Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.TUJUAN PERCOBAAN
1. Menganalisa kadar Fe dalam Air
2. Mengetahui Perbedaan Fe2+ dan Fe3+
3. Memahami Metode analisa Kadar Fe dalam Air Secara Kualitatif

1.2.PEMERIKSAAN KADAR BESI (Fe) DALAM AIR SUMUR,AIR


PDAM,DAN AIR INSTALASI MIGAS DI DESA KAMPUNG BARU
CEPU SECARA SPEKTROFOTOMETRI
1. Abstrak

Air merupakan kebutuhan terpenting dalam kehidupan manusia, air


yang dikonsumsi setiap hari harus memenuhi syarat syarat antara lain tidak
boleh mengandung zat zat kimia yang dapat menggangu kesehatan tubuh.
Penelitian ini menggunakan tiga jenis sampel yaitu Air PDAM, air Sumur,
Air Instalasi migas. Ketiga jenis air tersebut ditetapkan kadar besinya.
Metode yang digunakan adalah spektrofotometri dengan menggunakan
larutan 1,10 phenantrolin. Larutan ini akan mengubah semua zat besi
menjadi Fe2+ yang terlarut. Tiga molekul phenontrolin yang bergabung
dengan satu molekul Fe2+ membentuk ion kompleks berwarna orange
merah.Standar dari Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 907/MENKES/SK/VII/2002, yaitu kadar maksimum yang
diperolehkan dalam air minum adalah 0,3 ppm. Sedangkan pada
percobaan 1 Kadar besi Air Sumur = 6,93 ppm, Kadar Besi air PDAM =
3,56 ppm, Kadar Besi Air Instalasi Migas = 0,71 ppm. Pada percobaan 2
Kadar Besi Air Sumur = 087 ppm, Kadar Besi Air PDAM = 0,71 ppm, dan
kadar Besi Air Instalasi Migas = 0,15 ppm.

Kata kunci : Air Minum, Cepu, Besi, Spektrofotometri


2. Pendahuluan

Air merupakan kebutuhan terpenting dalam kehidupan manusia,


sehingga persyaratan mutu air merupakan hal yang penting untuk kita
ketahui. Air yang kita konsumsi setiap hari harus memenuhi syarat
kualitas air minum, seperti mengandung zat besi maksimal nya 0,3 ppm
(Kep.menkes RI 2002)

Besi adalah elemen kimia yang dapat ditemukan hampir disetiap


tempat di bumi ini pada setiap lapisan lapisan geologis dan badan air. Besi
dalam air tanah dapat berbentuk Fe (II) dan Fe (III) terlarut.Fe (II) terlarut
dapat tergabung dengan zat organik membentuk suatu senyawa kompleks.
pada kadar 1-2 ppm besi apar menyebabkan air menjadi berwarna
kuning,terasa pahit, meninggalkan noda pada pakaian dan porselin.
keracunan besi dapat menyebabkan permeabilitas pada dinding pembuluh
darah kapiler meningkat sehingga plasma darah merembes keluar.
Akibatnya volume darah menurun dan hipoksia jaringan menyebabkan
asidosis darah.

Didesa Kampung Baru RT 01/03 cepu masyarakat kesulitan untuk


mendapatkan air bersih. Air yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat setempat terdiri dari tiga jenis air yaitu Air PDAM, air Sumur
dan air Instalasi Migas. Air PDAM berwarna kuning dan meninggalkan
noda pada pakaian. Hal ini juga terjadi pada air sumur yang digunakan
oleh masyarakat setempat. Air Instalsi Migas tidak berwarna kuning tetapi
beras pahit. Hal ini dimungkinkan karena terdapat nya besi yang melebihi
baku mutu. Oleh sebab itu perlu dilakukan penelitian tentang kadar besi
dalam tiga jenis air didaerah cepu tersebut.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar besi dalam air


sumur, Air PDAM, dan Air Instalasi Migas didesa tersebut, Apakah kadar
besi yang terdapat sesuai dengan keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia nomor 907/Menkes/SK/VII/2002. Hasil dari penelitian ini
diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarkat setempat.

3. Tinjauan Pustaka

Air merupakan bagian terpenting bagi kehidupan manusia. Air yang


kita konsumsi setiap hari harus memenuhi kualitas syarat air minum dan
air bersih.

Besi adalah unsur dalam susunan berkala yang mempunyai simbol Fe


dan nomor atom 26 dengan berat atom 55,845, terletak pada periode 4 dan
termasuk golongan logam. Memiliki konfigurasi elektron (Ar) 3d6 4s2.
Besi dapat ditemui pada hampir setiap tempat dibumi, pada semua lapisan
geologis dan semua badan air. pada umumnya besi yang ada dalam air
dapat bersifat :

a. Terlarut sebagai Fe2+ (ferro) atau Fe3+ (ferri).


b. Tersuspensi sebagai butir koloidal (diameter < 1 um) atau lebih besar,
seperti Fe2O3, FeO, Fe(OH)2 dan sebagainya.
c. Tergabung dengan zat organik zat padat yang anorganik, seperti tanah
liat.

