat bengkak dan nyeri pada kantung pelir/kantung zakar.
30

(7) Sakit perut dibagian bawah yang kambuhan, tetapi tidak berhubungan dengan
haid/menstruasi.
(8) Keluar darah setelah berhubungan.
(9) Demam
2) Jenis-jenis IMS
(1) Gonore (kencing nanah)
1) Gejala
Pada laik-laki, keluarnya cairan dari alat kelamin, bernanah, kental, berwana
putih kekuningan. Pada perempuan, sering kali tanpa gejala, bila ada berupa
cairan dari alat kelamin berwarna putih atau kuning. Cairan akan banyak terlihat
dibagian mulut rahim melalui pemeriksaan dalam oleh tenaga kesehatan.
2) Komplikas
(1) Pada laki-laki menyebabkan kemandulan
(2) Pada perempuan menyebabkan kemandulan dan kehamilan diluar
rahim/ektopik.
(3) Pada bayi baru lahir pada perempuan gonore, menyebabkan konjungtivinis
gonore yang berupa kemerahan pada salah satu atau kedua mata dengan
adanya cairan yang keluar dari mata dengan nanah dan mengakibatkan
kebutaan.
(2) Sifilis (raja singa)
1) Gejala
(1) Luka atau koreng biasanya berjumlah satu berbentuk bulat atau lonjong, dasar
bersih dan bisa diraba terasa kenyal sampai keras, tidak ada rasa nyeri bila
ditekan.
(2) Kelenjar getah bening dilipatan bagian paha membesar, kenyal, juga tidak
nyeri bila ditekan.
2) Komplikasi
Perempuan penderita sifilis dapat mengalami keguguran, melahirkan bayi
cacat atau melahirkan dalam keadaan sudah mati.
31

(3) Herpes genital


1) Gejala
Herpes genital pertama: timbul bintil, lentingan, luka berkelompok, diatas
dasar kemerahan, sangat nyeri, pembesaran kelenjar lipatan paha, kenyal, dan
disertai gejala yang menyeluruh dan saling berhubungan (sistemik).
Herpes genital kambuhan: timbul bila ada faktor stres pikiran, hubungan
seksual berlebihan, kelelahan dan lain-lain. Umunya luka tidak sebanyak dan
seberat gejala pertama.
2) Komplikasi
Dapat menjadi pintu masuk infeksi lain dan bersifat kambuh seumur hidup.
(4) Klamidia
1) Gejala
Pada laki-laki keluarnya cairan dari alat kelamin, bernanah, encer kadang
kental, berwarna putih kekuningan, dapat disertai peradangan pada kulit alat
kelamin. Pada perempuan keluarnya cairan pada alat kelamin, bernanah encer
berwarna putih atau kekuningan, leher rahim mudah berdarah.
2) Komplikasi
(1) Pada laki-laki menyebabkan kemandulan.
(2) Pada perempuan menyebabkan kemandulan dan kehamilan diluar rahim/
ektopik
(3) Pada bayi baru lahir pada perempuan klamidia, menyebabkan konjungtivinis
klamidiosis yang berupa kemerahan pada salah satu atau kedua mata dengan
adanya cairan yang keluar dari mata dengan nanah dan mengakibatkan
kebutaan.
(5) Kondilomata akuminata
1) Gejala
Bintil-bintil tonjolan berbentuk seperti kutil terutama pada daerah yang
lembab. Bersifat kambuhan seumur hidup.
2) Komplikasi
(1) Dapat membesar dan tumbuh menjadi satu.
(2) Pada laki-laki dapat menimbulkan kanker penis.
32

