Anda di halaman 1dari 46

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Hipertensi dalam kehamilan (HDK) memengaruhi lebih dari 15%

kehamilan dan berhubungan dengan peningkatan risiko maternal morbiditas dan

mortalitas.1,2 Peningkatan tekanan darah dalam kehamilan ditandai dengan

tekanan darah yang berada pada atau melebihi 140 mmHg sistol atau 90 mmHg

diastol setelah 20 minggu kehamilan pada wanita normotensi merupakan tanda

dari HDK.3-5

Menurut World Health Organization (WHO) insidensi pre-eklamsi 0,5%

dari seluruh kehamilan, terjadi 800.000 kasus pre-eklamsi per tahun dan 43.000 di

antaranya mengalami kematian. Insidensi pre-eklamsia di Indonesia 3,48,5%

dari seluruh kehamilan dengan angka kematian maternal sekitar 9,825% dan

angka kematian perinatal sekitar 7,760%.6 Sebanyak 30% kematian ibu di

Indonesia pada tahun 2011 disebabkan oleh HDK,7 sejak 2011 sampai 2013

penyumbang terbesar kematian ibu di Jawa Barat adalah HDK 30%, wilayah

Bogor merupakan salah satu penyumbang terbesar dari 10 kabupeten/kota di Jawa

Barat.8

Berbagai upaya dilakukan pemerintah untuk menekan angka kematian ibu

terutama yang disebabkan oleh HDK yang meliputi peningkatan kualitas dan

kuantitas pelayanan KIA dalam program puskesmas Pelayanan Obstetri Neonatal

Emergensi Dasar (PONED) dan RS Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi

Komprehensif (PONEK), serta meningkatkan kesadaran kesehatan ibu dan


2

neonatal melalui posyandu sebagai upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat

(UKBM) dengan program prioritas KB, KIA, gizi, imunisasi, dan penanggulangan

diare.8 Kelas gizi, kelas ibu, dan kelas laktasi sebagai upaya peningkatan status

kesehatan ibu dan anak di Kota Bogor terfokus pada masalah gizi ibu, bayi dan

balita dibentuk di posyandu-posyandu Kota Bogor.9

Berdasarkan hasil survei di Puskesmas Warung Jambu Kecamatan Bogor

Utara, terdapat 1,26% kehamilan dengan hipertensi dari 1.241 ibu hamil pada

tahun 2013. Tahun 2014 jumlah kasus kehamilan dengan hipertensi meningkat

menjadi 2,35% dari 1.332 ibu hamil, pada bulan September 2015 terdapat 0,28%

kehamilan dengan hipertensi dari 1.024 ibu hamil. Berdasarkan hasil observasi

dan wawancara pada petugas gizi di puskesmas warung jambu, konseling gizi

sebagai terapi atau pencegahan komplikasi diberikan tanpa melihat kesiapan

pasien untuk berubah, terutama pada kehamilan dengan hipertensi.

Status gizi dan asupan nutrisi ibu selama kehamilan merupakan tindakan

pengobatan yang potensial untuk pencegahan HDK dan pre-eklamsi.1012 Gizi

yang tepat sebelum dan selama kehamilan sangat menentukan kesehatan dan

kesejahteraan ibu dan bayi. Kehamilan merupakan masa meningkatnya kebutuhan

metabolisme perubahan fisiologi ibu dan tumbuh kembang janin.13 Pasokan

vitamin dan mikronutrien yang kurang menyebabkan keadaan persaingan biologis

antara ibu dan janin yang dapat merugikan status kesehatan keduanya.

Kekurangan antioksidan, mikronutrien selenium, tembaga, zinc, dan mangan

berisiko menjadikan kehamilan yang buruk, termasuk hambatan pertumbuhan

janin, pre-eklamsi, dan terkait peningkatan risiko penyakit pada masa dewasa,

termasuk penyakit jantung dan diabetes melitus tipe 2.14-16


3

Beberapa zat makanan telah dihipotesiskan memengaruhi HDK, konsumsi

rendah magnesium, rendah kalsium, dan tinggi total energi, selama kehamilan

termasuk faktor yang berkaitan dengan HDK.10,12,17 Natrium, protein, lemak, dan

karbohidrat merupakan salah satu faktor penyebab pre-eklamsi.12 Risiko pre-

eklamsi meningkat pada ibu hamil yang mengonsumsi gula buatan (pemanis

minuman ringan), dan makanan ringan dengan tinggi garam.17 Perilaku diet pada

kehamilan dengan konsumsi tinggi susu, status cukup vitamin D,18 asupan tinggi

sayuran, makanan nabati, minyak sayur, omega 3, terutama yang bersumber dari

minyak ikan cod ditambah dengan konsumsi multivitamin yang mengandung

DHA+omega-3, vitamin C, vitamin E, folat dan magnesium akan menurunkan

risiko pre-eklamsia.19

Berdasarkan beberapa penelitian menunjukkan bahwa nutrisi yang baik

berkontribusi menurunkan insidensi dan mortalitas pre-eklamsi. Emily dkk,11

melakukan penelitian hubungan antara diet pada awal trimester dan HDK atau

pre-eklamsi, menemukan ibu hamil dengan asupan tinggi omoga-3 dan ikan

mempunyai risiko lebih rendah untuk mengalami HDK atau pre-eklamsi. Calusen

dkk.17 menemukan asupan energi lebih tinggi pada ibu hamil pre-eklamsi

disbanding ibu hamil normotensi.

Pencegahan pre-eklamsia dan komplikasi yang akan terjadi pada ibu hamil

HDK atau risiko tinggi pada masa antenatal dapat dilakukan dengan

medikamentosa antihipertensi,3-4 perubahan perilaku makan sebagai perubahan

gaya hidup.12,16 Masa kehamilan merupakan masa yang penting sepanjang siklus

kehidupan terutama bagi wanita, keluarga, dan masyarakat. Ketika hamil wanita

sangat termotivasi untuk melakukan perubahan, saran diet sehat, dan perubahan
4

ke arah pola makan yang sehat.20 Perubahan pola makan dengan peningkatan

asupan sayuran dan makanan nabati memiliki biaya dan risiko rendah dibanding

dengan intervensi medis.21

Salah satu strategi untuk meningkatkan status gizi ibu saat hamil melalui

edukasi dan konseling gizi, terfokus pada peningkatkan kualitas diet ibu hamil

dengan meningkatkan keberagaman dan jumlah makanan yang dikonsumsi,

peningkatan berat badan yang adekuat melalui konsumsi protein dan energi yang

terbatas dan seimbang, konsisten, berkelanjutan, menggunakan suplemen

mikronutrisi, suplemen makanan, atau makanan yang terfortifikasi.21 Konseling

gizi merupakan suatu bentuk pendekatan yang digunakan dalam asuhan gizi untuk

menolong individu dan keluarga memperoleh pengertian yang lebih baik tentang

dirinya dan permasalahan yang dihadapi.22 Informasi yang diperoleh dari

konseling gizi diharapkan dapat membantu indvidu dan keluarga untuk

mengambil langkah-langkah dalam mengatasi masalah gizinya termasuk

perubahan pola makan serta memecahkan masalah terkait gizi ke arah kebiasaan

hidup sehat.23

Konseling gizi saat ini masih dilaksanakan secara konvensional, yaitu

dengan melakukan anamnesis makanan, pengkajian masalah gizi, menentukan

masalah gizi dan intervensi gizi dengan menentukan jumlah dan jenis makanan

yang harus dikonsumsi, kemudian dikomunikasikan kepada klien tanpa

memperhatikan kesiapan klien menerima informasi dan pelayanan.

Transtheoritical model (TTM) menilai kesiapan individu untuk bertindak atau

berperilaku sehat, membuat strategi atau proses perubahan untuk membantu

individu melalui tahapan perubahan ke tahap aksi dan pemeliharaan. Tahapan


5

TTM meliputi precontemplation, contemplation, preparation, action,

maintenance, dan termination .24 Konseling dengan metode TTM terbukti efektif

dalam perilaku diet,25, 26 dan manajemen berat badan.27 Individu akan mengalami

kesuksesan mengubah perilaku bila dilakukan dalam strategi yang sesuai dengan

tahapan kesiapan untuk berubah. Aveyard dkk.28 melakukan uji acak tercontrol

pada ibu hamil merokok, transtheoretical model sesuai untuk perubahan perilaku

pada ibu hamil perokok bersamaan dengan perubahan pemahamannya.

Hasil Asesmen Kualitas Pelayanan Maternal tahun 2012 menunjukkan

bahwa hanya 24% RS dan 45% puskesmas yang melakukan konseling dan

edukasi sesuai standar pada saat pelayanan antenatal.29 Pelayanan konseling gizi

di rumah sakit maupun di puskesmas belum memperhatikan kesiapan klien dalam

menerima informasi rekomendasi diet yang harus dilaksanakan. Dampak yang

muncul dengan metode konseling tersebut adalah kurangnya motivasi klien untuk

datang kembali berkonsultasi untuk mengatasi masalah gizinya.

