PENDAHULUAN
1.1.TUJUAN PERCOBAAN
1. Menganalisa kadar Fe dalam Air
2. Mengetahui Perbedaan Fe2+ dan Fe3+
3. Memahami Metode analisa Kadar Fe dalam Air Secara Kualitatif
3. Tinjauan Pustaka
Pada air permukaan jarang ditemui kadar besi lebih besar dari 1
ppm, tetapi dalam air tanah kadar besi dapat jauh lebih tinggi. Konsentrasi
besi yang tinggi dapat dirasakan dan dapat menodai kain dan pekakas
dapur. Hal itu juga dapat ditemui pada air permukaan yang mengandung
besi lebih banyak. Kadar besi dalam air tersebut juga dapat disebakan
karena adanya pipa pipa saluran air yang berkarat.
4. Metodologi Penelitian
Cara kerja
b. Uji kwantitatif
Tabel 3.Hasil penetapan Kadar Besi pada Percobaan 1
No Sampel Absorbansi Konsentrasi (ppm)
1 Air sumur 0,633 6,93
2 Air PDAM 0,347 3,56
3 Air instalasi migas 0,192 1,73
Tabel 4.Hasil penetapan Kadar Besi pada Percobaan 2
No Sampel Absorbansi Konsentrasi (ppm)
1 Air sumur 0,414 0,87
2 Air PDAM 0,345 0,71
3 Air instalasi migas 0,109 0,15
1.3. BESI
1. Besi (II)
Besi yang murni adalah logam berwarna putih perak, yang kukuih dan
liat. Ia melebur pada 15350C. Jarang terdapat besi komersial yang murni;
biasanya besi mengandung sejumlah kecil karbida, silisida, fosfida, dan
sulfide dari besi, serta seedikit grafit. Zat-zat pencemar ini memainkan
peranan penting dalam kekuatan struktur besi. Besi dapat dimagnitkan.
Asam klorida encer atau pekat dan asam sulfat encer melarutkan besi, pada
mana menghasilkan garam-garam besi (II) dan gas hydrogen.
2. Besi (III)
Besi (III) klorida, atau feri klorida, adalah suatu senyawa kimia
yang merupakan komoditas skala industri, dengan rumus kimia FeCl3.
Senyawa ini umum digunakan dalam pengolahan limbah, produksi air
minum maupun sebagai katalis, baik di industri maupun di laboratorium.
Warna dari kristal besi (III) klorida tergantung pada sudut pandangnya:
dari cahaya pantulan ia berwarna hijau tua, tapi dari cahaya pancarannya
berwarna ungu-merah.
Besi (III) klorida bersifat deliquescent, berbuih di udara lembap,
karena munculnya HCl, yang terhidrasi membentuk kabut. Bila dilarutkan
dalam air, besi (III) klorida mengalami hidrolisis yang merupakan reaksi
eksotermis (menghasilkan panas). Hidrolisis ini menghasilkan larutan yang
coklat, asam, dan korosif, yang digunakan sebagai koagulan pada
pengolahan limbah dan produksi air minum. Larutan ini juga digunakan
sebagai pengetsa untuk logam berbasis-tembaga pada papan sirkuit cetak
(PCB). Anhidrat dari besi (III) klorida adalah asam Lewis yang cukup
kuat, dan digunakan sebagai katalis dalam sintesis organik.
3. Karakteristik Besi (II) dan Besi (III)
Tabel 5.Karekteristik Besi (II) dan Besi (III)
Umum
Orbital 8, 4, d
Logam berkilau
Rupa
kekelabuan
Sifat fisik
1.4.ANALISIS BESI
Besi(II) dapat dideteksi dengan sangat dapat dipercaya menggunakan
α, α’ dipiridil, uji ini memastikan, jua meskipun ada serta besi(III). Pada
gilirannya, ion besi(III) dapat dideteksi dengan larutan ammonium tiosianat.
Perlu diingat bahwa bahkan larutan garam besi(II) murni yang baru
mengandung sedikit besi (III) dan uji tiosianat akan positif dengan larutan-
larutan ini.
