Anda di halaman 1dari 126

HABIB ADJIE

 (Notaris –PPAT – PL Kls II Kota Surabaya)


 Jalan Tidar No. 244 Surabaya – 60251
031 – 5483881, 031 – 5469853.

08121652894. 08113337243

Habib Adjie tanyahabibadjie

Habib Adjie tanyahabibadjie

adjieku61@gmail.com
indonesianotarycommunity.blogspot.com
 WebBlog : habibadjie.dosen.narotama.ac.id
 Indonesia Notary Community (INC)

INDONESIA NOTARY COMMUNITY (INC) 1


ANOTASI PUTUSAN
MAHKAMAH KONSTTUSI
REPUBLIK INDONEIA (MKRI)
TENTANG UNDANG-
UNDANG JABATAN NOTARIS
(UUJN/UUJN –
PERUBAHAN).
INDONESIA NOTARY COMMUNITY (INC) 2
TAHUN 2004 DIUNDANGKAN
UNDANG-UNDANG NOMOR 30
TAHUN 2004 TENTANG JABATAN
NOTARIS ATAU DISEBUT UUJN
PADA TANGGAL 6 OKTOBER 2004.
PASAL 91 UUJN TELAH
MENCABUT DAN MENYATAKAN
TIDAK BERLAKU LAGI :
HABIB ADJIE-NOTARIS-PPAT-PL II SURABAYA 3
• Reglement op Het Notaris Ambt in
Indonesia (Stbl. 1860 : 3) sebagaimana telah
diubah terakhir dalam Lembaran Negara 1954
Nomor 101;
• Ordonantie 16 September 1931 tentang
Honorarium Notaris.
• Undang-undang Nomor 33 Tahun 1954.
• Pasal 54 Undang-undang Nomor 8 Tahun 2004
tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 2
Tahun 1986 Tentang Peradilan Umum.
• Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 1949,
tentang Sumpah/janji Jabatan Notaris.
4
• DENGAN ADANYA UUJN TERSEBUT,
TELAH TERJADI PEMBAHARUAN DAN
PENGATURAN KEMBALI SECARA
MENYELURUH DALAM SATU UNDANG-
UNDANG YANG MENGATUR JABATAN
NOTARIS SEHINGGA DAPAT TERCIPTA
SUATU UNIFIKASI HUKUM YANG
BERLAKU UNTUK SEMUA PENDUDUK DI
SELURUH WILAYAH NEGARA REPUBLIK
INDONESIA
HABIB ADJIE-NOTARIS-PPAT-PL II
5
SURABAYA
• CATATAN :
JIKA PRODI MAGISTER KENOTARIATAN SAMPAI
SEKARANG MASIH MENYEBUTKAN MATA
KULIAH/NAMA MATA KULIAH “PJN/PERATURAN
JABATAN NOTARIS” YANG BERSUMBERKAN PADA
REGLEMENT OP HET NOTARIS AMBT IN
INDONESIA (STBL. 1860 : 3)  HAL TERSEBUT
SUDAH TIDAK TEPAT LAGI KARENA PJN SUDAH
BERAKHIR, SEHINGGA LEBIH TEPAT DISEBUT :
HUKUM NOTARIS INDONESIA/HUKUM
KENOTARIATAN INDONESIA (HKI)
INDONESIA NOTARY COMMUNITY
6
(INC)
HUKUM NOTARIS INDONESIA/HUKUM
KENOTARIATAN INDONESIA (HKI)
MERUPAKAN PENGATURAN NOTARIS
DAN JABATAN NOTARIS BERDASARKAN
UNDANG-UNDANG JABATAN NOTARIS
(UUJN) DAN PERATURAN PERUNDANG-
UNDANGAN LAINNYA YANG
MENUNJANG NOTARIS DAN
PELAKSANAAN TUGAS JABATAN
NOTARIS (HBA).
UUJN/UUJN - P

MENGATUR MENGATUR SUBJEK


HUKUM (ORANG)
LEMBAGA
YANG MENJALANKAN
NOTARIS/ TUGAS JABATAN
KENOTARIATAN SEBAGAI NOTARIS

HABIB ADJIE-NOTARIS-PPAT-PL2
8
KOTA SURABAYA
• SUMBER HUKUM PENGATURAN NOTARIS
TIDAK HANYA BERDASARKAN / MERUJUK
KE UUJN/UUJN SAJA, TAPI JUGA KEPADA
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
LAINNYA YANG BERSINGGUNGAN
DENGAN KENOTARIATAN, DAN JUGA
BERDASARKAN PUTUSAN-PUTUSAN
BADAN PERADILAN, TERMASUK
PUTUSAN MKRI (HBA).
INDONESIA NOTARY COMMUNITY
9
(INC)
DALAM SISTEM KELEMBAGAAN PEJABAT DI
INDONESIA (SAMPAI HARI INI), ADA 3 (TIGA),
YAITU :
1. PEJABAT NEGARA.
2. PEJABAT TATA USAHA NEGARA/ADMINISTRASI
NEGARA.
3. PEJABAT UMUM (OPENBARE AMBTENAREN).
CATATAN :
KETIGA PEJABAT TERSEBUT KEDUDUKAN DAN
PENGATURANNYA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG.

INDONESIA NOTARY COMMUNITY


10
(INC)
PEJABAT UMUM DI INDONESIA :
• NOTARIS  UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 2004 TENTANG
JABATAN NOTARIS DAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG
NOMOR 30 TAHUN 2004 TENTANG JABATAN NOTARIS
• PPAT  PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37
TAHUN 1998 TENTANG PERATURAN JABATAN PEJABAT PEMBUAT AKTA
TANAH DAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24
TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH
NOMOR 37 TAHUN 1998 TENTANG PERATURAN JABATAN PF^IABAT
PEMBUAT AKTA TANAH
• PEJABAT LELANG  VENDU REGLEMENT, Ordonantie 28 Februari 1908
Staatsblad 1908:189 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan Staatsblad 1941:3); DAN Instruksi Lelang (VENDU INSTRUCTIE,
Staatsblad 1908:190 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan Staatsblad 1930:85);

INDONESIA NOTARY COMMUNITY


11
(INC)
• KETIGA PEJABAT UMUM TERSEBUT :
MEMBUAT AKTA SESUAI DENGAN KEWENANGAN
MASING-MASING (NOTARIS  AKTA NOTARIS, PPAT 
AKTA PPAT (8 JENIS AKTA PPAT), PEJABAT LELANG 
RISALAH LELANG).
DIBEDAKAN BERDASARKAN KEWENANGANNYA DAN
INSTANSI PEMERINTAH YANG MENGANGKAT/
MEMBERHENTIKANNYA (NOTARIS  KEMENTERIAN
HUKUM DAN HAM. PPAT  KEMENTRIAN BPN/ATR,
PEJABAT LELANG  MENTERI KEUANGAN).
 CATATAN  DALAM TATARAN YANG IDEAL SEHARUSNYA
PEJABAT UMUM CUKUP SATU SAJA  NOTARIS.
 PASAL 15 AYAT (2) HURUF f dan g UUJN – P  SEBAGAI
KETENTUAN PHP (PEMBERI HARAPAN PALSU)
INDONESIA NOTARY COMMUNITY
12
(INC)
• BAHWA NOTARIS LAHIR/ADA DI NKRI
MERUPAKAN KEHENDAK NEGARA
BERDASARKAN UNDANG-UNDANG
(UUJN)
• DALAM TATARAN HUKUM YANG BENAR DI NKRI INI
BAHWA “SETIAP JABATAN/PEJABAT YANG DIANGKAT
OLEH PEMERINTAH/NEGARA SEPERTI : HAKIM,
JAKSA, POLISI DAN NOTARIS, TIDAK PERLU
MEMPERSOALKAN POSISI DAN PRODUKNYA
MASING-MASING TAPI HARUS SALING
MENGHARGAI DAN MENGHORMATI DAN
MELAKSANAKANNYA”.
HABIB ADJIE-INC-NOTARIS-PPAT-PL
13
II SURABAYA-08121652894
• DALAM HAL INI KHUSUS TERHADAP
UUJN/UUJN-P ADA SAJA YANG
MEMPERSOALKANNYA, BAIK DARI KALANGAN
NOTARIS SENDIRI MAUPUN KALANGAN LAIN
(MASYARAT/PERORANGAN, ADVOKAT, JAKSA).
• KENAPA HAL TERSEBUT BISA TERJADI ? 
NOTARIS JABATAN YANG “SEKSI” YANG
MENARIK PERHATIAN SEMUA ORANG,
SEHINGGA ATURAN HUKUMNYA BISA
DIPERSOALKAN DAN PRODUKNYA (AKTA) BISA
JUGA DIPERSOALKAN.
INDONESIA NOTARY COMMUNITY
14
(INC)
• MAKALAH INI AKAN MENGURAIKAN/MENGKAJI
ATAU MEMBERIKAN CATATAN (ANOTASI) ATAS
PUTUSAN MKRI MENGENAI UUJN/UUJN-P.
• PUTUSAN-PUTUSAN TERSEBUT DAPAT DIJADIKAN
SUMBER HUKUM UNTUK HUKUM KENOTARIATAN
INDONESIA.
• CATATAN :
SUMBER HUKUM KENOTARIATAN INDONESIA, BISA
JUGA BERASAL DARI KEPUTUSAN MPD/MPW/MPPN,
TAPI TERNYATA KEPUTUSAN TERSEBUT TIDAK
DIPUBLIKASIKAN KE KALANGAN NOTARIS.