(3) Pada wanita dapat menimbulkan kanker mulut rahim


3) Pencegahan infeksi IMS
(1) Jaga kebersihan alat kelamin
(2) Tidak berhubungan seksual
(3) Menggunakan kondom
(4) Setia pada pasangan
(5) Menghindari faktor pencetus
(6) Bila ada gejala segera periksa ke fasilitas pelayanan kesehatan dan minum
obat sesuai anjuran
4) Tindakan jika terinfeksi IMS
(1) Jangan mengobati sendiri
(2) Segera periksa ke fasilitas pelayanan kesehatan
(3) Minum obat sampai teratur dan minum obat sampai tuntas sesuai petunjuk
dokter.
(4) Jangan berhunungan seksual sampai IMS sembuh
(5) Minta pasangan segera memeriksakan diri ke fasilitas layanan kesehatan
untuk mencegah dan mengetahui adanya penularan.
33

BAB III
TINJAUAN KASUS

Reflektif Learning Minggu Ke 1


ASUHAN KEBIDANAN PRANIKAH PADA Nn. A UMUR 21 TAHUN
USIA REMAJA DEWASA DI KLINIK BERGAS WARAS

Tanggal/Jam : 18 Mei 2022/10.00 WIB


Pengkaji : Shandy Kusumawardhani
3.1 Data Subjektif
1) Indentitas Pasien
Nama Pasien : Nn. A
Umur : 21 Tahun
Agama : Islam
Suku : Jawa/Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Karyawan pabrik
Alamat : Wringin Putih, Karang Jati 2/5
2) Alasan datang
Nn. A mengatakan ingin vaksin covid-19 (boster)
3) Keluhan
Tidak ada keluhan
4) Penyuluhan yang didapat
Nn. A mengatakan sudah pernah mendapatkan penyuluhan dan sudah
mengetahui informasi terkait kesehatan reproduksi.
5) Riwayat kesehatan
(1) Penyakit yang pernah diderita
Pasien mengatakan tidak pernah dan tidak sedang menderita penyakit
hipertensi, jantung, paru–paru, asma, diabetes, TBC, HIV, hepatitis.
(2) Riwayat penyakit dalam Keluarga (menular maupun keturunan)
34

Pesien mengatakan dalam keluarga (ibu) tidak ada yang menderita hipertensi,
jantung, paru–paru, asma, diabetes, TBC, dan hepatitis.
(3) Riwayat Menstruasi
Menarche : 14 tahun
Siklus : 28 hari teratur
Lamanya : 7 hari
Banyaknya : 2-3 kali ganti pembalut
Dismenorhoe : hari pertama
(1) Status TT
Tidak ada
(2) Riwayat kontrasepsi
Tidak ada
(3) Pola kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan
Tidak ada
(4) Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari
1) Pola makan dan minum
Pasien mengatakan bahwa makan 3 kali/hari dengan nasi, sayur, lauk
Pasien mengatakan minum air putih 8 gelas perhari jenis air putih, kadang
minum teh
2) Pola eleminasi
Pasien mengatakan buang air kecil 5-7 kali/hari warna kekuningan, dan tidak
ada keluhan.
Pasien mengatakan buang besar 1 kali/hari waran kecoklatan, lembek, dan
tidak ada keluhan
3) Pola personal hygiene
Pasien mengatakan mandi 2 kali/hari, keramas 3 kali/minggu
Gosok gigi 2 kali/hari
Ganti pakaian 2 kali/hari, celana dalam 2-3 kali/hari, ganti pembalut 4
kali/hari
4) Pola istirahat/tidur
Pasien mengatakan tidur malam 8 jam dan 1 jam tidur siang
35

