Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH

Qiyas

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Ushul Fiqh

Dosen Pembimbing

Dr. Hj. Tutik Hamidah M.Ag

Penyusun:

Azka Qotrunnada 220201110049

Dzaki Hilmi Hawari 220201110082

Ananda Ismail Akbar 220201110086

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM

FAKULTAS SYARIAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

2023
KATA PENGANTAR

Asslamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Alhamdulillah, Segala puji hanya layak kita panjatkan kehadirat Allah SWT. Tuhan
sekalian alam, karena atas segala berkat, rahmat, taufiq, serta hidayah-Nya yang tiada terkira
besarnya, sehingga makalah yang berjudul “dvbdsbvsd” dapat terselesaikan dengan baik.

Kami memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak atas penyusunan makalah ini,
karena itu kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Dosen pengampu
Mata Kuliah Ushul Fiqh Dr. Hj. Tutik Hamidah M.Ag yang telah memberikan dukungan dan
kepercayaan yang begitu besar.

Semoga semua ini bisa memberikan sedikit kebahagiaan dan menuntun pada langkah
yang lebih baik lagi kedepannya. Meskipun penulis berharap isi dari makalah ini bebas dari
kekurangan dan kesalahan. Namun tak ada gading yang tak retak, penulis senantiasa
mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar makalah ini dapat lebih baik lagi.
Akhir kata, penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Daftar isi
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar belakang

Sebagai Umat Islam dalam kehidupan sehari-hari ada aturan yang mengatur segala
aktivitas kita. Semua ada batasan-batasan tertentu serta aturan aturan dalam menjalankannya.
Dan semua aturan serta batasan hukum yang mengatur Umat Islam didasarkan pada Alqur’an
dan Sunnah.

Banyak peristiwa atau kejadian yang belum jelas hukumnya, Karena di dalam
Alqur’an dan Sunnah tidak dijumpai atau ditetapkan secara jelas hukumnya. Oleh sebab itu
diperlukanlah sebuah cara atau metode yang dapat menyingkap dan memperjelas bahkan
menentukan suatu Hukum.

Dulu ketika masa Rasulullah semua permasalahan yang timbul mudah diatasi karena
dapat langsung ditanyakan kepada Rasulullah, tetapi dimasa sekarang jikalau ada
permasalahan yang timbul bahkan banyak sekali permasalahan yang timbul yang tidak kita
temukan dalam Alqur’an maupun Sunnah. Di sini para Ulama’ melakukan pendekatan yang
sah yaitu dengan Ijtihad dan salah satu ijtihad itu adalah dengan Qiyas.

Qiyas merupakan suatu cara penggunaan pendapat untuk menetapkan suatu hukum
terhadap suatu peristiwa atau kejadian yang belum jelas atau yang tidak dijelaskan secara
jelas dalam Alqur’an dan Sunnah.

Dasar pemikiran Qiyas itu adalah adanya kaitan yang erat antara hukum dengan
sebab. Hampir setiap Hukum di luar bidang ibadah dapat diketahui alasan rasional
ditetapkannya hukum itu oleh Allah. Illat adalah patokan utama dalam menetapkan hukum
atau permasalahan, Objek masalah adalah sesuatu yang tidak memiliki Nash. Atas dasar
Keyakinan tersebut bahwa tidak ada yang luput dari Hukum Allah, Maka setiap Muslim
meyakini setiap peristiwa atau kasus yang terjadi pasti ada hukumnya.

Dari paparan latar belakang di atas, Serta mengingat banyak mahasiswa yang masih
belum memahami sepenuhnya mengenai Sumber Hukum Qiyas, Maka dari itu kami akan
membahas tentang Qiyas sekaligus memenuhi tugas mata kuliah Ushul Fiqh.
1.2 Rumusan masalah

1. Apa pengertian Qiyas?


2. Bagaimana Qiyas pada masa Rasulullah, sahabat serta tabiin?
3. Bagaimana kedudukan dan kehujjahan Qiyas?
4. Siapa penolak dan penerima Qiyas?
5. Apa saja rukun-rukun Qiyas?
6. Bagaimana contoh penerapan metode Qiyas dalam kasus kontemporer?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Qiyas

Qiyas atau analogi menurut bahasa berarti "mengukur sesuatu dengan se- suatu yang lain
untuk diketahui persamaan antara ke- duanya." Menurut istilah ushul seperti dikemukakan
oleh Wahbah az-Zuhaili yaitu:

“Menghubungkan (menyamakan hukum) sesuatu yang tidak ada ketentuan hukumnya


dengan sesuatu yang ada ketentuan hukumnya karena ada persamaan illat antara
keduanya.”

Qiyas adalah salah satu kegiatan ijtihad yang tidak ditegaskan dalam Al-Qur'an dan Sunnah.
Adapun qiyas dilakukan seorang mujtahid dengan meneliti alasan logis ('illat) dari rumusan
hukum itu dan setelah itu diteliti pula keberadaan 'illat yang sama pada masalah lain yang
tidak termaktub dalam Al- Qur'an atau Sunnah Rasulullah. Bila benar ada kesamaan 'illat-
nya, maka keras dugaan bahwa hukumnya juga sama. Begitulah dilakukan pada setiap praktik
qiyas.1

1
M. Zein Satria Efendi, Ushul Fiqih, Kencana 2005 Jakarta hal. 118

Anda mungkin juga menyukai