Anda di halaman 1dari 1

BAB II

PEMBAHASAN
A. Al-ashl fi al-‘ibâdah at-tawfîq wa Al-ittibâ’

ِ ‫اَأل صْ ُل فِي‬
‫العبَا َد ِة التَ ْوقِيْف َواِإل ْتبَاع‬
“Hukum asal dalam ibadah adalah menunggu dan mengikuti tuntutan syariah”

Maksud kaidah ini adalah dalam melaksanakan ibadah mahdhah, harus ada dalil dan
mengikuti tuntunan. Apabila kita melaksanakan ibadah mahdah harus jelas dalilnya, baik dari
Al-Qur’an maupun Hadis Nabi. Sebab, ibadah mahdhah itu tidak sah apabila tanpa dalil yang
memerintahkannya atau menganjurkannya. Contohnya seperti perintah melaksanakan ibadah
sholat, puasa maupun zakat. Seperti contoh dalil mengenai ibadah dibawah ini: 1

Surah Al Baqarah ayat 43.


 

‫َواَ قِ ْي ُمواالص َّٰلوةَ َو ٰا تُواال َّز ٰكوةَ َوا رْ َكع ُْوا َم َع ال ٰ ّر ِك ِعي َْن‬
Artinya: Dan laksanakanlah sholat, tunaikanlah zakat, dan rukuklah beserta orang
yang rukuk.
Rasulullah SAW bersabda:
“Bertakwalah kepada Tuhanmu (Allah), tegakkan shalat lima waktumu, berpuasalah di
bulanmu (ramadan), tunaikanlah zakat harta-hartamu, dan taatilah para pemimpinmu, niscaya
kalian semua akan masuk ke dalam surga Tuhanmu.”
(HR. Tirmidzi (616), dan Abu Dawud (1955)).
B. Thahârah al-ahdâts lâ tutawaqqatu

‫ت‬ ِ ‫ارةُ اَأْل َح َدا‬


ُ َّ‫ث اَل تَتَ َوق‬ َ
َ َ‫طه‬
“Suci dari hadas tidak ada batas waktu”
Makna dari kaidah ini adalah apabila seseorang telah bersuci baik dari hadas besar maupun
kecil, maka tetap ia dalam keadaan suci selama tidak ada hal-hal yang meyakinkan bahwa ia
batal.
Contoh aplikasi kaidah seperti seseorang yang telah berwudhu, dan selama ia tidak merasa
yakin akan batalnya dari wudhu tersebut dan tidak ada pula indikasi-indikasi yang
meyakinkan batalnya wudhu, maka ia tetap dalam keadaan suci. 2

1 Hary, Kaidah Fiqh dalam Bidang Ibadah Mahdhah, Muamalah & dalam menentukan Skala Prioritas, blogspot,
Juli, 2017, diakses pada kamis, 18 mei 2023 http://harryfaisalri.blogspot.com/2017/07/kaidah-fiqh-dalam-
bidang-ibadah-mahdhah.html?m=1#
2 Abd al-Wahab al-Baghdadi al-Maliki, al-Isyraf ala Masa’il al-Khilaf, Tunis, Mathba’ah al-Iradah, tt. H.263

Anda mungkin juga menyukai