Anda di halaman 1dari 8

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/324438667

Medan magnetik dalam bahan

Preprint · April 2018


DOI: 10.13140/RG.2.2.33033.75363

CITATIONS READS
0 12,815

1 author:

Agus Suroso
Bandung Institute of Technology
69 PUBLICATIONS   299 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Kerr/CFT View project

Horndeski theory in cosmology View project

All content following this page was uploaded by Agus Suroso on 11 April 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Medan Magnetik dalam Bahan1 1
Catatan kuliah FI2202 Listrik Magnet,
Sem. 2 2017-2018
Agus Suroso

Sebelumnya, telah dibahas mengenai medan magnetik dan sifat- Pokok bahasan:
sifatnya dalam vakum atau udara bebas. Pada bagian ini, akan dibahas 1. Sifat Magnetik Bahan
mengenai medan magnetik di dalam bahan. Konsep penting yang 2. Medan Magnetisasi
membedakan medan magnetik di dalam bahan dengan di vakum
3. Medan Induksi Magnetik
adalah adanya medan magnetik induksi (dinyatakan dengan besaran
magnetisasi M) yang muncul di dalam bahan akibat pengaruh medan 4. Bahan Magnet Linier
magnetik dari luar bahan. Medan magnetisasi tersebut dapat searah 5. Masalah Syarat Batas
maupun berlawanan arah dengan medan magnetik luar yang dibe-
rikan. Medan magnetisasi tersebut dikaitkan dengan munculnya arus
terikat yang muncul pada bahan, yaitu aliran muatan listrik pada loop-
loop kecil dalam bahan. Pada akhirnya, medan total di dalam bahan
akan berupa penjumlahan dari medan magnetik luar B dan medan
magnetisasi M.

Sifat Kemagnetan Bahan

Bahan yang dikenai medan magnet luar akan terinduksi, dan arah
medan magnetik induksi dapat sejajar (paralel) atau berlawanan
(diameteral) terhadap medan magnet luar yang diberikan. Sehingga
dalam konteks tersebut, bahan dapat digolongkan menjadi bahan
paramagnetik adalah diamagnetik. Ada juga bahan yang mampu
mempertahankan medan magnetik induksinya walaupun tidak lagi
dikenai medan magnetik luar. Bahan ini disebut bahan ferromagnetik.
Sifat paramagnetisme dapat dijelaskan dengan meninjau sebuah
bahan sebagai kumpulan dari dipol-dipol magnetik kecil dengan
medan magnet luar menyebabkan torsi magnetik pada dipol-dipol
tersebut. Untuk keperluan ini, mari kita tinjau sebuah dipol magne-
tik dengan momen dipol m yang dikenai medan magnetik luar B.
Sepotong kawat dl mengalami gaya magnetik dF = Idl × B. Gaya
total diperoleh dengan mengintegalkan gaya tersebut untuk seluruh
bagian dipol, I
F= Idl × B. (1)

Torsi yang dialami oleh dipol, terhadap suatu titik acuan O tertentu ,
adalah I
N = r × F = Ir × (dl × B) . (2)

Perhatikan bahwa panjang potongan kawat dapat dinyatakan dalam


separasi dalam ruang, dl = dr. Kemudian untuk B konstan,

d [r × (r × B)] = dr × (r × B) + r × (dr × B) . (3)

Ingat kembali bahwa jumlah semua permutasi siklik dari perkalian


silang tiga vektor bernilai nol, sehingga dr × (r × B) + r × (B × dr) +
FI2202: Medan Magnetik dalam bahan

B × (dr × r) = 0. Dari identitas ini diperoleh

dr × (r × B) = r × (dr × B) + B × (r × dr) . (4)

Dari dua persamaan terakhir diperoleh


1
r × (dl × B) = r × (dr × B) = {d [r × (r × B)] − B × (r × dr)} . (5)
2
Sehingga akhirnya torsi magnetik menjadi berbentuk
I 
1
I
N= Id [r × (r × B)] − B × (r × dr) . (6)
2
Suku pertama bernilai nol karena integral dikerjakan pada lintasan
tertutup sedangkan suku kedua memberikan suku luas permukaan
loop, karena a = 21 r × dr. Mengingat Ia = m, akhirnya torsi
H

magnetik dapat ditulis sebagai

N = m × B. (7)

