Anda di halaman 1dari 1

PENYEBAB RKUHP BANYAK MENUAI POLEMIK

Polemik adalah masalah yang ditimbulkan oleh sesuatu yang menggandung ketidak
sepakatan akan suatu hal atau dapat juga dikatakan sebagai sebuah perpecahan. Sementara itu
berbicara masalah Undang-undang terutama tentang Rencana Undang-undang Hukum Pidana
(RKUHP) banyak sekali menimbulkan polemic. Kenapa demikian? Mari kita sama- sama
ulas di pembahasan berikut.
Kemerdekaan Indonesia telah berusia lebih dari 72 tahun. Namun, sejak Proklamasi
dibacakan pada 17 Agustus 1945 hingga sekarang, babon hukum yang digunakan Indonesia
masih bersumber dari hukum kolonial, yaitu Wetboek van Strafrecht voor Nederlandsch-
Indie yangdisahkanpada1918.
Dengan demikian, tidak mengherankan jika pasal atau hukuman yang tercantum dalam Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) saat ini masih menggunakan sudut pandang
kolonial.

Hukuman mati, misalnya. Kerajaan Belanda telah menghapus hukuman mati sejak


tahun 1870 dengan alasan keberadaban. Namun, hukuman itu masih diterapkan
dalam Wetboek van Strafrecht karena bangsa Indonesia dianggap perlu ditindak dengan
hukuman yang sanksinya setegas itu.
Direktur Pelaksana Institute of Criminal Justice Reform (ICJR), Erasmus Napitupulu,
dalam diskusi dengan Kompas.com pada awal Februari lalu mengatakan "Kita dianggap
tukang tipu. Kita dianggap bangsa rendah, tak berpendidikan, tak dipercaya, sehingga perlu
hukuman mati," Erasmus melanjutkan, upaya untuk mengubah KUHP yang bersudut
pandang kolonial itu sebenarnya sudah dilakukan sejak periode 1960-an. Meski begitu,
prosesnya terbilang tak mudah, baik itu karena kendala dalam penyusunan hingga proses
politik di DPR.
Setelah 100 tahun sejak berlakunya Wetboek van Strafrecht, harapan untuk
melakukan reformasi KUHP pun di depan mata. Sebab, untuk kali pertama Rancangan
KUHP ini masuk tahap pembahasan antara pemerintah bersama DPR. Namun, RKUHP itu
menuai polemik karena adanya sejumlah pasal yang dianggap bermasalah.
Pasal-pasal ini dianggap oleh masyarakat banyak menuai polemic dikarenakan banyak
pasal-pasal yang mementingkan kepentingan penguasa daripada kepentingan masyarakat.
Salah satu diantaranya adalah RKUHP yang mengancam kebebasan pers ( berpendapat ),
yaitu pasal 309 mengatur tentang pemidanaan terhadap pelaku yang menyiarkan berita atau
pemberitahuan bohong yang mengakibatkan keonaran atau kerusuhan dalam lingkungan
masyarakat. Termasuk apabila hal tersebut patut diduga bohong.
Sedangkan pasal 310, mengatur tentang pemidanaan pelaku yang menyiarkan berita
tidak pasti, berlebihan atau tidak lengkap juga dibatasi, termasuk apabila hal tersebut patut
diduga dapat menimbulkan keonaran dalam masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai