Anda di halaman 1dari 2

Serakah kah?

Janji, sumpah, dan keinginan, suatu hal yang sulit untuk dimiliki sekaligus. Pagi itu,
aku mendengar janjimu, untuk selalu bersamaku, walau ajal menjemput, terlalu kekanankan
memang. Namun, kenapa aku harus mendengar sumpahmu? Sumpah yang membuatku
merinding, keinginanmu itu bukankah suatu keserakahan? Aku hanya seseorang yang
mencintaimu, dan kau hanya seseorang yang sedang menapaki kegelisahan hati.

2016

Hari itu merupakan hari dimana aku harus berangkat kesekolah. Hari pertama masuk
sekolah, memakai seragam baru, memiliki teman baru, dan semua hal yang melekat pada
diriku adalah hal yang baru. 5km aku tempuh untuk bisa sampai sekolahku, menggunakan
motor tentu saja. Masih sangat pagi, tapi disekolahku telah ramai hiruk pikuk siswa yang
tergesa menuju kelasnya. Jika aku bisa katakan itu merupakan adegan yang akan diulangi
setiap harinya.

Aku pun dengan enggan memasuki kelasku yang terlihat sangat suram dengan dua
tiang ditengahnya, entah untuk apa, tapi yang jelas itu menambah kesan tua pada kelasku.
Berkenalan dengan teman baru, dan sedikit basa basi ala anak SMA yang klasik. Tuhan, aku
ingin pulang. “Hai…” sapa seorang gadis dihadapanku, yang jelas dia akan mengajakku
berkenalan. “kamu tau gajah mada?” tanyanya, sebenarnya ini perkenalan model apa? “gajah
mada itu pamanku.” Ucapnya, aku hanya terbengong sambil menggaruk tengkukku yang
tidak gatal. “hihihi, kok bisa jadi pamanmu?” sahutku. “iya, soalnya aku anak ibuku, kakak
dari pamanku, hehe.” Aku hanya tertawa seakan terbawa oleh suasana. “Jika, pamanmu gajah
mada, namamu siapa?” tanyaku tertarik dengannya. “Dewi Kilisuci, tapi kamu bisa panggil
aku Dewi.” Lucu juga dia, “jadi, kamu dari kahuripan?” tanyaku. “hmmm, aku juga tidak tau
aku dari mana, yang jelas aku lahir dari ibuku.” Ucapnya, “lalu, siapakah nama anda sang
elok jelita seperti bunga melati?” tanyanya, “hihihi, aku tidak secantik dan sewangi itu, yang
jelas namaku bukan elo, jelita, bunga apalagi melati. Namaku, Dyah Ayu, panggil saja Ayu.”
Kataku dengan santai, “Jadi, kamu dari tanah pasundan.” Ucapnya asal. “yang jelas, aku lahir
dari ibuku.” Kataku sambil meniru gaya bicaranya. Ia tertawa dengan me mamerka gigi
putihnya.

Ya, namaku adalah Dyah Ayu, yang jelas tidak ada pitaloka di belakangnya.
Membuatku terdengar ayu dan anggun bukan? Tapi tidak, jika di lihat secara seksama aku
tidak secantik itu. Bel masuk telah berbunyi, hari ini upacara, karena hari ini hari senin.
Kepala sekolahku, sedikit agak terlihat lucu karena dia gemuk.

Anda mungkin juga menyukai