Torsi magnetik tersebut akan memutar arah momen dipol magnetik


m hingga sejajar dengan medan luar B.
Sifat diamagnetisme dapat dijelaskan secara klasik dengan menin-
jau gerakan elektron di sekitar inti atom. Tinjau satu elektron terluar
dari suatu atom dan anggap elektron tersebut bergerak mengelilingi
inti atom dengan orbit berbentuk lingkaran (jari-jarinya R) dengan
momentum sudut searah ẑ. Arus listrik yang mengalir sepanjang
lintasan orbit diperoleh dengan membagi muatan elektron dengan
periode orbit (T) elektron, I = −e/T. Momen dipol magnetik elek-
tron adalah
eπR2 eRv
m = Iaẑ = − ẑ = − ẑ. (8)
T 2
Ketika medan magnet luar, misalnya B = Bẑ, diberikan pada atom
elektron mengalami gaya magnetik F = −ev × B yang arahnya se-
arah dengan gaya Coulomb yang dialami oleh elektron. Jika jari-jari
orbit elektron dianggap tidak berubah, maka laju elektron akan ber-
tambah. Dengan bertambahnya laju, momen dipol magnetik juga
bertambah. Karena momen dipol atom searah −ẑ, maka dapat kita
katakan bahwa kehadiran medan magnetik luar B = Bẑ mengha-
silkan perubahan momen dipol magnetik ∆m = ∆m (−ẑ). Dengan
demikian arah perubahan momen dipol magnetik berkebalikan de-
ngan arah medan magnetik luar.
Besarnya perubahan momen dipol diperoleh dengan terlebih da-
hulu mencari selisih laju gerak elektron sebelum dan setelah medan
B hadir. Sebelum hadirnya medan magnetik luar B, gaya sentripetal
pada elektron hanya berasal dari gaya Coulomb,

1 e2 m e v2
= . (9)
4πε 0 R2 R

agussuroso@fi.itb.ac.id halaman 2
FI2202: Medan Magnetik dalam bahan

Sedangkan setelah medan luar B diberikan, gaya magnetik (Lorentz)


menambah gaya sentripetal pada elektron,
1 e2 m e v 02
2
+ ev0 B = . (10)
4πε 0 R R2
Selisih kedua persamaan tersebut,
m e  02 
ev0 B = v − v2 . (11)
R
Jika ∆v = v0 − v cukup kecil, v2 ≈ v02 − 2v0 ∆v0 , sehingga persamaan
terakhir meghasilkan
eBR
∆v ≈ . (12)
2me
Jadi perubahan momen dipol akibat medan luar B adalah
eR∆v e2 BR2
∆m ≈ − ẑ = − ẑ. (13)
2 4me

Medan dari Bahan Termagnetisasi

Untuk sebuah bahan dengan momen dipol magnetik m, didefinisikan


besaran magnetisasi M sebagai momen dipol per satuan volume. De-
ngan definisi ini, vektor potensial magnetik akibat dipol dapat ditulis
ulang dalam bentuk
µ0
Z
M× r̂
A (r) = dτ 0 . (14)
4π r 2

= r̂ 2 (perhatikan bahwa turunan dikerjakan


 
Mengingat ∇0 1
r r
terhadap koordinat sumber r0 = r − r ), sehingga potensial tersebut
dapat ditulis dalam bentuk
Z   
µ0 1
A (r) = M (r) × ∇ 0 0
4π r dτ
Z   
µ 1 0 M
= 0 ∇ × M − ∇0 × 0
4π r r dτ . (15)

Suku kedua dapat dimanipulasi dengan bantuan teorema divergensi.


