Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN HASIL PENELITIAN

PENGGUNAAN MATERIAL LOKAL UNTUK DESAIN ARSITEKTUR


(PENGGUNAAN MATERIAL ALANG-ALANG PADA ATAP)

MATA KULIAH ARSITEKTUR BERKELANJUTAN

OLEH :

KELOMPOK : 1. MATERIAL LOKAL


(PENGGUNAAN MATERIAL ALANG-ALANG PADA ATAP)

MAHASISWA : 1. Theodorus H. Carvallo (22118057)


2. Melyani K. Ndjandji (22118099)
3. Muhamad Rifail (22119057)

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR - FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDIRA
KUPANG
2022
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan Semesta Alam. Berkat  limpahan nikmat dan karunianya
kelompok kami dapat menyelesaikan laporan PENGGUNAAN MATERIAL ALANG-
ALANG PADA ATAP. Proses penyusunan laporan ini tentu tak lepas dari bantuan,
arahan, masukan, serta bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu, kelompok kami
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya. Kami menyadari masih banyak
kekurangan dalam penulisan laporan ini, sehingga kami secara terbuka menerima
saran dan kritik positif dari Bapak Dosen dan teman-teman. Agar hasil laporan ini dapat
mencapai kesempurnaan dan bisa menjadi referensi yang baik bagi pembaca.
Demikian apa yang dapat kami sampaikan. Semoga laporan ini dapat bermanfaat dan
dapat menjadi referensi yang baik bagi pembaca khususnya mahasiswa yang hendak
melaksanakan penelitian tentang penggunaan material alang-alang. Terima kasih.
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI................................................................................................................................................i

PENDAHULUAN......................................................................................................................................1

1. Latar Belakang..............................................................................................................................1

2. Permasalahan...............................................................................................................................1

3. Lingkup Penelitian.........................................................................................................................1

4. Manfaat Penelitian........................................................................................................................1

5. Tujuan dan Sasaran Penelitian...................................................................................................1

METODE....................................................................................................................................................2

1. Metode............................................................................................................................................2

2. Jadwal Penelitian..........................................................................................................................3

HASIL DAN PEMBAHASAN..................................................................................................................3

1. Hasil................................................................................................................................................4

2. Pembahasan..................................................................................................................................4

KESIMPULAN DAN SARAN..................................................................................................................5

1. Kesimpulan....................................................................................................................................5

2. Saran..............................................................................................................................................5

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................................6

LAMPIRAN................................................................................................................................................7

1. Lampiran 1.....................................................................................................................................7

