Anda di halaman 1dari 3

Maghfirah (2007210028)

POLICY BRIEF
DoHaD dan Mekanisme Epigenetik

RINGKASAN

 Penelitian yang dilakukan oleh Conrad Waddington pada Tahun 1940, dalam rangka
mempelajari ilmu perilaku dan lingkungan menyatakan bahwa cara kerja perubahan
gen epigenetik berbeda dengan perubahan genetik.

 Gaya hidup seperti kebiasaan merokok, minum alkohol, polutan dari lingkungan, stres
psikologis, dan jam kerja malam hari akan berkaitan erat dengan kondisi epigenetiknya
yang dapat meempengaruhi kesehatan.

 Faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi kondisi epigenetik meliputi nutrisi ibu,
merokok, metode pemberian makan bayi, stres ibu, dan penyakit infeksi.

 Karena, regulasi keseimbangan energi ditetapkan pada awal perkembangan, dan


kebutuhan nutrisi selama kehamilan, menyusui dapat mempengaruhi keturunannya
terhadap berbagai gangguan metabolisme.

 Warisan genetic sangat menentukan nasib seseorang, seseorang akan tumbuh menjadi
sehat, menderita penyakit kronis, bahkan kanker.

 Berdasarkan fakta tersebut, maka direkomendasikan untuk peningkatan sasaran


Program Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak dengan meningkatkan ketersediaan dan
keterjangkauan pelayanan kesehatan yang bermutu bagi seluruh masyarakat.

LATAR BELAKANG

Para ilmuwan di Duke University menganalisis DNA pertama dari anak-anak berusia 5 tahun dan
dilakukan kembali ketika anak berusia 10 tahun, diketahui bahwa anak-anak yang mengalami
kekerasan fisik, emosional, stresor kehidupan antara usia 5 dan 10 tahun memiliki telomer yang
lebih pendek. Pengalaman hidup memiliki pengaruh langsung pada ekspresi gen.
Maghfirah (2007210028)

Gen adalah unit terkecil penyimpan informasi genetik sebagai blueprint pembentuk struktur sel,
beberapa faktor yang mempengaruhi Gen antara lain; nutrisi mikro dan makro, pembatasan
kalori, olahraga, stres kronis, kurang tidur, kesehatan mental, adaptasi individu, racun, obat-
obatan, logam berat, pestisida, tembakau, hormon, radioaktivitas, antibiotik, virus, bakteri dan
lain-lain.

Berdasarkan studi Conrad Waddington (1940) yang mempelajari bagaimana perilaku dan
lingkungan menyatakan bahwa perubahan epigenetic berbeda dengan perubahan genetic.
Epigenetik mencakup perubahan konformasi DNA dan/atau kromatin tanpa perubahan dalam
kode genetik dasar.

Epigenetik berkaitan dengan kekurangan nutrisi, biokimia, dan bagaimana lingkungan eksternal
serta internal mempengaruhi sel hingga ke tingkat DNA.

Lingkungan eksternal yang dapat mempengaruhi kondisi epigenetik adalah eknutrisi ibu,
merokok, metode pemberian makan bayi, stres ibu, dan penyakit infeksi.

Selain itu, pengaruh gaya hidup dari lingkungan eksternal maupun internal dengan modifikasi
genetik dan perubahan fenotipik yang diawali dengan hal-hal berikut: Calon pengantin, Periode
prakonsepsi, Periode perinatal, Pasca melahirkan dan tahun pertama kehidupan, Masa Kecil,
Masa remaja dan Dewasa.

Pembatasan kalori selama kehamilan tengah dan akhir kehamilan mengakibatkan penurunan
berat badan lahir anak, yang juga menderita berat badan dan perawakan dewasa yang lebih
rendah.

TINGKAT KETAHANAN FORMASI GENETIK

Penelitian yang dilakukan pada tahun 1920-an tepatnya di kota Hertfordshire, Inggris pada bayi
laki-laki dengan berat lahir < 2,5 kg, menemukan bahwa ada hubungan yang signifikan antara
BBLR dan risiko kejadian kematian koroner, diabetes tipe 2, dan sindrom metabolik. Hasil yang
sama di temukan pada penelitian serupa yang dilakukan di Skotlandia pada 1950-an.

Penjajahan Jerman di Belanda pada tahun 1944, mengakibatkan penduduk hanya makan 400
hingga 800 kalori per hari. Hal tersebut mempengaruhi wanita hamil, pembatasan makanan
awal kehamilan sehingga mengakibatkan peningkatan obesitas pada orang dewasa,
hiperlipidemia, dan penyakit kardiovaskular. Pembatasan kalori selama kehamilan tengah dan
akhir kehamilan mengakibatkan penurunan berat badan lahir anak, yang juga menderita berat
Maghfirah (2007210028)

badan dan perawakan dewasa yang lebih rendah. Paparan kelaparan selama kehamilan
dikaitkan dengan intoleransi glukosa Chavarro et al, risiko relatif infertilitas tergantung pada
jenis protein yang dikonsumsi.

Ibu yang makan lebih banyak protein hewani memiliki risiko infertilitas 39% lebih tinggi
dibandingkan dengan mereka yang makan lebih banyak protein nabati, yang memiliki risiko
22% lebih rendah.

Goh et al, mikronutrien memiliki efek epigenetik positif pada kesuburan, memberikan risiko
infertilitas 41% lebih rendah dan mengakibatkan lebih sedikit keguguran, lebih sedikit cacat
lahir, lebih sedikit kanker pediatrik dan lebih sedikit autisme. Radford et al, melaporkan
tentang bagaimana kekurangan gizi selama kehidupan prenatal dapat membahayakan garis
germinal laki-laki (mempengaruhi kesehatan sperma), yang dari waktu ke waktu berkontribusi
pada insiden penyakit yang disebabkan oleh lingkungan yang lebih tinggi dari biasanya.

REKOMENDASI KEBIJAKAN

Melihat fakta-fakta dari uraian di atas dan juga identifikasi masalah yang ada, maka dapat
diidentifikasi Rekomendasi Kebijakan sebagai berikut:

1. Peningkatan pelayanan kesehatan menggunakan pendekatan siklus hidup, mulai dari ibu
hamil, bayi, anak balita, anak usia sekolah, remaja, usia produktif, dan lansia, dan
intrevensi secara kontinum (promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif) dengan penekanan
pada promotif dan preventif.

2. Peningkatan persentase ibu hamil kurang energi kronik (kek) yang mendapat makanan
tambahan, peningkatan persentase puskesmas yang melaksanakan kelas ibu hamil,
peningkatan persentase puskesmas yang melakukan orientasi program perencanaan
persalinan dan pencegahan komplikasi (P4K) dan juga peningkatan persentase
persentase ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal minimal 4 kali (K4).

3. Kepada pemerintah perlu memberikan dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas


teknis lainnya pada program bina gizi dan kesehatan ibu dan anak, dan juga tersedianya
bantuan operasional kesehatan (bok) untuk puskesmas.

Anda mungkin juga menyukai