6 Handout
6 Handout
net/publication/324438667
CITATIONS READS
0 12,815
1 author:
Agus Suroso
Bandung Institute of Technology
69 PUBLICATIONS 299 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Agus Suroso on 11 April 2018.
Sebelumnya, telah dibahas mengenai medan magnetik dan sifat- Pokok bahasan:
sifatnya dalam vakum atau udara bebas. Pada bagian ini, akan dibahas 1. Sifat Magnetik Bahan
mengenai medan magnetik di dalam bahan. Konsep penting yang 2. Medan Magnetisasi
membedakan medan magnetik di dalam bahan dengan di vakum
3. Medan Induksi Magnetik
adalah adanya medan magnetik induksi (dinyatakan dengan besaran
magnetisasi M) yang muncul di dalam bahan akibat pengaruh medan 4. Bahan Magnet Linier
magnetik dari luar bahan. Medan magnetisasi tersebut dapat searah 5. Masalah Syarat Batas
maupun berlawanan arah dengan medan magnetik luar yang dibe-
rikan. Medan magnetisasi tersebut dikaitkan dengan munculnya arus
terikat yang muncul pada bahan, yaitu aliran muatan listrik pada loop-
loop kecil dalam bahan. Pada akhirnya, medan total di dalam bahan
akan berupa penjumlahan dari medan magnetik luar B dan medan
magnetisasi M.
Bahan yang dikenai medan magnet luar akan terinduksi, dan arah
medan magnetik induksi dapat sejajar (paralel) atau berlawanan
(diameteral) terhadap medan magnet luar yang diberikan. Sehingga
dalam konteks tersebut, bahan dapat digolongkan menjadi bahan
paramagnetik adalah diamagnetik. Ada juga bahan yang mampu
mempertahankan medan magnetik induksinya walaupun tidak lagi
dikenai medan magnetik luar. Bahan ini disebut bahan ferromagnetik.
Sifat paramagnetisme dapat dijelaskan dengan meninjau sebuah
bahan sebagai kumpulan dari dipol-dipol magnetik kecil dengan
medan magnet luar menyebabkan torsi magnetik pada dipol-dipol
tersebut. Untuk keperluan ini, mari kita tinjau sebuah dipol magne-
tik dengan momen dipol m yang dikenai medan magnetik luar B.
Sepotong kawat dl mengalami gaya magnetik dF = Idl × B. Gaya
total diperoleh dengan mengintegalkan gaya tersebut untuk seluruh
bagian dipol, I
F= Idl × B. (1)
Torsi yang dialami oleh dipol, terhadap suatu titik acuan O tertentu ,
adalah I
N = r × F = Ir × (dl × B) . (2)
N = m × B. (7)
1 e2 m e v2
= . (9)
4πε 0 R2 R
agussuroso@fi.itb.ac.id halaman 2
FI2202: Medan Magnetik dalam bahan
agussuroso@fi.itb.ac.id halaman 3
FI2202: Medan Magnetik dalam bahan
∇0 × M M × n̂
Z I
µ0 µ0
A (r) = dτ 0 + da. (19)
4π r 4π r
Suku pertama dari potensial tersebut terliat serupa dengan potensial
akibat arus volume (tiga dimensi) sedangkan suku kedua serupa
dengan potensial akibat arus permukaan. Jika kita definisikan kedua
arus sebagai
Jb ≡ ∇0 × M, (20)
Kb ≡ M × n̂, (21)
Jb (r0 ) Kb (r0 )
Z I
µ0 µ0
A (r) = dτ 0 + da. (22)
4π r 4π r
Subskrip b pada kedua arus menandakan bahwa keduanya merupak-
an arus terikat (bound current).
Untuk memahami makna fisis dari arus terikat, kita tinjau sebuah
lempengan bahan dengan luas a, tebal h dan magnetisasi M. Karena
arah vektor magnetisasi sama dengan arah momen dipol m, maka
kita peroleh arah arus yang mengalir pada lempengan tersebut, yaitu
sepanjang bidang tepi lempengan. Besar momen dipol bahan adalah
m ≡ Ia = Mah. Dari persamaan ini diperoleh M = hI , yang berarti
magnetisasi M sama dengan rapat arus permukaan pada bidang
tepian lempengan. Jika arah bidang tepian kita tuliskan sebagai n̂,
maka
Kb = M × n̂. (23)
Persamaan ini juga menunjukkan bahwa tidak ada arus pada permu-
kaan atas dan bawah lempengan.
Walaupun pada bidang tepian terdapat arus listrik, muatan tida-
klah bergerak sepanjang tepian tersebut. Muatan di seluruh bahan
hanya bergerak pada loop kecil-kecil. Karena itulah arus akibat mag-
netisasi disebut sebagai arus terikat.
Selanjutnya kita tinjau arus terikat tiga dimensi J (r0 ). Jika magne-
tisasi pada bahan tidak seragam, maka nilai dari rotasi dari M tidak
nol,
∇ × M = ∂y Mz − ∂z My x̂ − (∂ x Mz − ∂z Mx ) ŷ
+ ∂ x My − ∂y Mx ẑ. (24)
agussuroso@fi.itb.ac.id halaman 4
FI2202: Medan Magnetik dalam bahan
Ix = [ M ( x + dx ) − M ( x )] dz
Ix [ M ( x + dx ) − M ( x )] ∂M
⇒ = = . (25)
dydz dy ∂y
Selanjutnya jika kita lakukan hal yang sama pada partisi yang terle-
tak di posisi z dan z + dz, akan diperoleh
Ix ∂M
=− . (26)
dydz ∂y
Sehingga secara total,
∂M ∂M
Jx = − . (27)
∂y ∂y
Dengan analisis yang sama diperoleh suku-suku lain dari ∇ × M,
yang tiap sukunya menyatakan rapat arus per satuan luas. Sehingga
kita dapatkan
∇ × M = Jb . (28)
Arus ini hanya ’berotasi’ di dalam bahan dan tidak memiliki diver-
gensi, sebab
∇ · Jb = ∇ × ∇ × M = 0. (29)
dengan
B
H= − M. (32)
µ0
agussuroso@fi.itb.ac.id halaman 5
FI2202: Medan Magnetik dalam bahan
dengan I f ,enc adalah arus bebas yang terlingkupi oleh lintasan Ampe-
re.
M = χm H, (34)
B = µ0 ( H + M) = µ0 (1 + χm ) H, (35)
atau
B = µH, (36)
dengan
µ ≡ µ0 (1 + χ m ) (37)
adalah permeabilitas bahan.
Pada bahan yang bersifat linear, besarnya arus terikat juga akan
sebanding dengan arus bebas yang mengalir pada benda, sebab
Jb = ∇ × M = ∇ × χm H = χm J f . (38)
Syarat batas untuk medan H ditentukan dengan cara yang sama de-
ngan syarat batas untuk B pada bab sebelumnya. Dengan mengingat
kembali definisi medan H, dapat kita tuliskan
1
I I I I
H · da = B · da − M · da = − M · da. (39)
µ0
agussuroso@fi.itb.ac.id halaman 6
FI2202: Medan Magnetik dalam bahan
H
Perhatikan bahwa B · da = 0 jika kita mengambil permukaan
tertutup yang cukup dekat dengan bidang batas. Dari persamaan di
atas, diperoleh
⊥ ⊥ ⊥ ⊥
Hatas − Hbawah = − Matas − Mbawah . (40)
H
Kemudian, hukum Ampere H · dl = I f ,enc menghasilkan syarat
batas
Pustaka
agussuroso@fi.itb.ac.id halaman 7