2. Lampiran 2.....................................................................................................................................7
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Perkembangan teknologi pembangunan abad sekarang sangatlah pesat
sehingga menuntut manusia harus lebih ketat memilih dan mengolah bahan
bangunan sesuai dengan teknologi yang ada. Secara faktual, masih ada proses
pembangunan yang menggunakan sistem secara tradisional. Secara tradisional,
sebagian besar proses konstruksi bangunan berlangsung di lokasi bangunan
tersebut (meskipun beberapa bagian konstruksi tersebut berlangsung di tempat lain,
misalnya bagian dari kayu tersebut yang berbentuk bingkai yang bercorak dan
dibawa ke produksi material untuk proses berikutnya).
Namun, pada proses bangunan tradisional ini melibatkan penggunaan
komponen pabrik yang dihasilkan misalnya atap gulungan. Ini mengenai
penggunaan pada mekanisme pabrik tersebut, perlu dicatat bahwa sistem bangunan
yang dimaksudkan disini adalah yang paling melibatkan dari semua unsur yakni
metode konstruksi tradisional dan industri.
Penggunaan teknologi (baik itu tradisional maupun pabrik) bukan hanya
sekedar mengetahui proses penggunaannya saja, melainkan harus mengetahui
prinsip penggunaan teknologi tepat guna. Menjaga lingkungan yang asri, bersih dan
tentunya membawa dampak sehat untuk semua elemen masyarakat memang sutu
hal yang tidak mudah namun perlu dilakukan. Bukan hanya menjaga lingkungan dan
merawatnya, namun perlu adanya keselarasan antara lingkungan dan penggunaan
teknologi bangunan bagi sistem bangunan yang ada.
Kemajuan teknologi akibat dari kemajuan cara berpikir manusia terus
berkembang sehingga menghasilkan pemikiran yang mampu menjadikan suatu
konsep yang menguntungkan bagi manusia maupun lingkungan. Bahan bangunan
ramah lingkungan saat ini sangat dibutuhkan untuk menjaga generasi masa depan
yang menjadi tujuan mengurangi konsumsi energi, emisi maupun sampah atau
limbah agar terciptanya bumi yang nyaman. Oleh karena itu, artikel ini akan
membahas tentang penggunaan bahan bangunan yang ramah lingkungan dengan
penerapan teknologi tepat guna bagi suatu sistem bangunan.
Material bangunan alam lebih banyak digunakan untuk rumah tinggal,
meskipun pada jaman sekarang material bangunan lokal juga digunakan pada
bangunan berlantai banyak. Penggunaan material bangunan alam seperti kayu,
bambu, rumput, alang-alang, batu kali, pasir atau perpaduan material bangunan
alam dan pabrikasi modern, seperti pasir dan semen untuk pondasi, tembok, atap
banyak dijumpai dalam arsitektur tradisional atau vernakular sehubungan dengan
material bangunan sebagai suatu produk kebudayaan. Karakter yang dihasilkan
adalah bangunan yang sederhana, selaras dengan alam dan tanggap terhadap iklim
setempat (tidak panas, sejuk, hangat).
Meningkatnya permintaan untuk bangunan hijau dewasa ini, telah
memposisikan kayu sebagai solusi dan juga merupakan struktur berkelanjutan
(sustainable). Kayu telah diakui sebagai material berkelanjutan, dan dianggap
menjadi sumber daya terbarukan.
Material kayu yang tumbuh secara alami, dan dengan adanya standar dalam
memanen kayu secara berkelanjutan dapat melestarikan lingkungan hutan. Selain
itu dapat kayu menawarkan emisi gas rumah kaca (CO2) yang lebih rendah, polusi
udara dan air juga lebih sedikit, volume limbah padat lebih rendah dan penggunaan
sumber daya ekologis yang lebih sedikit daripada material bangunan
lainnya.Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam jika
dibandingkan dengan negara-negara lain di dunia. Indonesia juga dikenal dengan
tingkat biodiversitas tertinggi kedua di dunia setelah Brazil 1. Salah satu material
local yang ada adalah alang - alang yang di gunakan pada atap.
Atap alang-alang adalah atap dengan penutup menggunakan bahan rumput
alang-alang (Imperata Cylindrica Sp.). Helai demi helai rumput alang-alang
dirangkaikan serta diikat pada sebilah bambu sehingga membentuk sebuah
lembaran dengan ukuran tertentu. Bahan tali pengikat biasanya menggunakan
bahan serat ijuk atau serat bambu. Lembaran alang-alang tersebut yang nantinya
diletakkan dan disusun pada rangka atau struktur atap, sehingga akan menutupi
seluruh permukaan atap -serta melindungi secara fisik ruang di bawahnya. Atap
alang-alang sudah digunakan sejak dahulu kala diseluruh penjuru dunia, dari Eropa,
Afrika, serta Asia. Hanya saja bahan atau jenis rumput yang digunakan berbeda-
beda -sesuai dengan jenis rumput di tiap-tiap wilayah.
Teknis serta proses pembuatan dan pemasangannya juga berbeda-beda
sesuai dengan tradisi di wilayah masing-masing. Hal tersebut dimungkinkan karena
proses produksi alang-alang sangat tradisional serta konvensional karena tidak
memerlukan teknolgi yang canggih.
Seiring dengan perjalanan waktu atap alang-alang mulai ditinggalkan dan
jarang dipakai pada bangunan-bangunan modern. Hal itu disebabkan kemajuan
teknologi manusia yang mampu menciptakan bahan penutup atap yang lebih kuat
serta cepat proses produksi dan pemasangannya. Seperti bahan atap dari terakota
(tanah), beton, dan bahkan logam, bahan atap jenis tersebut digunakan pada
bangunan-bangunan modern.

