Anda di halaman 1dari 7

JAWABAN

UJIAN AKHIR SEMESTER ( UAS ) MPAI (II)


SEMESTER GASAL TAHUN AKADEMIK 2022-2023

Nama. : Abdul Aziz


Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Semester : V.2
No ujian : 222.3 .5.1.02098
Matkul. : M,PAI.
Dosen : Dr. R. Dedi Supriatna M.Ag,

“ JAWABAN “

1. Tugas mandiri (presentasi)


1.1. Materi : Penetapan Hukum Pada Masa Nabi Atas Tasyri’ dalam Al-
Qur’an.
1.2. Kesimpulan
 Tasyri’ pada masa nabi terbagi menjadi dua, fase Mekah dan Madinah.
 Fase makkiyah, yaitu sebelum Nabi hijrah ke Madinah yaitu saat nabi
masih berada di mekkah. Inti dari ayat-ayat ini adalah masalah aqidah
untuk meluruskan keyakinan umat di masa jahiliah dan menanamkan
ajaran tauhid.
 Sedangkan fase madaniyah, yaitu setalah Nabi hijrah ke kota madinah.
Inti ayat-ayat ini adalah masah hukum dan berbagai aspeknya.
 Pengaruh tasyri’ pada masyarakat saat itu menghasilkan kehidupan
yang sangat baik, dari segi perdagangan menjadikan perekonomian
masyarakat menjadi lebih baik. Dan ketika masyarakat ada
kemaslahatan maka mereka mendatangi Rasulullah untuk mendapat
jawaban baik hukum ataupun lainnya.
 Adapun sumber hukum pada masa Rasulullah yaitu kepada Rasulullah
sendiri yang didasari oleh wahyu Allah, jika tidak turun wahyu maka
Nabi berijtihad.
 Terdapat banyak pendapat tentang jumlah ayat-ayat hukum yang
turun. Namun Sebagian ulama menyebutnya tidak lebih dari 200 ayat,
sementara Imam Al-Ghazali menyebunya mencapai 500 ayat.
 Kemudian pada uslub (gaya bahasa) yang digunakan di dalam Al-
qur’an sangat bervariasi untuk menjelaskan makna perintah, larangan,
dan pilihan. Hal tersebut menunjukkan kesempurnaan dan keindahan
wahyu Illahi ini. sabda-sabda Nabi SAW, perbuatan beliau dan taqrir
beliau.
 Kesepakatan para ulama’ mujtahidin (ahli ijtihad) dari umat
Muhammad SAW setelah wafat beliau dalam suatu waktu dari
beberapa waktu dan atas sesuatu perkara / masalah dari beberapa
masalah.
 Qiyas itu adalah menetapkan sesuatu hukum perbuatan yang belum
ada ketentuan hukumnya berdasarkan sesuatu hukum perbuatan yang
telah ada ketentuan hukumnya oleh Nash (Al Quran dan As Sunnah)
disebabkan adanya persamaan illat antara keduanya.
 Ijtihad adalah usaha dengan sungguh-sungguh menggunakan seluuh
kesanggupan untuk menetapkan hukum-hukum syara’ berdasarkan
dalil-dali nash (Al-Qur’an dan Al Hadits).
1.3. Tanggal presentasi ( Senin, 12 Desember 2022 )

2. Perbedaan pendapat para ulama fiqh


2.1. Batasan waktu menshalatkan jenazah diatas kuburannya.
2.2. Ada lima perbedaan pendapat

Syekh Khathib al-Syarbini menegaskan, dalam masalah ini ada lima


pendapat.

2.2.1. Pendapat pertama, tidak ada batas berapa umur jenazah yang
boleh dishalati di kuburnya. Berpijak dari pendapat ini, sah
menshalati jenazah para sahabat dan ulama setelahnya sampai hari
ini. Pendapat ini tidak mensyaratkan orang yang menshalati harus
tergolong ahlul fardli (orang yang berkewajiban) menshalati saat
hari kematian jenazah.

2.2.2. Pendapat kedua, dibatasi sampai tiga hari. Pendapat ini juga
sesuai dengan mazhab Imam Abu Hanifah. Dengan demikian, bila
umur jenazah sudah melampaui tiga hari, tidak sah untuk dishalati
di kuburannya.

2.2.3. Pendapat ketiga, maksimal berusia satu bulan. Pendapat ini


sesuai dengan mazhab Imam Ahmad bin Hanbal.