INDONESIA NOTARY COMMUNITY


15
(INC)
• JIKA UUJN/UUJN-P DIPERSOALKAN (JUGA UNDANG-UNDANG
YANG LAINNYA)  KARENA MKRI MEMBERIKAN KESEMPATAN
KEPADA SELURUH WARGA NEGARA INDONESIA YANG JIKA HAK
KONSTITUSONALNYA DIRUGIKAN ATAU BERPOTENSI DIRUGIKAN
OLEH SUATU UNDAN-UNDANG, BOLEH MENGAJUKAN
PENGUJIAN ATAS UNDANG-UNDAG TERSEBUT KE MKRI (PASAL 51
AYAT (1) UUMKRI JO PUTUSAN MKRI NO. 006/PUU-III).
• TIDAK MENUTUP KEMUNGKINAN TETAP AKAN ADA
PERMOHONAN PENGUJIAN TERHADAP UUJN/UUJN-P
TERHADAP PASAL-PASAL YANG LAIN, ATAU PASAL YANG
PERNAH DIAJUKAN PERMOHONAN PENGUJIAN DENGAN
ALASAN YANG BERBEDA..
• ANOTASI INI  PADA PASAL/AYAT YANG DILAKUKAN PEGUJIAN,
SUBJEK YANG MEMOHON PENGUJIAN, PERTIMBANGAN
HUKUM, DAN PUTUSAN AKHIR.
INDONESIA NOTARY COMMUNITY
16
(INC)
TELAH ADA BEBERAPA PUTUSAN MKRI TENTANG
UUJN/UUJN – P :
1. Nomor 009-014/PUU-III/2005
2. Nomor 135/PUU-VII/2009
3. Nomor 52/PUU-VIII/2010
4. Nomor 49/PUU-X/2012
5. Nomor 49/PUU-X/2012
6. Nomor 49/PUU-X/2012.
7. Nomor 49/PUU-X/2012
8. Nomor 22/PUU-XVII/2019
9. Nomor 16/PUU-XVIII/2020
INDONESIA NOTARY COMMUNITY
17
(INC)
1. Nomor: 009-014/PUU-III/2005
Permohonan Pengujian diajukan oleh :
• Persatuan Notaris Reformasi Indonesia (PERNORI)
dan Himpunan Notaris Indonesia (HNI) 
PEMOHON 1.
• Hady Evianto, S.H., Sp.N., Notaris.
• H.M. Ilham Pohan, S.H., Sp.N., Notaris.
• Ukon Krisnajaya, S.H., Sp.N., Notaris.
• Yance Budi S.L Tobing, S.H., Sp.N., Notaris.
• Drs. H.A. Taufiqurrahman S, S.H., Sp.N.,
 PEMOHON II.
INDONESIA NOTARY COMMUNITY
18
(INC)
SECARA MATERIL MENGAJUKAN PERMOHONAN
PENGUJIAN TERHADAP :
• PEMOHON PERKARA 009 :
Pasal 1 angka 5, Pasal 3 huruf d, Pasal 8 ayat (3),
Pasal 15 ayat (2) huruf f, Pasal 15 ayat (2) huruf g,
Pasal 67 ayat (1) sampai dengan ayat (6) juncto Pasal
25 ayat (2), Pasal 26 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 77,
dan Pasal 82 ayat (1) UU JN bertentangan dengan
UUD 1945.
• PEMOHON PERKARA 014,
Pasal 1 angka 5 juncto Pasal 82 ayat (1) dan Pasal 16
ayat (1) huruf k UU JN bertentangan dengan UUD
1945;
INDONESIA NOTARY COMMUNITY
19
(INC)
PUTUSAN DIUCAPKAN
PADA 13 SEPTEMBER 2005
 MENGADILI :
MENYATAKAN
PERMOHONAN PARA
PEMOHON DITOLAK
INDONESIA NOTARY COMMUNITY
20
(INC)
PERTIMBANGAN HUKUM
PERMOHONAN PEMOHON PERKARA 009.
Menimbang bahwa terhadap dalil
Pemohon di atas, Mahkamah terlebih
dahulu akan mempertimbangkan apakah
Pasal 1 angka 5 UU JN bertentangan
dengan Pasal 28E ayat (3) UUD 1945,
sedangkan kaitan antara Pasal 1 angka 5
dengan Pasal 82 ayat (1) UU JN akan
dipertimbangkan kemudian;
INDONESIA NOTARY COMMUNITY
21
(INC)
Menimbang bahwa Notaris adalah suatu profesi dan
sekaligus pejabat umum (public official) yang
melaksanakan sebagian dari tugas pemerintah,
sebagaimana diatur dalam Bab III UU JN yang meliputi
kewenangan, kewajiban, dan larangan bagi Notaris.
Oleh karena itu bukan hanya wajar, tetapi memang
seharusnya Organisasi Notaris yang merupakan
perkumpulan profesi dari para Notaris sebagai pejabat
umum dimaksud berdiri sendiri dalam lalu lintas
hukum (rechtsverkeer). Dengan demikian
dipersyaratkannya Organisasi Notaris sebagai badan
hukum (rechtspersoon) merupakan hal yang sudah
semestinya;
INDONESIA NOTARY COMMUNITY
22
(INC)
Menimbang bahwa berdasarkan
pertimbangan tersebut di atas,
ketentuan yang termuat dalam
Pasal 1 angka 5 UU JN tidak
bertentangan dengan UUD 1945,
sehingga permohonan para
Pemohon mengenai hal ini tidak
cukup beralasan;
INDONESIA NOTARY COMMUNITY
23
(INC)
Bahwa karena anggota Majelis Pengawas
sebanyak 3 (tiga) orang dari 9 (sembilan) orang
anggota berasal dari organisasi Notaris, dan
organisasi Notaris yang diakui hanyalah INI,
maka para Pemohon mengkhawatirkan
objektifitas perlakuan para Notaris yang
menjadi anggota Majelis Pengawas terhadap
Notaris yang mempunyai pertentangan
(konflik) kepentingan dengan Notaris yang
menjadi anggota Majelis Pengawas;

INDONESIA NOTARY COMMUNITY


24
(INC)
• Terhadap dalil para Pemohon tersebut, Mahkamah
menilai bahwa kekhawatiran para Pemohon tentang
objektivitas anggota Majelis Pengawas yang berasal
dari organisasi Notaris itu berlebihan.
• Anggota Majelis Pengawas yang berasal dari
organisasi Notaris tidak mungkin dapat bertindak
sewenang-wenang, karena mereka hanya berjumlah
3 (tiga) orang, sedangkan Majelis Pengawas
berjumlah 9 (sembilan) orang, sehingga tidak
mungkin memaksakan untuk memenangkan
kepentingan pribadi dan kelompoknya, oleh karena
masih ada 6 (enam) orang anggota di luar unsur
Notaris;
INDONESIA NOTARY COMMUNITY
25
(INC)
Sebaliknya, adanya 3 (tiga) anggota Majelis Pengawas
yang berasal dari organisasi Notaris tersebut justru
akan menghasilkan Keputusan Majelis Pengawas yang
lebih komprehensif dan realistis karena ketiga orang
Notaris itu bukan saja lebih memahami tetapi juga
lebih merasakan dan mengalami sendiri budaya
profesi (professional culture) yang hidup di
lingkungan Notaris. Selain itu, penunjukan mereka
oleh organisasi Notaris, tentu harus didahului oleh
seleksi sehingga hanya Notaris yang telah teruji
integritas pribadi dan kemampuannya serta memiliki
sikap independen dan imparsial yang memenuhi
persyaratan (eligible);
INDONESIA NOTARY COMMUNITY
26
(INC)
Dengan demikian, semua Notaris diperlakukan
dan diberi kesempatan yang sama untuk
menjadi anggota Majelis Pengawas, dengan
melalui seleksi sehingga Pasal 67 UU JN tidak
bertentangan dengan Pasal 27 ayat (1) dan
Pasal 28G ayat (1) UUD 1945. Berdasarkan
pertimbangan di atas, Mahkamah berpendapat
bahwa dalil yang dikemukakan oleh para
Pemohon mengenai hal tersebut tidak cukup
beralasan;

INDONESIA NOTARY COMMUNITY


27
(INC)
Menimbang bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 67 ayat (1)
UU JN, pengawasan atas Notaris dilakukan oleh Menteri.
Selanjutnya Pasal 67 ayat (2) UU JN menyatakan, bahwa dalam
melaksanakan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) Menteri membentuk Majelis Pengawas. Dengan demikian
Majelis Pengawas bukan merupakan subordinasi organisasi
Notaris, melainkan lembaga yang bertugas membantu Menteri
untuk melakukan pengawasan atas Notaris. Atau dengan kata
lain Majelis Pengawas merupakan kepanjangan tangan dari
Menteri. Dalam rangka pengawasan, adalah wajar jika Majelis
Pengawas mendapat pelimpahan sebagian wewenang dari
Menteri sebagaimana tercantum dalam Pasal 77 dan Pasal 78
UU JN.

INDONESIA NOTARY COMMUNITY


28
(INC)
Demikian juga kewenangan Majelis Pengawas
untuk menjatuhkan sanksi pemberhentian
sementara (vide Pasal 77 huruf c) dan
mengusulkan pemberian sanksi berupa
pemberhentian dengan tidak hormat (vide
Pasal 77 huruf d), merupakan suatu
pelimpahan wewenang sebagai konsekuensi
yuridis atas tugas yang dibebankan oleh
undang-undang a quo kepada Majelis
Pengawas;

INDONESIA NOTARY COMMUNITY


29
(INC)
• Pemberhentian sementara yang dilakukan oleh Majelis
Pengawas sambil menunggu Keputusan Menteri atas usul
pemberhentian dengan tidak hormat merupakan tindakan
yang penting. Hal itu diperlukan, di satu sisi, untuk mencegah
tindakan yang tidak diinginkan dari notaris terlapor selama
tenggang waktu tersebut, dan di sisi lain, untuk mencegah
kesewenang-wenangan Majelis Pengawas. Pemberhentian
sementara dan pengusulan untuk memberhentikan dengan
tidak hormat, merupakan tindakan tata usaha negara
(administratief rechtshandeling);
• Berdasarkan pertimbangan tersebut, Mahkamah
berpendapat bahwa Pasal 77 dan 78 UU JN tidak
bertentangan dengan Pasal 27 ayat (1) dan Pasal 28G
UUD 1945;
INDONESIA NOTARY COMMUNITY
30
(INC)
Menimbang para Pemohon mendalilkan bahwa
Pasal 82 ayat (1) yang berbunyi, “Notaris
berhimpun dalam satu wadah Organisasi
Notaris”, bertentangan dengan Pasal 22A, Pasal
28E ayat (3) dan Pasal 28 G ayat (1). Pasal 22A
UUD 1945 berbunyi, “Ketentuan lebih lanjut
tentang tatacara pembentukan Undang-undang
diatur dengan Undang-undang”. Pasal 28E ayat
(3) berbunyi, “Setiap orang berhak atas
kebebasan berserikat, berkumpul, dan
mengeluarkan pendapat”;