Pada air permukaan jarang ditemui kadar besi lebih besar dari 1
ppm, tetapi dalam air tanah kadar besi dapat jauh lebih tinggi. Konsentrasi
besi yang tinggi dapat dirasakan dan dapat menodai kain dan pekakas
dapur. Hal itu juga dapat ditemui pada air permukaan yang mengandung
besi lebih banyak. Kadar besi dalam air tersebut juga dapat disebakan
karena adanya pipa pipa saluran air yang berkarat.

Tempat pertama dalam tubuh yang mengontrol pemasukan besi


adalah didalam usus halus. Bagian usus ini berfungsi untuk absorpsi dan
sekaligus juga sebagai ekskresi besi yang tidak diserap dalam usus halus
diabsopsi dalam bentuk feritin,dimana bentuk fero lebih mudah diabsorpsi
daripada bentuk ferri. Feritin masuk kedalam darah dan dirubah menjadi
senyawa transferin. Dalam darah tersebut besi mempunyai status sebagai
besi trivalent yang kemudian ditransfer ke hati atau limfa yang kemudian
disimpan dalam organ tersebut dalam bentuk feritin dan hemosiderin.
Toksisitas terjadi bila terdapat kelebihan besi dalam ikatan tersebut.

Didalam asam dan hidrosilamin serta penggabungannya dengan


1,10 fenantrolin akan mengubah semua zat besi menjadi Fe2+ yang terlarut.
Tiga molekul penontrolin bergabung dengan satu molekul Fe2+ akan
membentuk ion kompleks berwarna orange merah. Warna kompleks
tersebut tidak dipengaruhi oleh pH larutanya bila nilai pH antara 3 dan 9.
konsentrasi besi dapat diketahui dengan membandingkan nya dengan 5
larutan standar referensi yang mengandung kadar besi yang telah diketahui
dan yang meliputi skala absorpsi spektrofotometer.

4. Metodologi Penelitian

Alat yang digunakan adalah : Spektrofotometer UV-Vis SHIMADZU


– 1201, labu takar 1 liter, labu takar 25 ml, beker gelas 100 ml, pipet
volume 25 ml, pipet volume 1 ml, pemanas spiritus, penyangga, kasa
asbes dan bola hisap.

Bahan yang digunakan adalah : HCl pekat, larutan hidrosilamin 20 %,


buffer amonium asetat (pH 4), larutan fenantrolin 0,1 %, larutan induk Fe
27,706 ppm, larutan kalium feri sianida 2 N.

Cara kerja

a. Pengambilan sampel masing masing air sebanyak tiga kali percobaan


b. Pengawetan secara kimia dengan mengasamkan sampel pada pH < 2.
c. Melakukan Analisa kualitatif pada sampel
d. Menetukan operating time
e. Menentukan panjang gelombang maksimum
f. Membuat larutan baku 1,1 ; 2,2 ; 3,3 ; 4,4 ; 5,5 ppm
1. Memipet 2, 4, 6, 8 dan 10 ml larutan induk Fe yang sudah dibuat,
dimasukan kedalam beker gelas ditambahkan 4 ml HCl pekat dan 2
ml larutan hidrosilamin 20 % dan 5 ml aquades.
2. Menambahkan batu didih dan dipanaskan hingga volume larutan
setengah dari volume awal
3. Mendingankan larutan tersebut kemudian memindahkan kedalam
labu takar 50 ml, tambahkan 10 ml buffer asetat dan 2 ml larutan
fenantrolin 0,1 %.
4. Menambahkan aquades hingga tanda garis
5. Membanca absorbansi larutan pada operating time-nya pada
panjang gelombang 510 nm
g. Menetapkan kadar Fe
1. Memipet 50 ml sampel air dimasukan dalam beker gelas,
tambahkan 4 ml HCl pekat dan 2 ml larutan hidrosilamin 20 %
dan 5 ml aquades
2. Menambahkan batu didih dan memanaskan sampai volume tersisa
10 ml
3. Mendinginkan larutan tersebut kemudian memindahkan kedalam
labu takar 25 ml, kemudian tambahkan 10 ml larutan buffer asetat
pH 4 dan 2 ml fenantrolin 0,1 %
4. Menambahkan aquades hingga tanda garis
5. Membaca absorbansi larutan pada panjang gelombang 510 nm
5. Hasil dan Pembahasan
A. Hasil Percobaan
a. Uji kwalitatif
Tabel 1.Identifikasi kualitatif Percobaan 1
No Jenis sampel Prosedur Hasil
1 Air sumur 5 tetes sampel + 3 tetes Merah darah
KCNS 2N
2 Air PDAM 5 tetes sampel + 3 tetes Merah darah
KCNS 2N
3 Air instalasi migas 5 tetes sampel + 3 tetes Merah darah
KCNS 2N