5) Aktifitas Fisik dan olah raga


Aktivitas fisik: ibu melakukan pekerjaan rumah sendiri
Olahraga: ibu kadang-kadang olahraga senam
6) Kebiasaan yang merugikan kesehatan
Pasien mengatakan tidak pernah merokok, konsumsi obat-obatan terlarang,
dan minum alcohol
7) Riwayat psikososial spiritual
(1) Pasien mengatakan sebelumnya tidak pernah mengalami depresi atau stress
berlebihan.
(2) Pasien mengatakan dirinya dan keluarga mendukung jika melakukan
vaksinasi (boster)
2.2 Data Objektif
1) Pemeriksaan Umum
(1) KU : Baik
(2) Kesadaran: Composmentis
(3) Pemeriksaan TTV:
TD : 110/60 MmHg
Suhu : 36,8°C
Nadi : 68 kali/menit
Respirasi : 16 kali/menit
(4) Antropometri
BB : 50 kg
TB : 157 cm
IMT : 20 kg/m2 (ideal)
LILA : 23,4 cm
2) Pemeriksaan Fisik
Bentuk tubuh : terlihat sedikit berisi
Wajah : simetris, tidak terlihat pucat, tidak ada bekas luka, tidak
ada jerawat, tidak ada luka
Mata : simetris, bersih, konjungtiva merah muda, sclera putih
Hidung : simetris, tersumbat dan tidak ada kelainan
36

Mulut : bersih, tidak kering, tidak pucat, tidak ada kelainan


Telingga : simetris, bersih, tidak ada kelainan
Payudara : tidak dilakukan pemeriksaan
Abdomen : tidak dilakukan pemeriksaan
Genetalia : tidak dilakukan pemeriksaan
Anus : tidak dilakukan pemeriksaan
Ekstermitas:
Atas : simetris, kuku bersih tidak panjang, tidak ada kelainan.
Bawah : simetris, kuku bersih tidak panjang, tidak ada kelainan.
3

Subjektif Objektif Asesment Perencanaan


1) Nn. A mengatakan ingin Pemeriksaan Umum Diagnosa: 1) Memberitahu hasil pemeriksaan kepada Nn. A
vaksin covid-19 (boster) 1) KU : Baik Nn. A umur 21 tahun bahwa secara umum kondisi kesehatannya baik
2) Nn. A mengatakan belum 2) Kesadaran: Composmentis usia remaja dewasa dan normal.
menikah 3) Pemeriksaan TTV: dengan KIE kesehatan Evaluasi:
3) Nn. A mengatakan TD : 110/60 MmHg reproduksi dan Nn. A telah mengetahui hasil pemeriksaan
berusia 21 tahun Suhu : 36,8°C seksual bagi calon 2) Melakukan Informed concent kepada Nn. A
Nadi : 68 kali/menit pengantin. Evaluasi:
Respirasi : 16 kali/menit Nn. A bersedia diberikan KIE
4) Antropometri 3) Menjelaskan maksud dan tujuan dilakukannya KIE
BB : 50 kg kesehatan reproduksi dan seksual bagi calon
TB : 157 cm pengantin
IMT : 20 kg/m2 (ideal) Evaluasi:
LILA : 23,4 cm Nn. A telah mengetahui maksud dan tujuan KIE
kesehatan reproduksi dan seksual bagi calon
pengantin.
4) Melakukan KIE kesehatan reproduksi dan seksual
bagi calon pengantin. Meliputi:
(1) Informasi kesehatan reproduksi
(2) Persiapan kesehatan pranikah
Persiapan fisik
Persiapan gizi
Imunisasi TT
Organ reproduksi
3

Menjaga kesehatan organ reproduksi


Tindak kekerasan yang mengganggu rumah
tangga
Solusi Mengatasi Tindak Kekerasan
Bentuk ketidaksetaraan gender dalam
keluarga
Menjaga Kesehatan Jiwa Dan Harmonisasi
Pasangan Suami Istri
(3) Pemeriksaan masa subur
Lembaran Kurva Temperatur Basal
Pemeriksaan mucus serviks
(4) Kondisi Kesehatan Dan Penyakit Yang Perlu
Diwaspadai Oleh Pasangan Calon Pengantin:
Anemia
KEK
Hepatitis B
Diabetes Melitus
Malaria
TORCH
Infeksi Saluran Reproduksi (ISR)
Infeksi Menular Seksual (IMS)
HIV
Evaluasi:
Telah dilakukan KIE kesehatan reproduksi dan
3

seksual bagi calon pengantin pada Nn. A


5) Memberikan kesempatan kepada Nn. A untuk
bertanya.
Evaluasi:
Nn. A paham dan terlihat mengerti tentang KIE
kesehatan reproduksi dan seksual bagi calon
pengantin
6) Melakukan pendokumentasian
Evaluasi:
Sudah didokumentasi
4

BAB IV
PEMBAHASAN

Pada BAB ini akan dibahas tentang kesenjangan antara teori dan hasil
tinjauan kasus tentang asuhan kebidanan pranikah pada Nn. A umur 21 tahun usia
remaja dewasa dengan KIE kesehatan reproduksi dan seksual bagi calon
pengantin di klinik Bergas Waras. Untuk memudahkan pembahasan, maka penulis
akan membahas berdasarkan pendekatan manajemen asuhan kebidanan dengan
SOAP sesuai uraian sebagai berikut:

4.1 Data subjektif


Berdasarkan data subjektif, pada pengkajian tanggal 18 Mei 2022 pukul 10.00
WIB pada Nn. A umur 21 tahun telah didapatkan data bahwa Nn. A mengatakan
ingin melakukan vaksinasi covid-19 sesuai jadwal yang diinformasikan oleh PT.
Samyong dan bersedia diberikan KIE kesehatan reproduksi dan seksual bagi calon
pengantin. Nn. A mengatakan dalam keadaan sehat, tidak sedang batuk, pilek dan
demam.
Pernikahan dengan usia yang belum tepat pada waktunya akan banyak
menimbulkan masalah, baik masalah fisik maupun masalah psikologis.
Berasarkan penelitian Rokhnawati (2018), mengatakan bahwa perkawinan anak
menjadi salah satu faktor pendongkrak tingginya angka stanting di Indonesia,
bahwa sebanyak 30-35% kasus stanting pada anak dilahirkan oleh wanita yang
menikah diusia muda, maka dari itu harus ada edukasi tentang kesehatan
reproduksi yang baik dan mempersiapkan kehamilan yang sehat.
Menurut BKKBN (2020) usia ideal menikah bagi perempuan yaitu 20-35
tahun atau lebih. Berdasarkan data subjektif, Nn. A mengatakan berusia 21 tahun,
artinya umur Nn. A sudah ideal apabila ingin menikah.
BKKBN memberikan arahan perihal umur minimum seseorang untuk
melakukan pernikahan. Hal ini disebabkan memperhitungkan dari berbagai aspek
seperti, kesiapan reproduksi, biologis dan psikis. Ketidak siapan seseorang pada
usia yang belum siap menikah dapat menyebabkan berbagai hal misalnya,
4

kemungkinan perceraian, kesehatan ibu dan anak saat melahirkan, meningkatnya


angka fertilitas serta banyak hal lainnya. Pada kesehatan mental yaitu saat
memasuki dunia rumah tangga yang mana terdapat hak serta kewajiban yang
perlu dipenuhi sebaik mungkin, sehingga keharmonisan dalam rumah tangga
dapat terwujud.
Pada pengkajian data subjektif pada kasus diatas tidak ditemukan
kesenjangan antara teori dan praktik dilahan.

