Anda di halaman 1dari 3

RESUME MATERI

METABOLISME SENYAWA PROTEIN DI DALAM RUMEN


Dosen Pengampu: Prof. Dr. Ir. Prof. Dr. Ir. Lies Mira Yusiati, SU., IPU.

Ikhwanul Roychan
20/470100/PPT/01142

Salah satu komponen yang diperlukan oleh ternak ruminansia adalah nitrogen.
Unsur nitrogen diperoleh ternak ruminansia dari protein dan npn yang berasal dari
pakan. Protein adalah senyawa organik komplek yang mempunyai berat molekul
tinggi. Protein diperlukan tubuh untuk mengganti dan memperbaiki sel tubuh yang
rusak serta untuk produksi tubuh. Tubuh memanfaatkan protein untuk diubah menjadi
energi jika diperlukan. Ternak ruminansia di dalam tubuhnya membedakan protein
menjadi tersintesis dan protein tidak tersintesis. Jumlah nitrogen (N) yang terdapat
didalam pakan dikalikan dengan 6,25 (Nx6,25) merupakan protein kasar, sedangkan
kekurangan protein dapat berpengaruh negatif pada ternak (Sukmawan et al., 2014).
Keseimbangan antara protein yang dibutuhkan oleh ternak dan konsumsi protein
meningkat, maka produksi ternaknya dapat meningkat dan nitrogen yang keluar dapat
berkurang. Pemanfaatan nitrogen yang dikonsumsi ternak diproses hingga akhirnya
terbagi menjadi dua yaitu yang termanfaatkan oleh ternak (teretensi oleh tubuh) akan
digunakan untuk memelihara fungsi jaringan dan sebagai produksi, serta keluar dari
tubuh ternak (tidak dimanfaatkan).
Protein dibutuhkan oleh tubuh ternak karena kandungan asam amino yang
menjadi prekusor pertumbuhan sel jaringan tubuh, tidak terkecuali jaringan otot. Kearl
(1982) mengatakan jika struktur dasar dari pembetukan protein adalah asam amino,
sehingg setiap protein memiliki berbagai macam jenis asam amino. Unsur pembentuk
dasar dari asam amino adalah karbon, hidrogen, nitrogen, dan oksigen, dalam
beberapa asam amino seperti metionin, cistine, dan cisteine serta dijumpai sulfur.
Hewan tidak dapat memenuhi kebutuhan asam aminonya sendiri, tidak seperti
tumbuhan yang dapat memproduksi asam amino, maka dari itu hewan khususnya
ternak ruminansia membutuhkan asam amino yang berasal dari tumbuhan atau
dinamakan dengan asam amino esensial. Protein yang dibutuhkan dapat dengan
tepat diprediksi pada ternak non-ruminansia, akan tetapi hal tersebut tidak berlaku
pada ternak ruminansia. Protein yang dihidrolisis menjadi asam amino lalu diarbsorsi
pada ternak ruminansia sulit diprediksi secara kuantitas maupun kualitas. Hal tersebut
disebabkan adanya proses degradasi protein secara fermentatif oleh mikrobial dalam
rumen. Sumber asam amino yang dibutuhkan berasal dari dua sumber yaitu Rumen
Undegradable Protein (RUP) dan sintesis protein mikroba (Kung dan Rode, 1996).
Protein yang terkandung dalam pakan mengalami dua peristiwa dalam rumen. Protein
yang bersifat tidak terdegradasi akan langsung menuju abomasum dan terjadi proses
pemecahan protein secara kimiawi oleh asam lambung. Selanjutnya protein yang
telah dipecah menjadi ikatan peptida akan dipecah lebih lanjut oleh enzim protease
yang diseksresikan oleh pankrean menjadi asam amino. Hasil pecahan menjadi asam
amino tersebut akan diarbsorsi lebih lanjut dalam usus halus.
Protein yang mengalami proses degradasi dalam rumen akan mengalami
proses sintesis protein mikroba lebih lanjut. Protein yang masuk dalam rumen akan
mengalami degradasi yang melibatkan bakteri dan protozoa. Proses degradasi protein
terjadi dalam dua langkah yang dimulai pada hidrolisis protein dengan merusak
kerangka protein menjadi oligopeptida. Proses hidrolisis tersebut terjadi diluar sel
bakteria, yang selanjutnya oligopeptida tersebut akan ditransportasi kedalam sel
bakteri. Sebagian mikroba dapat memanfaatkan oligopeptida untuk membuat protein
tubuhnya. Sebagian lagi oligopeptida dihidrolisa lebih lanjut menjadi asam amino (AA).
Kebanyakan mikroba rumen tidak dapat memanfaatkan AA secara langsung. Mikroba
rumen terutama bakteri tidak mempunyai system transport untuk mengangkut asam
amino ke dalan tubuhnya. Kurang lebih sebanyak 82% mikroba rumen dapat
menggunakan N ammonia. Karena itu mereka lebih suka merombak asam amino
tersebut menjadi ammonia. Asam Amino akan mengalami hidrolisis dalam sel bakteri
dengan hasil akhir adalah ammonia (NH3), VFA, dan CO2. Ammonia dapat disintesis
menjadi protein mikrobial apabila tersedia cukup energi yang berasal dari hasil
fermentasi karbohidrat. Kadar ammonia yang dihasilkan oleh bakteri didalam rumen
akan terakumulasi hingga batas tertentu. Kadar ammonia yang berlebih dalam rumen
akan menjadi racun bagi mikroorganisme dalam rumen sehingga dinding rumen akan
menyerap ammonia yang berlebih. Ammonia tersebut lalu diedarkan melalui
pembuluh darah menuju hati. Ammonia yang ada didalam hati akan diubah menjadi
urea yang sebagian akan dibuang melalui urin dan dimanfaatkan kembali melalui
saliva atau yang disebut dengan urea recycling.

Anda mungkin juga menyukai