Anda di halaman 1dari 3

Kulit merupakan salah satu by product yang dihasilkan oleh ternak, ruminansia maupun non-

ruminansia. Pemakaian yang meluas dan penggunaan oleh skala industri mengharuskan adanya
standar yang menetapkan kulit harus memiliki batas minimal yang telah diatur. Hal tersebut
bertujuan untuk menjamin mutu dan keamanan penggunaan produk tersebut. Adapun di
Indonesia standar tersebut diatur oleh Badan Nasional Standarisasi Produk yang akan
mengeluarkan Standar Nasional Indonesia.

Produk kulit memiliki beberapa standar yang ditetapkan oleh BNSP. Standar tersebut
tergantung penggunaan kulit yang diolah. Materi kali ini akan membahas perihal SNI pada kulit
Sapi mentah. Kulit Sapi Mentah memiliki parameter pada SNI nomer 06-2736-1992, SNI dari
Kulit Sapi Mentah akan disajikan pada tabel .1 berikut:

4.2. Kriteria dan Spesifikasi


Bau Tidak berbau busuk
4.2.1 Warna Merata, segar, dan bersih serta tidak ada warna-
warna yang mencurigakan
4.2.2 Umur Kulit yang berasal dari hewan muda umumnya
mempunyai struktur yang halus tetapi kompak,
berajah sangat halus, tetapi kelemahannya kurang
tahan pengaruh/perusak dari luar dibandingkan
dengan kuli hewan tua. Bila hewan semakin tua maka
lapisan rajah akan semakin kuat dan kasar
Jenis Kulit sapi perah umumnya mempunyai rajah lebih
tipis dan lebih halus dari pada kulit sapi tipe daging
pada umur yang sama
Ras Kulit sapi Jawa mempunyai rajah serta tenunan serat-
seratnya halus dan rapat. Dikenal dengan istilah Java
Box.
4.2.3 Struktur Memiliki kesesuaikan antara tebal dan luasnya, tidak
ada bulu yang rontok atau mudah dicabut
4.2.4 Cacat sebelum  Pengaruh mekanis: luka-luka cambul, goresan
dipotong (Ante- duri, dan lain-lain
mortem)  Pengaruh termis: tanda bakar atau kena api
 Pengaruh parasite: caplak, kutu, lalat, dan lain
lain
Cacat sesudah  Semasa disembelih sampai dikuliti:
dipotong (Post- keterampilan perkeja dalam pengulitan,
mortem) tersedianya alat – alat seperti katrol, pisau
pengulit, dan lain-lain.
 Semasa penjemuran: kesalahan waktu
pengeringan
4.3 Bahan Pengawet dan Tambahan
4.3.1 Bahan Pengawet Larutan racun kulit (Natrium Arsenit 3%)
4.3.2 Bahan Tambahan Tidak ada
4.4 Teknik, Kontaminasi, dan Hygiene
4.4.1 Teknik Bentuk pentangan bagus dan merata tidak ada kulit
yang melipat atau salah arah tarikan atau terlampau
ditarik
4.4.2 Kontaminasi  Serangga dan larvanya (famili Dermestideae)
 Jamur
 Gigitan binatang pengerat
4.4.3 Hygiene  Tempat penyimpanan tidak lembab dan
mudah dikontrol
 Kulit harus jangan mengandung dan tercemar
dari sumber bibit penyakit ternak yang
berbahaya dan menular kepada manusia
(Zoonose)
4.5 Mutu dan Berat Kulit
4.5.1 Mutu kulit  Mutu kulit nomor 1 (Primes): struktur
berdasarkan kriteria baik, warna hidup, bersih dan merata,
dibagi sebagai bentuk pentangannya baik, tidak ada
berikut: cacat di daerah punggung (croupon)
 Mutu kulit nomor 2 (intermediates):
hampir sama dengan kwalitas nomor 1,
tetapi terdapat cacat didaerah
punggung
 Mutu kulit nomor 3 (Seconds): Struktur
kurang baik, warna kulit bersih, cacat
lebih berat dari mutu nomor 2
 Mutu kulit nomor 4 (Thirds): struktur
jelek kulitnya kosong dan
lemas/lembek, warnanya layu dan
pucat, bentuk pentangannya kasar,
cacat banyak
 Mutu kulit yang diafkirkan (Rejects)
4.5.2 Berat kulit  Tanda A: berat kulit kurang dari 3
ditetapkan kg/lembar
berdasarkan kriteria  Tanda B: berat kulit antara 3 kg sampai
sebagai berikut: kurang dari 5kg/lembar
 Tanda C: berat kulit 5 kg sampai
dengan kurang dari 7 kg/lembar
 Tanda D: berat kulit antara 7 kg sampai
kurang dari 9 kg/lembar
 Tanda E: berat kulit 9 kg lebih/lembar

Anda mungkin juga menyukai