4.2 Data objektif


Berdasarkan data objektif, pada pemeriksaan pasien secara menyeluruh
tanggal 18 Mei 2022 pukul 10.00 WIB pada Nn. A umur 21 tahun, telah
didapatkan hasil pemeriksaan, yaitu: keadaan umum: baik, kesadaran:
composmentis, pemeriksaan TTV yaitu, TD: 110/60 MmHg, suhu: 36,8°C, nadi:
68 kali/menit, respirasi: 16 kali/menit, berat badan: 50 kg, tinggi badan: 157 cm,
IMT: 20 kg/m2 (ideal), LILA: 23,4 cm.
Sasaran pelayanan kesehatan masa sebelum hamil berdasarkan Permenkes
No. 97 Tahun 2014 adalah remaja, calon pengantin dan pasangan usia subur. Pada
pelaksanaan skrining pranikah di Klinik Bergas Waras, kegiatan pemeriksaan fisik
pada calon penggantin sudah sesuai dengan Permenkes No. 97 Tahun 2014 dalam
pemeriksaan fisik yang dimaksudkan dalam pelayanan masa sebelum hamil paling
sedikit meliputi tanda vital dan pemeriksaan status gizi. Pemeriksaan status gizi
harus dilakukan terutama untuk menanggulangi masalah kurang energi kroniss
dan pemeriksaan status anemia.
Pemeriksaan fisik pada calon pengantin di Klinik Bergas Waras meliputi
pemeriksaan tanda vital, penimbangan berat badan, pengukuran tinggi badan dan
lingkar lengan atas untuk mengetahui status gizi calon penggantin. Pemeriksaan
berat badan dan pengukuran status gizi sangat diperlukan karena berat badan dan
status gizi mempengaruhi kehamilan bila tidak disiapkan dari masa pranikah. Hal
ini sejalan dengan hasil penelitian dari Dainty, et al dalam penelitian Nurfulaini
(2021) bahwa berat badan ibu hamil sebelum hamil adalah faktor signifikan yang
berkontribusi terhadap komplikasi dalam kehamilan dan persalinan. Perempuan
4

yang underweight pada periode prakonsepsi berkontribusi 32% lebih tinggi


terhadap resiko kelahiran prematur 32%, perempuan dengan obesitas beresiko dua
kali lipat mengalami preeklamsi dan diabetes gestasional. Perempuan dengan
obesitas dua kali lipat resiko preeklamsi.
Status gizi pada calon pengantin di Klinik Bergas Waras diperiksa agar dapat
dilakukan rencana tindak lanjut asuhan pada calon pengantin yang memiliki
masalah gizi. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian prendergast dan Humphrey
(2018) bahwa status gizi dan kesehatan ibu sebelum, selama dan setelah
kehamilan mempengaruhi pertumbuhan awal anak dan perkembangannya sejak
dalam kandungan. Kehamilan dengan kekurangan energi kronis menyebabkan
kejadian stunting pada anak-anak sebesar 20%. Penyebab lain dari sisi ibu antara
lain ibu yang memiliki perawakan pendek, jarak kelahiran yang terlalu dekat dan
kehamilan remaja.
Pada pengkajian data objektif ini, semua hasil pemeriksaan dalam batas
normal dan tidak ditemukan ke abnormalan yang mengindikasikan pada penyakit
tertentu. Sehingga data objektif diatas sudah sejalan dengan teori dan praktik
dilahan.

4.3 Asessment
Diagnosa yang ditegakkan adalah “Nn. A umur 21 tahun dengan KIE
kesehatan reproduksi dan seksual bagi calon pengantin”. Pada langkah ini tidak
terjadi kesenjangan antara teori dan kasus karena diagnosa kebidanan dapat
ditegakan.

4.4 Penatalaksanaan
Berdasarkkan tinjauan menajemen asuhan kebidanan bahwa melaksanakan
rencana tindakan harus efisien dan menjamin rasa aman pada klien. Rencana
asuhan ini meliputi rencana saat ini dan akan datang. Implementasi dapat
dikerjakan sebagian atau seluruh bidan serta dilakukan oleh pasien itu sendiri.
Penatalaksanaan yang dilakukan pada Nn. A umur 21 tahun dengan KIE
4