Tabel 2.Identifikasi kualitatif Percobaan 2


No Jenis sampel Prosedur Hasil
1 Air sumur 5 tetes sampel + 3 tetes Merah darah
KCNS 2N
2 Air PDAM 5 tetes sampel + 3 tetes Merah darah
KCNS 2N
3 Air instalasi migas 5 tetes sampel + 3 tetes Merah darah
KCNS 2N

b. Uji kwantitatif
Tabel 3.Hasil penetapan Kadar Besi pada Percobaan 1
No Sampel Absorbansi Konsentrasi (ppm)
1 Air sumur 0,633 6,93
2 Air PDAM 0,347 3,56
3 Air instalasi migas 0,192 1,73
Tabel 4.Hasil penetapan Kadar Besi pada Percobaan 2
No Sampel Absorbansi Konsentrasi (ppm)
1 Air sumur 0,414 0,87
2 Air PDAM 0,345 0,71
3 Air instalasi migas 0,109 0,15

B. Pembahasan Hasil percobaan

Pada percobaan ini Analisa kwalitatif dilakukan dengan


menggunakan larutan KCNS 2 N. Ketiga jenis sampel tersebut positif
menganding besi. Hal ini dapat dilihat dari timbulnya warna merah pada
larutan, dengan reaksi sebagai berikut :

2 KCNS + FeCl3 Fe(CNS)2 + 3 KCl (larutan merah darah)

Besi dalam air dapat diketahui jumlah dengan melakukan analisa


kuantitatif secara spektrofotometri menggunakan reagen 1,10 penantrolin.
Berdasarkan Keputusan Menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor
907/menkes/SK/VII/2002, kadar maksimal yang diperbolehkan untuk
parameter besi (Fe) adalah 0,3 ppm, maka dari hasil analisa kadar Fe
dengan menggunakan alat spektrofotometer UV-Vis yang memenuhi
persyaratan tersebut adalah pada Air Instalasi Migas pada percobaan kedua
yaitu sebesar 0,15 ppm. Sementara pada Air sumur dan Air PDAM tidak
memenuhi syarat untuk dikonsumsi.

1.3. BESI

Besi adalah unsur dalam sistem periodik yang mempunyai simbol Fe


dan nombor atom 26. Besi merupakan logam yang berada dalam kumpulan 8
dan kala (period) 4. Besi adalah logam yang dihasilkan dari bijih besi, dan
jarang dijumpai dalam keadaan unsur bebas. Untuk mendapatkan unsur besi,
campuran lain mesti disingkir melalui pengurangan kimia. Besi digunakan
dalam penghasilan besi waja, yang bukannya unsur tetapi aloi logam berlainan
(dan sebahagian bukan-logam, terutamanya karbon).

1. Besi (II)
Besi yang murni adalah logam berwarna putih perak, yang kukuih dan
liat. Ia melebur pada 15350C. Jarang terdapat besi komersial yang murni;
biasanya besi mengandung sejumlah kecil karbida, silisida, fosfida, dan
sulfide dari besi, serta seedikit grafit. Zat-zat pencemar ini memainkan
peranan penting dalam kekuatan struktur besi. Besi dapat dimagnitkan.
Asam klorida encer atau pekat dan asam sulfat encer melarutkan besi, pada
mana menghasilkan garam-garam besi (II) dan gas hydrogen.

2. Besi (III)
Besi (III) klorida, atau feri klorida, adalah suatu senyawa kimia
yang merupakan komoditas skala industri, dengan rumus kimia FeCl3.
Senyawa ini umum digunakan dalam pengolahan limbah, produksi air
minum maupun sebagai katalis, baik di industri maupun di laboratorium.
Warna dari kristal besi (III) klorida tergantung pada sudut pandangnya:
dari cahaya pantulan ia berwarna hijau tua, tapi dari cahaya pancarannya
berwarna ungu-merah.
Besi (III) klorida bersifat deliquescent, berbuih di udara lembap,
karena munculnya HCl, yang terhidrasi membentuk kabut. Bila dilarutkan
dalam air, besi (III) klorida mengalami hidrolisis yang merupakan reaksi
eksotermis (menghasilkan panas). Hidrolisis ini menghasilkan larutan yang
coklat, asam, dan korosif, yang digunakan sebagai koagulan pada
pengolahan limbah dan produksi air minum. Larutan ini juga digunakan
sebagai pengetsa untuk logam berbasis-tembaga pada papan sirkuit cetak
(PCB). Anhidrat dari besi (III) klorida adalah asam Lewis yang cukup
kuat, dan digunakan sebagai katalis dalam sintesis organik.
3. Karakteristik Besi (II) dan Besi (III)
Tabel 5.Karekteristik Besi (II) dan Besi (III)