INDONESIA NOTARY COMMUNITY


31
(INC)
Menimbang bahwa tentang ada atau tidak
adanya pertentangan antara UU JN,
termasuk Pasal 82 ayat (1), dengan Pasal
22A UUD 1945, telah dipertimbangkan
dalam bagian Pengujian Formil tersebut di
atas. Sedangkan mengenai ada atau
tidaknya pertentangan antara Pasal 82 ayat
(1) UU JN dengan Pasal 28E ayat (3) dan
Pasal 28G ayat (6) UUD 1945, Mahkamah
berpendapat sebagai berikut:
INDONESIA NOTARY COMMUNITY
32
(INC)
Bahwa Pasal 82 ayat (1) UU JN tidak melarang bagi setiap orang
yang menjalankan profesi Jabatan Notaris untuk berkumpul,
berserikat dan mengeluarkan pendapat. Namun dalam hal
melaksanakan hak berserikat, mereka harus berhimpun dalam
satu wadah organisasi notaris, karena Notaris adalah pejabat
umum yang diangkat oleh negara, diberi tugas dan wewenang
tertentu oleh negara dalam rangka melayani kepentingan
masyarakat, yaitu membuat akta otentik. Tugas dan wewenang
yang diberikan oleh negara harus dilaksanakan dengan sebaik-
baiknya dan setepat-tepatnya, karena kekeliruan, lebih-lebih
penyalahgunaan, yang dilakukan oleh Notaris dapat
menimbulkan akibat terganggunya kepastian hukum, dan
kerugian-kerugian lainnya yang tidak perlu terjadi;

INDONESIA NOTARY COMMUNITY


33
(INC)
Oleh karena itu diperlukan upaya pembinaan,
pengembangan, dan pengawasan secara terus
menerus, sehingga semua notaris semakin
meningkatkan kualitas pelayanan publik. Untuk
itu diperlukan satu-satunya wadah (wadah
tunggal) organisasi notaris dengan satu kode etik
dan satu standar kualitas pelayanan publik.
Dengan hanya ada satu wadah organisasi
notaris, Pemerintah akan lebih mudah
melaksanakan pengawasan terhadap pemegang
profesi notaris yang diberikan tugas dan
wewenang sebagai pejabat umum;
INDONESIA NOTARY COMMUNITY
34
(INC)
• Merujuk kepada pertimbangan Perkara Nomor
066/PUU-II/2004 dalam Pengujian Undang-undang
Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1987 tentang
Kamar Dagang dan Industri (Kadin) yang putusannya
diucapkan dalam Sidang Pleno yang terbuka untuk
umum pada tanggal 12 April 2005,
• Mahkamah menilai bahwa notaris merupakan organ
negara dalam arti luas, meskipun bukan dalam
pengertian lembaga sebagaimana lazim dalam
perbincangan sehari-hari, dan oleh karena itu negara
berkepentingan akan adanya wadah tunggal
organisasi notaris;

INDONESIA NOTARY COMMUNITY


35
(INC)
Menimbang bahwa sebagai perbandingan,
seperti dikemukakan oleh Pemerintah maupun
Pihak Terkait (INI), hampir semua negara
menganut adanya satu wadah organisasi Notaris.
Sebagai contoh, dalam Pasal 60 Wet op het
Notaries Ambt (1999) dinyatakan, “de koninklijke
Notariele Beroeps organisatie is een openbaar
lichaam in de zin van artikel 134 van de
Grondwet. Alle in Nederlands gevestigde
notarissen en de Kandidaat notarissen zijn leden
van de KNB, De KNB is gevestigde te
’Gravenhage”;
INDONESIA NOTARY COMMUNITY
36
(INC)
Menimbang bahwa kaitan antara Pasal 82 ayat (1)
dengan Pasal 1 angka 5 UU JN mengenai keharusan
organisasi notaris berbentuk badan hukum, seperti
telah dikemukakan di atas, Mahkamah berpendapat
bahwa status badan hukum organisasi notaris sebagai
wadah bagi Notaris yang berfungsi sebagai pejabat
umum memang dibentuk agar organisasi itu bersifat
mandiri. Dengan demikian, konflik antara kepentingan
organisasi dan kepentingan pengurus serta anggota
organisasi tersebut dapat diminimalisasi, sehingga
kinerjanya akan lebih objektif, berwibawa, dan
terpercaya;
INDONESIA NOTARY COMMUNITY
37
(INC)
• Menimbang bahwa dalam UU JN tidak disebut organisasi Notaris sebagai
wadah tunggal dimaksud adalah INI. Jika dalam kenyataannya
Pemerintah menetapkan INI sebagai wadah tunggal organisasi notaris
sebagaimana dimaksud oleh Pasal 82 ayat (1) UU JN, ketentuan ini tidak
berada pada tataran normatif undang-undang, melainkan pada tataran
pelaksanaan undang-undang, sehingga tidak menyangkut persoalan
konstitusionalitas. Jika para Pemohon tidak puas terhadap keputusan
atau pengaturan lebih lanjut sebagai pelaksanaan undang-undang
tersebut, maka para Pemohon dapat melakukan upaya hukum, namun
bukan kepada Mahkamah Konstitusi. Karena, sesuai dengan Pasal 10 UU
MK, Mahkamah tidak berwenang untuk memeriksa, mengadili dan
memutus perkara demikian;
• Menimbang bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut dalil
yang dikemukakan oleh para Pemohon 009 tidak cukup
beralasan;

INDONESIA NOTARY COMMUNITY


38
(INC)
PERTIMBANGAN HUKUM
PERMOHONAN PEMOHON PERKARA 014.
Bahwa pengaturan penggunaan
cap/stempel jabatan yang memuat
lambang negara oleh notaris dalam
undang-undang, sementara penggunaan
lambang negara oleh pejabat negara diatur
hanya dalam Peraturan Pemerintah
menurut Pemohon adalah tidak layak;

INDONESIA NOTARY COMMUNITY


39
(INC)
Terhadap penilaian para Pemohon tentang ketidaklayakan
tersebut, Mahkamah berpendapat bahwa hal itu hanya
merupakan penilaian subjektif para Pemohon yang tidak dapat
dijadikan dasar dalam pertimbangan hukum. Lagipula dalam
persidangan para Pemohon mengakui bahwa permohonannya
yang berkaitan dengan Pasal 16 huruf k di atas hanya didorong
oleh perasaan risi (rikuh) karena notaris seolah-olah
diperlakukan lebih istimewa daripada pejabat negara dalam
penggunaan lambang negara. Dalam persidangan diakui pula
oleh para Pemohon, bahwa berlakunya Pasal 16 huruf k tidak
menyebabkan kerugian baik moril maupun materil yang
diderita oleh para Pemohon, kecuali perasaan risi sebagaimana
telah disebutkan di atas;

INDONESIA NOTARY COMMUNITY


40
(INC)
Mahkamah berpendapat bahwa ketentuan yang tercantum dalam
Pasal 16 huruf k UU JN yang telah mengatur penggunaan lambang
negara oleh notaris dalam undang-undang, tidak bertentangan
dengan maksud yang terkandung dalam Pasal 36C UUD 1945
sepanjang hal itu digunakan dalam rangka pelaksanaan tugasnya
sebagai pejabat umum. Sementara itu, di luar tugasnya sebagai
pejabat umum, penggunaan cap/stempel yang memuat lambang
negara, tidak termasuk lingkup pelaksanaan Pasal 16 huruf k UU
JN. Memang benar bahwa Pasal 36C UUD 1945 mengamanatkan
lambang negara harus diatur dengan undang-undang tersendiri.
Namun demikian, tanpa bermaksud menyatakan bahwa
pengaturan sebagaimana termuat dalam Pasal 16 huruf k UU JN
sebagai pelaksanaan dari Pasal 36C UUD 1945, Mahkamah
berpendapat ketentuan demikian tidaklah bertentangan dengan
Pasal 36C UUD 1945 tersebut, sehingga dalil Pemohon tidak
beralasan;
INDONESIA NOTARY COMMUNITY
41
(INC)
Menimbang bahwa berdasarkan
pertimbangan-pertimbangan di
atas, baik dalil Pemohon Perkara
009 maupun Pemohon Perkara
014 tidak cukup beralasan
sehingga permohonan para
Pemohon harus ditolak;
INDONESIA NOTARY COMMUNITY
42
(INC)
2. Nomor 135/PUU-VII/2009
Permohonan Pengujian diajukan oleh :
• Ria Augustina Hasibuan, tempat/tanggal
lahir di Tanjung Pinang, Kepulauan Riau,
tanggal 17 Agustus 1960,
kewarganegaraan Indonesia, agama
Islam, pekerjaan swasta, beralamat di
JaIan Puncak Pesanggrahan X Nomor 8,
Bukit Cinere Indah, Cinere, Limo, Depok;
 PEMOHON.
INDONESIA NOTARY COMMUNITY
43
(INC)
SECARA MATERIL MENGAJUKAN PERMOHONAN
PENGUJIAN TERHADAP :

Pasal 73 ayat (2) Undang-


undang Nomor 30 Tahun
2004 tentang Jabatan
Notaris.
INDONESIA NOTARY COMMUNITY
44
(INC)
PUTUSAN DIUCAPKAN
PADA 9 FEBRUARI 2010 
MENGADILI :
MENYATAKAN
PERMOHONAN TIDAK
DAPAT DITERIMA
INDONESIA NOTARY COMMUNITY
45
(INC)
PERTIMBANGAN HUKUM
3.10] Menimbang bahwa Mahkamah berpendapat,
apa yang disampaikan oleh Pemohon adalah uraian
tentang kerugian Pemohon yang diakibatkan oleh
perbuatan oknum notaris dan oknum pegawai di
Kantor Panitia Piutang dan Lelang Negara (KP2LN),
yang telah diproses melalui jalur hukum dengan
melaporkannya kepada Majelis Pengawas Wilayah
Notaris di Bogor serta pihak kepolisian karena adanya
indikasi penipuan oleh oknum Notaris dan oknum
pegawai di Kantor Panitia Piutang dan Lelang Negara
(KP2LN);
INDONESIA NOTARY COMMUNITY
46
(INC)
[3.11] Menimbang bahwa Pasal 73 ayat (2) UU 30/2004
menyatakan, “Keputusan Majelis Pengawas Wilayah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e bersifat final”,
Pasal 73 ayat (1) huruf e memberikan wewenang kepada
Majelis Pengawas Wilayah untuk memberikan sanksi berupa
teguran lisan atau tertulis. Baik Pasal 73 ayat (1) huruf e
maupun Pasal 73 ayat (2) UU 30/2004 sama sekali tidak
menyebutkan hak atau wewenang Pemohon sebab Pemohon
bukan Notaris yang dirugikan haknya karena adanya
penjatuhan sanksi. Pihak yang berhak mengajukan banding
adalah notaris yang dijatuhi sanksi dan untuk hal itu Majelis
Pengawas Wilayah berkewajiban menyampaikan pengajuan
banding dari Notaris kepada Majelis Pengawas Pusat (vide
Pasal 75 huruf b UU 30/2004);