Peran tenaga kesehatan untuk memberikan informasi dan advokasi kepada

ibu dan keluarga pada saat pelayanan antenatal masih kurang, terutama tentang

kesehatan gizi ibu dan bayi sehingga pengetahuan keluarga dan masyarakat untuk

membuat perencanaan persalinan juga rendah. Bidan sebagai petugas terdekat

dengan wanita hamil dapat efektif mengubah sikap masyarakat agar lebih

waspada dalam menyikapi kehamilan dan dapat lebih siaga ketika terjadi

komplikasi.30 Bidan sangat berperan penting dalam memberikan edukasi dan

informasi nutrisi dalam kehamilan. Konseling pada pelayanan antenatal dan

konseling gizi dapat mengatasi masalah gizi dalam kehamilan, risiko pre-eklamsi,

pencegahan dan prediksi pre-eklamsi, utilitas kunjungan prenatal dan pengawasan


6

janin, risiko kekambuhan untuk kehamilan di masa depan, diagnosis yang

mendasari faktor predisposisi, serta dampak potensial terhadap kesehatan ibu dan

janin di masa depan.31

Tema Sentral: hipertensi dalam kehamilan dan pre-eklamsi merupakan


penyebab kesakitan dan kematian ibu tertinggi saat ini. Data di Puskesmas
Warung Jambu menunjukkan kasus hipertensi dalam kehamilan merupakan
komplikasi kehamilan tertinggi. Upaya pencegahan komplikasi melalui
medikamentosa dan rujukan sudah dilakukan, namun perubahan gaya hidup dan
asupan makan belum dilakukan. Asupan makan ibu selama kehamilan dapat
mencegah peningkatan tekanan darah dan komplikasi kehamilan, meningkatkan
kadar protein dalam darah, mencegah retensi air, dan membantu pertumbuhan
janin. Konseling gizi mengajarkan ibu hamil tentang pentingnya nutrisi dalam
kehamilan sebagai pemenuhan kebutuhan gizi ibu dan janin, memperkuat pesan
tentang makanan sehat, mengajarkan keterampilan membuat perubahan asupan
makan, dan pencegahan komplikasi dalam kehamilan. Asuhan bidan pada ibu
hamil HDK adalah merujuk pada fasiltas kesehatan yang lebih tinggi
kewenangannya untuk terapi medikamentosa sebagai tatalaksana, sementara
perubahan asupan makan selama perawatan antenatal yang dapat mencegah
komplikasi HDK dan pertumbuhan janin terhambat belum dilakukan. Konseling
nutrisi oleh bidan dan petugas gizi selama perawatan antenatal tidak melihat pada
kesiapan berubah pasien, hasil konseling yang dilakukan pun tidak membawa
dampak yang berarti bagi ibu hamil. Perlu penelitian konseling gizi sesuai dengan
kesiapan berubah ibu hamil. Konseling gizi pada ibu hamil HDK dilakukan
dengan pendekatan transtheoritical model bertujuan untuk merubah asupan
makan pada ibu hamil HDK sesuai dengan kesiapan ibu untuk menerima
informasi dan berubah, ibu hamil dapat memperoleh informasi tentang nutrisi
yang tepat sesuai dengan keadaan kesehatannya. Bidan sebagai pemberi asuhan
pada ibu hamil dapat melakukan konseling gizi dengan memperhatikan kesiapan
ibu untuk berubah guna membantu ibu mempertahankan kesehatan dirinya dan
janin serta mencegah komplikasi pada masa kehamilan dan persalinan.
7

1.2 Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas maka didapatkan rumusan masalah

sebagai berikut: apakah terdapat pengaruh konseling gizi dengan pendekatan

transtheoritical model pada ibu hamil hipertensi dalam kehamilan terhadap

perubahan asupan makan ibu?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah menganalisis pengaruh konseling gizi dengan

pendekatan transtheoritichal model pada ibu hamil hipertensi dalam kehamilan

terhadap perubahan asupan makan ibu.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritik

Hasil penelitian ini dapat berkontribusi dalam memperkuat teori konseling

gizi pada ibu hamil hipertensi dalam kehamilan terhadap perubahan asupan makan

ibu.

1.4.2 Manfaat Praktis

Manfaat praktis dari penelitian ini dilihat dari tiga aspek.

1. Manfaat bagi ibu hamil:

Mendapatkan pengetahuan tentang asupan nutrisi yang baik sesuai dengan

kebutuhan kehamilan baik ibu maupun janin untuk mencegah komplikasi

hipertensi dalam kehamilan dan termotivasi untuk melakukan pola asupan makan

yang sehat;

2. Manfaat bagi petugas kesehatan/bidan:

Sebagai rekomendasi rencana tindak lanjut bagi petugas kesehatan/bidan

dalam memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil hipertensi dalam kehamilan
8

agar tidak terjadi perburukan pre-eklamsi dalam kehamilan dan pertumbuhan

perkembangan janin;

3. Manfaat bagi puskesmas:

Sebagai rekomendasi penyusunan tata laksana konseling gizi pada ibu

hamil dengan hipertensi dalam kehamilan agar konseling berjalan efektif.


9

BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Konseling Gizi

2.1.1.1 Definisi

Konseling ialah bentuk percakapan yang diselenggarakan secara sengaja

dengan tujuan membantu orang lain agar dapat memecahkan masalah yang

dihadapinya. Percakapan dalam konseling diarahkan untuk dapat menimbulkan

pemahaman klien yang lebih baik tentang dirinya, kaitan antara dirinya dan

permasalahannya, pertimbangan terhadap situasi dan kondisi yang ada, dan

pemikiran untuk mencari berbagai alternatif pemecahan masalah yang dapat

dicoba dan dilakukan. Konseling atau penyuluhan adalah proses pemberian

bantuan yang dilakukan oleh seorang ahli (disebut konselor/pembimbing) kepada

individu atau kelompok yang mengalami sesuatu masalah (disebut klien) dengan

tujuan dapat teratasinya masalah tersebut.22, 23

Konseling gizi ialah kombinasi keahlian gizi dan keterampilan psikologis

yang disampaikan konselor gizi.22 Konseling gizi merupakan sebuah proses yang

berkesinambungan untuk menilai asupan nutrisi pasien yang menginginkan

perubahan dan pemeliharaan seperti pada pasien dengan penyakit kronik yang

ingin mencegah komplikasi atau memperburuk keadaannya, misalnya pada pasien

dengan gangguan hipertensi dalam kehamilan. Konseling gizi mengajarkan klien

tentang pentingnya nutrisi, memperkuat pesan tentang makan yang sehat,

membuat perubahan pola makan, dan memberikan informasi tentang bagaimana

untuk mempertahankan perubahan perilaku. 24


10

Konseling gizi dalam kehamilan telah diketahui membawa dampak yang

positif untuk keluaran kehamilan, kesehatan bayi yang dilahirkan. Bidan

merupakan sumber informasi yang terpercaya oleh ibu hamil untuk pengetahuan

tentang kesehatan ibu dan janin, dimana bidan merupakan pemberi asuhan yang

dekat dengan ibu hamil di dalam komunitas.20, 21

2.1.1.2 Tujuan Konseling Gizi

Konseling gizi bertujuan merubah perilaku kesehatan klien melalui

metode-metode pendekatan teori dan strategi yang disesuaikan dengan kondisi

klien.23 Setelah mendapat konseling, diharapkan pasein memperoleh pengetahuan

dan keterampilan yang diinginkan untuk membuat perubahan. Perubahan diet atau

asupan makan yang dilaksanakan pasien akan memberikan dampak yang posistif

bagi keadaannya, seperti mengontrol penyakit, perbaikan status kesehatan, lama

perawatan di rumah sakit, dan dapat mengurangi biaya pemeliharaan kesehatan.24

Informasi yang dikumpulkan melalui penilaian gizi akan memberikan

informasi yang diperlukan tentang masalah gizi yang perlu ditangani selama sesi

konseling.23 Sebelum memulai proses konseling, akan sangat membantu untuk

menilai pengetahuan pasien tentang gizi, seberapa siap pasien mengadopsi

perilaku makan baru, dan hambatan yang mungkin perlu ditangani dalam rangka

memfasilitasi proses konseling gizi. Motivasi pasien untuk membuat perubahan

perilaku telah dinilai, konselor gizi harus menentukan tindakan yang terbaik untuk

memfasilitasi perubahan pola makan. Model konseling gizi berdasarkan tahapan

perubahan, memberikan strategi untuk memajukan klien ke tingkat berikutnya

kesiapan untuk berubah.24


11

Konseling dan edukasi gizi yang terfokus pada peningkatkan kualitas diet

ibu hamil dengan meningkatkan keberagaman dan jumlah makanan yang

dikonsumsi, dapat meningkatan berat badan secara adekuat melalui konsumsi

protein dan energi terbatas, seimbang serta konsisten dan berkelanjutan

menggunakan suplemen mikronutrisi, suplemen makanan atau makanan yang

terfortifikasi.20 Konseling dan edukasi gizi secara signifikan meningkatkan

kenaikan berat badan 0,45 kg dalam kehamilan, mengurangi 30% risiko anemia

pada pada trimester akhir kehamilan, meningkatkan 105 g berat lahir, dan

menurunkan 19% risiko kelahiran preterm.21 Konseling individual yang dilakukan

setiap minggu dengan penguatan dapat memberikan perubahan yang baik pada

status gizi selama kehamilan.32

National Institute of Health and Clinical Excellence (NICE) tahun 2008 di

inggris merekomendasikan pelaksanaan konseling gizi pra konsepsi sampai

selama kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan janin yang dilakukan

tenaga kesehatan termasuk bidan.33 Di Indonesia sesuai dengan standar

kompetensi dan kewenangan praktik bidan, konseling nutrisi dan kebutuhan

nutrisi ibu dan janin dapat dilakukan oleh bidan sebagai salah satu tujuan dari

asuhan kebidanan yang memastikan kesehatan ibu dan janin selama kehamilan

sehingga menghasilkan persalinan dan nifas yang normal dan bayi yang dilahirkan

sehat.34, 35

2.1.2 Transtheoritical Model (TTM)

Transtheoritical model menilai kesiapan individu untuk bertindak atau

berperilaku sehat, dan membuat strategi atau proses perubahan untuk membantu
12

individu melalui tahapan perubahan ke tahap aksi dan pemeliharaan yang fokus

pada kemampuan pengambilan keputusan individual.24

1. Precontemplation (sebelum memikirkan)

Pada tahap ini, pasien belum terpikir atau belum punya keinginan untuk

berubah. Dalam 6 bulan kedepan pasien belum memiliki perhatian untuk

melakukan tindakan. Pada tahap ini pasien ingin informasi tentang risiko dan

keuntungan terhadap perubahan yang akan dilakukan, dan meningkatkan

kesadaran pada masalah yang dihadapinya. Strategi konseling dilakukan dengan

cara membuat iklim yang mendukung untuk berubah, diskusikan aspek pribadi

dan konsekuensi kesehatan yang buruk apabila perilaku menetap, menilai

pengetahuan, sikap, keyakinan, dan membangun pengetahuan yang ada.

2. Contemplation (memikirkan)

Pada tahap ini, pasien masih dalam tahap ambivalensi (dua pikiran antara

ingin atau tidak untuk mengikuti perubahan). Bermaksud untuk mengambil

tindakan dalam 6 bulan berikutnya. Tujuan konseling pada tahap ini adalah

meningkatkan motivasi dan kepercayaan diri pasien untuk melakukan perubahan.

Strategi konseling dilakukan dengan cara mengidentifikasi perilaku yang

bermasalah, membuat prioritas perilaku yang harus dirubah, diskusikan motivasi

dan mengenali hambatan untuk berubah, kemungkinan solusi untuk mencapai

perubahan, menyarankan langkah-langkah yang mudah dicapai untuk membuat

perubahan.

3. Preparation (persiapan)

Tahap ini merupakan ambang batas dimana pasien dapat bergerak

mendekati perubahan, bermaksud untuk mengambil tindakan dalam 30 hari


13

kedepan dan telah mengambil langkah-langkah perubahan perilaku sesuai dengan

arahan konselor. Tujuan konseling pada tahap ini adalah memulai perubahan.

Strategi konseling yang dilakukan adalah membantu mengembangkan langkah

yang nyata untuk berubah, mendorong pasien melakukanlangkah kecil untuk

berubah, diskusikan sebelumnya upaya untuk berubah dan cara untuk berubah,

dan memperoleh dukungan dari keluarga dan teman.

4. Action (Aksi)

Pada tahap ini pasien melakukan aksi yang membawa perubahan selama

kurang dari 6 bulan. Tujuan konseling di tahap ini adalah membuat pasien tetap

pada perubahan yang telah dilakukan. Strategi konseling yang dilakukan adalah

memperkuat keputusan dan kepercayaan diri pasien, membantu melakukan

pengawasan sendiri, melakukan umpan balik, memecahkan masalah, dukungan

sosial dan penguatan, diskusikan upaya mengatasi kekambuhan.

5. Meintenance (Pemeliharaan)

Pada tahap ini pasien melakukan perubahan selama lebih dari 6 bulan.

Tujuan konseling di tahap ini adalah untuk penguatan komitmen pasien dan

melanjutkan perubahan. Strategi konseling yang dilakukan meliputi rencana untuk

tindak lanjut sebagai dukungan perubahan yang telah dilakukan, membantu

mencegah kekambuhan, membantu mengatasi, mengingatkan, menemukan

alternatif dan menghindari kekambuhan.

6. Termination (Penghentian)

Tidak ada godaan untuk kembali dan 100% percaya diri pada tahap ini.24
14

Pada tiga tahapan pertama,yaitu: precontemplation; contemplation;

preparation, merupakan tahap pra tindakan sebagai niat individu untuk

melaksanakan perubahan perilaku. Tahap action, Meintenance, dan termination

merupakan tahapan pasca bertindak dan dikonseptualisasikan dalam hal

perubahan perilaku.

Gambar 2.1 Konsep Dasar Tahapan Berubah

Sumber: Velicer dkk 1998, the temporal dimension as the basic for the stages of
change

Intervensi pendekatan transtheoritical model harus disesuikan dengan

tahapan berubah individual dengan menargetkan proses yang memengaruhi

perubahan.24 TTM sudah terbukti efektif dalam perilaku diet dan manajemen berat

badan, individu yang paling mungkin mengalami kesuksesan dalam mengubah

perilaku bila dilakukan dalam strategi yang sesuai dengan tahapan kesiapan untuk

berubah.26 TTM fokus pada konsep perubahan perilaku dan dapat terjadi dalam

tahap awal motivasi sebagai perpindahan gaya hidup klien yang lebih sehat.
15

TTM dengan intervensi konseling diet rendah lemak selama 1 bulan pada

729 partisipan, 20,6% merubah perilaku partisipan 1 atau lebih tahapan berubah,

14,7% menurun dan 64,6% tetap.36 Aveyard dkk.28 melakukan uji acak tercontrol

pada ibu hamil merokok, dilakukan konseling dengan intervensi transtheoretical

model sesuai untuk perubahan perilaku pada ibu hamil perokok. Hasil intervensi

dengan TTM bermakna pada ibu hamil dalam tahap persiapan awal, yaitu ibu

hamil pada tahap precontemplation dan contemplation.

2.1.3 Asupan Makan

2.1.3.1 Definisi

Asupan makanan ialah semua jenis makanan dan minuman yang

dikonsumsi tubuh setiap hari. Umumnya asupan makanan di pelajari untuk di

hubungkan dengan keadaan gizi masyarakat suatu wilayah atau individu.

Informasi ini dapat digunakan untuk perencanaan pendidikan gizi khususnya

untuk menyusun menu atau intervensi untuk meningkatkan sumber daya manusia

(SDM), mulai dari keadaan kesehatan dan gizi serta produktivitasnya. Mengetahui

asupan makanan suatu kelompok masyarakat atau individu merupakan salah satu

cara untuk menduga keadaan gizi kelompok masyarakat atau individu

bersangkutan.24

2.1.3.2 Asupan Makan Ibu Hamil yang Memengaruhi HDK

Status gizi ibu telah lama di hipotesakan mempunyai peran dalam

pathofisiologi pre-eklamsi, etiologi hipertensi dalam kehamilan dan pre-eklamsi.12

Faktor diet ibu sebelum dan selama kehamilan pun memengaruhi keduanya.11

Asupan makanan dalam periode periconceptional dan status gizi dapat

mempengaruhi implantasi dan renovasi vaskular.12 Pemahaman tentang peran gizi


16

periconceptional dalam etiologi pre-eklamsi sangat penting dalam modifikasi diet

selama kehamilan. Mencegah pre-eklamsi dengan mengidentifikasi faktor-faktor

risiko yang dapat dimodifikasi di masa prenatal adalah yang terpenting.

a. Energi.

Asupan tinggi energi dalam kehamilan sangat memengaruhi keadaan ibu,

penilaian asupan makan pada kehamilan usia 17-19 minggu yang dilakukan oleh

Calusen dkk.17 dengan kuesioner frekuensi makanan diberikan pada 3771 wanita

Norwegia, didapatkan asupan energi lebih tinggi pada wanita mengalami pre-

eklamsi dan tertinggi pada pre-eklamsi yang terjadi sebelum 37 minggu

kehamilan.

b. Omega-3 polyunsaturated fatty acids (PUFAs).

Beberapa penelitian telah menunjukkan efek perlindungan dari omega-3

PUFAs pada pre-eklamsi.11,12,15 Olafsdottir dkk.19 melaporkan hubungan omega-3

asupan PUFA dan risiko gangguan hipertensi kehamilan, hasil bertentangan

karena penilaian eksposur berbeda, metode menilai dan mengklasifikasikan

asupan PUFA, dan definisi pre-eklamsi. Selanjutnya, tidak ada penelitian

sebelumnya yang diterbitkan disesuaikan dengan asupan vitamin E atau

antioksidan lainnya. PUFA sangat rentan terhadap oksidasi, dan karena itu

interaksi potensial antara asupan PUFA dan antioksidan, dan efek pengganggu

asupan antioksidan harus dipertimbangkan

c. Trans fatty acids.

Pre-eklamsi dan kardiovaskular memiliki banyak fitur patofisiologis yang

sama, hubungan yang kuat antara asupan tinggi asam trans - lemak dan risiko

penyakit kardiovaskular,60-62 menunjuk ke sebuah peran potensial trans - lemak


17

pada pre-eklamsi. Williams, dkk.63 mengamati konsentrasi asam trans-lemak

dalam eritrosit ibu lebih tinggi dari dibandingkan dengan kemlompok kontrol,

namun data ini adalah cross- sectional dan tidak dapat menentukan apakah

konsentrasi asam trans lemak tinggi mendahului onset penyakit

d. Diet antioksidan.