Umum

Nama, Simbol, Nomor Atom besi, Fe, 26

ciri kimia logam peralihan

Orbital 8, 4, d

Logam berkilau
Rupa
kekelabuan

Berat Atom 55.845(2) g/mol

Konfigurasi electron [Ar] 3d6 4s2

Sifat fisik

Density (pada suhu kamar) 7.86 g/cm³

Density (pada titik lebur) 6.98 g/cm³

Titik lebur 1811 K

Titik didih 3134 K

1.4.ANALISIS BESI
Besi(II) dapat dideteksi dengan sangat dapat dipercaya menggunakan
α, α’ dipiridil, uji ini memastikan, jua meskipun ada serta besi(III). Pada
gilirannya, ion besi(III) dapat dideteksi dengan larutan ammonium tiosianat.
Perlu diingat bahwa bahkan larutan garam besi(II) murni yang baru
mengandung sedikit besi (III) dan uji tiosianat akan positif dengan larutan-
larutan ini.

1. Uji kering

a. Uji pipa tiup


Bila senyawa-senyawa besi dpanaskan di atas arang dengan
natrium karbonat, dihasilkan partikel-partikel logam besi yang abu-abu ;
partikel-partikel ini biasanya sukar dilihat, tetapi dapat dipisahkan dari
arang dengan memakai suatu magnet.
b. Uji manik boraks
Dengan besi yang berjumlah sedikit, manik ini berwarna coklat-
kekuningan ketika panas dan kuning ketika dingin dalam nyala oksidasi,
dan hijau muda dalam nyala reduksi ; dengan besi yang berjumlah banyak,
manik berwarna coklat-kemerahan dalam nyala oksidasi.
2. Pembuatan larutan stock dan standar
Larutan stock masing-masing logam berat dibuat dari garam
kloridanya atau nitratnya dan dilarutkan dalam 100 ml akuabides sehingga
konsentrasinya menjadi 500 ppm. Larutan standar dibuat dari pengenceran
larutan stock.
3. Optimasi alat
Pemilihan kondisi optimum alat meliputi penentuan kondisi
manual alat dan pemilihan panjang gelombang maksimum masing-masing
logam berat.
4. Pembuatan kurva kalibrasi
Kurva kalibrasi standar dibuat berdasarkan hubungan larutan
standar dan intensitas emisi larutan standar. Larutan standar untuk kurva
kalibrasi dibuat dari larutan standar yang berisi campuran logam-logam
yang akan dianalisis.
5. Pengukuran sampel
Sampel dari air, remis dan sedimen masing-masing diukur
menggunakan ICP dengan kondisi optimum yang diperoleh dari langkah
sebelumnya. Kadar logam berat ditentukan dengan persamaan regresi
linear dari kurva kalibrasi larutan standar.

1.5.PENANGGULANGAN KELEBIHAN KADAR BESI

Zat besi (Fe) adalah salah satu kandungan mineral yang terdapat dalam
air, selain mangan dan logam berat lainnya. Ada beberapa teknik/cara untuk
menghilangkan/menurunkan kandungan besi ini :

1. Aerasi
Ion Fe selalu di jumpai pada air alami dengan kadar oksigen yang
rendah, seperti pada air tanah dan pada daerah danau yang tanpa udara
Keberadaan ferri larutan dapat terbentuk dengan adanya pabrik tenun,
kertas, dan proses industri. Fe dapat dihilangkan dari dalam air dengan
melakukan oksidasi menjadi Fe(OH)3 yang tidak larut dalam air, kemudian
di ikuti dengan pengendapan dan penyaringan. Aerasi adalah suatu teknik
memancarkan air ke udara agar air terkena kontak dengan udara/oksigen.
Semakin banyak permukaan air yang terkena oksigen maka semakin baik.

2. Filtrasi
Proses penyaringan merupakan bagian dari pengolahan air yang
pada prinsipnya adalah untuk mengurangi bahan-bahan organik maupun
bahan-bahan an organik yang berada dalam air. Penghilangan zat padat
tersuspensi denggan penyaringan memiliki peranan penting, baik yang
terjadi dalam pemurnian air tanah maupun dalam pemurnian buatan di
dalam instalasi pengolahan air. Bahan yang dipakai sebagai media
saringan adalah pasir yang mempunyai sifat penyaringan yang baik, keras
dan dapat tahan lama dipakai bebas dari kotoran dan tidak larut dalam air,
yaitu dengan menggunakan pasir mangan (Manganese Green Sand) Pasir
mangan ini terbukti efektif untuk menurunkan kandungan zat besi (Fe)
dalam air. Penggunaannya adalah dengan cara dimasukkan ke dalam
tabung filter. Pasir mangan ini berwarna merah dan masa pakai 3-12 bulan
(tergantung pemakaian dan kondisi air).

3. Sedimentasi
Sedimentasi adalah proses pengendapan partikel-partikel padat
yang tersuspensi dalam cairan/zat cair karena pengaruh gravitasi (gaya
berat secara alami). Proses pengendapan dengan cara gravitasi untuk
mengendapkan partikel-partikel tersuspensi yang lebih berat daripada air,
ini yang sering dipergunakan dalam pengolahan air. Sedimentasi dapat
berlangsung sempurna pada danau yang airnya diam atau suatu wadah air
yang dibuat sedemikian rupa sehingga air di dalamya keadaan diam. Pada
dasarnya proses tersebut tergantung pada pengaruh gaya gravitasi dari
partikel tersuspensi dalam air.
Sedimentasi dapat berlangsung pada setiap badan air. Biaya
pengolahan air dengan proses sedimentasi relatif murah karena tidak
membutuhkan peralatan mekanik maupun penambahan bahan kimia.
Kegunaan sedimentasi untuk mereduksi bahan-bahan tersuspensi
(kekeruhan) dari dalam air dan dapat juga berfungsi untuk mereduksi
kandungan organisme (patogen) tertentu dalam air. Proses sedimentasi
adalah proses pengendapan dimana masing-masing partikel tidak
mengalami perubahan bentuk, ukuran, ataupun kerapatan selama proses
pengendapan berlangsung. Partikel-partikel padat akan mengendap bila
gaya gravitasi lebih besar dari pada kekentalan dan gaya kelembaban
(Enersia) dalam cairan.
BAB II

ALAT DAN BAHAN

2.1. Alat
Alat yang digunakan adalah :
1. Tabung Nessler
2. Pipet tetes.
3. Labu Ukur 50 ml.
4. Pipet Volume 5 ml dan 10 ml.
5. Bola Karet.
6. Beaker glass
7. Gelas ukur
8. Botol semprot

2.2. Bahan
Bahan yang digunakan adalah :
1. Larutan HCl 1:1
2. HONH2HCl 10%
3. Ortho-Phenotrolin 0,1%
4. Larutan Buffer Asetat
5. Larutan Stock Fe 10 ppm dengan volume 0,1 ml; 0,2 ml; 0,4 ml; 0,6 ml
dan 0,8 ml
6. Sampel :
a) Aqua = 10 ml
b) Clean-q = 10 ml
c) Amos = 10 ml
d) Alham = 10 ml
e) Club = 10 ml
BAB III

PROSEDUR KERJA

3.1. Prosedur Kerja Pembuatan Reagen pada Penetapan kadar Fe dalam


Air

1. HCl 1:1.

2. HONH2HCl 10%

3. O.Phenontrolin 0,1%.

Larutkan 100 mgr 1-10 .phenontrolin (C12H8N2H2O) dalam 100 ml


aquades dan panaskan pada temperatur 80oC, jangan sampai mendidih.

4. Fe standart.

Timbang Fe(NH4)(SO4) 6H2O sebanyak 1,404 gram. Tambahkan hati –


hati 20 ml H2SO4 pekat ke dalam 50 ml air. Kemudian tambahkan
pertetes KMnO4 0,1 N sampai warna tetap menjadi merah muda dan
encerkan jadi 1 L dengan aquades sampai tanda garis (1 ml = 200 µg
Fe). Pipet 50 ml larutan stok Fe, larutkan jadi 1 L dengan aquades
sampai tanda garis (1 ml = µg Fe). Pipet 5 ml larutan ini ke dalam labu
ukur 1 liter, encerkan dengan aquades sampai tanda garis ( 1 ml = 1 µg
Fe).

5. Larutan Buffer Acetat.

Timbang NH4 acetat 50 gram, dilarutkan dalam 100 ml aquades.

3.2. Prosedur Kerja Penetapan kadar fe dalam Air

Di pipet larutan stok Fe 10 ppm sebanyak (1ml = 1µg Fe) 0,1 ml;
0,2 ml; 0,4 ml; 0,6 ml; dan 0,8 ml kedalam tabung nessler 50 ml lalu
ditambahkan 1 ml HCl 1:1, kemudian ditambahkan 1 ml HONH2HCl 10
%, lalu ditambahkan 5 ml ortho-phenontrolin. Di aduk sampai rata dan
ditambahkan 5 ml Buffer asetat 50% dan diaduk kembali sampai rata.
Dilihat perubahan warnanya.
Pipet sampel masing masing sebanyak 10 ml,kemudian masukan
kedalam tabung nessler 50 ml. Tambahkan 1 ml HCl 1:1 pada masing-
masing tabung nessler, lalu di tambahkan HONH2HCl 10 % untuk masing-
masing tabung nessler, kemudian di tambahkan 5 ml ortho-phenotrolindan
di tambahkan 5 ml Buffer asetat 50 % untuk tiap-tiap tabung nessler
setelah itu diaduk sampai merata. Lihat perubahan warnanya, kemudian
dibandingkan warna yang dihasilkan dari larutan sampel yang mendekati
dengan warna larutan stok Fe. Dilihat warna yang paling mendekati antara
larutan sampel dengan larutan stok Fe. Dari hasil warnanya dapat dihitung
kadar Fe dari sampel tersebut.
BAB IV

DATA PENGAMATAN

Pemakaian Bahan

Sampel = Aqua, Clean-q, Amos, Alham, Club


Volume larutan stock Fe 10 ppm = 0,1 ml ; 0,2 ml ; 0,4 ml ; 0,6 ml ; 0,8 ml
Volume masing masing sampel = 10 ml
Larutan HCl 1 : 1 = 1 ml
HONH2HCl 10 % = 1 ml
Ortho-Phenotrolin = 5 ml
Buffer Asetat = 5 ml

1. Larutan stock Fe
Larutan stock Fe + HCl larutan bening
Larutan bening + HONH2HCl larutan bening
Larutan bening + orthophenontrolin larutan bening
Larutan bening + larutan buffer asetat larutan merah muda

2. Aqua
Aqua + HCl larutan bening
Larutan bening + HONH2HCl larutan bening
Larutan bening + orthophenontrolin larutan bening
Larutan bening + larutan buffer asetat larutan merah muda

3. Clean-Q
Clean-Q + HCl larutan bening
Larutan bening + HONH2HCl larutan bening
Larutan bening + orthophenontrolin larutan bening
Larutan bening + larutan buffer asetat larutan merah muda
4. Alham
Alham + HCl larutan bening
Larutan bening + HONH2HCl larutan bening
Larutan bening + orthophenontrolin larutan bening
Larutan bening + larutan buffer asetat larutan merah muda

5. Club
Club + HCl larutan bening
Larutan bening + HONH2HCl larutan bening
Larutan bening + orthophenontrolin larutan bening
Larutan bening + larutan buffer asetat larutan merah muda

6. Amos
Amos + HCl larutan bening
Larutan bening + HONH2HCl larutan bening
Larutan bening + orthophenontrolin larutan bening
Larutan bening + larutan buffer asetat larutan merah muda
BAB V
PENGOLAHAN DATA

5.1. Perhitungan Kadar Fe dalam Air


Pada percobaan penentuan kadar Fe dalam air kemasan,sampel
merk Clean-q yang warnanya mendekati larutan stok Fe 0,1 ml.

5.1.1. Clean-Q
Diketahui : - volume sampel = 10 ml
- konsentrasi Fe = 10 ppm

Penyelesaian :

Fe2+ mg/l =

= 0,1 ppm

5.2. Tabulasi Data


Tabel 6.Tabulasi Data Percobaan
Sampel Volume Sampel µg Fe Kadar Fe2+
(ml) (µg) (mg/l)

Clean-q 10 0,1 0,1

Aqua 10 < 0,1 < 0,1

Amos 10 < 0,1 < 0,1

Club 10 < 0,1 < 0,1

Alham 10 < 0,1 < 0,1


5.3. Reaksi

Fe2+ + 2HCl FeCl2 + 2 H+


(ferro) + (asam klorida) (besi (II) klorin) + ( hidroksi)

FeCl2 + 2H+ + HONH2HCl FeCl3 + NH4OH + H2O

(Besi(II) klorin) (Besi (III) klorin) + (Amonium Hidroksida) + (Air)

FeCl3 + NH4OH + C12H8N2H2O


(Besi (III) klorin) (Amonium Hidroksida) ( O.Penontrolin)

FeCl2 + NH4Cl + C12H8N2H2O OH


(Besi (II) klorin) (Amonia klorida) ( O.Penontrolin Hidroksida)

FeCl2 + 2CH3COONH4 Fe(CH3COO)2 + 2NH4Cl


(Besi (II) klorin) (ammonium asetat) (besi (II) asetat) (ammonium
Klorida)
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1.Kesimpulan
Dari hasil praktikum Penetapan kadar Fe dalam Air kemasan dapat
disimpulkan bahwa :

1. Kadar Fe2+ pada sampel merk Clean-q yaitu sebesar 0,1 ppm.

2. Kadar Fe2+ diperoleh dengan cara membandingkan hasil warna yang


diperoleh dari sampel dengan warna dari larutan stok Fe atau bisa
dikatakan analisa dilakukan secara kualitatif.

3. Sampel Clean-Q memiliki kadar Fe2+ sebesar 0,1 mg/l dan sampel merk
lain memiliki kadar Fe lebih rendah, dimana berdasarkan SNI kadar Fe
maksimal sebesar 0,3 mg/l, jadi sampel (Aqua, Clean-Q, Amos, Club
dan Prima) tersebut baik untuk dikonsumsi.

6.2.Saran
Dalam praktikum Penentuan Kadar Fe dalam Air, dimana untuk
menentukan kadar Fe tersebut dilakukan perbandingan antara warna larutan
stok Fe dengan warna sampel. Dalam praktikum yang kami lakukan tidak
terlihat jelas perbandingan warnanya karena sampel yang kami bawa
termasuk kedalam kualitas yang bagus, jadi sebaiknya disarankan kepada
praktikan agar membawa sampel yang kualitasnya kurang bagus atau yang
air minum kemasan gelas yang berkualitas rendah.
DAFTAR PUSTAKA

Pujiastuti, Peni, dkk.(2009). Pemeriksaan Kadar Besi (Fe) dalam Air Sumur, Air
PDAM, dan Air Instalasi Migas didesa Kampung Baru Cepu Secara
Spektrofotometri

De Maio, A., Odone, G., Palmisano, E., Zannoni, R. (1979) An advanced method
for seawater chemical treatment in MSFD plants, Desalination, 31,
321−331.

Lara-Ruiz, J., Noyes, G., Holtzapple, M. T., An investigation of high operating


temperatures in Mechanical Vapor-Compression, Desalination, in press.

Juna Sihombing, (2011). Penuntun Pratikum Tekonologi Pengolahan Air dan


Limbah Industri, Medan: PTKI
LAMPIRAN I

- KARAKTERISTIK AIR

A. Karakter fisik:
1. Temperatur suhu berpengaruh terhadap reaksi kimia, reduksi
kelarutan gas.
2. Rasa dan bau diakibatkan oleh senyawa-senyawa lain dalam
air seperti gas H2S , NH3, senyawa fenol, dll.
3. Warna : air yang murni tidak berwarna, bening dan jernih, adanya
warna pada air menunjukkan adanya senyawa lain yang masuk ke
dalam air.
4. Turbiditas/kekeruhan karena adanya bahan dalam bentuk
koloid dari partikel yang kecil, dan atau adanya pertumbuhan
mikroorganisma.
5. Solid disebabkan oleh senyawa organik maupun anorganik
dalam bentuk suspensi (larut). Jumlah total kandungan bahan
terlarut = TDS (Total dissolve solid), sedangkan bahan yang tidak
terlarut (terpisah dengan filtrasi atau sentrifugasi) = Suspended
Solid (SS).

B. Karakteristik kimia:
1. pH konsentrasi H+
Pembatasan pH dilakukan karena akan mempengaruhi rasa,
korosifitas air dan efisiensi klororinasi. Beberapa senyawa asam
dan basa lebih toksid dalam bentuk molekuler, dimana disosiasi
senyawa asam dan basa lebih toksid dalam bentuk molekuler,
dimana dissosiasi senyawa-senyawa tersebut dipengaruhi oleh pH.
2. Potensial oksidasi-reduksi
3. Alkalinitas jumlah ion dalam air yang akan bereaksi dengan
ion hidrogen Sumber: bikarbonat (HCO3-), karbonat (CO32-)
hidroksida (OH-), HSiO3-, H2BO3-, dll
4. Asiditas
5. Kesadahan : konsentrasi kation logam dalam larutan.Dalam
kondisi supersaturasi (sangat jenuh) akan bereaksi dengan anion
membentuk endapan. Kesadahan air yang tinggi akan
mempengaruhi efektifitas pemakaian sabun, namun sebaliknya
dapat memberikan rasa yang segar. Di dalam pemakaian untuk
industri (air ketel, air pendingin, atau pemanas) adanya kesadahan
dalam air tidaklah dikehendaki. Kesadahan yang tinggi bisa,
disebabkan oleh adanya kadar residu terlarut yang tinggi dalam
air.
6. Dissolved Oxygen (DO)
DO adalah jumlah oksigen terlarut dalam air yang berasal
dari fotosintesa dan absorbs atmosfer/udara. Semakin banyak DO
maka kualitas air semakin baik. Satuan DO biasanya dinyatakan
dalam presentase saturasi
7. Oxygen Demand BOD (Biological Oxygen Demand)
BOD adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan oleh
mikroorganisme untuk menguraikan bahan-bahan organic (zat
pencerna) yang terdapat di dalam air buangan secara biologi. BOD
dan COD digunakan untuk memonitoring kapasitas self
purification badan air penerima.

REAKSI :
Zat organik + m.o + O2  CO2 + m.o + sisa material organik
(CHONSP)
8. nitrogen (organik, anorganik)
9. COD (Chemical Oxygen Demand)
COD adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan untuk
mengoksidasi bahan-bahan organik secara kimia.
10. Pospat
11. klorida.
12. Senyawa-senyawa kimia yang beracun
Kehadiran unsur arsen (As) pada dosis yang rendah sudah
merupakan racun terhadap manusia sehingga perlu pembatasan
yang agak ketat (0,05 mg/l). Kehadiran besi (Fe) dalam air bersih
akan menyebabkan timbulnya rasa dan bau ligam, menimbulkan
warna koloid merah (karat) akibat oksidasi oleh oksigen terlarut
yang dapat menjadi racun bagi manusia.

C. Karakteristik Biologi:
Organisme yang ditemukan dalam perairan: bakteri, virus,
algae, jamur, mikroinvertebrata (protozoa, serangga, cacing, dll).
Karakteristik biologi ditentukan dengan parameter yang disebut indeks
biotik Indeks ini menunjukkan ada tidaknya organisme.
LAMPIRAN II

1. Perbedaan besi, ferri, ferro


a. Besi
Besi adalah unsur dalam jadual berkala yang mempunyai simbol Fe
dan nombor atom 26. Besi merupakan logam yang berada dalam kumpulan
8 dan kala (period) 4. Atom besi biasa mempunyai 56 ganda jisim atom
hidrogen biasa. Besi adalah logam paling banyak, dan dipercayai unsur
kimia kesepuluh paling banyak di alam sejagat. Besi juga merupakan unsur
paling banyak (menurut jisim, 34.6%) membentuk bumi; penumpuan besi
pada lapisan berlainan di bumi berbeza antara tinggi peratusannya pada
lapisan dalam sehingga 5% pada kerak bumi; terdapat kemungkinan bahawa
teras dalam Bumi mengandungi hablur besi tunggal walaupun ia
berkemungkinan sebatian besi dan nikel; jumlah besar besi dalam Bumi
dijangka menyumbang kepada medan magnet Bumi. Simbolnya adalah Fe
ringkasan kepada ferrum, perkataan Latin bagi besi.
Besi adalah logam yang dihasilkan dari bijih besi, dan jarang
dijumpai dalam keadaan unsur bebas. Untuk mendapatkan unsur besi,
campuran lain mesti disingkir melalui pengurangan kimia. Besi digunakan
dalam penghasilan besi baja, yang bukannya unsur tetapi aloi logam
berlainan (dan sebahagian bukan-logam, terutamanya karbon).
Besi adalah sejenis logam yang hadir dalam konsentrasi yang rendah
dalam sebagian besar persediaan air. Besi dapat terlarut dalam air atau
tampak dalam bentuk khusus. Air berkorosif dapat merusak besi pada
saluran pipa. Besi dengan tingkat lebih dari 0.1 ppm pada umumnya
dikategorikan bermasalah karena memiliki potensi berkarat.
Besi merupakan logam paling biasa digunakan di antara semua
logam, iaitu merangkumi sebanyak 95 peratus daripada semua tan logam
yang dihasilkan di seluruh dunia. Gabungan harganya yang murah dengan
kekuatannya menjadikannya amat diperlukan, terutamanya dalam
penggunaan seperti kereta, badan kapal bagi kapal besar, dan komponen
struktur bagi bangunan.

b. Ferro (Fe2+)
Besi yang murni adalah logam berwarna putih perak, yang kukuih dan
liat. Ia melebur pada 15350C. Jarang terdapat besi komersial yang murni;
biasanya besi mengandung sejumlah kecil karbida, silisida, fosfida, dan
sulfide dari besi, serta seedikit grafit. Zat-zat pencemar ini memainkan
peranan penting dalam kekuatan struktur besi. Besi dapat dimagnitkan.
Asam klorida encer atau pekat dan asam sulfat encer melarutkan besi, pada
mana menghasilkan garam-garam besi (II) dan gas hydrogen.

c. Ferri (Fe3+)

Besi(III) klorida, atau feri klorida, adalah suatu senyawa kimia yang
merupakan komoditas skala industri, dengan rumus kimia FeCl3. Senyawa
ini umum digunakan dalam pengolahan limbah, produksi air minum
maupun sebagai katalis, baik di industri maupun di laboratorium. Warna
dari kristal besi (III) klorida tergantung pada sudut pandangnya: dari cahaya
pantulan ia berwarna hijau tua, tapi dari cahaya pancaran ia berwarna ungu-
merah.
Besi (III) klorida bersifat deliquescent, berbuih di udara lembap,
karena munculnya HCl, yang terhidrasi membentuk kabut. Bila dilarutkan
dalam air, besi (III) klorida mengalami hidrolisis yang merupakan reaksi
eksotermis (menghasilkan panas). Hidrolisis ini menghasilkan larutan yang
coklat, asam, dan korosif, yang digunakan sebagai koagulan pada
pengolahan limbah dan produksi air minum. Larutan ini juga digunakan
sebagai pengetsa untuk logam berbasis-tembaga pada papan sirkuit cetak
(PCB). Anhidrat dari besi (III) klorida adalah asam Lewis yang cukup kuat,
dan digunakan sebagai katalis dalam sintesis organik.

Anda mungkin juga menyukai