PEMBAHASAN
A. Al-ashl fi al-‘ibâdah at-tawfîq wa Al-ittibâ’
ِ اَأل صْ ُل فِي
العبَا َد ِة التَ ْوقِيْف َواِإل ْتبَاع
“Hukum asal dalam ibadah adalah menunggu dan mengikuti tuntutan syariah”
Maksud kaidah ini adalah dalam melaksanakan ibadah mahdhah, harus ada dalil dan
mengikuti tuntunan. Apabila kita melaksanakan ibadah mahdah harus jelas dalilnya, baik dari
Al-Qur’an maupun Hadis Nabi. Sebab, ibadah mahdhah itu tidak sah apabila tanpa dalil yang
memerintahkannya atau menganjurkannya. Contohnya seperti perintah melaksanakan ibadah
sholat, puasa maupun zakat. Seperti contoh dalil mengenai ibadah dibawah ini: 1
َواَ قِ ْي ُمواالص َّٰلوةَ َو ٰا تُواال َّز ٰكوةَ َوا رْ َكع ُْوا َم َع ال ٰ ّر ِك ِعي َْن
Artinya: Dan laksanakanlah sholat, tunaikanlah zakat, dan rukuklah beserta orang
yang rukuk.
Rasulullah SAW bersabda:
“Bertakwalah kepada Tuhanmu (Allah), tegakkan shalat lima waktumu, berpuasalah di
bulanmu (ramadan), tunaikanlah zakat harta-hartamu, dan taatilah para pemimpinmu, niscaya
kalian semua akan masuk ke dalam surga Tuhanmu.”
(HR. Tirmidzi (616), dan Abu Dawud (1955)).
B. Thahârah al-ahdâts lâ tutawaqqatu
1 Hary, Kaidah Fiqh dalam Bidang Ibadah Mahdhah, Muamalah & dalam menentukan Skala Prioritas, blogspot,
Juli, 2017, diakses pada kamis, 18 mei 2023 http://harryfaisalri.blogspot.com/2017/07/kaidah-fiqh-dalam-
bidang-ibadah-mahdhah.html?m=1#
2 Abd al-Wahab al-Baghdadi al-Maliki, al-Isyraf ala Masa’il al-Khilaf, Tunis, Mathba’ah al-Iradah, tt. H.263