kesehatan reproduksi dan seksual bagi calon pengantin sudah sesuai dengan
Permenkes RI No. 97 Tahun 2014.
Memberitahu Nn. A tentang kesehatan reproduksi. Hasil penelitian
Rahmanindar (2021) mengatakan bahwa, konseling pranikah memberikan
pehaman tentang kesehatan reproduksi sehingga meningkatkan pengetahuan
tentang persiapan pranikah. Dengan menjaga kesehatan reproduksi dan
mengetahui hal-hal penting yang berada didalam tubuhnya sendiri, seseorang akan
memikirkan dampaknya ketika ingin melakukan sesuatu.
Memberitahu Nn. A tentang persiapan kesehatan yaitu persiapan fisik.
Kegiatan pemeriksaan fisik pada Nn. A sudah sesuai dengan Permenkes No.97
Tahun 2014 bahwa pemeriksaan fisik yang dimaksudkan dalam pelayanan masa
sebelum hamil paling sedikit meliputi pemeriksaan tanda vital dan pemeriksaan
status gizi. Pemeriksaan status gizi harus dilakukan terutama untuk
menanggulangi masalah kurang energi kronis dan pemeriksaan status anemia.
Memberitahu Nn. A tentang persiapan kesehatan yaitu persiapan gizi. Hasil
penelitian dari Opon, et al (2017) bahwa ibu hamil biasanya tidak menyadari
bahwa dirinya hamil pada awal kehamilan. sehingga suplementasi asam folat
lebih baik diberikan dari sebelum hamil. Suplai asam folat yang tepat dari masa
prakonsepsi, kehamilan dan laktasi sangat menentukan perkembangan dan
pertumbuhan janin yang tepat. Asam folat adalah zat yang paling penting dalam
unsur-unsur sel-sel pembagi karena memainkan peran penting dalam sintesis
deoxyribonucleic acid (DNA). Pada awal kehamilan, permintaan asam folat yang
tidak disintesis dalam tubuh manusia meningkat. Asam folat yang dapat dipenuhi
melalu pasokan makanan yang kaya asam folat hanya sekitar 150-250 µg.
Hal ini sejalan pula dengan penelitian dari Wen, et al (2016) bahwa
kekurangan asam folat meningkatkan risiko terjadinya kecacatan saraf tabung
(neuro tube defect), bibir sumbing dan down syndrome. Gangguan metabolisme
folat dapat menyebabkan hyperhomocysteinaemia dan komplikasi yang lebih
sering terjadi pada kehamilan, seperti keguguran berulang, pertumbuhan janin
terhambat dan pre eklampsia.
4

Memberitahu Nn. A tentang persiapan kondisi kesehatan dan penyakit yang


perlu diwaspadai oleh pasangan calon pengantin. Pemeriksaan hemoglobin
sebagai pemeriksaan penunjang perlu dilakukan untuk mengetahui kondisi
seseorang apakah anemia atau tidak. Hal ini sejalan dengan penelitian dari Dainty,
et al dalam penelitian Nurfulaini (2021) bahwa pentingnya skrining status anemia
pada masa prakonsepsi adalah agar dapat diketahui kadar hemoglobin pada calon
pengantin sehingga bila terjadi anemia defisiensi besi dapat dilakukan upaya
pengobatan sebelum terjadi kehamilan.
Pemeriksaan kadar gula penting dilakukan bagi calon pengantin perempuan
beresiko untuk mengetahui kadar gula darah pada calon pengantin sehingga bisa
meminimalisir resiko komplikasi pada kehamilan. Hal ini sejalan dengan hasil
penelitian dari Wahabi, et al dalam penelitian Nurfulaini (2021) bahwa skrining
diabetes mellitus pada masa pranikah bermanfaat terhadap pengelolaan gula darah
yang lebih baik sebelum terjadi kehamilan, pemberian suplementasi asam folat
tiga bulan sebelum konsepsi, kondisi metabolik yang lebih baik selama
kehamilan, menurunnya risiko aborsi dan menurunnya angka kematian bayi
sehingga secara tidak langsung mengurangi komplikasi pada kehamilan.
Memberitahu Nn. A tentang persiapan psikologi dalam pernikahan. Hal ini
memiliki peran penting dalam mempersiapkan mental calon pengantin
menghadapi pernikahan memiliki peran penting dalam mempersiapkan mental
calon pengantin menghadapi pernikahan, kehamilan, persalinan, nifas dan
keluarga berencana. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian dari Lassi, et al dalam
penelitian Nurfulaini (2021) bahwa masalah kesehatan mental ibu sering tidak
terdiagnosis dan tidak mendapatkan perawatan kesehatan. hasil penelitian
menunjukkan keterkaitan antara kesehatan mental remaja yang buruk dan
kehamilan yang buruk terhadap kesehatan janin. Perawatan prakonsepsi untuk
kondisi kejiwaan seharusnya selalu dilakukan pada wanita usia subur. Untuk
mengidentifikasi adanya gangguan jiwa. Sehingga dapat diberikan penanganan
lebih lanjut sebelum terjadi kehamilan. misalnya konseling pada perempuan
dengan gangguan depresi dan ecemasan dan pendampingan agar depresi dan
4

kecemasan tidak berlanjut hingga pada kehamilan dan berdampak pada ibu dan
janin seperti ingin mengakhiri kehamilan, bunuh diri dan lain-lain.
Memberitahu Nn. A tentang persiapan kesehatan Imunisasi TT. Pemberian
imunisasi tetanus toxoid dilakukan untuk mencapai status imunisasi tetanus toxoid
ke 5 hasil pemberian imunisasi dasar dan lanjutan. Status imunisasi tetanus toxoid
ke 5 (lengkap) ditujukan agar wanita usia subur memiliki kekebalan penuh
terhadap infeksi tetanus toxoid. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian dari Lassi,
et al dalam penelitian Nurfulaini (2021) bahwa imunisasi selama periode
prakonsepsi dengan mencegah banyak penyakit yang mungkin memiliki
konsekuensi serius atau bahkan terbukti fatal bagi ibu atau bayi yang baru lahir
kecemasan dan pendampingan agar depresi dan kecemasan tidak berlanjut hingga
pada kehamilan dan berdampak pada ibu dan janin seperti ingin mengakhiri
kehamilan, bunuh diri dan lain-lain.
Pernikahan bukan hanya soal perubahan status dan pengesahan kehidupan
antara seoarang laki-laki dan perempuan namun lebih dari itu, pernikahan
merupakan hubungan serta kegiatan yang sakral berbentuk penyatuan dua insan
yang akan mengembangkan tanggung jawab yang tidak mudah, sehingga
diperlukan kedewasaan dari aspek usia, kesehatan jasmani, psikologi, biologis dan
ekonomi dari kedua pasangan untuk menjalaninya.
Dengan demikian bisa dilihat bagaimana cara seseorang memiliki
pengetahuan mengenai pentingnya kesehatan reproduksi, bagaimana kondisi
kesehatan selama siklus kehidupannya mulai dari saat konsepsi, masa remaja dan
beranjak dewasa hingga masa pasca reproduksinya dapat dilihat bahwa sejauh
mana seseorang dapat menjalankan fungsi dan proses reproduksinya secara aman
dan sehat. Hal tersebut juga dapat berpengaruh terhadap bagaimana kehidupan
yang akan dijalaninya.
Pada prinsip yang dikembangkan dalam proses konseling pranikah memiliki
manfaat untuk kelangsungan kedua calon penggantin sebelum melakukan akad
nikah, saat menjalani rumah tangga yang semasa awalnya mempunyai keturunan.
Menurut Murthadho, bahwa proses konseling pernikahan adalah bentuk layanan
yang sangat mempunyai pengaruh yang sangat berharga dengan banyaknya
4

masalah dalam kehidupan pada masa ini. Sangat diperlukan sekali konseling
pernikahan yang memiliki banyak aspek yaitu: problem yang berbeda dalam
keluarga, problem keinginan yang harus dipenuhi, problem dalam pertumbuhan
individu dan masalah dari perbedaan kultural.
4

BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

5.1 SIMPULAN
Berdasarkan pembahasan yang didapatkan dalam pengelolaan kasus pada Nn.
A umur 21 tahun usia remaja dewasa dengan KIE kesehatan reproduksi dan
seksual pada calon pengantin di klinik Bergas Waras. Maka dapat disimpulkan:
1) Data subjektif
Pasien mengatakan tidak ada keluhan dan ingin mengetahui kesehatan
reproduksi dan seksual pada calon pengantin itu seperti apa.
2) Data objektif
Pada pengkajian data objektif diperoleh hasil pemeriksaan pada Nn. A umur
21 tahun, yaitu: keadaan umum: baik, kesadaran: composmentis, pemeriksaan
TTV yaitu, TD: 110/60 MmHg, suhu: 36,8°C, nadi: 68 kali/menit, respirasi:
16 kali/menit, berat badan: 50 kg, tinggi badan: 157 cm, IMT: 20 kg/m2
(ideal), LILA: 23,4 cm.
3) Assesment
Nn. A umur 21 tahun usia remaja dewasa dengan KIE kesehatan reproduksi
dan seksual bagi calon pengantin.
4) Pelaksanaan
Penatalaksanaan pada kasus Nn. A meliputi: pemeriksaan fisik dan pemberian
Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) pranikah, meliputi: kesehatan
reproduksi dan pendekatan siklus hidup, hak reproduksi, dan persiapan yang
perlu dilakukan dalam persiapan pranikah.

5.2 SARAN
1) Bagi Masyarakat
Diharapkan pada setiap pasangan calon pengantin mendapatkan KIE
pranikah, sehingga dapat menambah pengetahuan bagi calon pengantin.
4

2) Bagi Klinik Kebidanan


Sebagai tenaga bidan yang professional harus dapat memberikan dukungan,
motivasi agar calon pengantin mendapatkan KIE pranikah dan melakukan
pemeriksaan kesehatan sebelum menikah.
3) Bagi Mahasiswa
Dapat dijadikan bahan referensi dalam melakukan penelitian selanjutnya,
yang berhubungan dengan asuhan kebidanan pranikah.
4

DAFTAR PUSTAKA

1) Kostania et al. Pengembangan Booklet Pranikah Sebagai Media Informasi


Dalam Pelayanan Kesehatan Untuk Calon Pengantin. Jurnal Kesehatan
Indonesia. 2020;11 (2): 01-10.
2) Elfiani. Persepsi Calon Pengantin Terhadap Tes Kesahatan Dan
Pelaksanaan Konseling Pra Nikah Di Pusksesmas Medang Kapai Kota
Dumai. Jurnal Doppler. 2022; 6 (1): 101-112.
3) Fidora. Ibu Hamil Dan Nifas Dalam Ancaman Depresi. Cetakan Pertama.
ISBN : 978-979-3025-87-2.2019
4) Kementian kesehatan RI. Kesehatan Reproduksi Dan Kesehatan Seksual.
2018
5) Nurfulaini. Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Prakonsepsi Dengan
Kekurangan Energi Kronis: Makassar. 2021. http://rep ositori.uin
alauddin.ac.id/id/eprint/19866
6) Oktalia, J. & Herizasyam. Kesiapan Ibu Menghadapi Kehamilan dan Faktor–
faktor yang Mempengaruhinya. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kesehatan.
2016;3(2) : 147-159
7) UMM & BKKBN. Modul Pengajaran: Mempersiapkan Kehamilan Yang
Sehat.2014.
8) Widayani W. & Ulfah K. Knowledge, Attitude, and Self-Efficacy of
Reproductive Women Related to Preconception Care. Jurnal Riset Kesehatan
Poltekkes Depkes Bandung. 2021; Vol. 13 No 1 Mei 2021.
9) Yulivantina et al. Pelaksanaan Skrining Prakonsepsi pada Calon Pengantin
Perempuan. Jurnal Kesehatan Reproduksi.2021;Vol 8 No 1 April. ISSN
2621-461X: https://jurnal.ugm.ac.id/jkr DOI: 10.22146/jkr.55481
10) Yusnidar & Suriati. Buku Ajar Psikologi Kebidanan. Cetakan pertama. LPPI
UM Palopo. ISBN: 2020;978-623-93776-3-2

Anda mungkin juga menyukai