2. Permasalahan
a. Identifikasi masalah
- Permasalahan penggunaan material bangunan tidak ramah lingkungan
Perkembangan teknologi pembangunan abad sekarang sangatlah pesat
sehingga menuntut manusia harus lebih ketat memilih dan mengolah bahan
bangunan sesuai dengan teknologi yang ada. Secara faktual, masih ada
proses pembangunan yang menggunakan sistem secara tradisional.
Secara tradisional, sebagian besar proses konstruksi bangunan berlangsung
di lokasi bangunan tersebut (meskipun beberapa bagian konstruksi tersebut
berlangsung di tempat lain, misalnya bagian dari kayu tersebut yang
berbentuk bingkai yang bercorak dan dibawa ke produksi material untuk
proses berikutnya). Namun, pada proses bangunan tradisional ini melibatkan
penggunaan komponen pabrik yang dihasilkan misalnya atap gulungan.
Ini mengenai penggunaan pada mekanisme pabrik tersebut, perlu dicatat
bahwa sistem bangunan yang dimaksudkan disini adalah yang paling
melibatkan dari semua unsur yakni metode konstruksi tradisional dan industri.
Penggunaan teknologi (baik itu tradisional maupun pabrik) bukan hanya
sekedar mengetahui proses penggunaannya saja, melainkan harus
mengetahui prinsip penggunaan teknologi tepat guna. Menjaga lingkungan
yang asri, bersih dan tentunya membawa dampak sehat untuk semua elemen
masyarakat memang sutu hal yang tidak mudah namun perlu dilakukan.
Bukan hanya menjaga lingkungan dan merawatnya, namun perlu adanya
keselarasan antara lingkungan dan penggunaan teknologi bangunan bagi
sistem bangunan yang ada. Kemajuan teknologi akibat dari kemajuan cara
berpikir manusia terus berkembang sehingga menghasilkan pemikiran yang
mampu menjadikan suatu konsep yang menguntungkan bagi manusia
maupun lingkungan. Bahan bangunan ramah lingkungan saat ini sangat
dibutuhkan untuk menjaga generasi masa depan yang menjadi tujuan
mengurangi konsumsi energi, emisi maupun sampah atau limbah agar
terciptanya bumi yang nyaman.
Material / Bahan Bangunan Ramah Lingkungan Menjaga lingkungan yang
asri, bersih dan tentunya membawa dampak sehat untuk semua elemen
masyarakat memang sutu hal yang tidak mudah namun perlu dilakukan.
Begitu banyak cara dan berbagai inovasi nan kreatif yang manusia lakukan,
tapi itu semua memang butuh waktu yang konsisten dan biaya yang tidak
sedikit. Bukan hanya menjaga lingkungan dan merawatnya. Kemajuan
teknologi akibat dari kemajuan cara berpikir manusia terus berkembang
sehingga menghasilkan pemikiran yang mampu menjadikan suatu konsep
yang menguntungkan bagi manusia maupun lingkungan. Dengan semakin
banyaknya populasi manusia, kebutuhan akan berbagai macam
keperluanpun meningkat. Walaupun belum semua masyarakat, khususnya di
Indonesia, membudayakan “Gerakan Ramah Lingkungan” untuk ikut
mendukung serta memelihara bumi, namun sudah mulai banyak pihak-pihak
yang berusaha untuk membuat bumi ini tetap hijau, lestari dan berkelanjutan,
misalnya dengan tidak menebang pohon sembarangan, melakukan gerakan
menanam 1000 pohon, membuang sampah pada tempatnya dengan
memisahkan sampah yang terurai dan tidak terurai serta melakukan daur
ulang material. Aplikasi dari bangunan ramah lingkungan biasanya disebut
juga dengan konstruksi hijau (green construction), yakni pada tahap
perencanaan terlihat pada beberapa desain konstruksi yang memperoleh
award sebagai desain bangunan yang hemat energi, yaitu sistem bangunan