Suplemen antioksidan dapat mencegah pre-eklamsi,64 data pengamatan

telah menunjukkan bahwa asupan vitamin C yang rendah dan vitamin E adalah

prediktor pre-eklamsi.65 Chappell dkk,66 melakukan uji coba secara acak

pemberian suplemen antioksidan 1000 mg vitamin C dan 400 IU vitamin E pada

usia kehamilan 20 minggu pada wanita berisiko tinggi, terjadi penurunan 61%

kejadian pre-eklamsi pada wanita risiko pre-eklamsi.

e. Kalsium.

Kalsium merupakan mineral yang didapatkan dari makanan menngandung

susu, seperti susu, yogurt, dan keju. Kalsium berperan besar dalam tubuh,

membantu pembentukan dan menjaga kesehatan tulang dan gigi, juga membantu

jantung untuk berdetak normal. Kasium juga berperan dalam pembekuan darah,

mengirim dan menerima sinyal saraf dan melepaskan hormon. Ibu hamil

membutuhkan 1.300 mg kalsium perhari untuk perkembangan tulang janin dan

mempertahankan fungsi tubuhnya sendiri. Menurut American Journal of Clinical

Nutrition,15 suplemen kalsium 1.000 mg per hari dapat menurunkan tekanan darah

pada HDK secara signifikan. Suplemen kalsium selama hamil juga dapat

mengurangi risiko HDK dan pre-eklamsi. Hasil tinjauan sistematik dan meta

analisis dari studi obeservasi 23 penelitian kohort dan 15 penelitian kasus control,

didapatkan asupan energi lebih tinggi untuk kasus pre-eklamsi, asupan


18

magnesium dan kalsium lebih rendah untuk kasus HDK, dibandingkan dengan

wanita hamil tanpa HDK. Asupan kalsium yang lebih tinggi secara konsisten

menunjukkan kemungkinan lebih rendah untuk HDK.3

Penilaian recall 24 jam yang dilakukan Moris dkk.38 pada 4157 ibu hamil

dengan usia kehamilan 13-21 minggu dalam uji coba terkontrol secara acak

suplemen kalsium untuk mencegah pre-eklamsi, para peneliti tidak menemukan

perbedaan asupan energi atau nutrisi lain antara kasus dan kontrol. penelitian ini

dibatasi oleh penggunaan metode recall 24 jam, yang tidak dapat menilai asupan

makanan dengan akurasi yang baik

f. Vitamin D.

Vitamin D sebagai salah satu nutrisi yang mencegah pre-eklamsi karena

fungsinya tidak terbatas pada efek metabolisme tulang dan homeostasis mineral

dan mengatur gen yang terkait dengan implantasi normal dan angiogenesis,

bersifat imunomodulator, memengaruhi struktur pembuluh darah dan fungsi, dan

mengatur tekanan darah. Ibu hamil yang kekurangan vitamin D rentan terhadap

respon inflamasi, yang menjadi ciri khas pre-eklamsi.15 Bodnar dkk.22 melakukan

penelitian pertama, meneliti status vitamin D pada ibu hamil sebelum onset

penyakit dan risiko pre-eklamsi dalam studi kasus-kontrol pada ibu hamil nulipara

di Pittsburgh yang terdaftar <16 minggu kehamilan, kasus preeklamsia (n = 55)

dan sampel acak dari kontrol (n = 219). Hasil pengamatan terlihat serum 25 (OH)

D di <22 minggu kehamilan lebih rendah pada wanita yang mengalami pre-

eklamsi dibandingkan dengan kontrol {rata-rata geometris (IK 95%): 53,1 (47,1-

59,9) dibandingkan 45,4 (38,6-53,4) nmol/l, p<0,01)} Ada dosis-respons

hubungan monoton antara serum 25 (OH) D di <22 minggu dan risiko pre-
19

eklamsi. Setelah penyesuaian perancu, 50 nmol/l penurunan 25 (OH) D dua kali

lipat risiko pre-eklamsi {OR (IK 95%): 2.4 (1.1-5.4)}. Data ini menunjukkan

bahwa kekurangan vitamin D ibu mungkin merupakan faktor risiko independen

untuk pre-eklamsia.

g. Zinc.

Biomarker status zinc, termasuk plasma dan konsentrasi sel putih zinc dan

konsentrasi zinc plasenta berkurang pada wanita dengan hipertensi gestasional dan

pre-eklamsi dibandingkan dengan kontrol. Zinc belum dinilai dalam studi

observasional sebelum onset penyakit. Salah satu uji coba secara acak dari

suplementasi zinc selama kehamilan menunjukkan efek perlindungan terhadap

pengembangan pre-eklamsia, sementara yang lain tidak memiliki manfaat.

Penelitian lebih lanjut diperlukan dalam peran zinc dalam patogenesis pre-

eklampsia.15

h. Magnesium.

Magnesium sulfat telah digunakan untuk mengobati dan mencegah

eklamsi, beberapa penelitian melihat peran diet magnesium sebagai faktor risiko

untuk pre-eklamsi. Namun, dalam dua percobaan acak yang dilakukan untuk

mengevaluasi suplemen magnesium sebagai unsur pencegah pre-eklamsi,

ditemukan tidak adanya manfaat.15

i. Natrium.

Meskipun konsumsi garam yang berlebihan mungkin berhubungan dengan

hipertensi diluar konteks kehamilan, diet rendah garam selama hamil sebagai

penanganan HDK tidak efektif mengurangi risiko komplikasi HDK dan pre-
20

eklamsi.14,15 Diet ini dapat disarankan pada ibu hamil yang mengalami edema,

dengan mengurangi konsumsi garam 2 gram per hari.15

j. Suplemen Multivitamin.

Penggunaan rutin multivitamin dalam 3 bulan sebelum konsepsi dan 3

bulan setelah pembuahan mengurangi risiko pre-eklamsi sampai dengan 45% (RR

0,55; IK 95%: 0,32-0,95), bahkan setelah penyesuaian untuk sosiodemografi dan

gaya hidup variabel. Hasil ini konsisten dengan penelitian observasional

penggunaan multivitamin selama kehamilan dan uji coba terkontrol multivitamin

yang tersedia pada usia kehamilan 20 minggu. Studi terdahulu dinilai

multivitamin yang khas, yang mengandung dosis nutrisi sekitar tingkat harian

yang direkomendasikan pada kehamilan. Sementara bukti terkemuka

menunjukkan bahwa antioksidan atau folat dalam multivitamin mungkin yang

paling relevan untuk efek ini, banyak mikronutrien lainnya telah terlibat dan

menjamin studi lebih lanjut.15

k. Kalori, karbohidrat, protein dan lemak

Selama kehamilan asupan kalori dan protein yang adekuat sangat

dianjurkan, Academy of Nutrition and Dietetics menganjurkan kebutuhan kalori

ibu hamil dengan berat badan normal 350 kal selama trimester dua, dan 500 kal

pada trimester tiga.16 Asupan karbohidrat 5060% dari total kalori, asupan protein

71 gram per hari atau 1 gram per kilogram berat bada, lemak tetap berada pada

2030% dari kalori harian.15

2.1.3.3 Pengukuran Asupan Makan

Secara umum, terdapat dua metode pengukuran asupan makan, yaitu


47
dengan metode kualitatif dan metode kuantitatif. Metode kualitatif digunakan
21

untuk mengetahui frekuensi makan, frekuensi konsumsi menurut jenis bahan

makanan dan menggali informasi tentang kebiasaan makan serta cara-cara

memperoleh bahan makanan tersebut48. Metode kualitatif pengukuran asupan

makan yaitu:

a. metode frekuensi makan (food frequency questionare):

Metode frekuensi makan digunakan untuk memperoleh data tentang

frekuensi konsumsi sejumlah bahan makanan atau makanan jadi selama periode

tertentu (harian, mingguan, bulanan, tahunan). Kuesioner yang diberikan pada

responden mengandung dua komponen, meliputi daftar makanan dan frekuensi

penggunaan makanan tersebut. Metode ini cukup sederhana dan mudah

digunakan. Data dari kuesioner dibagi kedalam beberapa kategori, seperti asupan

rendah, sedang dan tinggi. Daftar pertanyaan dalam kuesioner dapat dimodifikasi

sehingga dapat dihasilkan data yang bersifat semikuantitatif dengan

mencantumkan porsi makan yang dikonsumsi;

b. metode recall 24 jam:

Metode recall 24 jam untuk memperoleh data mengenai jumlah kalori

(energi) pada konsumsi makanan dengan mencatat jenis dan jumlah bahan

makanan yang dikonsumsi pada periode 24 jam yang lalu;

c. estimed food records:

Metode ini disebut juga food records atau diary records, yang digunakan

untuk mencatat jumlah yang dikonsumsi. Pada metode ini responden diminta

untuk mencatat semua yang ia makan dan minum setiap kali sebelum makan

dalam ukuran rumah tangga (URT) atau menimbang dalam ukuran berat (gram)
22

dalam periode tertentu, termasuk cara persiapan dan pengelolaan makanan

tersebut;

d. Penimbangan Makanan (food weighing):

Pada metode penimbangan makanan, responden atau petugas menimbang

dan mencatat seluruh makanan yang dikonsumsi responden selama 1 hari.

Penimbangan makanan ini biasanya berlangsung beberapa hari tergantung dari

tujuannya, dana penelitian dan tenaga yang tersedia;

e. Metode Riwayat Makan (Dietary history method):

Metode ini bersifat kualitatif karena memberikan gambaran pola konsumsi

berdasarkan pengamatan dalam waktu yang cukup lama, menyatakan bahwa

metode ini sendiri terdiri dari tiga komponen yaitu: 1) Komponen pertama adalah

wawancara (termasuk recall 24 jam), yang mengumpulkan data tentang apa saja

yang dimakan responden selama 24 jam terakhir; 2) Komponen kedua adalah

tentang frekuensi penggunaan dari sejumlah bahan makanan dengan memberikan

daftar (check list) yang sudah disiapkan untuk mengecek kebenaran dari recall 24

jam tadi; 3) Komponen ketiga adalah pencatatan konsumsi selama 2-3 hari

sebagai cek ulang;

f. Metode Taksiran Visual:

Prinsip dari metode taksiran visual adalah para penaksir (enumenator)

menaksir secara visual banyaknya sisa makanan yang ada untuk setiap golongan

makanan atau jenis hidangan. Hasil estimasi tersebut dapat dalam bentuk berat

makanan yang dinyatakan dalam bentuk gram atau dalam bentuk skor bila

menggunakan skala pengukuran. Metode taksiran visual dengan menggunakan


23

skala pengukuran dikembangkan oleh Comstock dengan menggunakan skor skala

6 poin dengan kriteria sebagai berikut:

0: jika tidak ada porsi makanan yang tersisa (100% dikonsumsi);

1: jika tersisa porsi ( hanya 75% yang dikonsumsi);

2: jika tersisa porsi ( hanya 50% yang dikonsumsi);

3: jika tersisa porsi (hanya 25% yang dikonsumsi);

4: jika tersisa hampir mendekati utuh ( hanya dikonsumsi sedikit atau 5%);

5: jika makanan tidak dikonsumsi sama sekali (utuh).

Skala Comstock tersebut pada mulanya digunakan para ahli biotetik untuk

mengukur sisa makanan. Untuk memperkirakan berat sisa makanan yang

sesungguhnya, hasil pengukuran dengan skala Comstock tersebut kemudian

dikonversi kedalam persen dan dikalikan dengan berat awal. Hasil dari penelitian

tersebut juga menunjukkan adanya korelasi yang kuat antara taksiran visual

dengan persentasi sisa makanan.

Metode taksiran visual mempunyai kelebihan dan kekurangan. Kelebihan

dari metode taksiran visual antara lain: waktu yang diperlukan relatif cepat dan

singkat, tidak memerlukan alat yang banyak dan rumit, menghemat biaya dan

dapat mengetahui sisa makanan menurut jenisnya. Sedangkan kekurangan dari

metode taksiran visual antara lain diperlukan penaksir (estimator) yang terlatih,

teliti, terampil, memerlukan kemampuan menaksir dan pengamatan yang tinggi

dan sering terjadi kelebihan dalam menaksir (over estimate) atau kekurangan

dalam menaksir (under estimate).48,49


24

2.1.4 Hipertensi dalam Kehamilan (HDK)

Dalam proses perkembangannya kehamilan dapat disertai hipertensi.

Hipertensi dalam kehamilan dapat terjadi disertai gejala klinis atau tanpa gejala

yang dapat mengancam nyawa ibu hamil dan bayinya. 40% hipertensi dalam

kehamilan akan berkembang menjadi pre-eklamsi, dan 60% yang tidak

mengalami pre-eklamsi akan dikelompokan sebagai transient hypertension

pascapersalinan.25

2.1.4.1 Klasifikasi Hipertensi dalam Kehamilan (HDK)

Menurut Report of National High Blood Pressure Education Program

Working Group on High Blood Pressure in Pregnancy, hipertensi dalam

kehamilan diklasifikasikan sebagai berikut:

a. hipertensi gestational:

Pada kehamilan dijumpai tekanan darah 140/90 mmHg, tanpa disertai

proteinuria dan biasanya tekanan darah akan kembali normal sebelum 12 minggu

pasca persalinan;

b. pre-eklamsi:

Tekanan darah 140/90 mmHg setelah kehamilan 20 minggu disertai

dengan proteinuria 300mg/24 jam atau pemeriksaan dipstick 1+;

c. eklamsi:

Ditemukan kejang-kejang pada penderita pre-eklamsi, dapat disertai

keadaan koma;
25

d. hipertensi kronik:

Peningkatan tekanan darah sebelum hamil, atau sebelum kehamilan 20

minggu, ditemukan tekanan darah 140/90 mmHg dan tidak menghilang setelah

12 minggu pasca persalinan;

e. hipertensi kronik dengan super imposed pre-eklamsi:

Pada wanita hamil dengan hipertensi kronis, muncul proteinuria 300

mg/24 jam setalah kehamilan 20 minggu, dapat disertai gejala dan tanda pre-

eklamsi lainnya.25

2.1.4.2 Penanganan Hipertensi dalam Kehamilan

Penanganan hipertensi dalam kehamilan pada masa antenatal dapat

dilakukan dengan beberapa cara, yaitu:

a. perubahan makan:

Perubahan asupan makan akan membantu mengontrol tekanan darah,

mencegah komplikasi, meningkatkan kadar protein dalam darah, dan membantu

pertumbuhan janin. Diet pengurangan natrium tidak direkomendasikan, namun

makan dengan porsi kecil di selingi dengan makanan selingan akan membantu

pemenuhan kebutuhan nutrisi ibu dan janin;

b. perubahan gaya hidup:

Olahraga, pengurangan aktifitas fisik, dan pengelolaan stress tidak

memengaruhi keadaan tekanan darah ibu, namum akan membantu ibu menjalani

kehamilannya dengan baik, memperkuat hubungan dengan janin. Bed rest tidak

dianjurkan sebagai penanganan HDK;


26

c. antihipertensi untuk hipertensi berat (Tekanan sistol > 160 mmHg atau 110

mmHg diastole):

Pemberian antihipertensi adalah untuk menurunkan tekanan darah menjadi

lebih rendah dari 160mmHg untuk sistol dan lebih rendah dari 110mmHg untuk

diastol. Labetalol, nifedipine kapsul, nifedine PA tablet atau hydralazine

merupakan antihipertensi yang di rekomendasikan. Selama pemberian

antihipertensi, detak jantung janin haruslah terpantau samapi tekanan darah ibu

stabil. Nifedipine dan MgSO4 dapat digunakan sebagai pencegah eklamsi;

d. antihipertensi untuk hipertensi ringan tekanan darah 140159 atau 90109

mmHg atau 110 mmHg diastol:

2.1.5 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Asupan Makan

2.1.5.1 Gravida

Gravida ialah riwayat jumlah kehamilan yang dialami oleh ibu. Riwayat

kehamilan memberikan pengalaman terhadap kemampuan ibu merawat kehamilan

dan kesehatan janin. Klasifikasi gravid,yaitu: primigravida, dimana seorang

wanita mengalami kehamilan untuk yang pertama kali; multigravida, seorang

wanita yang telah menjalani dua sampai tiga kehamilan; grandemultigravida,

wanita yang sudah hamil lebih dari 4 kehamilan.

2.1.5.2 Usia Ibu

Usia ibu berpengaruh pada terbentuknya kemampuan diri, karena

kemampuan diperoleh berdasarkan pengalaman sehari-hari dalam kehidupan di

luar faktor pendidikan yang dimiliki. Usia ibu dapat menjadi indikator dalam

penilaian perilaku makan ibu.


27

2.1.5.3 Pekerjaan ibu

Status pekerjaan ibu mempunyai peluang cukup besar dalam masalah gizi.

Pekerjaan ibu erat kaitannya dengan penghasilan keluarga yang memengaruhi

daya beli keluarga. Pada keluarga dengan pendapatan terbatas, besar kemungkinan

tidak dapat memenuhi kebutuhan makannya, baik kualitas maupun kuantitas. Ibu

yang memiliki pekerjaan tetap, memiliki jaminan sosial yang relative lebih baik

pada dirinya sendiri. Status pekerjaan ibu dapat memengaruhi perilaku asupan

makan ibu.

2.1.5.4 Pendidikan ibu

Pendidikan merupakan proses seseorang mengembangkan kemampuan,

sikap dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya di dalam masyarakat tempat ia

hidup. Pendidikan ibu merupakan salah satu faktor yang penting dalam

memutuskan asupan makan ibu selama kehamilan, karena dengan tingkat

pendidikan yang baik ibu dapat menerima segala informasi dari luar terutama

tentang asupan makan yang baik untuk keadaan kehamilannya dan kebutuhan

tumbuh kembang janin.

Pendidikan ibu merupakan faktor yang sangat penting dalam menentukan

perilaku makan. Tinggi rendahnya tingkat pendidikan ibu erat kaitannya dengan

tingkat pengetahuan ibu terhadap asupan makan, kebiasaan makan, pemilihan

jenis makanan, pemeriksaan kehamilan serta kesadaran teerhadap kesehatan

kehamilannya dan tumbuh kembang janin yang dikandungnya. Tingkat

pendidikan dapat menentukan mudah tidaknya ibu menerima dan memahami

pengetahuan gizi yang diperoleh, hal ini dapat dijadikan landasan metode

konseling yang akan digunakan.


28

2.1.5.5 Status Ekonomi Keluarga

Penghasilan keluarga merupakan faktor yang memengaruhi dan

menentukan kebutuhan akan kualitas dan kuantitas makanan dalam jumlah dan

mutu yang memadai. Tingkat ekonomi keluarga dapat dilihat dari besar

penghasilan yang berpengaruh pada tingkat konsumsi pangan termasuk zat gizi.

Status ekonomi keluarga akan menentukan daya beli makanan, ketersediaan

makanan dalam kelurga sehingga sangat memengaruhi asupan makan ibu.

2.2 Kerangka Pemikiran

Asupan makan dan status gizi ibu selama kehamilan memengaruhi

keadaan kehamilan dan tumbuh kembang janinnya,13-15 terutama dalam

pathofisiologi pre-eklamsi, dan etiologi hipertensi dalam kehamilan.19 konsumsi

tinggi total energi,15 rendah magnesium, dan rendah kalsium selama kehamilan

termasuk faktor yang berkaitan dengan HDK.19 Natrium, lemak, dan karbohidrat

merupakan salah satu faktor penyebab pre-eklamsi.15,18,20 Risiko pre-eklamsi

meningkat pada ibu hamil yang mengonsumsi gula buatan (pemanis minuman

ringan), dan makanan ringan dengan tinggi garam.21 Perilaku diet pada kehamilan

dengan konsumsi tinggi susu, status cukup vitamin D,22 asupan tinggi sayuran,

makanan nabati, minyak sayur,21 omega 3, terutama yang bersumber dari minyak

ikan cod ditambah dengan konsumsi multivitamin yang mengandung

DHA+omega-3, vitamin C, vitamin E, folat dan magnesium14 akan menurunkan

risiko pre-eklamsia.16

Nutrisi yang baik berkontribusi menurunkan insidensi dan mortalitas pre-

eklamsi.23 Pencegahan pre-eklamsia dan komplikasi yang akan terjadi pada ibu

hamil HDK atau risiko tinggi pada masa antenatal dilakukan perubahan perilaku
29

makan,15 perubahan gaya hidup, dan medikamentosa antihipertensi.3-4,25

Perubahan pola makan dengan peningkatan asupan sayuran dan makanan nabati

memiliki biaya dan risiko rendah dibanding dengan intervensi medis.27

Konseling gizi bertujuan merubah perilaku kesehatan klien melalui

metode-metode pendekatan teori dan strategi yang disesuaikan dengan kondisi

klien.30 Individu akan mengalami kesuksesan mengubah perilaku bila dilakukan

dalam strategi yang sesuai dengan tahapan kesiapan untuk berubah.34 Konseling

individual yang dilakukan setiap minggu dengan penguatan dapat memberikan

perubahan yang baik pada status gizi selama kehamilan.44 Konseling dengan

metode transtheoritical dapat menilai tahapan perilaku ibu hamil untuk berubah,

sehingga konseling gizi akan efektif sebagai motivasi untuk merubah asupan

makan ibu hamil.TTM fokus pada konsep perubahan perilaku dan dapat terjadi

dalam tahap awal motivasi sebagai perpindahan gaya hidup klien yang lebih

sehat.34

Asupan makan ibu dapat di pengaruhi oleh status gravida, usia ibu, jenis

pekerjaan ibu, tingkat pendidikan, dan status ekonomi keluarga. Pemilihan jenis

makanan berperan penting dalam menentukan kesehatan kehamilan ibu dan

tumbuh kembang janin.

Untuk lebih jelasnya kerangka pemikiran di atas dapat dilihat pada kerangka

konsep berikut ini:


30

Asupan makan ibu Kehamilan Tumbuh Kembang janin

Rendahnya kualitas diet


maternal

Konseling Gizi
1. Tinggi total energi Transtheoritical
Hipertensi Dalam
2. Rendah magnesium Methode
Kehamilan
3. Rendah kalsium

Perubahan asupan
1. Tinggi Natrium
makan ibu
2. Tinggi asam trans-
lemak 1. Gravida
3. Rendah vitamin D 2. Usia ibu
4. Rendah vitamin C Preeklamsi/ 3. Tingkat
v Eklamsi pendidikan ibu
5. Rendah vitamin E
6. Rendah Omega-3 4. Status ekonomi
keluarga

Bagan 2.1. Kerangka pemikiran

Variabel bebas Variabel terikat

Konseling Gizi Perubahan Asupan Makan


Transtheoritical Model pada ibu hamil HDK

Bagan 2.2 Kerangka Konsep Penelitian


31

2.2 Premis

Premis 1: Hipertensi dalam kehamilan dipicu oleh asupan makan ibu

hamil.13,14,15

Pemis 2: Asupan makan yang baik pada ibu hamil hipertensi dalam kehamilan

dapat mencegah preeklamsi dan komplikasi bagi ibu dan

janin.16,17,18,19,20,21,22,23,24

Premis 3: Konseling gizi dapat memotivasi terjadinya perubahan perilaku

asupan makan ibu hamil hipertensi dalam kehamilan.28,29,30

Premis 4: Konseling Gizi yang dilaksanakan sesuai dengan kesiapan ibu untuk

berubah, akan meningkatkan kesadaran akan kesehatan kehamilan

dan memperbaiki pola asupan makan ibu hamil.32,34

2.3 Hipotesis

1. Terdapat perubahan asupan makan ibu hamil hipertensi dalam kehamilan

sesudah mengikuti konseling gizi (Premis 1, 2, 3,4)


32

BAB III

SUBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1 Subjek Penelitian

Subjek pada penelitian ini adalah ibu hamil trimester 1 dan 2 dengan

hipertensi dalam kehamilan di Puskesmas Kecamatan Bogor Utara, dimana kasus

ini merupakan komplikasi kehamilan yang tertinggi di wilayah Kecamatan Bogor

Utara. Objek penelitiannya adalah perubahan asupan makan ibu hamil dengan

hipertensi dalam kehamilan. Subjek yang diikutsertakan dalam penelitian ini harus

memenuhi kriteria inklusi dan tidak termasuk kriteria eksklusi, serta bersedia

mengikuti penelitian setelah diberikan penjelasan dengan menandatangani lembar

persetujuan (informed consent).

3.1.1 Populasi Penelitian

Populasi penelitian adalah seluruh ibu hamil dengan hipertensi dalam

kehamilan di Kecamatan Bogor Utara. Populasi target dalam penelitian ini adalah

seluruh ibu hamil trimester 1 dan 2 dengan hipertensi dalam kehamilan yang

menjalani pemeriksaan di puskesmas Kecamatan Bogor Utara. Sedangkan

populasi terjangkau dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil trimester 1 dan

2 dengan hipertensi dalam kehamilan yang menjalani pemeriksaan di puskesmas

Kecamatan Bogor Utara yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak termasuk

kriteria eksklusi.
33

3.1.2 Sampel Penelitian

3.1.2.1 Cara Pengambilan dan Ukuran Sampel

Besar sampel menghasilkan dasar untuk mengestimasi kesalahan

sampling. Ukuran sampel dalam penelitian ini menggunakan analisis numerik

tidak berpasangan, yaitu:42

( + )
1 = 2 = 2 ( )2
1 2

(1.64 + 1.28)2
1 = 2 = 2 ( )2
1

Keterangan:

n : Jumlah sampel

: Derifat baku alfa 5% , = 1,64

Z : Derifat baku beta 10%, z = 1,28


S : Simpang baku gabungan = 2
X1-X2 : selisih minimal rerata yang dianggap bermakna = 1

Berdasarkan perhitungan sampel diatas diperoleh jumlah sampel minimal

dalam penelitian ini tiap-tiap kelompok 23 ibu (kelompok ibu hamil HDK dengan

konseling TTM sebanyak 23, kelompok ibu hamil HDK tanpa konseling TTM

sebanyak 23). Penulis menambahkan 10% untuk mengantisipasi terjadinya drop

out sehingga sampel penelitian ini sebanyak 33 ibu hamil HDK. Perbandingan

sampel untuk tiap-tiap kelompok adalah 1:1, yaitu kelompok yang diberikan

intervensi sebesar 33 ibu hamil HDK dan yang tidak dberikan intervensi sebanyak

33 ibu hamil HDK.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah

simple random sampling, yaitu dengan merandom 66 ibu hamil HDK dari
34

populasi terjangkau yang tersedia. Dilanjutkan dengan pemilihan pasangan serasi

(matching) dari subjek yang didapat, yaitu dengan mengelompokan subjek

berdasarkan usia kehamilan.42

3.1.2.2 Kriteria Inklusi dan Eksklusi

1) Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah:

a) Ibu hamil trimester 1 sampai 2 dengan tekanan sistol diatas 130 mmHg

dan tekanan diastol di atas 90 mmHg tanpa protein uria yang melakukan

kunjungan antenatal di puskesmas Kecamatan Bogor Utara;

b) Ibu hamil yang berdomisili di Kecamatan Bogor Utara.

2) Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah:

a) Ibu hamil dengan komplikasi dalam kehamilan (HAP);

b) Ibu hamil dengan penyulit (Obesitas, Status gizi kurang/buruk, Diabetes

Melitus, penyakit jantung);

c) Ibu hamil dengan riwayat hipertensi kronik.

3.2 Metode Penelitian

3.2.1 Rancangan Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah quasi eksperimental pre post

test with control design. Desain penelitian ini mempunyai kelompok kontrol,

tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel

luar yang memengaruhi pelaksanaan eksperimen. 43


35

Pretest Konseling Gizi Posttest


Klp 1 (FFQ) (FFQ)
Pendekatan TTM

Pretest Posttest
Klp2 Konseling Gizi
(FFQ) (FFQ)

Gambar 3.1 Rancangan penelitian

3.2.2 Identifikasi Variabel Penelitian


Penelitian

1) Variabel bebas pada penelitian ini adalah: konseling gizi dengan pendekatan

transtheoretical model

2) Variabel terikat dalam penelitian ini adalah : perubahan asupan makan ibu

hamil HDK

3) Variabel perancu dalam penelitian ini adalah : gravida, usia ibu, tingkat

pendidikan ibu, pekerjaan ibu, dan status ekonomi.

3.2.3 Definisi Operasional Penelitian

Definisi operasional masing-masing variabel yang diteliti diuraikan pada

tabel definisi operasional.


36

Tabel 3.1 Definisi Operasional

Variabel Definisi operasional Alat ukur Hasil ukur Skala


Variabel Bebas:
Konseling gizi Upaya memberikan informasi Modul konseling 1. Konseling gizi Ordinal
dengan pendekatan tentang nutrisi makanan sehat 2. Konseling gizi
TTM dan merubah perilaku sesuai dengan pendekatan
tahapan perubahan TTM

Variabel Terikat:
Perubahan asupan Kemampuan dalam - Food Frequency 1. Asupan makan Ordinal
makan mengkonsumsi asupan Quetioner (FFQ) berubah
makanan yang sehat setiap semi quantitative 2. Asupan makan tidak
hari - Recall 24 jam berubah

Energi Konsumsi total energi dalam - Food Frequency 1. Tinggi (>2550 kkal) Nominal
asupan makan ibu hamil Quetioner (FFQ) 2. Cukup (2550 kkal)
semi quantitative 3. Kurang (<2550kkal)
- Recall 24 jam

Lemak Total Konsumsi lemak total dalam - Food Frequency 1. Tinggi (>85 kkal) Nominal
asupan makan ibu hamil Quetioner (FFQ) 2. Cukup (85 kkal)
semi quantitative 3. Kurang (<85kkal)
- Recall 24 jam

Kalsium Konsumsi kalsium dalam - Food Frequency 1. Tinggi (>1300 kkal) Nominal
asupan makan ibu hamil Quetioner (FFQ) 2. Cukup (1300 kkal)
semi quantitative 3. Kurang (<1300kkal)
- Recall 24 jam

Magnesium Konsumsi tmagnesium dalam - Food Frequency 1. Tinggi (>350 kkal) Nominal
asupan makan ibu hamil Quetioner (FFQ) 2. Cukup (350 kkal)
semi quantitative 3. Kurang (<350kkal)
- Recall 24 jam

Natrium Konsumsi natrium dalam - Food Frequency 1. Tinggi (>1500 kkal) Nominal
asupan makan ibu hamil Quetioner (FFQ) 2. Cukup (1500 kkal)
semi quantitative 3. Kurang (<1500kkal)
- Recall 24 jam

Vitamin E Konsumsi vitamin E dalam - Food Frequency 1. Tinggi (>15 kkal) Nominal
asupan makan ibu hamil Quetioner (FFQ) 2. Cukup (15 kkal)
semi quantitative 3. Kurang (<15kkal)
- Recall 24 jam

Vitamin C Konsumsi vitamin C dalam - Food Frequency 1. Tinggi (>85 kkal) Nominal
asupan makan ibu hamil Quetioner (FFQ) 2. Cukup (85 kkal)
semi quantitative 3. Kurang (<85kkal)
- Recall 24 jam
37

Variabel Perancu
Gravida Jumlah kehamilan yang Kuesioner 1. Primigravida Nominal
dialami oleh ibu (Kehamilan pertama)
2. Multigravida
(kehamilan kedua dan
ketiga)
3. Grandemulti gravida
(kehamilan > 3)

Usia ibu Usia responden saat penelitian Kuesioner 1. 20 Tahun 0rdinal


yang dihitung mulai dari lahir 2. 21-34 tahun
sampai ulang tahun terakhir 3. 35 tahun

Pekerjaan ibu Kegiatan yang dilakukan ibu Kuesioner 1. Mengurus rumah Nominal
sebagai upaya mencari nafkah tangga
2. Wiraswasta
3. Karyawan

Pendidikan ibu Jenjang pendidikan formal Kuesioner 1. SD Nominal


terakhir yang pernah 2. SMP
diselesaikan sampai tamat 3. SMA
oleh responden 4. Perguruan tinggi

Status ekonomi Jumlah pendapatan yang Kuesioner 1. Kurang (Apabila Nominal


keluarga diperoleh suatu keluarga rutin penghasilan Rp.
setiap bulan 3.022.765)
*Penghasilan diperoleh dari 2. Tinggi (Apabila
UMR Kota Bogor penghasilan Rp.
3.022.765)

3.2.4 Cara kerja dan Teknik Pengumpulan Data Penelitian

3.2.4.1 Jenis dan Sumber Data

Pada penelitian ini menggunakan data primer yaitu data yang diambil

secara langsung dari ibu hamil HDK dengan menjawab pertanyaan yang terdapat

pada kuesioner. Data sekunder diperoleh dari laporan Dinas Kesehatan,

Puskesmas Kecamatan Bogor Utara Kota Bogor.

1) Persiapan

a. Mengurus surat ijin penelitian dari Program Studi Pascasarjana Kebidanan

Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, selanjutnya diserahkan kepada

Ketua Dinas Kesehatan Kota Bogor.


38

b. Menyusun instrumen yang akan digunakan dalam penelitian, yang terdiri dari

modul konseling gizi untuk ibu hamil HDK. Modul konseling gizi terlebih

dahulu dikonsultasikan dengan ahli dibidangnya (Peneliti melakukan konsultasi

dengan seorang dosen gizi UNPAD Bandung untuk materi gizi)

2) Pelaksanaan

a. Melakukan FFQ sebagai tes awal terhadap subjek penelitian untuk mengetahui

asupan makan yang dikonsumsi sebelum mendapatkan konseling gizi.

b. Melaksanakan konseling gizi pada 66 ibu hamil HDK (tiap-tiap ibu hamil pada

kelompok perlakuan dan kelompok kontrol).

c. Pada kelompok perlakukan dilakukan penilaian tahapan berubah dan diberikan

konseling gizi dengan melakukan pertemuan sebanyak 4 kali selama 50 menit,

dengan waktu 1 kali pertemuan dalam seminggu sesuai tahapan perubahan

disertai penilaian recall 24 jam sebagai evaluasi konseling.

d. Pada kelompok kontrol hanya diberikan konseling gizi oleh peneliti tanpa

memperhatikan tahapan perubahan.

e. Mekanisme konseling gizi dilakukan secara individual dengan wawancara

motivasi pada kelompok perlakuan. Konseling gizi berkelompok dengan

metode ceramah dan Tanya jawab dilakukan pada kelompok kontrol.

f. Memberikan tes terakhir kepada subjek penelitian untuk mengetahui

perubahan asupan makan pada ibu hamil HDK setelah mendapatkan konseling

gizi. Tes yang digunakan yaitu penilaian FFQ pada masing-masing kelompok.

Pada kelompok perlakukan juga dilakukan penilaian tahapan berubah untuk

mengetahui tahapan berubah setelah konseling gizi.

3) Pengolahan data
39

a. Editing : data yang sudah terkumpul diperiksa kelengkapannya dan disusun

sesuai urutan serta dilihat apakah ada kesalahan dalam pengisian dan

kelengkapannya sehingga data yang dikumpulkan relevan dan konsisten.

Pertanyaan yang jawabannya tidak lengkap tidak diolah atau dimasukan dalam

data missing.

b. Coding : yakni mengubah data bentuk kalimat atau huruf menjadi data angka

atau bilangan. Lembar jawaban diberikan kode-kode agar mudah saat

memasukan data.

c. Entry data : Data yang telah diberi kode dimasukan secara manual kedalam

program komputer, yaitu SPSS untuk diolah lebih lanjut.

d. Cleaning : Setelah semua data dimasukan akan diperiksa kembali untuk

melihat kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan

dan sebagainya kemudian dilakukan koreksi.

3.2.4.2 Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen yang digunakan untuk mengukur asupan makan adalah dengan

menggunakan semiquantitative food frequency questioner (FFQ) untuk menilai

kebiasaan atau rata-rata konsumsi makan ibu hamil selama 1 minggu dan recall

24 jam untuk menilai konsumsi makan ibu hamil sehari-hari. Kuesioner tersebut

kemudian dikonsultasikan oleh dosen gizi. Pernyataan pada kuesioner terformat

sesuai kelompok jenis makanan. Isi FFQ pretest dan postest adalah sama.

