Anda di halaman 1dari 1

1.

Hadis Maqthu’

Menurut bahasa kata maqthu‟ berasal dari akar kata ‫ع‬ٌ ْ‫اط ٌع َو َم ْقطُو‬ ْ َ‫قَطَّ َع يُقَطِّ ُع ق‬yang berarti terpotong atau
ِ َ‫طعًا ق‬
teputus, lawan dari maushul yang berarti bersambung. Kata terputus di sini dimaksudkan tidak sampai
kepada Rasulullah saw, hanya sampai kepada tabi’in saja.

Menurut istilah hadis maqthu‟ adalah

ِ ُ‫َما ا‬
‫ض ْيفَ ِإلَيالتابعي أو من دونه من قول أو فعل‬

“Sesuatu yang disandarkan kepada seorang tabi‟in dan orang setelahnya daripada Tabi’in kemudian
orang-orang setelah mereka, baik berupa perkataan atau perbuatan dan sesamanya.

Perbedaan antara hadis maqthu’ dengan munqathi’ adalah bahwasannya al-maqthu’ adalah bagian dari
sifat matan, sedangkan al-munqathi’ bagian dari sifat sanad. Hadis yang maqthu’ itu merupakan
perkataan tabi’in atau orang yang di bawahnya, dan bisa jadi sanadnya bersambung sampai kepadanya.
Sedangkan munqathi’ sanadnya tidak bersambung dan tidak ada kaitannya dengan matan.

Dari berbagai definisi di atas dapat kita fahami bahwa segala sesuatu yang disandarkan kepada tabi‟in
atau orang setelahnya, baik perkataan, perbuatan, atau persetujuannya, bersambung sanadnya maupun
terputus disebut dengan hadis maqthu’.

2. Jenis jenis Hadis Maqthu’

a) Hadis maqthu’ qauli (yang berupa perkataan)

b) Hadis maqthu’ fi’li (yang berupa perbuatan)

c) Hadis maqthu‟ taqriri (yang berupa persetujuan)

3.Kehujjahan Hadis Maqthu’

Hadis maqthu’ tidak dapat dijadikan hujjah dalam hukum syara‟ karena ia bukan yang datang dari
Rasulullah saw, hanya perkataan atau perbuatan sebagian atau salah seorang umat Islam.

Dengan demikian, hadis maqthu’ tidak dapat dijadikan sebagai hujjah atau dalil untuk menetapkan suatu
hukum dan bahkan lebih lemah dari hadis mauquf, karena status dari perkataan tabi’in sama dengan
perkataan ulama lainnya.

4. Contoh

Anda mungkin juga menyukai