yang didesain agar mengurangi pemakaian listrik untuk pencahayaan dan
tata udara. Selain itu berbagai terobosan baru dalam dunia konstruksi juga
memperkenalkan berbagai material struktur yang saat ini menggunakan
limbah sebagai salah satu komponennya, seperti pemakaian flyash, silica
fume pada beton siap pakai dan beton pra cetak. Selain itu terobosan sistem
pelaksanaan konstruksi juga memperkenalkan material yang mengurangi
ketergantungan dunia konstruksi pada pemakaian material kayu sebagai
perancah.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terus terjadi dari tiap-tiap
zaman kehidupan manusia, tidak luput juga di Indonesia. Bahan bangunan
yang semula dalam bentuk asalnya tanpa diolah (seperti bambu, kayu, daun,
tanah, lumpur dan lain-lain) kemudian diolah.
 Tanah dibakar atau dikeringkan dibawah sinar matahari untuk
dijadikan bahan bangunan.
 Sebelum konstruksi bangunan menggunakan semen atau sejenisnya,
sebagai perekat konstruksi tembok yang lazim dilakukan adalah
konstruksi tumpuk, yang kadang-kadang digunakan juga lumpur
sebagai perekat, mungkin karena dapat menimbulkan pecahnya
tumpukan batu bata yang dikeringkan.
 Untuk sambungan kayu sebelum dikenal adanya paku, cara yang
digunakan adalah dengan pasak dan ikat.
Dari penjabaran ini tergambar belum banyak adanya pemilihan bahan yang
renewable dan non renewable walaupun didukung dengan potensi lokal.
Sesuai dengan Surat Keputusan Bersama Menteri Dalam Negeri, Menteri
Pekerjaan Umum dan Menteri Negara Perumahan Rakyat Pasal 23
mengenai struktur komponen dan bahan bangunan harus mempunyai
persyaratan : Penggunaan bahan bangunan untuk konstruksi yang murah
dapat terdiri dari bahan bangunan lokal atau lainnya yang kekuatannya
memenuhi syarat teknis.
Dalam upaya pemecahan masalah pembangunan sistem bangunan di
Indonesia khususnya, baik dalam hal penggunaan bahan bangunan, yang
tepat dan ekonomis perlu adanya penjajakan bahan renewable. Bahan
semen makin lama akan habis sehingga perlu dipikirkan bahan bangunan
yang renewable misalnya bambu dan lain-lainnya.
- Permasalahan keberlanjutan lingkungan
 Sumber Daya Manusia
Pada saat ini, peranan sumber daya manusia dalam konteks kegiatan
pembangunan ekonomi termasuk pembangunan ekonomi daerah
(wilayah) semakin signifikan. Faktor sumber daya manusia ini telah
menghadirkan suatu proses pemikiran baru dalam telaah teori - teori
pembangunan ekonomi, yang menempatkan sumber daya manusia
sebagai poros utama pembangunan ekonomi baik dalam skala global,
nasional maupun daerah. Strategi pembangunan ekonomi yang berbasis
pada pengembangan sumber daya manusia dianggap sangat relevan dan
cocok dengan kondisi dan karakter pembangunan ekonomi terutama di
negara - negara berkembang sejak era 80-an. Strategi pembangunan ini
pertama kali diperkenalkan oleh seorang pakar perencanaan
pembangunan ekonomi berkebangsaan Pakistan yang bernama Mahbub
UI Haq yang pada saat itu menjadi konsultan Utama United Nation
Development Programme (UNDP). Mahbub UI Haq berpendapat bahwa
pengembangan sumber daya manusia harus dijadikan landasan utama
dalamkebijakan pembangunan ekonomi di negara - negara sedang
berkembang, dan halini dianggap penting mengingat ketertinggalan
negara-negara berkembangterhadap negara-negara industri maju dalam
tingkat kesejahteraan ekonomiseperti kualitas dan standar hidup hanya
akan dapat diperkecil manakala terjadi peningkatan yang sangat signifikan
dalam pengembangan kualitas sumber daya manusia. Dari pola pemikiran
seperti di atas maka takaran peranan sumber daya manusia dalam proses
pembangunan ekonomi daerah dalam konteks untuk mengurangi
kesenjangan pembangunan antar daerah pada dasarnya harus dilihatdari
aspek peningkatan kualitasnya. Dengan kualitas sumberdaya manusia
yangsemakin meningkat, akan dapat mendorong peningkatan
produktivitas ekonomisekaligus sebagai modal dasar untuk memacu
pertumbuhan ekonomi.
 Sumber Daya Buatan
Dalam era otonomi daerah saat ini, terdapat kecenderungan
umumdimana dalam pembiayaan pembangunannya, daerah berusaha
meningkatkan pendapatan yang sebagian besar berasal dari pemanfaatan
sumber daya alam yang berlebihan. Eksploitasi berlebihan terhadap
sumber daya alam berpotensi merusak keseimbangan ekosistem dan
mengancam keberlanjutan pembangunan daerah pada masa yang akan
datang.Dalam konteks pendapatan daerah, pada dasarnya terdapat satu
jenis sumber daya yang sebenarnya memiliki perananan yang juga sangat
penting, namunsering terabaikan dalam pengelolaannya, yaitu sumber
daya buatan. Sumber daya buatan adalah hasil pengembangan dari
sumber daya alam untuk meningkatakankualitas, kuantitas, dan / atau
kemampuan daya dukung sumber daya alamtersebut, yang secara umum
merupakan sarana dan prasarana daerah yang dapatmenunjang
pembangunan daerah. Pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya
buatan secara efisien akan sangat membantu dalam menjaga
keseimbanganekosistem yang terancam oleh eksploitasi sumber daya
alam yang berlebihan.Dengan terjaganya keseimbangan ekosistem, maka
pendapatan daerah sebagaisumber utama biaya pembangunan wilayah
juga akan tetap terpenuhi.
- Permasalahan keberlanjutan social
Selain sumber daya manusia yang umumnya mengacu pada manusia
sebagaiindividu, maka terdapat modal manusia lain, yaitu manusia sebagai
masyarakat,atau yang sering disebut sebagai modal atau sumber daya sosial
atau social capital. Sumber daya sosial ini adalah sumber kekuatan yang
dihasilkan oleh manusiadalam kehidupan bermasyarakat. Mengacu pada
sumber dayasosial ini, manusia juga dipandang sebagai sosok yang
dilingkupi oleh nilai - nilai,norma - norma, kepercayaaan dan hubungan antar
sesamanya.
Pembangunan daerah melalui pengelolaan sumber daya alam,
peningkatansarana dan prasarana (sumber daya buatan), pengembangan
pendidikan danketerampilan penduduk (sumber daya manusia) serta
membaiknya kondisi anggaran,seringkali menjadi tak berarti karena hilangnya
norma - norma dan kepercayaansosial, hasil pembangunan kerap kali
diimbangi oleh meningkatnya kecurigaan maupun perbedaan pendapat yang
mengarah pada sengketa, bahkan di beberapadaerah berubah menjadi
perang saudara. Berdasarkan kajian terhadap negara -negara berkembang
yang gagal dalam pembangunannya menunjukkan bahwa kegagalan tersebut
diantaranya disebabkan oleh adanya perpecahan karena suku atau agama,
kurangnya perhatian kepada manusia serta lembaga - lembaga social yang
harus menjalankan pembangunan itu. Sebaliknya, negara - negara
berkembang yang berhasil dalam pembangunannya, ternyata memberikan
perhatian yang besar terhadap pembangunan di bidang sosial. Oleh
karenanya, Nancy Birdsall (1993)seorang pakar Bank dunia, menyatakan “
social development is economicdevelopment” untuk menggaris bawahi
proposisi bahwa investasi dibidang social tidak sia - sia dari segi ekonomi.