2.2.4. Pendapat keempat, selama masih tersisa anggota tubuh


mayat. Bila anggota tubuh mayat telah hancur, maka tidak boleh
dishalati. Bila ragu-ragu masih tersisa atau telah sirna, maka
dihukumi masih tersisa.

2.2.5. Pendapat dikhususkan untuk orang yang berkewajiban


menshalati saat kematian mayat. Berpijak dari pendapat ini, tidak
ada batasan berapa lama usia jenazah yang boleh dishalati di
kuburnya, asalkan dilakukan oleh orang yang terkena tuntutan
kewajiban menshalati saat kewafatan jenazah. Pendapat kelima ini
adalah yang kuat dalam mazhab Syafi’i.

Disahihkan oleh al-Imam al-Rafi’I dalam kitab al-Syarh al-Shagir.


Uraian di atas sebagaimana dijelaskan dalam referensi berikut ini:

‫وإلى متى يصلى عليه فيه أوجه أحدها أبدا فعلى هذا تجوز الصالة على قبور الصحابة‬
‫ اتفق األصحاب على تضعيف هذا الوجه‬j‫فمن بعدهم إلى اليوم قال في المجموع وقد‬

“Sampai kapan boleh menshalati mayat di kuburnya? Terdapat


beberap pendapat. Pendapat pertama, selamanya. Berpijak dari ini,
boleh menshalati kuburnya para sahabat dan ulama setelahnya
hingga sekarang. Al-Imam Al-Nawawi dalam kitab al-Majmu’
berkata, para ashab sepakat melemahkan pendapat ini”.
‫د‬jj‫ال أحم‬jj‫ه ق‬jj‫هر وب‬jj‫ا إلى ش‬jj‫ة ثالثه‬jj‫و حنيف‬jj‫ال أب‬jj‫ه ق‬jj‫دها وب‬jj‫ثانيها إلى ثالثة أيام دون ما بع‬
‫ك في‬jj‫ه وإن ش‬jj‫ل علي‬jj‫زاؤه لم يص‬jj‫إن انمحقت أج‬jj‫بر ف‬jj‫يء في الق‬jj‫ه ش‬jj‫ا بقي من‬jj‫ا م‬jj‫رابعه‬
‫اء‬jj‫ل البق‬jj‫ فاألص‬j‫اق‬jj‫“ االنمح‬Pendapat kedua, sampai tiga hari, bukan
durasi setelahnya. Pendapat ini sesuai dengan pendapat Imam Abu
Hanifah. Pendapat ketiga, selama masih tersisa anggota tubuh
mayat di dalam kubur. Bila telah hancur anggota-anggotanya, maka
tidak boleh dishalati. Bila ragu-ragu, maka hukum asal dihukumi
masih tersisa”.

‫خامسها يختص بمن كان من أهل الصالة عليه يوم موته وصححه في الشرح الصغير‬
‫فيدخل المميز على هذا دون غير المميز‬

“Pendapat kelima, terkhusus untuk orang yang tergolong


berkewajiban menshalati mayat saat hari kematiannya. Pendapat ini
disahihkan oleh Imam al-Rafi’I dalam Syarh al-Shaghir, maka
memasukkan anak kecil yang sudah tamyiz, bukan anak yang
belum mencapai tamyiz.” (Syekh Khathib al-Syarbini, Mughni al-
Muhtaj, juz 1, hal. 346.W

3. Perbedaan pendapat aliran ( firqoh ) ilmu kalam.


3.1. Tentang perilaku dosa besar
3.2. Alirann nya yaitu:
3.2.1. Aliran khawarij menurutnya pelaku dosa besar di hukumi
kafir dan manusia bebas mamutuskan perbuatan nya bukan tuhan
3.2.2. Aliran syiah, menurutnya pelaku pendosa besar tetap
mukmin bukan kafir selama orang tersebut bertaubat dan jika tidak maka
dia akan masuk neraka
3.2.3. Aliran qodariyah menurutnya manusia mmegang kekuassan
penuh dalam dirinya
3.2.4. Aliran jabariyah menurut nya segala sesuatu itu di atur oleh
allah manusia hanya malksanakan dengan terpaksa.
4. Imam al Ghajali

Tasawuf menurut al-Ghazali adalah memecahkan hawa nafsu dalam


beribadah, suci dari kotoran-kotoran buruk, jiwanya dipenuhi pikiran spiritual.
Membersihkan hati dari unsur-unsur ketergantungan kepada makhluk dan
menjauhkan diri dari perilaku manusia umumnya, menjauhkan diri dari bisikan
jahat, menempatkan diri dengan sifat-sifat kerohanian dan mengikuti syariat
Nabi
Penjelasan di atas kita dapatkan dalam bukunya “al-Munqidh min al-Dhalal”

Maka ciri-ciri sufi menurut Al-Ghazali ada 3 yaitu

• Memakan makanan yang halal.