INDONESIA NOTARY COMMUNITY


47
(INC)
[3.12] Menimbang bahwa Pemohon menyatakan kekecewaannya terhadap
Majelis Pengawas Wilayah yang hanya mengambil keputusan dengan sanksi
berupa “teguran lisan” berubah menjadi “teguran tertulis” kepada oknum
notaris tersebut. Keputusan Majelis Pengawas Wilayah yang bersifat final,
tidak memungkinkan Pemohon dapat mengajukan banding terhadap
Keputusan Majelis Pengawas Wilayah a quo terkait perkara penipuan dan
pemalsuan surat yang telah merugikan Pemohon sebanyak
Rp.1.000.000.000,- (satu milyar rupiah) kepada Majelis Pengawas Pusat,
yang menurut Pemohon jika hal itu dimungkinkan Pemohon akan
mendapatkan keadilan. Menurut Mahkamah, dalil Pemohon itu bersifat
hipotetis yang belum tentu terbukti kebenarannya. Kerugian Pemohon
bukanlah kerugian konstitusional sehingga tidak mempunyai hubungan
sebab akibat (causal verband) antara kerugian dimaksud dan berlakunya
Pasal 73 ayat (2) UU 30/2004 yang dimohonkan pengujian. Dengan
demikian Pemohon tidak mempunyai kedudukan hukum (legal standing)
sehingga pokok permohonan tidak dipertimbangkan;

INDONESIA NOTARY COMMUNITY


48
(INC)
3. Nomor 52/PUU-VIII/2010
Permohonan Pengujian diajukan oleh :
Anthony Saga Widjaja, SH., lahir di
Surabaya, 4 Desember 1943,
pekerjaan Notaris, beralamat di
Jalan Panglima Sudirman, Nomor
139, Tuban, Jawa Timur. 
PEMOHON;
INDONESIA NOTARY COMMUNITY
49
(INC)
SECARA MATERIL MENGAJUKAN PERMOHONAN
PENGUJIAN TERHADAP :
Pasal 8 ayat (1) huruf b dan ayat (2)
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004
tentang Jabatan Notaris (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor
117, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4432, selanjutnya
disebut UU 30/2004)

INDONESIA NOTARY COMMUNITY


50
(INC)
PUTUSAN DIUCAPKAN
PADA 15 OKTOBER 2010 
MENGADILI :
MENYATAKAN MENOLAK
PERMOHONAN PEMOHON
UNTUK SELURUHNYA
INDONESIA NOTARY COMMUNITY
51
(INC)
PERTIMBANGAN HUKUM
[3.12.1] Menimbang bahwa pada pokoknya yang dimohonkan pengujian
oleh Pemohon adalah ketentuan mengenai usia pensiun seorang notaris
yang menurut Pasal 8 ayat (1) huruf b dan Pasal 8 ayat (2) Undang-Undang
Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 117, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4432), yakni setelah seorang notaris berusia 65 tahun dan
dapat diperpanjang selama dua tahun sehingga maksimal berusia 67 tahun
yang menurut Pemohon ketentuan tersebut bertentangan dengan Pasal 27
ayat (2) Undang-Undang Dasar Tahun 1945 yang menentukan, “Tiap-tiap
warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan”, dan Pasal 28A Undang-Undang Dasar Tahun 1945 yang
menyatakan, “Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak
mempertahankan hidup dan kehidupannya.” Menurut Pemohon, selama
seseorang masih sehat rohani dan jasmani semestinya dapat diperpanjang
masa baktinya supaya dapat mencari penghidupan dari pekerjaannya.

INDONESIA NOTARY COMMUNITY


52
(INC)
[3.12.2] Menimbang bahwa soal usia pensiun, atau
berakhirnya masa jabatan, semua instansi telah diatur
masing-masing dengan peraturan perundang-
undangan. Hakim Konstitusi berdasarkan Undang-
Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah
Konstitusi (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2003 Nomor 98, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4316) diberhentikan bila
telah berakhir masa jabatannya selama 5 (lima) tahun
dan dapat dipilih kembali hanya untuk 1 ( satu) kali
masa jabatan berikutnya (vide Pasal 22) atau telah
mencapai usia 67 tahun [vide Pasal 23 ayat (1) huruf
c].
INDONESIA NOTARY COMMUNITY
53
(INC)
Hakim Agung berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun
2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 14 Tahun
1985 tentang Mahkamah Agung (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 9, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4359) pensiun setelah berusia 65
tahun [vide Pasal 11 ayat (1) huruf b] dan dapat diperpanjang
paling lama dua tahun sehingga maksimal berusia 67 tahun
[vide Pasal 11 ayat (2)]. Kemudian dalam Undang-Undang
Nomor 3 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-
Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 3,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4958)
ditentukan Hakim Agung pensiun dalam usia 70 tahun.

INDONESIA NOTARY COMMUNITY


54
(INC)
Usia pensiun Jaksa dalam Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1991 tentang Kejaksaan Republik
Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1991 Nomor 59, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3451) dalam
Pasal 12 huruf c menentukan, “c. Telah berumur
58 (lima puluh delapan) tahun dan 60 (enam
puluh) tahun bagi Kepala Kejaksaan Tinggi dan
Wakil Kepala Kejaksaan Tinggi atau jabatan yang
dipersamakan dengan Kepala Kejaksaan Tinggi
atau Wakil Kepala Kejaksaan Tinggi”.
INDONESIA NOTARY COMMUNITY
55
(INC)
Kemudian usia pensiun jaksa tersebut diubah oleh
pembentuk undangundang. Menurut Pasal 12 huruf c
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang
Kejaksaan Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 67, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4401), usia pensiun
Jaksa adalah 62 (enam puluh dua) tahun. Merujuk kepada
aturan yang dipertimbangkan di atas, Mahkamah
berkesimpulan bahwa ketetapan pembentuk undang-
undang mengenai batas usia pensiun seseorang pejabat
adalah suatu kebijakan hukum terbuka (open legal policy)
yang berapa pun usia pensiun yang ditetapkan tidak
dapat dikategorikan sebagai ketentuan yang tidak
konstitusional.
INDONESIA NOTARY COMMUNITY
56
(INC)
[3.12.3] Menimbang bahwa menurut Mahkamah, soal
perubahan usia pensiun seorang pejabat adalah ranah
legislative review, seperti halnya perubahan usia Hakim
Agung dari 65 tahun atau 67 tahun menjadi 70 tahun
atau usia pensiun Jaksa dari 58 tahun atau 60 tahun
menjadi 62 tahun sebagaimana dipertimbangkan di
atas, bukan ranah judicial review.
[3.13] Menimbang bahwa berdasarkan
pertimbangan di atas Mahkamah
menilai permohonan Pemohon tidak
beralasan.
INDONESIA NOTARY COMMUNITY
57
(INC)
4. Nomor 49/PUU-X/2012
Permohonan Pengujian diajukan oleh :
Nama : Kant Kamal
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jalan Dr. Nurdin I Nomor 24, RT/RW
008/007, Kelurahan Grogol,
Kecamatan Grogol Petamburan,
Jakarta Barat  PEMOHON

INDONESIA NOTARY COMMUNITY


58
(INC)
SECARA MATERIL MENGAJUKAN PERMOHONAN
PENGUJIAN TERHADAP :
Pasal 66 ayat (1) Undang-Undang
Nomor 30 Tahun 2004 tentang
Jabatan Notaris (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 117, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor
4432)
INDONESIA NOTARY COMMUNITY
59
(INC)
PUTUSAN DIUCAPKAN
PADA 28 MEI 2013 
MENGADILI :
MENYATAKAN MENGABULKAN
PERMOHONAN PEMOHON UNTUK
SELURUHNYA

INDONESIA NOTARY COMMUNITY


60
(INC)
1.1 Menyatakan frasa “dengan persetujuan Majelis Pengawas
Daerah” dalam Pasal 66 ayat (1) Undang-Undang Nomor 30
Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 117, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4432)
bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia tahun 1945;
1.2 Menyatakan frasa “dengan persetujuan Majelis Pengawas
Daerah” dalam Pasal 66 ayat (1) Undang-Undang Nomor 30
Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 117, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4432) tidak
mempunyai kekuatan hukum mengikat;

INDONESIA NOTARY COMMUNITY


61
(INC)
PERTIMBANGAN HUKUM
[3.10] Menimbang bahwa pada pokoknya Pemohon mendalilkan Pasal 66
ayat (1) sepanjang frasa “dengan persetujuan Majelis Pengawas Daerah”
UU Jabatan Notaris bertentangan dengan Pasal 27 ayat (1) dan Pasal 28D
ayat (1) UUD 1945, karena penyidik Kepolisian RI mengalami kendala dalam
melakukan proses penyidikan laporan polisi terhadap notaris sehubungan
dengan tindak pidana membuat keterangan palsu ke dalam akta otentik
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 266 KUHP. Oleh karena yang dipanggil
adalah notaris maka penyidik kepolisian terlebih dahulu harus meminta izin
kepada Majelis Pengawas Daerah untuk memeriksa notaris dalam perkara
pidana. Menurut Pemohon ketentuan tersebut bertentangan dengan prinsip
“persamaan kedudukan di dalam hukum” bagi setiap warga negara
Indonesia, tidak terkecuali notaris, sebagaimana ketentuan Pasal 27 ayat (1)
dan Pasal 28D ayat (1) UUD 1945;

INDONESIA NOTARY COMMUNITY


62
(INC)
[3.11] Menimbang bahwa notaris adalah pejabat
umum yang berwenang membuat akta otentik
mengenai semua perbuatan, perjanjian, dan
ketetapan yang diharuskan oleh peraturan
perundang-undangan dan/atau yang dikehendaki oleh
yang berkepentingan untuk dinyatakan dalam akta
otentik, menjamin kepastian tanggal pembuatan akta,
menyimpan akta, memberikan grosse, salinan dan
kutipan akta, semuanya itu sepanjang pembuatan
akta-akta itu tidak juga ditugaskan atau dikecualikan
kepada pejabat lain atau orang lain yang ditetapkan
oleh undang-undang; [vide Pasal 15 UU Jabatan
Notaris]
INDONESIA NOTARY COMMUNITY
63
(INC)
[3.12] Menimbang bahwa menurut Pasal 1870 KUH
Perdata, akta notaris berlaku sebagai pembuktian yang
kuat kepada pihak-pihak yang membuatnya. Artinya,
kedudukan notaris sangat penting karena oleh
Undang-Undang diberi wewenang menciptakan alat
pembuktian yang mutlak, dalam pengertian bahwa
yang tersebut dalam akta otentik itu pada pokoknya
dianggap benar untuk kepastian hukum dari para
subjek hukum yang tertuang dalam akta sampai
dibuktikan sebaliknya dengan putusan pengadilan
yang mempunyai kekuatan hukum tetap;

INDONESIA NOTARY COMMUNITY


64
(INC)
[3.13] Menimbang bahwa Pasal 4 dan Pasal 16
ayat (1) huruf e UU Jabatan Notaris mewajibkan
notaris untuk menjaga kerahasiaan segala
sesuatu mengenai akta yang dibuatnya dan
segala keterangan yang diperoleh guna
pembuatan akta sesuai dengan sumpah janji
jabatan kecuali Undang-Undang menentukan
lain. Kemudian terhadap pelanggaran kewajiban
tersebut berdasarkan Pasal 85 UU Jabatan
Notaris, seorang notaris dapat dikenai sanksi
berupa teguran lisan sampai dengan
pemberhentian dengan tidak hormat;
INDONESIA NOTARY COMMUNITY
65
(INC)
[3.14] Menimbang bahwa oleh karena Pemohon mendasarkan
permohonannya pada pelanggaran prinsip persamaan kedudukan di
hadapan hukum dalam pemerintahan dan perlakuan yang adil, Mahkamah
perlu merujuk pendapat Mahkamah dalam Putusan Nomor 024/PUU-
III/2005, tanggal 29 Maret 2006, bahwa ada tidaknya persoalan diskriminasi
dalam suatu Undang-Undang juga dapat dilihat dari perspektif bagaimana
konstitusi merumuskan perlindungan terhadap suatu hak konstitusional,
dalam arti apakah hak tersebut oleh konstitusi perlindungannya
ditempatkan dalam rangka due process ataukah dalam rangka perlindungan
yang sama (equal protection). Pembedaan demikian penting dikemukakan
sebab seandainya suatu undang-undang mengingkari hak dari semua orang
maka pengingkaran demikian lebih tepat untuk dinilai dalam rangka due
process, namun, apabila suatu Undang-Undang ternyata meniadakan suatu
hak bagi beberapa orang tetapi memberikan hak demikian kepada orang-
orang lainnya maka keadaan tersebut dapat dianggap sebagai pelanggaran
terhadap prinsip equal protection;

INDONESIA NOTARY COMMUNITY


66
(INC)
[3.15] Menimbang bahwa proses peradilan oleh
penyidik, penuntut umum, atau hakim untuk
mengambil dokumen-dokumen dalam penyimpanan
notaris dan memanggil notaris untuk hadir dalam
pemeriksaan yang berkaitan dengan dokumen-
dokumen yang dibuatnya yang hanya dapat dilakukan
dengan persetujuan Majelis Pengawas Daerah, menurut
Mahkamah termasuk dalam kelompok pengaturan yang
seharusnya tidak mengandung perlakuan berbeda yang
bertentangan dengan prinsip equal protection
sebagaimana yang dijamin oleh Pasal 27 ayat (1) dan
Pasal 28D ayat (3) UUD 1945 yaitu persamaan atau
kesederajatan di hadapan hukum dan pemerintahan;
INDONESIA NOTARY COMMUNITY
67
(INC)
[3.16] Menimbang bahwa semua proses penegakan
hukum pidana terhadap notaris sebagaimana telah
dirumuskan pada paragraf di atas harus dilakukan
tanpa campur tangan atau intervensi dari kekuasaan
lain di luar peradilan. Hal demikian sejalan dengan
prinsip penyelenggaraan kekuasaan peradilan yang
merdeka sebagaimana diatur dalam Pasal 24 UUD 1945
dan Pasal 3 ayat (2) Undang-Undang Nomor 48 Tahun
2009 tentang Kekuasaan Kehakiman yang
menegaskan,“Segala campur tangan dalam urusan
peradilan oleh pihak lain di luar kekuasaan kehakiman
dilarang, kecuali dalam hal-hal sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945”;
INDONESIA NOTARY COMMUNITY
68
(INC)
[3.17] Menimbang bahwa terhadap notaris sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 66 ayat (1) UU Jabatan Notaris perlakuan yang berbeda dapat dibenarkan
sepanjang perlakuan itu berkaitan dengan tindakan dalam lingkup kode etik
yaitu yang berkaitan dengan sikap, tingkah laku, dan perbuatan notaris dalam
melaksanakan tugas yang berhubungan dengan moralitas. Menurut Mahkamah
perlakuan yang berbeda terhadap jabatan notaris tersebut diatur dan diberikan
perlindungan dalam Kode Etik Notaris, sedangkan notaris selaku warga negara
dalam proses penegakan hukum pada semua tahapan harus diberlakukan sama
di hadapan hukum sebagaimana dimaksud dan dijamin oleh Pasal 27 ayat (1)
dan Pasal 28D ayat (3) UUD 1945. Oleh karena itu, keharusan persetujuan
Majelis Pengawas Daerah bertentangan dengan prinsip independensi dalam
proses peradilan dan bertentangan dengan kewajiban seorang notaris sebagai
warga negara yang memiliki kedudukan sama di hadapan hukum. Dengan cara
demikian akan terhindarkan pula adanya proses peradilan yang berlarut-larut
yang mengakibatkan berlarut-larutnya pula upaya penegakan keadilan yang
pada akhirnya justru dapat menimbulkan pengingkaran terhadap keadilan itu
sendiri. Keadilan yang tertunda adalah keadilan yang tertolak (“justice delayed
justice denied”);

INDONESIA NOTARY COMMUNITY


69
(INC)
[3.18] Menimbang bahwa Mahkamah pada sisi lain
juga memahami pentingnya menjaga wibawa seorang
notaris selaku pejabat umum yang harus dijaga
kehormatannya sehingga diperlukan perlakuan khusus
dalam rangka menjaga harkat dan martabat notaris
yang bersangkutan dalam proses peradilan, termasuk
terhadap notaris, diperlukan sikap kehati-hatian dari
penegak hukum dalam melakukan tindakan hukum,
namun perlakuan demikian tidak boleh bertentangan
dengan prinsip-prinsip negara hukum yang antara lain
adalah persamaan kedudukan di hadapan hukum dan
prinsip independensi peradilan;

INDONESIA NOTARY COMMUNITY


70
(INC)
[3.19] Menimbang bahwa
berdasarkan seluruh pertimbangan di
atas dalil Pemohon dalam pengujian
konstitusionalitas Pasal 66 ayat (1)
sepanjang frasa “dengan persetujuan
Majelis Pengawas Daerah” UU
Jabatan Notaris terhadap UUD 1945
beralasan menurut hukum;

INDONESIA NOTARY COMMUNITY


71
(INC)
5. Nomor 49/PUU-X/2012
Permohonan Pengujian diajukan oleh :

Nama : Muhammad Thoha, S.H.,MKn.


Pekerjaan : Swasta.
Alamat : Jalan Siaga Dharma VIII Nomor 39,
RT 13, RW. 005, Kelurahan Pejaten
Timur, Kecamatan Pasar Minggu,
Jakarta Selatan.

INDONESIA NOTARY COMMUNITY


72
(INC)
SECARA MATERIL MENGAJUKAN PERMOHONAN
PENGUJIAN TERHADAP :

Pasal 15 ayat (2) huruf f,


Pasal 21, Pasal 22 ayat (3)
Unadang-undang Nomor 30
Tahun 2004 tentang Jabatan
Notaris.
INDONESIA NOTARY COMMUNITY
73
(INC)
PUTUSAN DIUCAPKAN
PADA 29 SEPTEMBER 2014
 MENGADILI :
MENYATAKAN MENOLAK
PERMOHONAN PEMOHON
UNTUK SELURUHNYA
INDONESIA NOTARY COMMUNITY
74
(INC)
PERTIMBANGAN HUKUM
[3.13] Menimbang bahwa ketentuan Pasal 3 UU Jabatan
Notaris menentukan syarat untuk dapat diangkat menjadi
Notaris, khususnya huruf e. berijazah sarjana hukum dan
lulusan jenjang strata dua kenotariatan; f. telah menjalani
magang atau nyata-nyata telah bekerja sebagai karyawan
Notaris dalam waktu paling singkat 24 (dua puluh empat) bulan
berturut-turut pada kantor Notaris atas prakarsa sendiri atau
atas rekomendasi Organisasi Notaris setelah lulus strata dua
kenotariatan; g. tidak berstatus sebagai pegawai negeri,
pejabat negara, advokat, atau tidak sedang memangku jabatan
lain yang oleh undang-undang dilarang untuk dirangkap dengan
jabatan Notaris;

INDONESIA NOTARY COMMUNITY


75
(INC)
[3.14] Menimbang bahwa ketentuan Pasal 6
Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998
tentang Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat
Akta Tanah menentukan syarat untuk dapat
diangkat menjadi PPAT, khususnya huruf f.
lulusan program pendidikan spesialis notariat
atau program pendidikan khusus PPAT yang
diselenggarakan oleh lembaga pendidikan
tinggi; g. lulus ujian yang diselenggarakan oleh
Kantor Menteri Negara Agraria/Badan
Pertanahan Nasional;

INDONESIA NOTARY COMMUNITY


76
(INC)
[3.15] Menimbang bahwa berdasarkan Pasal 15 ayat
(1) UU Jabatan Notaris tugas pokok Notaris adalah
“membuat Akta autentik mengenai semua perbuatan,
perjanjian, dan penetapan yang diharuskan oleh
peraturan perundang-undangan dan/atau yang
dikehendaki oleh yang berkepentingan untuk
dinyatakan dalam Akta autentik, menjamin kepastian
tanggal pembuatan Akta, menyimpan Akta,
memberikan grosse, salinan dan kutipan Akta,
semuanya itu sepanjang pembuatan Akta itu tidak
juga ditugaskan atau dikecualikan kepada pejabat
lain atau orang lain yang ditetapkan oleh undang-
undang”.
INDONESIA NOTARY COMMUNITY
77
(INC)
• Kemudian Pasal 15 ayat (2) huruf f UU Jabatan Notaris,
Notaris juga mempunyai kewenangan yang bersifat
“tambahan” yaitu membuat akta yang berkaitan
dengan pertanahan sedangkan dalam ketentuan Pasal
2 Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998 tentang
Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah tugas
pokok PPAT adalah “melaksanakan sebagian kegiatan
pendaftaran tanah dengan membuat akta sebagai
bukti telah dilakukannya perbuatan hukum tertentu
mengenai hak atas tanah atau Hak Milik Atas Satuan
Rumah Susun yang akan dijadikan dasar bagi
pendaftaran perubahan data pendaftaran tanah yang
diakibatkan perbuatan hukum itu”.
INDONESIA NOTARY COMMUNITY
78
(INC)
• Oleh karena itu menurut Mahkamah berdasarkan persyaratan
pengangkatan, dan kewenangan Notaris dan PPAT yang diatur
dalam peraturan perundang-undangan sebagaimana
diuraikan di atas terdapat perbedaan yang sangat tegas antara
Notaris dan PPAT selaku Pejabat Umum dalam
menyelenggarakan kewenangannya yang diberikan oleh
peraturan perundang-undangan. Oleh karena, kewenangan
Notaris dan PPAT merupakan kewenangan yang diberikan oleh
peraturan perundang-undangan yang sifatnya permanen dan
dalam prinsipnya tidak mengubah sistem hubungan antar
kekuasaan dan pertanggungjawaban yang telah ada;
• Bahwa berdasarkan pertimbangan di atas, menurut
Mahkamah Pasal 15 ayat (2) huruf f UU Jabatan Notaris tidak
bertentangan dengan Pasal 1 ayat (3) dan Pasal 28D ayat (1)
UUD 1945;
INDONESIA NOTARY COMMUNITY
79
(INC)
[3.16] Menimbang bahwa dalil Pemohon angka 2 mengenai kewenangan
Menteri untuk mengangkat Notaris pada wilayah/daerah tertentu dibatasi
sesuai dengan formasi yang ada merupakan suatu kewajaran dalam
pengisian jabatan tertentu dalam rangka menata pelayanan yang merata
kepada masyarakat Indonesia di seluruh wilayah Nusantara yang
merupakan satu kesatuan yang bulat secara utuh dalam negara kesatuan
Republik Indonesia. Seandainyapun Pemohon telah diangkat menjadi PPAT
pada wilayah tertentu, dan ternyata telah memenuhi syarat untuk diangkat
menjadi Notaris namun karena tidak ada lagi formasi yang tersedia
(tertutup) di wilayah tertentu sehingga tidak dapat diangkat notaris baru hal
itu bukan merupakan pelanggaran hak konstitusional Pemohon, karena
ketentuan peraturan perundang-undangan telah memberikan pilihan
sebagai perlindungan hukum kepada Pemohon agar dapat mengembangkan
diri, kebebasan, dan tidak diskriminatif yang sejalan dan tidak bertentangan
dengan pasal-pasal UUD 1945.

INDONESIA NOTARY COMMUNITY


80
(INC)
• Berkaitan dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 37 Tahun 1998 tentang Peraturan
Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah yang
berlaku sejak diundangkan seyogianya
disesuaikan dengan Undang-Undang Nomor
30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris
sebagaimana telah diubah dengan Undang-
Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30
Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris sehingga
tidak multitafsir dan tidak menimbulkan
ketidakpastian hukum.
INDONESIA NOTARY COMMUNITY
81
(INC)
6. 63/PUU-XII/2014.
Permohonan Pengujian diajukan oleh :
1. Nama : Dr. Raden Mas Soediarto Soenarto, S,H., SpN.,M.H,MKn.
Alamat : Jalan Pembangunan II/1 RT/rw 011/002, Kelurahan Petojo
Utara, Kecamatan Gambir, Jakarta Pusat  Pemohon
2. Nama : H. Teddy Anwar, S.H,,SpN.
Alamat : Jalan Bendungan Hilir Gang VII Nomor 126, Kecamatan Tanah
Abang, Jakarta Pusat  Pemohon II.
3. Nama : Himpunan Notaris Indonesia.
Dalam hal ini diwakili oleh Dr. Raden Mas Soediarto Soenarto,
S,H., SpN.,M.H,MKn. dan : H. Teddy Anwar, S.H,,SpN. Sebagai
Ketua dan Sekretaris Umum.
Alamat : Jalan Bendungan Hilir Nomor. 80 Jakarta Pusat  Pemohon III.

INDONESIA NOTARY COMMUNITY


82
(INC)
SECARA MATERIL MENGAJUKAN PERMOHONAN
PENGUJIAN TERHADAP :

PASAL 82 AYAT (1),


(2), (3) UU NO.
30/2004
INDONESIA NOTARY COMMUNITY
83
(INC)
PUTUSAN DIUCAPKAN
PADA 3 DESEMBER 2014 
MENGADILI : MENYATAKAN
MENOLAK PERMOHONAN
PEMOHON UNTUK
SELURUHNYA
INDONESIA NOTARY COMMUNITY
84
(INC)
PERTIMBANGAN HUKUM
(3.13) Menimbang bahwa Pasal 82 ayat (1), ayat (2), dan ayat
(3) UU 2/2014 belum pernah dilakukan pengujian
konstitusionalnya di Mahkmah, namun substansi norma dalam
pasal a quo yaitu norma mengenai satu-satunya wadah bagi
jabatan Notaris, merupakan materi muatan yang sama dengan
yang terkandung dalam Pasal 82 ayat (1) Undang-undang
Jabatan notaris sebelum diubah dengan Undang-undang
Nomor 2 Tahun 2014 tentang Peruahan atas Undang-undang
Nomo 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris. Terhadap Pasal
82 ayat (1) UU 30/2004 telah dimohonkan pengujian
konstitusionalistasnya dan telah pula diputus dalam Putusan
Nomor 009/PUU-III/2005, bertanggal 13 September 2005,
dengan pertimbangan hukum, antara lain, sebagai berikut :

INDONESIA NOTARY COMMUNITY


85
(INC)
• Bahwa Pasal 82 ayat (1) UU JN tidak melarang bagi setiap
orang yang menjalankan profesi Jabatan Notaris untuk
berkumpul, berserikat dan mengeluarkan pendapat. Namun
dalam hal melaksanakan hak berserikat, mereka harus
berhimpun dalam satu wadah organisasi notaris, karena
Notaris adalah pejabat umum yang diangkat oleh negara,
diberi tugas dan wewenang tertentu oleh negara dalam
rangka melayani kepentingan masyarakat, yaitu membuat
akta otentik. Tugas dan wewenang yang diberikan oleh
negara harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya dan
setepat-tepatnya, karena kekeliruan, lebih-lebih
penyalahgunaan, yang dilakukan oleh Notaris dapat
menimbulkan akibat terganggunya kepastian hukum, dan
kerugian-kerugian lainnya yang tidak perlu terjadi;

INDONESIA NOTARY COMMUNITY


86
(INC)
• Oleh karena itu diperlukan upaya pembinaan,
pengembangan, dan pengawasan secara terus
menerus, sehingga semua notaris semakin
meningkatkan kualitas pelayanan publik. Untuk itu
diperlukan satu-satunya wadah (wadah tunggal)
organisasi notaris dengan satu kode etik dan satu
standar kualitas pelayanan publik. Dengan hanya ada
satu wadah organisasi notaris, Pemerintah akan lebih
mudah melaksanakan pengawasan terhadap
pemegang profesi notaris yang diberikan tugas dan
wewenang sebagai pejabat umum;

INDONESIA NOTARY COMMUNITY


87
(INC)
• Merujuk kepada pertimbangan Perkara Nomor
066/PUU-II/2004 dalam Pengujian Undang-undang
Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1987 tentang
Kamar Dagang dan Industri (Kadin) yang
putusannya diucapkan dalam Sidang Pleno yang
terbuka untuk umum pada tanggal 12 April 2005,
Mahkamah menilai bahwa notaris merupakan
organ negara dalam arti luas, meskipun bukan
dalam pengertian lembaga sebagaimana lazim
dalam perbincangan sehari-hari, dan oleh karena
itu negara berkepentingan akan adanya wadah
tunggal organisasi notaris;

INDONESIA NOTARY COMMUNITY


88
(INC)
(3.14) Menimbang bahwa oleh karena substansi
permohonan para Pemohon pada hakikatnya
sama dengan permohonan para Pemohon
dalam permohonan Nomor 009/PUU-III/2005
maka pertimbangan Mahkamah sebagai dikutip
di atas mutatis mutandis menjadi pertimbangan
pula dalam putusan a quo.
(3.15) Menimbang bahwa berdasarkan
pertimbangan-pertimbangan di atas menurut
Mahkamah permohonan Pemohon tidak
beralasan menurut hukum.
INDONESIA NOTARY COMMUNITY
89
(INC)
7. 72/PUU-XII/2014
Permohonan Pengujian diajukan oleh :
 Nama : Tomson Situmeang, S.H.
 Pekerjaan : Advokat dan Managing
Partner pada LawFirm RB.
Situmeang & Partners.
 Alamat : Gedung Pusat Alkitab (Gedung
LAI), Lantai 9, Kelurahan
Kenari,Kecamatan Senen,
Jakarta Pusat.
INDONESIA NOTARY COMMUNITY
90
(INC)
SECARA MATERIL MENGAJUKAN PERMOHONAN
PENGUJIAN TERHADAP :

Pasal 66 ayat (1),


(3) dan (4) UU
Jabatan Notaris
INDONESIA NOTARY COMMUNITY
91
(INC)
PUTUSAN DIUCAPKAN
PADA 23 APRIL 2015
MENGADILI :
MENYATAKAN
PERMOHONAN PEMOHON
TIDAK DAPAT DITERIMA
INDONESIA NOTARY COMMUNITY
92
(INC)
PERTIMBANGAN HUKUM
(3.8) MENIMBANG BAHWA BENAR PEMOHOAN ADALAH WARGA NEGARA
INDONESIA YANG MEMPUNYAI HAK KONSTITUSIONAL DAN KEDUDUKANNYA
SAMA DI DEPAN HUKUMSEBAGAIMANA DIJAMIN DALAM UUD 1945,
NAMUN SETELAH MEMBACA DENGAN SEKSAMA PERMOHONAN PEMOHON
MAHKAMAH TIDAK MENEMUKAN ADANYA KERUGIAN PEMOHON BAIK
SECARA NYATA MAUPUN POTENSIAL DENGAN BERLALUNYA PASAL YANG
DIMOHONKAN PENGUJIANNYA OLEH PEMOHON. BAHWA PEMOHON YANG
BERPROFESI SEBAGAI SEORANG ADVOKAT JUSTRU TELAH DIHAMIN DAN
DILINDUNGI HAKNYA DENGAN KEBERADAAN MAJELIS KEHORMATAN
NOTARIS KETIKA ADA SEORANG WARGA NEGARAINDONESIA MENGAJUKAN
PERMOHONAN UNTUK DIHADIRKANNYA ALAT BUKTI BERUPA FOTOCOPY
MINUTA AKTA MAUPUN NOTARIS, ATAU DAPAR SAJA PEMOHON BERADA DI
POSISI SEBAGAI KUASA HUKUM NOTARIS UNTUK MELINDUNGI NOTARIS
YANG SEDANG BERHADAPAN DENGAN MASALAH HUKUM YANG KEMUDIAN
PAYUNG HUKUM YAITU PASAL YANG DIMOHONKAN PENGUJIAN. ADAPUN
MENGENAI PEMOHON SEBAGAI WAJIB PAJAK TIDAKDAPAT DIPASTIKAN
PULA MENGALAMI KERUGIAN DENAGN BERLAKUNYA PASAK A QUO.
INDONESIA NOTARY COMMUNITY
93
(INC)
• (3.9) Menimbang bahwa beradasrkan pertimbangan
tersebut di atas, menurut Mahkamah tidak ada
kerugian konstitusional yang dialami oleh Pemohon
dengan berlakunya Pasal 66 ayat (1) sepanjang frasa
“dengan Persetujuan Majelis Pengawas Notaris” dan
ayat (3) serta ayat (4) UU 2/2014 yang dimohonkan
pengujian konstitusionalnya.
• (3.10) Menimbang bahwa oleh karena Pemohon
tidak memenuhi syarat kedudukan hukum (legal
standing) untuk mengajukan permohonan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51 ayat (1) UU
MK, maka Mahkamah tidak mempertimbangkan
lebih lanjut pokok permohonan pemohon
INDONESIA NOTARY COMMUNITY
94
(INC)
8. Nomor 22/PUU-XVII/2019
Permohonan Pengujian diajukan oleh :
• Nama : Guntoro
• Pekerjaan : Wiraswasta
• Kewarganegaraan : Indonesia
• Alamat : Kompleks Duta
Harapan Indah SS/11, RT 008/RW 002,
Kelurahan Kapuk Muara, Kecamatan
Penjaringan, Jakarta Utara

INDONESIA NOTARY COMMUNITY


95
(INC)
SECARA MATERIL MENGAJUKAN PERMOHONAN
PENGUJIAN TERHADAP :

Pasal 66 ayat (1) dan ayat


(4), Pasal 75 huruf a, Pasal
79 Undang-Undang
Nomor 2 Tahun 2014.
INDONESIA NOTARY COMMUNITY
96
(INC)
PUTUSAN DIUCAPKAN
PADA 25 APRIL 2019 
MENGADILI :
1.Menyatakan permohonan
Pemohon tidak dapat diterima.
2.Menolak permohonan Pemohon
untuk selain dan selebihnya.
INDONESIA NOTARY COMMUNITY
97
(INC)
PERTIMBANGAN HUKUM
• Terhadap dalil tersebut, menurut Mahkamah, Pemohon tidak memahami
norma Pasal 66 ayat (1) UU Jabatan Notaris tersebut secara utuh dalam
kaitannya dengan ketentuan lain dalam UU a quo termasuk kewenangan
dari MKN. Adanya persetujuan MKN tidak bertujuan untuk mempersulit
proses penyidikan atau keperluan pemeriksaan terhadap notaris karena
hal tersebut telah diantisipasi dengan adanya ketentuan Pasal 66 ayat (3)
yang menyatakan, bahwa MKN dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh)
hari kerja terhitung sejak diterimanya surat permintaan persetujuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib memberikan jawaban
menerima atau menolak permintaan persetujuan. Hal ini pun kemudian
ditegaskan kembali pada Pasal 66 ayat (4) yang menyatakan, “Dalam hal
majelis kehormatan Notaris tidak memberikan jawaban dalam jangka
waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (3), majelis kehormatan Notaris
dianggap menerima permintaan persetujuan.” Dalil Pemohon yang
menganggap bahwa Pasal 66 ayat (4) UU Jabatan Notaris bersifat
redundant, karena secara substansi dianggap Pemohon sama dengan Pasal
66 ayat (3) adalah tidak tepat
INDONESIA NOTARY COMMUNITY
98
(INC)
• Menurut Mahkamah Pasal 66 ayat (4) UU Jabatan
Notaris a quo justru merupakan penegasan bahwa
MKN tidak dapat menghalangi kewenangan
penyidik, penuntut umum atau hakim dalam
melakukan kewenangannya untuk kepentingan
proses peradilan sebagaimana diatur dalam Pasal 66
ayat (1) UU Jabatan Notaris. Terlebih lagi ketentuan
pasal a quo dimaksudkan untuk memberikan
perlindungan kepada notaris sebagai pejabat publik
dalam melaksanakan tugasnya, khususnya
melindungi keberadaan minuta sebagai dokumen
negara yang bersifat rahasia.

INDONESIA NOTARY COMMUNITY


99
(INC)
• Menurut Mahkamah, perubahan dan tambahan norma di
dalam UU Jabatan Notaris sudah tepat dan tidak
bertentangan dengan maksud Putusan Mahkamah
Konstitusi tersebut, yaitu dengan menambahkan norma
pada Pasal 66 yaitu ayat (3) dan ayat (4) yang bertujuan
untuk menghindarkan adanya hambatan penyidikan oleh
MKN. Justru apabila permohonan Pemohon dikabulkan yaitu
membatalkan Pasal 66 ayat (1) UU Jabatan Notaris secara
keseluruhan dapat menciptakan persoalan di mana tidak
adanya peran MKN dalam melakukan pembinaan notaris,
khususnya dalam mengawal pelaksanaan kewajiban notaris,
yang di antaranya merahasiakan segala sesuatu mengenai
Akta yang dibuatnya dan segala keterangan yang diperoleh
guna pembuatan Akta sesuai dengan sumpah/janji jabatan
[vide Pasal 16 ayat (1) huruf f UU Jabatan Notaris].

INDONESIA NOTARY COMMUNITY


100
(INC)
• Terhadap permohonan Pemohon yang menginginkan agar
Pasal 66 ayat (4) UU Jabatan Notaris dinyatakan bertentangan
dengan UUD 1945, sebagaimana pertimbangan Mahkamah di
atas, justru menurut Mahkamah Pasal 66 ayat (4) sangat
diperlukan dalam menciptakan kepastian hukum yang adil
terhadap batas kewenangan MKN memberikan persetujuan
bagi penyidik, penuntut umum dan hakim dalam melakukan
pemanggilan terhadap notaris ataupun memeriksa berkas-
berkas lain untuk keperluan peradilan sebagaimana dimaksud
Pasal 66 ayat (1) UU Jabatan Notaris. Berdasarkan
pertimbangan tersebut, maka dalil Pemohon mengenai
inkonstitusionalitas Pasal 66 ayat (1) dan ayat (4) UU Jabatan
Notaris adalah tidak beralasan menurut hukum.

INDONESIA NOTARY COMMUNITY


101
(INC)
• Berdasarkan uraian di atas, telah terang bagi Mahkamah bahwa Pemohon
tidak dapat menerangkan alasan yang menjadi dasar bahwa norma Pasal
75 huruf a dan Pasal 79 UU Jabatan Notaris bertentangan dengan UUD
1945, sehingga uraian Pemohon dalam menerangkan alasan pengujian
norma a quo adalah kabur (obscuur).
• [3.15] Menimbang bahwa berdasarkan seluruh uraian
pertimbangan hukum di atas, Pemohon tidak dapat
menguraikan dengan jelas mengenai alasan yang menjadi
dasar bahwa norma Pasal 75 huruf a dan Pasal 79 UU
Jabatan Notaris serta keseluruhan UU Kekuasaan Kehakiman
bertentangan dengan UUD 1945, sehingga uraian Pemohon
dalam menerangkan alasan pengujian norma dan Undang-
Undang a quo adalah kabur (obscuur). Sedangkan
permohonan Pemohon berkenaan dengan
inkonstitusionalitas Pasal 66 ayat (1) dan ayat (4) UU
Jabatan Notaris adalah tidak beralasan menurut hukum.
INDONESIA NOTARY COMMUNITY
102
(INC)
9. Nomor 16/PUU-XVIII/2020
Permohonan Pengujian diajukan oleh :
• Persatuan Jaksa Indonesia (PJI) 
PEMOHON 1.
• Olivia Sembiring  PEMHON II.
• Asep N. Mulyana  PEMOHON III.
• Reda Manthovani  PEMOHON IV.
• R. Narendra Jatna  PEMOHON V.
INDONESIA NOTARY COMMUNITY
103
(INC)
SECARA MATERIL MENGAJUKAN PERMOHONAN
PENGUJIAN TERHADAP :
Pasal 66 ayat (1) UU Jabatan Notaris 
sepanjang frasa/kalimat “dengan
persetujuan Majelis Kehormatan Notaris”
 terhadap :
• Pasal 1 ayat (3) UUD 1945,
• Pasal 27 ayat (1) UUD 1945
• Pasal 28D ayat (1) UUD 1945,
• Pasal 28I ayat (2) UUD 1945
INDONESIA NOTARY COMMUNITY
104
(INC)
PUTUSAN DIUCAPKAN
PADA 23 JUNI 2020 
MENGADILI :
1. Menyatakan permohonan Pemohon I,
Pemohon III, Pemohon IV, dan Pemohon V
tidak dapat diterima;
2. Menolak permohonan Pemohon II untuk
selain dan selebihnya.

INDONESIA NOTARY COMMUNITY


105
(INC)
PERTIMBANGAN HUKUM
PEMOHON I
• Bahwa Pemohon I sebagai organisasi perkumpulan Jaksa-
Jaksa di Indonesia di samping tidak dapat menjelaskan
kerugian konstitusional yang dialami baik faktual maupun
potensial berkaitan dengan frasa “dengan persetujuan Majelis
Kehormatan Notaris” dalam Pasal 66 ayat (1) UU 2/2014 yang
dimohonkan pengujian, juga SEBAGAI ORGANISASI TIDAK
ADA KORELASINYA DENGAN KEKHAWATIRAN MENGALAMI
KERUGIAN KONSTITUSIONAL BAIK AKTUAL MAUPUN
POTENSIAL, mengingat Pasal 66 ayat (1) UU 2/2014 yang
dimohonkan pengujian secara tegas mengatur tentang
kewenangan penyidik, penuntut umum, dan hakim dalam
kaitanya dengan kepentingan proses peradilan.
INDONESIA NOTARY COMMUNITY
106
(INC)
• Oleh karenanya, Persatuan Jaksa Indonesia, meskipun
merupakan perkumpulan yang menghimpun seluruh Jaksa di
Indonesia, namun persatuan Jaksa sebagai organisasi
bukanlah subjek hukum yang dimaksud Pasal 66 ayat (1) UU
2/2014. Apalagi jika dikaitkan dengan proses penegakkan
hukum, yang merupakan kewenangan Jaksa yang salah
satunya diatur dalam Pasal 66 ayat (1) UU 2/2014, maka an
sich hanya penyidik, penuntut umum, dan Hakim yang
memiliki keterkaitan dengan kewenangan dimaksud. Oleh
karena itu menurut Mahkamah ketentuan Pasal 66 ayat (1)
UU 2/2014 sendiri yang menegaskan bahwa perkumpulan
Jaksa-Jaksa sebagai organisasi, BUKAN SEBAGAI SUBJEK
HUKUM YANG DAPAT MENERANGKAN ADANYA ANGGAPAN
KERUGIAN KONSTITUSIONAL.

INDONESIA NOTARY COMMUNITY


107
(INC)
• Bahwa Pemohon III, Pemohon IV, dan Pemohon V Mahkamah tidak
menemukan bukti di persidangan bahwa para Pemohon a quo adalah
penyidik dalam perkara tindak pidana khusus atau penuntut umum.
Sehingga, berdasarkan ketentuan Pasal 66 ayat (1) UU 2/2014 yang
mengatur mengenai kewenangan penyidik, penuntut umum, dan hakim
dalam mengambil minuta akta atau surat terkait, dan memanggil Notaris
untuk hadir dalam pemeriksaan yang berkaitan dengan Akta atau
Protokol Notaris yang berada dalam penyimpanan Notaris, maka Jaksa
yang memiliki keterkaitan dengan kewenangan a quo adalah Jaksa
dalam kapasitasnya sebagai penyidik atau penuntut umum. Karena
seorang jaksa tidak selalu menjalankan fungsi sebagai penyidik maupun
penuntut umum.
• Berdasarkan uraian pertimbangan tersebut di atas,
Mahkamah berpendapat bahwa Pemohon III, Pemohon IV,
dan Pemohon V tidak memiliki kedudukan hukum untuk
mengajukan permohonan a quo;

INDONESIA NOTARY COMMUNITY


108
(INC)
PEMOHON II :
• Dengan demikian, meskipun dasar dan alasan pengujian yang
digunakan berbeda sehingga permohonan a quo dapat
diajukan, namun karena masalah konstitusionalitas yang
dimohonkan pengujian sama, yaitu mengenai persetujuan
MKN untuk mengambil fotokopi Minuta Akta dan/atau surat-
surat terkait dan untuk memanggil Notaris untuk hadir dalam
pemeriksaan yang berkaitan dengan Akta atau Protokol Notaris
yang berada dalam penyimpanan Notaris, maka pertimbangan
Mahkamah dalam pengujian Pasal 66 ayat (1) UU 2/2014
dalam Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 22/PUU-
XVII/2019 dimaksud mutatis-mutandis berlaku pula terhadap
permohonan a quo.
• Menimbang bahwa berdasarkan pertimbangan hukum di atas, Mahkamah
berpendapat bahwa dalil Pemohon tidak beralasan menurut hukum.

INDONESIA NOTARY COMMUNITY


109
(INC)
CATATAN :
• KHUSUS TERHADAP PASAL 66 ayat
(1) UU 2/2014 UUJN TELAH
DILAKUKAN 3 (TIGA) KALI
PERMOHONAN PENGUJIAN 
UNTUK MENGHILANGKAN FRASA
“DENGAN PERSETUJUAN MAJELIS
KEHORMATAN NOTARIS”.

INDONESIA NOTARY COMMUNITY


110
(INC)
• DENGAN PUTUSAN :
1. TIDAK DAPAT DITERIMA  KARENA TIDAK
MEMPUNYAI LEGAL STANDING UNTUK
MENGAJUAN PERMOHONAN PENGUJIAN
TERHADAP 66 AYAT (1) UU 2/2014.
2. DITOLAK  KARENA TIDAK BISA MEMBUKTIKAN
KERUGIAN KONSTITUSIONALNYA (NYATA ATAU
POTENSIAL) DENGAN KETENTUAN PASAL 66 UU
2/2014 (KERUGIAN KONSTITUSIONALNYA DARI
FRASA “DENGAN PERSETUJUAN MAJELIS
KEHORMATAN NOTARIS”. TIDAK BISA
DUBUKTIKAN)
INDONESIA NOTARY COMMUNITY
111
(INC)
• BAHWA PENERAPAN FRASA “DENGAN
PERSETUJUAN MAJELIS KEHORMATAN
NOTARIS” BUKAN BERADA PADA KEWAJIBAN
NOTARIS, TAPI HAL TERSEBUT BERADA PADA
KEWAJIBAN HAKIM, JAKSA/ PENUNTUT
UMUM DAN PENYIDIK UNTUK MENGAJUAN
PERMOHONAN IZIN PEMERIKSAAN KE MKNW.
• ADANYA KEWAJIBAN TERSEBUT MERUPAKAN
BAGIAN DARI HUKUM ACARA PEMERIKSAAN
TERHADAP NOTARIS YANG DIPERIKSA BERKAITAN
DENGAN PELAKSANAAN TUGAS JABATAN NOTARIS.

INDONESIA NOTARY COMMUNITY


112
(INC)
• KENAPA BISA BEGITU ? KARENA JIKA NOTARIS DIIZINKAN
OLEH MKNW UNTUK MEMENUHI PANGGILAN TERSEBUT,
DAN NOTARIS KEBERATAN DENGAN PEMBERIAN IZIN
TERSEBUT, MAKA NOTARIS DAPAT MENGGUGAT MKNW KE
PENGADILAN TATA USAHA NEGARA,
ATAU :
JIKA MKNW TIDAK BERSIDANG (APAPUN ALASANNYA),
DALAM JANGKA WAKTU 30 (TIGA PULUH) HARI SEJAK
PERMOHONAN DITERIMA (DARI HAKIM, JAKSA/ PENUNTUT
UMUM DAN PENYIDIK.) OLEH MKNW, MAKA TIDAK
BERSIDANGNYA MKNW (ATAU DIAMNYA MKNW) TIDAK
BERSIDANG DIANGGAP PERSETUJUAN. TIDAK
BERSIDANGNYA MKNW TERSEBUT BISA DIJADIKAN DASAR
UNTUK MENGGUGAT MKNW OLEH NOTARIS KE
PENGADILAN TATA USAHA NEGARA.
INDONESIA NOTARY COMMUNITY
113
(INC)
• JIKA PERMOHONAN HAKIM, JAKSA/ PENUNTUT
UMUM DAN PENYIDIK  DITOLAK OLEH
MKNW, MAKA TIDAK ADA UPAYA HUKUM DARI
PEMOHON TERSEBUT.
• JIKA PERMOHONAN TERSEBUT DIAJUKAN KEMBALI
DENGAN ALASAN YANG SAMA (SUBJEK DAN OBJEK
SAMA), MAKA MKNW HARUS MENOLAKNYA, TAPI
JIKA MKNW MENGABULKANNYA DINILAI TIDAK
MENJALANKAN ASAS-ASAS UMUM PEMERINTAHAH
YANG BAIK (VIDE PUTUSAN PUTUSAN PENGADILAN
TATA USAHA MEDAN NOMOR : 77/G/2018/PTUN-
MDN DAN PUTUSAN PENGADILAN TATA USAHA
TANNUNG PINANG NOMOR : 13/G/2018/PTUN-TPI).
INDONESIA NOTARY COMMUNITY
114
(INC)
• APAKAH BOLEH NOTARIS DIPANGIL OLEH
JAKSA/PENUNTUT UMUM, SAKSI
“NYELONONG BEGITU SAJA” MEMENUHI
PANGGILAN TERSEBUT TANPA IZIN
DARI/DENGAN MKNW ? YA, BOLEH SAJA, TAPI
DENGAN SEGALA RESIKO HUKUM MENJADI
TANGGUNG SENDIRI.
• NOTARIS YANG “NYELONONG BEGITU SAJA”
SEBENARNYA TELAH TERJADI PELANGGARAN
JABATAN, DAN DAPAT DIJATUHI SANKSI DARI
MPW/MPPN.
INDONESIA NOTARY COMMUNITY
115
(INC)
 KUTIPAN :
NOTARIS MENJALANKAN SEBAGIAN
KEWENANGAN NEGARA DI BIDANG HUKUM
PERDATA UNTUK MEMBUAT AKTA-AKTA ATAS
PERMINTAAN PARA PENGHADAP YANG SESUAI
DENGAN UUJN/UUJN-P, DAN AKTA NOTARIS
MEMPUNYAI KEKUATAN PEMBUKTIAN YANG
SEMPURNA JIKA TIDAK DAPAT DIBUKTIKAN
SEBALIKNYA. PEMBUKTIAN SEBALIKNYA HARUS
BERDASARKAN PUTUSAN PEGADILAN YANG
TELAH MEMPUNYAI KEKUATAN HUKUM TETAP
(HBA).

116 INDONESIA NOTARY COMMUNITY (INC)


INDONESIA NOTARY COMMUNITY
117
(INC)
INDONESIA NOTARY COMMUNITY
(INC) 118
UNTUK REKAN-REKAN
NOTARIS/PPAT YANG INGIN
BERDISKUSI DAN BERBAGI
INFORMASI
KENOTARIATAN/PPAT
SECARA “UP TO DATE/REAL
TIME” SILAHKAN
BERGABUNG DI WAG ”INC”
HUBUNGI (WA) :
085799001818.
08112285459.
0811327044.
081361630229.

INDONESIA NOTARY COMMUNITY


(INC) 119
TERIMAKASIH DAN SUKSES SERTA
BAHAGIA
UNTUK KITA SEMUA

Habib Adjie-Notaris-PPAT-PL II Surabaya 120


MOHON
MAAF,
ADA IKLAN.
INDONESIA NOTARY COMMUNITY
(INC) 121
PEMINAT BUKU INI LIHAT : TOKOPEDIA – BUKU NOTARIAT
INDONESIA NOTARY COMMUNITY
122
(INC)
PEMINAT BUKU INI TELP/WA KE : 08121620986
INDONESIA NOTARY COMMUNITY
123
(INC)
PEMINAT BUKU INI TELP/WA KE : 08112285459
INDONESIA NOTARY COMMUNITY
124
(INC)
PEMINAT BUKU INI TELP/WA KE : 081225113000
INDONESIA NOTARY COMMUNITY
125
(INC)
PEMINAT BUKU INI TELP/WA KE : 081225113000
INDONESIA NOTARY COMMUNITY
126
(INC)

Anda mungkin juga menyukai