1. Uji kering
Zat besi (Fe) adalah salah satu kandungan mineral yang terdapat dalam
air, selain mangan dan logam berat lainnya. Ada beberapa teknik/cara untuk
menghilangkan/menurunkan kandungan besi ini :
1. Aerasi
Ion Fe selalu di jumpai pada air alami dengan kadar oksigen yang
rendah, seperti pada air tanah dan pada daerah danau yang tanpa udara
Keberadaan ferri larutan dapat terbentuk dengan adanya pabrik tenun,
kertas, dan proses industri. Fe dapat dihilangkan dari dalam air dengan
melakukan oksidasi menjadi Fe(OH)3 yang tidak larut dalam air, kemudian
di ikuti dengan pengendapan dan penyaringan. Aerasi adalah suatu teknik
memancarkan air ke udara agar air terkena kontak dengan udara/oksigen.
Semakin banyak permukaan air yang terkena oksigen maka semakin baik.
2. Filtrasi
Proses penyaringan merupakan bagian dari pengolahan air yang
pada prinsipnya adalah untuk mengurangi bahan-bahan organik maupun
bahan-bahan an organik yang berada dalam air. Penghilangan zat padat
tersuspensi denggan penyaringan memiliki peranan penting, baik yang
terjadi dalam pemurnian air tanah maupun dalam pemurnian buatan di
dalam instalasi pengolahan air. Bahan yang dipakai sebagai media
saringan adalah pasir yang mempunyai sifat penyaringan yang baik, keras
dan dapat tahan lama dipakai bebas dari kotoran dan tidak larut dalam air,
yaitu dengan menggunakan pasir mangan (Manganese Green Sand) Pasir
mangan ini terbukti efektif untuk menurunkan kandungan zat besi (Fe)
dalam air. Penggunaannya adalah dengan cara dimasukkan ke dalam
tabung filter. Pasir mangan ini berwarna merah dan masa pakai 3-12 bulan
(tergantung pemakaian dan kondisi air).
3. Sedimentasi
Sedimentasi adalah proses pengendapan partikel-partikel padat
yang tersuspensi dalam cairan/zat cair karena pengaruh gravitasi (gaya
berat secara alami). Proses pengendapan dengan cara gravitasi untuk
mengendapkan partikel-partikel tersuspensi yang lebih berat daripada air,
ini yang sering dipergunakan dalam pengolahan air. Sedimentasi dapat
berlangsung sempurna pada danau yang airnya diam atau suatu wadah air
yang dibuat sedemikian rupa sehingga air di dalamya keadaan diam. Pada
dasarnya proses tersebut tergantung pada pengaruh gaya gravitasi dari
partikel tersuspensi dalam air.
Sedimentasi dapat berlangsung pada setiap badan air. Biaya
pengolahan air dengan proses sedimentasi relatif murah karena tidak
membutuhkan peralatan mekanik maupun penambahan bahan kimia.
Kegunaan sedimentasi untuk mereduksi bahan-bahan tersuspensi
(kekeruhan) dari dalam air dan dapat juga berfungsi untuk mereduksi
kandungan organisme (patogen) tertentu dalam air. Proses sedimentasi
adalah proses pengendapan dimana masing-masing partikel tidak
mengalami perubahan bentuk, ukuran, ataupun kerapatan selama proses
pengendapan berlangsung. Partikel-partikel padat akan mengendap bila
gaya gravitasi lebih besar dari pada kekentalan dan gaya kelembaban
(Enersia) dalam cairan.
BAB II
2.1. Alat
Alat yang digunakan adalah :
1. Tabung Nessler
2. Pipet tetes.
3. Labu Ukur 50 ml.
4. Pipet Volume 5 ml dan 10 ml.
5. Bola Karet.
6. Beaker glass
7. Gelas ukur
8. Botol semprot
2.2. Bahan
Bahan yang digunakan adalah :
1. Larutan HCl 1:1
2. HONH2HCl 10%
3. Ortho-Phenotrolin 0,1%
4. Larutan Buffer Asetat
5. Larutan Stock Fe 10 ppm dengan volume 0,1 ml; 0,2 ml; 0,4 ml; 0,6 ml
dan 0,8 ml
6. Sampel :
a) Aqua = 10 ml
b) Clean-q = 10 ml
c) Amos = 10 ml
d) Alham = 10 ml
e) Club = 10 ml
BAB III
PROSEDUR KERJA
1. HCl 1:1.
2. HONH2HCl 10%
3. O.Phenontrolin 0,1%.
4. Fe standart.
Di pipet larutan stok Fe 10 ppm sebanyak (1ml = 1µg Fe) 0,1 ml;
0,2 ml; 0,4 ml; 0,6 ml; dan 0,8 ml kedalam tabung nessler 50 ml lalu
ditambahkan 1 ml HCl 1:1, kemudian ditambahkan 1 ml HONH2HCl 10
%, lalu ditambahkan 5 ml ortho-phenontrolin. Di aduk sampai rata dan
ditambahkan 5 ml Buffer asetat 50% dan diaduk kembali sampai rata.
Dilihat perubahan warnanya.
Pipet sampel masing masing sebanyak 10 ml,kemudian masukan
kedalam tabung nessler 50 ml. Tambahkan 1 ml HCl 1:1 pada masing-
masing tabung nessler, lalu di tambahkan HONH2HCl 10 % untuk masing-
masing tabung nessler, kemudian di tambahkan 5 ml ortho-phenotrolindan
di tambahkan 5 ml Buffer asetat 50 % untuk tiap-tiap tabung nessler
setelah itu diaduk sampai merata. Lihat perubahan warnanya, kemudian
dibandingkan warna yang dihasilkan dari larutan sampel yang mendekati
dengan warna larutan stok Fe. Dilihat warna yang paling mendekati antara
larutan sampel dengan larutan stok Fe. Dari hasil warnanya dapat dihitung
kadar Fe dari sampel tersebut.
BAB IV
DATA PENGAMATAN
Pemakaian Bahan
1. Larutan stock Fe
Larutan stock Fe + HCl larutan bening
Larutan bening + HONH2HCl larutan bening
Larutan bening + orthophenontrolin larutan bening
Larutan bening + larutan buffer asetat larutan merah muda
2. Aqua
Aqua + HCl larutan bening
Larutan bening + HONH2HCl larutan bening
Larutan bening + orthophenontrolin larutan bening
Larutan bening + larutan buffer asetat larutan merah muda
3. Clean-Q
Clean-Q + HCl larutan bening
Larutan bening + HONH2HCl larutan bening
Larutan bening + orthophenontrolin larutan bening
Larutan bening + larutan buffer asetat larutan merah muda
4. Alham
Alham + HCl larutan bening
Larutan bening + HONH2HCl larutan bening
Larutan bening + orthophenontrolin larutan bening
Larutan bening + larutan buffer asetat larutan merah muda
5. Club
Club + HCl larutan bening
Larutan bening + HONH2HCl larutan bening
Larutan bening + orthophenontrolin larutan bening
Larutan bening + larutan buffer asetat larutan merah muda
6. Amos
Amos + HCl larutan bening
Larutan bening + HONH2HCl larutan bening
Larutan bening + orthophenontrolin larutan bening
Larutan bening + larutan buffer asetat larutan merah muda
BAB V
PENGOLAHAN DATA
5.1.1. Clean-Q
Diketahui : - volume sampel = 10 ml
- konsentrasi Fe = 10 ppm
Penyelesaian :
Fe2+ mg/l =
= 0,1 ppm
6.1.Kesimpulan
Dari hasil praktikum Penetapan kadar Fe dalam Air kemasan dapat
disimpulkan bahwa :
1. Kadar Fe2+ pada sampel merk Clean-q yaitu sebesar 0,1 ppm.
3. Sampel Clean-Q memiliki kadar Fe2+ sebesar 0,1 mg/l dan sampel merk
lain memiliki kadar Fe lebih rendah, dimana berdasarkan SNI kadar Fe
maksimal sebesar 0,3 mg/l, jadi sampel (Aqua, Clean-Q, Amos, Club
dan Prima) tersebut baik untuk dikonsumsi.
6.2.Saran
Dalam praktikum Penentuan Kadar Fe dalam Air, dimana untuk
menentukan kadar Fe tersebut dilakukan perbandingan antara warna larutan
stok Fe dengan warna sampel. Dalam praktikum yang kami lakukan tidak
terlihat jelas perbandingan warnanya karena sampel yang kami bawa
termasuk kedalam kualitas yang bagus, jadi sebaiknya disarankan kepada
praktikan agar membawa sampel yang kualitasnya kurang bagus atau yang
air minum kemasan gelas yang berkualitas rendah.