Untuk sembarang vektor v, teorema divergensi memberikan
Z I
(∇ · v) dτ = v · da. (16)

Jika v = u × c dengan c konstan, teorema divergensi tersebut menjadi


Ingat kembali untuk tiga vektor semba-
Z I rang A, B, dan C berlaku
∇ · (v ×~c) dτ = (v × c) · da A · (B × C) = B · (A × C) = C · (B × A) .
Z I
⇔ c· (∇ × v) dτ = c · (−v × da)
Z I
⇔ (∇ × v) dτ = (−v × n̂) da, (17)

agussuroso@fi.itb.ac.id halaman 3
FI2202: Medan Magnetik dalam bahan

dengan n̂ adalah vektor normal permukaan da. Sehingga bagian


perkalian vektor pada suku kedua dari potensial dapat ditulis dalam
bentuk  
M M
Z I
0
− ∇ × dτ 0 = × n̂da, (18)
r r
dan vektor potensial menjadi berbentuk

∇0 × M M × n̂
Z I
µ0 µ0
A (r) = dτ 0 + da. (19)
4π r 4π r
Suku pertama dari potensial tersebut terliat serupa dengan potensial
akibat arus volume (tiga dimensi) sedangkan suku kedua serupa
dengan potensial akibat arus permukaan. Jika kita definisikan kedua
arus sebagai

Jb ≡ ∇0 × M, (20)
Kb ≡ M × n̂, (21)

potensial dapat dituliskan dalam bentuk yang familiar

Jb (r0 ) Kb (r0 )
Z I
µ0 µ0
A (r) = dτ 0 + da. (22)
4π r 4π r
Subskrip b pada kedua arus menandakan bahwa keduanya merupak-
an arus terikat (bound current).
Untuk memahami makna fisis dari arus terikat, kita tinjau sebuah
lempengan bahan dengan luas a, tebal h dan magnetisasi M. Karena
arah vektor magnetisasi sama dengan arah momen dipol m, maka
kita peroleh arah arus yang mengalir pada lempengan tersebut, yaitu
sepanjang bidang tepi lempengan. Besar momen dipol bahan adalah
m ≡ Ia = Mah. Dari persamaan ini diperoleh M = hI , yang berarti
magnetisasi M sama dengan rapat arus permukaan pada bidang
tepian lempengan. Jika arah bidang tepian kita tuliskan sebagai n̂,
maka
Kb = M × n̂. (23)
Persamaan ini juga menunjukkan bahwa tidak ada arus pada permu-
kaan atas dan bawah lempengan.
Walaupun pada bidang tepian terdapat arus listrik, muatan tida-
klah bergerak sepanjang tepian tersebut. Muatan di seluruh bahan
hanya bergerak pada loop kecil-kecil. Karena itulah arus akibat mag-
netisasi disebut sebagai arus terikat.
Selanjutnya kita tinjau arus terikat tiga dimensi J (r0 ). Jika magne-
tisasi pada bahan tidak seragam, maka nilai dari rotasi dari M tidak
nol,

∇ × M = ∂y Mz − ∂z My x̂ − (∂ x Mz − ∂z Mx ) ŷ

+ ∂ x My − ∂y Mx ẑ. (24)

agussuroso@fi.itb.ac.id halaman 4
FI2202: Medan Magnetik dalam bahan

Karena M berdimensi rapat arus per satuan panjang, tiap suku


pada persamaan di atas berdimensi rapat arus per satuan luas, atau
sama dengan dimensi dari J. Tinjau dua partisi kecil berbentuk ku-
bus berukuran dx × dy × dz yang masing-masing terletak pada posisi
y dan y + dy. Anggap arah magnetisasi di kedua partisi tersebut se-
arah dengan ẑ. Arus yang mengalir pada bidang batas kedua partisi
adalah

