Anda di halaman 1dari 2

PASAR MODAL

Gambar 1 (sumber: INVESTOR.ID)

A. PENGERTIAN PASAR MODAL


Pasar modal adalah pasar keuangan untuk dana jangka panjang dan pasar konkret. Dan
dana jangka panjang adalah dana yang memiliki jangka waktu lebih dari satu tahun. Pasar
modal dalam arti sempit merupakan tempat dimana surat-surat berharga disebut pertukaran
dalam arti fisik yang terorganisir.
Pengertian pasar modal (Bursa Efek) adalah suatu sistem yang terorganisir dan
menghubungkan penjual dan pembeli surat-surat berharga, baik secara langsung maupun
tidak langsung. Dan surat berharga adalah surat yang diterbitkan oleh suatu perusahaan.
Contohnya yaitu surat persetujuan hutang, surat komersial, saham, obligasi, bukti hutang,
bukti hak, dan waran.
Pasar modal berbeda dengan pasar uang. Pasar uang adalah pasar abstrak dengan produk
keuangan jangka pendek (jatuh tempo kurang dari satu tahun). Produk pasar uang biasanya
terdiri dari berbagai jenis jangka pendek seperti sertifikat deposito, surat berharga, Sertifikat
Bank Indonesia (SBI) dan Surat Berharga Pasar Uang (SBPU).

B. PERKEMBANGAN PASAR MODAL DI INDONESIA


Dalam sejarah pasar modal Indonesia, jual beli saham dan obligasi dimulai pada abad ke-
19. Menurut buku Effectengids, yang diterbitkan oleh Verreninging voor den Effectenhandel
pada tahun 1939, sekuritas telah diperjualbelikan sejak tahun 1880. Pada bulan Desember
1912, Amserdamse Effectenbeurs membuka cabang Bursa Efek di Batavia (Jakarta). Di Asia,
Bursa Efek Batavia merupakan bursa tertua ke-4 setelah Bombay, Hongkong, dan Tokyo.
Saat ini, kegiatan yang diidentifikasi sebagai kegiatan pasar menengah telah ada di Jakarta
sejak tahun 1912. Belakangan, kegiatan ini dilakukan oleh orang Batavia Belanda, yang
sekarang dikenal sebagai Jakarta.
Sekitar awal abad ke-19, pemerintah kolonial Belanda di Indonesia mulai mendirikan
perkebunan besar-besaran. Karena salah satu sumber pendanaan adalah penabung yang
dimobilisasi sebaik mungkin, terdiri dari orang Belanda dan Eropa lainnya, yang
pendapatannya jauh lebih tinggi daripada penduduk setempat. Berdasarkan hal itu mendirikan
Midalmarkt. Setelah persiapan, pasal modal Indonesia resmi didirikan di Batavia (Jakarta)
pada 14 Desember 1912, diberi nama Verreninging voor den Effectenhandel (Bursa Efek)
dan langsung diperdagangkan. Surat-surat berharga yang diperdagangkan pada waktu itu
bukan hanya obligasi pemerintah Hindia Belanda, tetapi juga saham dan obligasi korporasi
perusahaan-perusahaan Belanda. Bursa Efek Batavia ditutup selama Perang Dunia I dan
dibuka kembali pada tahun 1925, memperluas jangkauannya dengan membuka bursa paralel
di Surabaya dan Semarang. Kegiatan ini dihentikan selama Perang Dunia II
Pada tahun 1950, setahun setelah Belanda memberikan kedaulatan atas Republik
Indonesia, pemerintah menerbitkan obligasi untuk Republik Indonesia. Acara ini
menunjukkan revitalisasi pasar modal Indonesia. Sebelumnya, UU No. 13 diundangkan pada
1 September 1951, dan setelah 15 tahun vakum, menjadi UU No. 15 pada tahun 1952.
Pelaksanaannya akan dipercayakan kepada Persatuan Perdagangan Uang dan Surat
Berharga (PPUE) yang terdiri dari tiga bank BUMN dan beberapa perantara perdagang efek
lainnya yang dibina oleh Bank Indonesia (BI). kegiatan ini meningkat sejak Korea
Development Bank menerbitkan obligasi masing-masing pada tahun 1954, 1955 dan 1956.
Banyak pembeli obligasi adalah warga negara Belanda, baik perorangan maupu korporasi.
Semua anggota berhak melakukan bisnis rase dengan negara asing, khususnya Amsterdam.
Menjelang akhir 1950-an, perdagangan di bursa saham lesu dan menurun. Hal ini karena
penetangan pemeritahan Indonesia terhadap Belanda mengganggu hubungan ekonomi kedua
negara dan mendorong banyak warga negara Belanda untuk meninggalkan Indonesia.
Perkembangan ini diperparah dengan memburuknya hubungan antara Republik Indonesia dan
Belanda di sekitar konflik Irian Jaya, mencapai puncak akuisisi semua perusahaan Belanda
Indonesia di bawah Undang-Undang Nasionalisasi No. 86 Tahun 1958. (BANAS) pada tahun
1960, Bursa Efek Indonesia melarang perdagangan lebih lanjut semua sekuritas perusahaan
Belanda yang beroperasi di Indonesia, termasuk semua sekuritas dalam mata uang Belanda.
Pada tahun 1977, bursa dibuka kembali dan dikelola oleh Badan Perbendaharaan yang baru,
yaitu Badan Penyelenggara Pasar Modal (Bapepanm). Untuk mendorong penerbitan
perusahaan, pemerintah mengizinkan pembebasan pajak saham 10% hinggga 20% selama
lima tahun setelah perusahaan yang bersangkutan diterbitkan. Selain itu, investor Indonesia
yang membeli saham melalui kelas menengah tidak dikenakan pajak penghasilan atau capital
gain, pajak atas bunga, deviden, loyalitas, dan bukti pajak kekayaan/ekuitas atas nilai saham
tersebut.

Anda mungkin juga menyukai