- Permasalahan keberlanjutan ekonomi


Economy Resources( Sumber Daya Ekonomi )
Sumber daya ekonomi merupakan seluruh alat yang dapat dipakai oleh
manusia yang bertujuan untuk pemenuhan kebutuhan hidupnya. Untuk
memenuhi kebutuhantersebut diperlukan berbagai alat. Segala jenis alat
yang dipakai dalam ekonomi danuntuk pemenuhan kebutuhan hidup itu
disebut dengan sumber daya ekonomi.Sumber daya ekonomi dapat
diklasifikasikan menjadi beberapa bagian yaitusumber daya alam, sumber
daya manusia, sumber daya buatan dan sumber dayasosial.1. Sumber Daya
Alam (Natural Resources). Sumber Daya Alam pada prinsipnya dapat
dikategorikan menjadi 3, yaitu :
 Sumber Daya Alam yang Tidak Pernah Habis (Renewable Perpetual
Resources)
Sumber Daya Alam ini tersedia sepanjang waktu dan dapat di
manfaatkan oleh manusia.
Contoh : sinar matahari, angin, gelombang lautdan sebagainya.
 Sumber Daya Alam yang Tidak Dapat Diperbarui (Non-Renewable or
Exhaustible Resources)
Jenis sumber daya ini biasanya meliputi sumber daya alam
yangmensuplai energi seperti minyak, gas alam, uranium, batu bara serta
mineralyang non energi seperti tembaga, nikel, aluminium dan lain - lain.
 Sumber Daya Alam yang Potensial untuk Diperbarui (Potentially
Renewable Resources)
Sumber daya alam ini tergolong sumber daya alam jangka pendek jika
digunakan dan dicemari secara cepat, namun demikian lambat laun
akandapat diganti melalui proses alamiah misalnya pohon - pohon di
hutan,deposit air tanah, udara segar dan lain - lain.

b. Rumusan masalah
1. Bagaimana cara mengatasi permasalahan penggunaan material
bangunan yang tidak ramah lingkungan?
2. Bagaimana mengatasi permasalahan pengelolahan limbah?
3. Bagaimana cara pemanfaatan energy terbarukan?
4. Bagaimana pendalaman prinsip arsitektur berkelanjutan dalam konsep
vernakuler ?
5. Bagaimana cara mengatasi permasalahan keberlanjutan lingkungan?
6. Bagaimana cara mengatasi permasalahan keberlanjutan social?
7. Bagaimana cara mengatasi permasalahan keberlanjutan ekonomi?

3. Lingkup Penelitian
Penelitian ini tentang penggunaan material lokal untuk desain arsitektur penggunaan
material alang alang pada atap dilakukan sebagai pedoman terkait dengan kriteria
bahan material lokal yang ramah lingkungan dan bagaimana pemanfaatan limbah dari
bahan material lokal itu sendiri.

4. Manfaat Penelitian
4.1 Manfaat Secara Teoritis

Memperluas wawasan khususnya di bidang arsitektur mengenai pemanfaatan


material lokal ramah lingkungan dalam pemilihan material bangunan. Melalui
penelitian ini diketahui kriteria ramah lingkungan baik secara lingkungan, sosio –
ekonomi, maupun teknis.

4.2 Manfaat Secara Praktis

Memberikan cara baru kepada arsitek dalam memilih material bangunan dalam
pembuatan kriteria ramah lingkungan dalam pemilihan material bangunan.

5. Tujuan dan Sasaran Penelitian


a. Tujuan
Adapun tujuan yang hendak dicapai melalui penelitian antara lain:
1) mengetahui kriteria atau pedoman ramah lingkungan dalam memilih
suatu material bangunan dengan cara energy terbarukan pendalaman
prinsip arsitektur berkelanjutan dalam konsep vernakuler
2) bisa mengetahui dan menjelaskan cara mengatasi permasalahan
keberlanjutan lingkungan, sosial, dan ekonomi
3) mengetahui cara pengolahan limbah dari material lokal

b. Sasaran

Pada penelitian ini sasaran utama pemanfaatan material lokal pada bangunan
yaitu penggunaan atap alang – alang pada bangunan.
METODOLOGI PENELITIAN

1. Metode
a. Pengumpulan data
- Survei objek sejenis
a) Pengamatan langsung
b) Wawancara
c) Pengukuran
d) Dokumentasi (foto, sketsa, video)
- Prinsip dasar keberlanjutan; ekonomi, sosial dan lingkungan (studi literatur)
- Teori pendukung lainnya (studi literatur)
b. Alat penelitian
- handphone
- buku dan pena/pensil
- alat meter ukur
c. Langkah penelitian
- Pengumpulan data
- Analisis data
- Konsep desain
.

2. Jadwal Penelitian
Catatan :
Waktu pelaksanaan (jumlah pekan) disesuaikan dengan tabel jadwal pada form
tugas besar
Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian

WAKTU (PEKAN)
NO TAHAP KEGIATAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

1. Pengumpulan data

Analisis dan konsep


2.
desain

3. Membuat miniatur

4. Merakit perangkat uji

5. Pengujian
HASIL DAN PEMBAHASAN

Bicara tentang rumput alang-alang, Rumput alang alang ini sudah sejak ratusan
tahun silam dimanfaatkan sebagai penutup atap di berbagai Negara di belahan dunia
termasuk Indonesia, Indonesia yang dikenal dengan Negara yang kaya akan culture
dan budayanya. Tidak sedikit penduduk Indonesia khususnya masyarakat Oebelo yang
sampai dengan sekarang masih ada yang menggunakan atap dari alang-alang
Rumput alang - alang yang dimanfaatkan sebagai penutup atap atau yang sekarang
kita kenal sebagai atap alang - alang. Atap ini mempunyai tampilan yang unik, natural
dan memberikan nuansa tradisional pada bangunan, berikut ini akan diberikan
beberapa proses pembuatan alang – alang menjadi bahan material lokal atap:

1. Bahan baku atap alang – alang

Pada umumnya tumbuh pada area – area yang sulit dialiri air. Menurut sifat tanah dan
lokasi tumbuhnya, alang – alang dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu :

 Alang – alang pegunungan dengan ciri fisik lebih besar dan lebih panjang
dan berisi.
 Alang – alang pesisir yang biasa hidup ditanah kering dan berbatu karang
atau kapur dengan ciri – ciri fisik lebih kecil atau lebih pendek karena
relatif tidak berisi.

Alang – alang dipasarkan dalam 2 bentuk:

- Diikat dengan diameter antara 30 atau 50cm


- Ikatan dengan panjang bidang antar 2 -3m
2. jenis dan dimensi sebagai bahan bangunan

Jenis sebagai bahan bangunan hampir sama dengan ijuk, hanya dengan
dimensinya relatif lebih besar. Hal ini disebabkan antara lain karena faktor bahan baku
maupun karena pemanfaatannya pada bangunan – bangunan yang lebih besar.
3. Proses pembuatan sebagai material bangunan lokal

 Langkah awal membuat ikatan


Dari gulungan alang – alang yang besar, dipisah -pisahkan dalam
diameter 4cm lalu ditekuk pada bilah bambu. Jarak tekukan berkisar 15cm
dari pangkal batang alang -alang. Setelah tertekuk dengan baik, lalu diikat
dengan tali ijuk dengan sisi alang – alang yang berlawanan. Pekerjaan ini
dilakukan sampai bilah bambu penuh dengan ikatan alang – alang.
 Ikatan alang – alang pada bagian pangkal dengan tali bambu dalam 4-5
ikatan, diameter ikatan ini sekitar 15cm
4. Proses pemasangan

 Proses pemasangan alang – alang dari bawah keatas, diikat pada usuk
dengan tali bambu. Jarak ikatan alang - alang antara satu dengan yang
lain antara 5-8cm
Beberapa kelebihan menggunakan atap atap alang – alang pada bangunan antara lain
sebagai berikut :

1. Atap alang – alang tidak menghasilkan limbah berbahaya.


2. Atap alang – alang bisa didapatkan dengan mudah dan murah.
3. Apabila cuaca panas, atap ilalang memuncul hawa dingin dalam ruangan
sehingga terasa sejuk dan segar. Apabila cuaca dengan dingin, atap
alang – alang justru menghasilkan suhu yang lebih hangat.
4. Atap alang -alang dapat dibuat sendiri karena tekniknya lumayan mudah
dan gampang dikerjakan.

Atap alang – alang ini juga dapat dirawat dengan cara menyiramnya setiap saat empat
bulan sekali agar kotoran pada atapnya dapat dibersihkan. Hal ini juga berguna untuk
mendeteksi apakah terdapat kebocoran atau tidak. Adapun juga kekurangan dari alang
– alang, seperti halnya yaitu :

1. Masa pakai yang terbatas, maksimal 5 tahun sekali harus diganti karena
rusak yang diakibatkan atap alang alang tradisional ini tidak tahan
terhadap sinar matahari.
2. Tidak hygiyenis, atap alang alang bisa menjadi tempat bersarang
serangga dan lainnya juga tumbuhnya jamur dan lumut.
3. Tidak tahan terhadap api
4. Tidak tahan terhadap angin
5. Tidak waterproofing, biasanya harus pakai waterproofing membrane lagi
supaya atap ini bisa tahan terhadap air seperti plastic cor
KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN ;
Perkembangan teknologi pembangunan abad sekarang sangatlah pesat sehingga
menuntut manusia harus lebih ketat memilih dan mengolah bahan bangunan sesuai
dengan teknologi yang ada. Secara faktual, masih ada proses pembangunan yang
menggunakan sistem secara tradisional.
Material bangunan alam lebih banyak digunakan untuk rumah tinggal, meskipun
pada jaman sekarang material bangunan lokal juga digunakan pada bangunan berlantai
banyak. Penggunaan material bangunan alam seperti kayu, bambu, rumput, alang-
alang, batu kali, pasir atau perpaduan material bangunan alam dan pabrikasi modern,
seperti pasir dan semen untuk pondasi, tembok, atap banyak dijumpai dalam arsitektur
tradisional atau vernakular sehubungan dengan material bangunan sebagai suatu
produk kebudayaan. Karakter yang dihasilkan adalah bangunan yang sederhana,
selaras dengan alam dan tanggap terhadap iklim setempat (tidak panas, sejuk, hangat).
Bicara tentang rumput alang-alang, Rumput alang alang ini sudah sejak ratusan
tahun silam dimanfaatkan sebagai penutup atap di berbagai Negara di belahan dunia
termasuk Indonesia, Indonesia yang dikenal dengan Negara yang kaya akan culture
dan budayanya. Tidak sedikit penduduk Indonesia khususnya masyarakat OEBELO
yang sampai dengan sekarang masi ada yang menggunakan atap dari alang-alang.
Tetapi terdapat kekurangan dalam material alang-alang pada atap ini seperti;

1. Masa pakai yang terbatas, maksimal 5 tahun sekali harus diganti karena rusak
yang diakibatkan atap alang alang tradisional ini tidak tahan terhadap sinar
matahari.
2. Tidak hygiyenis, atap alang alang bisa menjadi tempat bersarang
serangga dan lainnya juga tumbuhnya jamur dan lumut.
3. Tidak tahan terhadap api
4. Tidak tahan terhadap angin
5. Tidak waterproofing, biasanya harus pakai waterproofing membrane lagi
supaya atap ini bisa tahan terhadap air seperti plastic cor

SARAN ;

Tentunya kelompok kami menyadari dalam penyusunan laporan ini masi banyak
kesalahan dan masi jauh dari kata sempurna, sehingga kami mengharapkan kritikan
dari teman-teman dan bapak dosen untuk menjadi pedoman buat kami sekelompok
untuk meperbaiki kesalahan kami dan kekurangan kami dalam membuat laporan ini
~_~
DAFTAR PUSTAKA
Daftar pustaka disusun dan ditulis berdasarkan sistem nomor (style IEEE 2006)
sesuai dengan urutan pengutipan. Hanya pustaka yang disitasi pada proposal
penelitian yang dicantumkan dalam Daftar Pustaka.

Imagebali.net, batam.tribunnews.com, www.kampungide.com , books.google.co.id


LAMPIRAN

1. Lampiran 1
Dokumentasi tahapan penelitian berupa gambar hasil foto, sketsa dan link
google drive berisi video tahapan penelitian

2. Lampiran 2
Dokumentasi hasil penelitian berupa gambar hasil foto, sketsa dan link google
drive berisi video hasil penelitian (produk/karya panel material atau material cetak)

Anda mungkin juga menyukai