Instrumen penilaian tahapan berubah menilai tahapan keadaan psikologis

ibu hamil dengan niat dan tindakan dalam perilaku, dikategorikan dalam lima

tahapan berubah, yaitu: precontemplation, contemplation, preparation, action,

dan maintenance.
40

3.1.1.1 Uji Coba Instrumen

1) Uji validitas

Uji validitas bertujuan untuk mengetahui sejauh mana ketepatan dan

kecermatan suatu alat ukur dalam mengukur suatu data. Uji validitas kuesioner

menggunakan korelasi Pearson Product Moment yang dilakukan dengan

menghitung skor total. Suatu pertanyaan dikatakan valid dan dapat mengukur

variabel penelitian jika nilai koefisien validitasnya lebih dari satu atau sama

dengan 0,361.

2) Uji reliabilitas

Setelah dilakukan uji validitas, instrumen penelitian selanjutnya dilakukan

uji reliabilitas untuk mengetahui sejauh mana tingkat konsisitensi atau

kepercayaan hasil suatu pengukuran atau sejauh mana pertanyaan dapat dipahami

sehingga tidak menyebabkan perbedaan interpretasi dalam memahami pertanyaan.

Suatu instrumen dapat dikatakan teruji apabila memilki koefisien keahandalan

atau alpha lebih besar atau sama dengan 0,7. Uji reliabilitas menggunakan alat

bantu software SPSS 16,0.

3.1.2 Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Kecamatan Bogor Utara di ruang

gizi dan aula puskesmas yang dijadikan tempat penelitian. Penelitian ini dilakukan

pada bulan Oktober 2016 sampai dengan selesai.


41

3.1.3 Alur Penelitian

Ethical Clearance dari Komite Etik Penelitian FK UNPAD, Permohonan


izin penelitian kepada Dinas Kesehatan Kota Bogor

Menyusun modul konseling yang akan digunakan dalam penelitian


kemudian melakukan persamaan perpepsi kepada petugas konseling tentang
pemaknaan hasil wawancara dan modul yang digunakan pada penelitian ini

Menentukan sampel sesuai dengan kriteria kemudian sampel yang terpilih


diberikan informasi jika telah bersedia
maka subjek penelitian menandatangani persetujuan penelitian/PSP

Pretest
(FFQ)

Kelompok 1 (perlakuan) Kelompok 2 ((kontrol)


Ibu hamil HDK yang Ibu hamil HDK yang
mendapatkan konseling gizi mendapatkan konseling gizi
sesuai tahapan berubah

Minggu 1 : Minggu 3 :
- Recall 24 jam menilai - Recall 24 jam menilai
konsumsi makan ibu konsumsi makan ibu
- Kuesioner tahapan berubah - Kuesioner tahapan berubah
- -
Minggu 4 :
Minggu 2 :
- Recall 24 jam menilai
- Recall 24 jam menilai
konsumsi makan ibu
konsumsi makan ibu
- Kuesioner tahapan berubah
- Kuesioner tahapan berubah
-
-

Posttes
(FFQ)

Analisis Data

Gambar 3.2 Alur Penelitian


42

3.1.4 Rancangan Analisis Data

Rancangan analisis dalam penelitian ini dilakukan setelah mendapatkan

data dari hasil penelitian.

3.1.4.1 Analisis Univariabel

Dengan menampilkan tabel-tabel frekuensi untuk melihat gambaran

distribusi frekuensi responden menurut vriabel yang diteliti, kemudian dianalisis

dengan menggunakan rumus:

P = F/N x 100%

Keterangan:

P : Proporsi

F : Frekuensi

N : Jumlah total responden

3.1.4.2 Analisis Bivariat

Analisis bivariat dengan menampilkan tabel-tabel frekuensi untuk melihat

gambaran distribusi frekuensi responden menurut variabel yang diteliti pada

penelitian ini menggunakan uji statistik :

1) Uji Chi-Square untuk uji perbedaan variabel perancu (Gravida, usia ibu,

tingkat pendidikan ibu, pekerjaan ibu, status ekonomi keluarga) pada kelompok

perlakuan dan kelompok kontrol.

2) Uji t tidak berpasangan atau Mann-Whitney (bila distribusi data tidak normal)

untuk menganalisis perbedaan nilai pretes dan posttes pada masing-masing

kelompok.
43

3) Uji t berpasangan atau Wilcoxon (bila distribusi data tidak normal) untuk

menganalisis peningkatan kontrol diri pada masing-masing kelompok

kemaknaan hasil uji statistik ditentukan berdasarkan nilai p<0.05.

4) Uji normalitas data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan uji

Kolmogorov-Smirnov Z. hasil uji normalitas data berdistribusi normal

ditentukan berdasarkan nilai p>0.05.

3.1.4.3 Analisis Multivariabel

Menggunakan uji kovarian digunakan untuk membandingkan sebuah data

dari dua kelompok atau lebih dengan mengendalikan satu atau lebih variabel yang

memengaruhi.

3.1.5 Implikasi Aspek Etika Penelitian

Pada penelitian ini, Peneliti menerapkan tiga prinsip etik yang mendasari

kode etik penelitian, yaitu:

Prinsip menghormati harkat dan martabat manusia (Respect for Person)

Pada prinsip ini subjek penelitian diberikan informasi tentang penelitian

secara jelas meliputi: tata cara/prosedur, manfaat, kesukarelaan, risiko,

kerahasiaan data, ketidaknyamanan, mencantumkan alamat dan nomer telepon

peneliti jika ada yang perlu didiskusikan atau disampaikan baik dari subjek

peneliti ataupun keluarga dari subjek penelitian sehubungan dengan penelitian

yang akan dilakukan. Penelitian ini bersifat sukarela dan tanpa paksaan dalam

bentuk apapun, serta subjek penelitian berhak untuk mengundurkan diri kapanpun

jika tidak setuju dengan tindakan yang akan diberikan selama proses penelitian.
44

Prinsip Manfaat dan Tidak Merugikan (Beneficence dan Nonmaleficence)

Keuntungan yang dapat diperoleh dari penelitian ini langsung bermanfaat

bagi subjek penelitian, diantaranya subjek penelitian memperoleh pengetahuan

tentang asupan makan bagi ibu hamil HDK sehingga diharapkan mampu

mencegaah perburukan atau komplikasi dari HDK. Risiko ketidaknyamanan yang

dirasakan subjek penelitian tidak ada secara fisik, pada penelitian ini hanya

menyita waktu selama dilakukan penelitian. Peneliti akan memberikan

cinderamata berupa alat makan seharga Rp8.000 s.d 10.000 sebagai kompensasi

waktu yang telah diluangkan oleh subjek penelitian.

Prinsip Keseimbangan dan Berlaku Adil (Justice)

Semua subjek penelitian ini akan mendapatkan perlakuan sesuai dengan

hak mereka sebagai subjek penelitian. Pada proses penelitian, konselor dan klien

tidak saling mengenal dan tidak memiliki hubungan kerabat dengan seluruh

subjek penelitian. Proses penelitian tersebut di lakukan di luar jadwal pelayanan

KIA dan gizi di puskesmas, sehingga tidak menganggu jadwal pelayanan

puskesmas. Apabila hasil penelitian diperoleh pengaruh konseling gizi dengan

pendekatan TTM berpengaruh terhadap asupan makan ibu hamil HDK, maka

konseling gizi dengan pendekatan TTM akan diberikan pada kelompok kontrol.

Kerahasiaan informasi yang diperoleh dari semua subjek penelitian dan hasil

pengumpulan datanya dijamin oleh peneliti.


45

3.1.6 Dummy Table

Berikut adalah dummy table analisis data univarian.

Tabel Karakteristik ibu hamil dengan hipertensi dalam kehamilan di


puskesmas kecamatan Bogor Utara
Karakteristik Responden n %
Gravida
Primigravida
Multigravida
Grandemulti gravida
Usia ibu
20 tahun
21-34 tahun
35 tahun
Tingkat pendidikan ibu
SD
SMP
SMA
Perguruan Tinggi
Pekerjaan ibu
Mengurus rumah tangga
Wiraswasta
Karyawan
Status ekonomi keluarga
Kurang
Tinggi

Tabel kelompok ibu hamil dengan hipertensi dalam kehamilan di puskesmas


kecamatan Bogor Utara
Kelompok Hipertensi dalam kehamilan n %
Hipertensi gestational
Pre-eklamsi
46

Berikut adalah dummy tabel bivarian.

Tabel Hubungan ibu hamil hipertensi dalam kehamilan dengan karakterstik


ibu di puskesmas kecamatan Bogor Utara

Kelompok HDK p
Hipertensi
Karakteristik Responden Preeklamsi
Gestasional
n % n %
Gravida
Primigravida
Multigravida
Grandemulti gravida
Usia ibu
20 tahun
21-34 tahun
35 tahun
Tingkat pendidikan ibu
SD
SMP
SMA
Perguruan Tinggi
Pekerjaan ibu
Mengurus rumah tangga
Wiraswasta
Karyawan
Status ekonomi keluarga
Kurang
Tinggi
Total

Anda mungkin juga menyukai