• Mengikuti Nabi Muhammad.
• Mengikuti Al-Quran dan hadis.

Menurut Al-Ghazali, pokok ajaran tasawuf adalah hablun minallah dan hablun
minannas. Interaski secara baik kepada orang lain tidak dapat dipisahkan dari
istiqamah dalam beribadah.

Tingkatan Sufi menurut Al-Ghazali ada 3 yaitu Murid, Mutawasith dan Washil.

• Murid adalah orang yang sampai pada tahap mujahadah


(sungguhsungguh) dan mukabadah (mengontrol hawa nafsu).
• Mutawasith (mahallu tamkin) adalah orang yang berada pada tahap
menikmati jenis-jenis cobaan, mengamalkan shidiq dan mengamalkan
adab dalam segala keadaan.
• Washil adalah orang yang sudah berada pada tahap lebur dalam
keghaiban, mapan dengan aturan-aturan ibadah, tidak ada perbedaan kala
susah atau senang dan mencapai ma’rifatullah.

5. Periodisasi Tasyri’
Mengacu pada periodisasi yang dibuat oleh Syekh Abdul Wahab Khallaf,
berikut ini pembagiannya:
5.1. Periode masa Rasulullah Muhammad SAW (periode kenabian).
Berlangsung sejak tahun 610 M – 632 M atau selama 23 tahun yakni sejak
diangkatnya Rasulullah sebagai Rasul hingga wafatnya. Periode ini pun
dibagi menjadi dua yakni periode Mekah (13 tahun) dan periode Madinah
(10 tahun).
Ciri periode ini adalah wewenang tasyri’ langsung dipegang Rasulullah
SAW. Ijtihad dilakukan sahabat hanya ketika Rasulullah sedang tidak di
tempat namun akan ditanyakan kepada beliau setelah ada.

5.2. Periode masa sahabat (periode perkembangan).


Di periode ini terjadi penjelasan, pencerahan dan penyempurnaan hukum
Islam. Berlangsung selama 90 tahun setelah Rasulullah SAW wafat, atau
sampai akhir abad pertama hijrah 101 H/720 M.
Di masa ini ijtihad dilakukan oleh para sahabat besar seperti Abu Bakar,
Umar, Usman, Ali, Zain bin Tsabit, Abdullah bin Mas’ud, Aisyah atau Abu
khurairah.
5.3. Periode Tadwin (kodifikasi) di masa tabi’in dan tabi’un tabi’in
(masapembuahan)
Periode ini adalah masa keemasan hukum Islam atau “the golden age” yakni
hukum-hukum Islam mulai dikumpulkan lalu dibukukan (dikodifikasi).
Pencetus dari periode ini adalah para Imam Mazhab dan murid-murid
mereka. Masa ini berlangsung selama 250 tahun yakni 101 H – 350 H atau
720 M – 971 M.
Ciri dari periodisasi tasyri’ ini adalah peralihan sistem kekhalifahan yang
dipilih menjadi sistem kekhalifahan berdasarkan keturunan.
Saat itu ada 2 keturunan yang berkuasa yakni Bani Umayah dan Bani
Abbas. Secara politik, umat Islam terbagi menjadi 3 kelompok yakni Sunni,
Khawarij dan Syiah.
Di masa ini banyak terjadi periwayatan hadis sehingga banyak pula muncul
hadis palsu. Sehingga berdirilah cabang ilmu baru yakni ilmu hadis, ilmu
tafsir, ilmu fikih, ilmu ushul fikih, tasawuf dan lainnya.
5.4. Periode taklid (mengikuti)/jumud/merosot.
Periode ini disebut sebagai masa pembekuan sebab bekunya pemikiran
hukum Islam atau statis.
Dimulai sejak tahun 351 H, menurut Syekh Abdul Wahab adalah sejak
pertengahan Abad Keempat Hijriyah. Tidak ada yang tahu kapan masa ini
berakhir kecuali Allah SWT saja.

Anda mungkin juga menyukai