Anda di halaman 1dari 6

PERAN PUSTAKAWAN DALAM PROSES SISTEM TEMU BALIK INFORMASI

Santina Siti Kusaeni


1601298
Program Studi Perpustakaan dan Ilmu Informasi
Departemen Kurikulum dan Teknologi Pendidikan
Fakultas Ilmu Pendidikan
Email: santina@student.upi.edu

LATAR BELAKANG
Perpustakaan merupakan bagian dari salah satu tempat pusat penyedia layanan informasi
yang dimana mempunyai banyak sekali fungsinya. Dengan demikian, perpustakaan dapat diingat
pula menjadi bagian dari pelayanan informasi yang begitu dibutuhkan bagi masyarakat. Karena
didalam perpustakaan tersebut banyak sekali ilmu pengetahuan dan ilmu informasi yang dapat di
manfaatkan dan dapat membantu seseorang untuk memenuhi kebutuhannya dalam pendidikan,
dalam melakukan observasi, ataupun untuk membangun ilmu yang luas untuk seluruh masyarakat.
Kebutuhan akan informasi sangat dibutuhkan oleh pemustaka pada saat ini. Agar bisa
mendapatkan pengetahuan dan informasi tersebut masyarakat akan pergi berkunjung ke
perpustakaan karena di sana pengunjung dapat membaca ataupun belajar pada sumber-sumber
yang tersedia di perpustakaan. Kemudian kata perpustakaan berkaitan dengan kata teknologi
informasi dan komunikasi, yang dimana teknologi informasi dan komunikasi dapat berdampak
kepada masyakat. Tetapi, masalah yang sedang dialami banyak pemustaka yang kebingungan
dalam melakukan penelusuran atau pencarian informasi di Perpustakaan. Oleh sebab itu,
pustakawan sebagai fasilitator di perpustakaan perlu mengetahui bagaimana pola perilaku
pencarian informasi maupun sistem temu balik yang ada di perpustakaannya. Agar informasi yang
dicari pemustaka terkait subjek tertentu dapat ditemukan secara cepat dan tepat ketika proses
pencarian informasi. Pemustaka adalah alasan perpustakaan didirikannya. Agar pemustaka dapat
literat terhadap kehidupannya.

Akan tetapi, perpustakaan pun terlebih dahulu merancang bagaimana dan harus apa saja
langkah yang harus dilakukan terkait dengan permasalahan yang terjadi saat ini yang berkenaan
dengan sistem temu balik informasi, kebutuhan informasi dari pemustaka, dan peran pustakawan
dalam sistem temu balik informasi. Oleh karena itu perlunya suatu perencanaan tersebut
merupakan suatu hal yang penting agar kegiatan-kegiatan yang diinginkan pun berjalan dengan
yang diinginkan. Tanpa direncanakan terlebih dahulu proses terkaitan temu balik informasi
diperpustakaan tidak akan berjalan dengan baik dan tidak berfungsi maksimal. Pelayanan
informasi untuk pemustaka di perpustakaan pun berawal dari adanya seseorang yang bekerja
sebagai pustakawan yang berdedikasi, karena kita ketahui bahwa dengan adanya seorang
pustakawan yang dapat menyusun sedemikian rupa mulai dari berinteraksi dengan pengunjung
hingga menyusun sumber-sumber informasi. Sehingga pustakawan perlu mempunyai kemampuan
dalam teknologi informasi dan komunikasi yang terus berkembang. Karena salah satu, kegiatan
yang tidak dapat terlupakan di perpustakaan adalah sistem temu balik Informasi. Yang dimana
secara khusus temu balik Informasi ini bersangkutan langsung dengan pencarian informasi, yang
berguna untuk membantu pemustaka atau pengguna perpustakaan. Sehingga perpustakaan pun
akan terus berupaya dalam memberikan pelayanan yang maksimal. Perpustakaan harus
membangun peradaban dan mengembangkan akan pengetahuan dan teknologi yang akan
diteruskan oleh generasi pada masa ini. Orientasi terhadap pemustaka adalah tujuan dari
perpustakaan yakni bisa memuaskan pemustaka dalam memenuhi kebutuhan akan informasinya.
Pustakawan berperan penting dalam sistem temu balik informasi, karena apa? Untuk lebih jelasnya
lagi akan di bahas pada hasil dan pembahasan pada halaman selanjutnya.