Ix = [ M ( x + dx ) − M ( x )] dz
Ix [ M ( x + dx ) − M ( x )] ∂M
⇒ = = . (25)
dydz dy ∂y
Selanjutnya jika kita lakukan hal yang sama pada partisi yang terle-
tak di posisi z dan z + dz, akan diperoleh
Ix ∂M
=− . (26)
dydz ∂y
Sehingga secara total,
∂M ∂M
Jx = − . (27)
∂y ∂y
Dengan analisis yang sama diperoleh suku-suku lain dari ∇ × M,
yang tiap sukunya menyatakan rapat arus per satuan luas. Sehingga
kita dapatkan
∇ × M = Jb . (28)
Arus ini hanya ’berotasi’ di dalam bahan dan tidak memiliki diver-
gensi, sebab
∇ · Jb = ∇ × ∇ × M = 0. (29)

Medan Induksi Magnetik

Telah kita dapati bahwa kehadiran magnetisasi dalam bahan M da-


pat dikaitkan dengan adanya arus Jb dalam bahan dan Kb di permu-
kaan batas. Medan magnetik berasal dari kedua arus tersebut. Jika
kemudian pada bahan juga mengalir arus J f yang dibangkitkan da-
ri beda potensial luar, maka total arus yang mengalir dalam bahan
adalah
J = J f + Jb = J f + ∇ × M. (30)
Sehingga hukum Ampere menjadi berbentuk
1
(∇ × B) = J f + ∇ × M
µ
⇔ ∇ × H = Jf , (31)

dengan
B
H= − M. (32)
µ0

agussuroso@fi.itb.ac.id halaman 5
FI2202: Medan Magnetik dalam bahan

Dalam bentuk integral, hukum Ampere dalam bahan akan berbentuk


I
H · dl = I f ,enc , (33)

dengan I f ,enc adalah arus bebas yang terlingkupi oleh lintasan Ampe-
re.

Bahan Magnet Linier

Pada bahan paramagnetik dan diamagnetik, medan magnetik induk-


si M dalam bahan muncul akibat induksi dari medan magnetik luar
B. Jika medan magnetik luar dihilangkan, medan magnetik dalam
bahan akan hilang. Pada kebanyakan bahan, besarnya magnetisasi
sebanding dengan medan magnetik luar yang diberikan pada bahan.
Kesebandingan itu dituliskan dalam bentuk

M = χm H, (34)

dengan konstanta χm disebut suseptibilitas magnetik, yang nilainya


bergantung pada jenis bahan. Nilai konstanta χm bernilai positif
untuk bahan paramagnetik dan negatif untuk bahan diamagnetik.
Bahan-bahan yang memenuhi persamaan di atas kita sebut sebagai
bahan yang linear.
Dari hubungan linearitas M dan H di atas, dapat kita tuliskan

B = µ0 ( H + M) = µ0 (1 + χm ) H, (35)

atau
B = µH, (36)
dengan
µ ≡ µ0 (1 + χ m ) (37)
adalah permeabilitas bahan.
Pada bahan yang bersifat linear, besarnya arus terikat juga akan
sebanding dengan arus bebas yang mengalir pada benda, sebab

Jb = ∇ × M = ∇ × χm H = χm J f . (38)

Masalah Syarat Batas

Syarat batas untuk medan H ditentukan dengan cara yang sama de-
ngan syarat batas untuk B pada bab sebelumnya. Dengan mengingat
kembali definisi medan H, dapat kita tuliskan

1
I I I I
H · da = B · da − M · da = − M · da. (39)
µ0

agussuroso@fi.itb.ac.id halaman 6
FI2202: Medan Magnetik dalam bahan

H
Perhatikan bahwa B · da = 0 jika kita mengambil permukaan
tertutup yang cukup dekat dengan bidang batas. Dari persamaan di
atas, diperoleh
 
⊥ ⊥ ⊥ ⊥
Hatas − Hbawah = − Matas − Mbawah . (40)
H
Kemudian, hukum Ampere H · dl = I f ,enc menghasilkan syarat
batas

Pustaka

[1] David J. Griffiths, Introduction to Electrodynamics, chapter 6, Pren-


tice Hall, New Jersey, 1999.

agussuroso@fi.itb.ac.id halaman 7

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai