Bab 3 Penutup
A. Kesimpulan
B. Saran
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Manusia adalah makhluk individu sekaligus sebagai makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial tentunya
manusia di tuntut untuk mampu berinteraksi dengan individu lain dalam rangka memenuhi
kebutuhannya. Dalam menjalankan kehidupan sosial dalam masyarakat, seorang individu akan
dihadapkan dengan kelompok-kelompok yang berbeda, salah satunya dalam perbedaan agama.
Dalam rangka menjaga keutuhan dan persatuan dalam masyarakat maka diperlukan sikap saling
menghormati dan menghargai. Sehingga, gesekan-gesekan yang dapat menimbulkan pertikaian
dapat dihindari. Selain itu, masyarakat juga dituntut untuk saling menjaga hak dan kewajiban
diantara satu sama lain.
Secara umum kondisi kerukunan antarumat beragama di Indonesia khusus nya di Depok sudah
cukup baik, sementara peraturan perundangan dan kebijakan pemerintah terhadap kerukunan ini
juga cukup kondusif. Namun demikian, kadang-kadang masih muncul ketegangan dan konflik, baik
internal maupun antarumat beragama.
Depok merupakan kota yang menyandang status IPM (Indeks Pmebangunan Masyarakat) tertinggi
se-Jawa Barat, yang notabene masyarakatnya berpendidikan, dan memiliki penghasilan di atas rata-
rata.9 Namun mereka tidak memiliki pengetahuan yang luas terkait ajaran yang terdapat pada
agama yang meraka anut. Uniknya, kerukunan umat beragamapun hadir di tengah ketidak
pahamannya mereka akan ajarannya.
1.3 Tujuan
1. Agar memahami definisi dari kerukunan
2. Agar Mengetahui definisi kerukunan antar umat beragama
3. Untuk mengetahui bagiamana situasi kerukunan antar umat beragama di kota Depok
4. Untuk mengetahui bagai mana cara masyarakat depok menjaga kerukunan antar umat beragama
nya
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi kerukunan
Kerukunan adalah istilah yang dipenuhi oleh muatan makna “baik” dan “damai”. Intinya,
hidup bersama dalam masyarakat dengan “kesatuan hati” dan “bersepakat” untuk tidak
menciptakan perselisihan dan pertengkaran (Depdikbud, 1985:850). Kerukunan juga bisa
bermakna suatu proses untuk menjadi rukun karena sebelumnya ada ketidakrukunan; serta
kemampuan dan kemauan untuk hidup berdampingan dan bersama dengan damai serta
tenteram. Langkah-langkah untuk mencapai kerukuna seperti itu, memerlukan proses waktu
serta dialog, saling terbuka, menerima dan menghargai sesama, serta cinta-kasih. Kerukunan
antar umat beragama bermakna rukun dan damainya dinamika kehidupan umat beragama
dalam segala aspek kehidupan, seperti aspek ibadah, toleransi, dan kerja sama antar umat
beragama.