METODE
Metode yang digunakan dalam artikel ilmiah ini ialah Studi Literatur. Studi Literatur
adalah suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti dengan menelaah teori-teori,
pendapat-pendapat, serta pokok-pokok pikiran yang terdapat dalam media cetak, serta khususnya
buku-buku yang menunjang dan relevan dnegan masalah yang dibahas dalam penelitian (Sarwono,
2010: 34-35). Jadi, dapat disimpulkan bahwa studi literatur ini merupakan studi yang mendalami
ataupun menelaah suatu persoalan dengan mengkajinya menggunakan bahan pustaka yang sesuai
dengan tujuan penelitiannya. Sehingga pada akhirnya metode ini adalah cara menyelesaikan atau
mendapatkan jalan keluar dari permasalahan yang akan mereka kaji/teliti tersebut.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Kebutuhan informasi didalamnya ada dua pihak yang saling keterkaitan yakni pustakawan
dan pemustaka (Rifai, 2002, hlm. 14). Pemustaka adalah pengguna informasi di dalam
perpustakaan. Sedangkan pustakawan sendiri mempunyai peran sebagai membimbing pemustaka
dalam melayani kebutuhan informasi dari pemustaka. Kita ketahui, ketika pemustaka mempunyai
permasalahan baik dirinya sendiri maupun dengan tugas yang harus diselesaikan sehingga
membuat pemustaka harus datang ke perpustakaan untuk memenuhi informasi. Untuk itu perlunya
pustakawan mempunyai model perilaku pencarian informasi agar pemustaka mempunyai arahan
dari alur untuk memperoleh informasi yang kredibel dan relevan sesuai dengan kebutuhannya.
Ellis (dalam Yusuf, 2010, hlm. 105), mengemukakan bahwa karakteristik perilaku pencarian
informasi yakni sebagai berikut: Starting, Chaining, Browsing, Differentiating, Monitoring,
Extracting, Verifying, dan Ending.
1. Starting yaitu pemustaka mulai menelusur terkait Informasi/koleksi yang akan
dicarinya. Di sini tergantung apakah pemustaka akan memulai dengan langsung
ke alat penelusurannya atau akan bertanya terlebih dahulu kepada pustaka atau
sumber informasi lainnya. misalnya orang yang ahli dalam bidangnya.
2. Chaining yaitu dimana pemustaka sudah menemukan informasi yang dicarinya
dan pemustaka mencatat hal-hal penting yang ada pada informasi tersebut.
3. Browsing yaitu dimana pemustaka melakukan pencarian informasi terorganisir
dan sitematis serta terstruktur.
4. Differentiating yaitu dimana pemustaka mulai mereduksi atau mengurangi
informasi yang sudah didapatnya. Pemustaka bisa memilah dan memilih
informasi mana yang relevan sesuai dengan kebutuhan pemustaka pada saat itu.
5. Monitoring yaitu pemustaka bisa mencari, mengawasi dan memantau informasi
yang terkini sehingga pemustaka diharapkan harus bisa memilih informasi yang
mana yang akan dipilihnya.
6. Extracting dimana pemustaka bisa memilih satu informasi dari sekian banyak
informasi.
7. Verifying dimana pemustaka memeriksa dan mengevaluasi lagi informasi yang
sudah dipilihnya.
8. Ending dimana pemustaka telah mendapatkan informasi untuk memecahkan
tugasnya.
Seiring dengan berjalannya waktu sumber informasi dan pengetahuan di perpustakaan pun
akan terus bertambah, sehingga perkembangan alat informasi pun akan ikut berpartisipasi dalam
membangun pelayanan perpustakaan yang memuaskan, seperti yang kita ketahui seperti OPAC.
OPAC adalah alat untuk menelusur informasi terkait koleksi tertentu yang akan kita cari. Hal ini
berkaitan dengan sistem temu balik informasi. Temu balik informasi (information retrieval) yaitu
kegiatan pencarian dokumen/ informasi. Ingwersen (1992) dalam (Rifai, 2002, hlm. 16)
mengemukakan bahwa “sistem yang dibangun melalui proses antara obyek sistem”. Sistem setting,
dan situasi atau keaadaan yang memungkinkan terjadinya penelusuran informasi. Chowdhury
(1999) dalam (Rifai, 2002, hlm. 17) menjelaskan bahwa ada beberapa kegiatan yang dilaksanakan
oleh sistem temu balik informasi, yakni sebagai berikut:
a. Sumber-sumber informasi tersebut harus diidentifikai apakah relevan dan sesuai
dengan kebutuhan pemustaka.
b. Dokumen dianalisis oleh pemustaka
c. Apakah sumber informasi mewakili isi maksudnya isinya sesuai dengan kebutuhan
yang pemustaka cari sesuai dimana pertanyaan yang diajukan pemustaka ketika
yang memasukkan istilah dalam kotak ‘query’.
d. Apakah dokumen yang dicari sesuai dengan dokumen yang dibutuhkan dalam hal
ini matching dan database harus dianalisis. Kita harus mengetahui apakah
pertanyaan pemustaka dan dapat mewakili ketika matching dengan data base.
e. Mencocokkan istilah yang dicari dengan databasenya.
f. Mendapatkan dan menemukan informasi yang relevan.
g. Feedback dari pemustaka dimana pemustaka melakukan hal-hal yang perlu
disesuaikan dengan sistem.

Intinya kegiatan sistem temu balik informasi yaitu pencarian informasi/dokumen dimana
pemustaka memasukkan istilah dalam kotak yang disebut query. Setelah itu, sistem melakukan
pencocokan antara istilah yang dimasukkan pemustaka dengan database dari sistem tersebut.
Sehingga keluarlah hasil dari sistem tersebut. Pemustaka bisa menganalisis ini dan bila pemustaka
kurang puas terhadap informasi yang didapatnya maka pemustaka bisa kembali melakukan
langkah yang pertama atau melakukan penelusuran informasinya

Pustakawan sebagai fasilitator di perpustakaan harus bisa membantu pemustaka dalam


melakukan penelusuran informasi. Rifai (2002, hlm. 19) mengemukakan bahwa seorang
pustakawan sebagai intermediary (penghubung) harus mampu dalam penelusuran informasi,
diantaranya ada tugas-tugas yang harus dilakukan oleh pustakawan, yakni sebagai berikut:

a. Melakukan evaluasi dari penelusuran informasi apakah informasinya lengkap


dan relevan dari istilah yang dimasukkan ke dalam kotak ‘query’.
b. Memilih database yang terbaru atau bisa dengan mengulang penelusurannya
lagi untuk mendapatkan informasi yang benar-benar dibutuhkannya.
c. Memutuskan dalam mengakhiri kegiatan penelusuran informasi.

Dengan demikian, sekarang kita bisa mengetahui bagaimana peran pustakawan dalam
sistem temu balik informasi yakni pustakawan sebagai penghubung dalam penelusuran informasi
dari pemustaka. Dimana dalam sistemnya diproses terlebih dahulu karena ada pencocokan dari
istilah yang dimasukkan pemustaka ke dalam kotak query. Sehingga pada akhirnya, diharapkan
sistem temu balik informasi bekerja dengan baik dan outputnya dapat memuaskan kebutuhan
pemustaka terkait informasi yang ditelusurnya.

Temu balik informasi ini pastinya berkaitan dengan katalog perpustakaan dan OPAC.
Tampilan OPAC pada umumnya selalu ada kotak ‘query’ misalnya terkait judul, pengarang,
subjek, penerbit, dll. Supaya pelayanan terkait penelusuran informasi di perpustakaan berfungsi
secara maksimal maka pihak perpustakaan harus merombak sistem pelayanannya di perpustakaan
agar dapat meningkatkan mutu layanan kebutuhan informasi dari pemustakanya. Sumber
informasi yang ada di perpustakaan pun juga bisa diberdayagunakan secara produktif. Untuk itu,
pustakawan harus memiliki kemampuan teknologi agar pustakawan mengetahui bagaimana sistem
temu balik informasi yang seharusnya diterapkan di dalam perpustakaan agar bekerja secara
maksimal dan juga memenuhi kebutuhan informasi dari pemustaka.

KESIMPULAN
Sehingga dengan demikian, perpustakaan merupakan salah satu tempat yang mempunyai
banyak fungsi yang dapat pula dimamfaatkan oleh masyarakat luas, untuk memperluas ilmu
pengetahuan dan informasinya. Ada dua komponen yang dibutuhkan dalam perpustakaan yaitu,
pemustaka dan pustakawan, yang saling berhubungan satu sama lainnya. Karena pemustaka
merupakan pengunjung di perpustakaan yang membutuhkan sumber-sumber informasi, sedangkan
pemustaka merupakan seseorang yang membimbing dan melayani pemustaka dalam mencari
informasi, agar pemustaka tersebut mendapatkan informasi atau pengetahuan yang dibutuhkannya.
Proses terjadinya layanan informasi diperpustakaan tersebut berasal dari seorang pustakawan yang
bekerja tidak sebagai membimbing pemustaka saja. Akan tetapi, sebagai orang yang menyusun,
mengolah, dan mempublikasikan sumber informasi dan pengetahuan yang dapat dimamfaatkan
oleh pemustakanya. Seiring dengan berkembangnya waktu informasi dan pengetahuan
diperpustakaan pun akan terus bertambah, sehingga alat teknologi pun akan ikut berpartisipasi
dalam menjalankan pelayanan diperpustakaan, agar pemustaka terasa lebih puas dalam berkunjung
diperpustakaan. OPAC merupakan salah satu alat penelusuran yang dapat membantu pemustaka
dalam mencari informasi yang dibutuhkannya. OPAC pun merupakan proses temu balik informasi
diperpustakaan yang dibutuhkan. Karena OPAC dapat membantu secara cepat dalam mencari
informasi. Pada dasarnya pustakawan dan temu balik informasi ini sangat berhubungan satu
lainnya, karena tanpa adanya seorang pustakawan diperpustakan proses layanan, pengolahaan,
pengadaan dan pengorganisasian pun tidak akan berjalan dengan baik, begitupun dengan proses
temu balik informasi yang dapat membantu dalam memenuhi kebutuhan yang diperlukan oleh
pemustakanya.

Saran untuk peneliti selanjutnya, mungkin harus bisa lebih memperbanyak lagi sumber dar
para ahli, dan lebih bisa memperjelas lagi kaitannya antara pemustaka dan sistem temu balik
informasi diperpustakaan.
DAFTAR PUSTAKA
Rifai, A. (2002). Peran Pustakawan Intermediary dalam Memenuhi kebutuhan informasi. AL-
MAKTABAH, 4(1).

Solehat, D.S., Rusmono, D., & Rullyana, G. (2016). Information Seeking Behaviour Student in
Foreign Language Education Student in Indonesia University of Education. Jurnal Edulib, 6(1),
51-67. Tersedia dalam http://ejournal.upi.edu/index.php/edulib/article/view/5002/3567 Diakses
pada 30 Maret 2018.

Sulistyo-Basuki. (2009) Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta: Universitas Terbuka.

Yusup, P.M. & Subekti, P. (2010). Teori dan Praktik Penelusuran Informasi: Information
Retrieval. Bandung: Kencana Pranata Media Grup.
Sarwono, Jonathan. (2010). Pintar Menulis Karya Ilmiah: Kunci Sukses dalam Menulis Ilmiah.
Yogyakarta: Andi. Diakses pada tanggal 03 April 2018 dari https://books.google.co.id

Anda mungkin juga menyukai