DAFTAR PUSTAKA
Pujiastuti, Peni, dkk.(2009). Pemeriksaan Kadar Besi (Fe) dalam Air Sumur, Air
PDAM, dan Air Instalasi Migas didesa Kampung Baru Cepu Secara
Spektrofotometri
De Maio, A., Odone, G., Palmisano, E., Zannoni, R. (1979) An advanced method
for seawater chemical treatment in MSFD plants, Desalination, 31,
321−331.
- KARAKTERISTIK AIR
A. Karakter fisik:
1. Temperatur suhu berpengaruh terhadap reaksi kimia, reduksi
kelarutan gas.
2. Rasa dan bau diakibatkan oleh senyawa-senyawa lain dalam
air seperti gas H2S , NH3, senyawa fenol, dll.
3. Warna : air yang murni tidak berwarna, bening dan jernih, adanya
warna pada air menunjukkan adanya senyawa lain yang masuk ke
dalam air.
4. Turbiditas/kekeruhan karena adanya bahan dalam bentuk
koloid dari partikel yang kecil, dan atau adanya pertumbuhan
mikroorganisma.
5. Solid disebabkan oleh senyawa organik maupun anorganik
dalam bentuk suspensi (larut). Jumlah total kandungan bahan
terlarut = TDS (Total dissolve solid), sedangkan bahan yang tidak
terlarut (terpisah dengan filtrasi atau sentrifugasi) = Suspended
Solid (SS).
B. Karakteristik kimia:
1. pH konsentrasi H+
Pembatasan pH dilakukan karena akan mempengaruhi rasa,
korosifitas air dan efisiensi klororinasi. Beberapa senyawa asam
dan basa lebih toksid dalam bentuk molekuler, dimana disosiasi
senyawa asam dan basa lebih toksid dalam bentuk molekuler,
dimana dissosiasi senyawa-senyawa tersebut dipengaruhi oleh pH.
2. Potensial oksidasi-reduksi
3. Alkalinitas jumlah ion dalam air yang akan bereaksi dengan
ion hidrogen Sumber: bikarbonat (HCO3-), karbonat (CO32-)
hidroksida (OH-), HSiO3-, H2BO3-, dll
4. Asiditas
5. Kesadahan : konsentrasi kation logam dalam larutan.Dalam
kondisi supersaturasi (sangat jenuh) akan bereaksi dengan anion
membentuk endapan. Kesadahan air yang tinggi akan
mempengaruhi efektifitas pemakaian sabun, namun sebaliknya
dapat memberikan rasa yang segar. Di dalam pemakaian untuk
industri (air ketel, air pendingin, atau pemanas) adanya kesadahan
dalam air tidaklah dikehendaki. Kesadahan yang tinggi bisa,
disebabkan oleh adanya kadar residu terlarut yang tinggi dalam
air.
6. Dissolved Oxygen (DO)
DO adalah jumlah oksigen terlarut dalam air yang berasal
dari fotosintesa dan absorbs atmosfer/udara. Semakin banyak DO
maka kualitas air semakin baik. Satuan DO biasanya dinyatakan
dalam presentase saturasi
7. Oxygen Demand BOD (Biological Oxygen Demand)
BOD adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan oleh
mikroorganisme untuk menguraikan bahan-bahan organic (zat
pencerna) yang terdapat di dalam air buangan secara biologi. BOD
dan COD digunakan untuk memonitoring kapasitas self
purification badan air penerima.
REAKSI :
Zat organik + m.o + O2 CO2 + m.o + sisa material organik
(CHONSP)
8. nitrogen (organik, anorganik)
9. COD (Chemical Oxygen Demand)
COD adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan untuk
mengoksidasi bahan-bahan organik secara kimia.
10. Pospat
11. klorida.
12. Senyawa-senyawa kimia yang beracun
Kehadiran unsur arsen (As) pada dosis yang rendah sudah
merupakan racun terhadap manusia sehingga perlu pembatasan
yang agak ketat (0,05 mg/l). Kehadiran besi (Fe) dalam air bersih
akan menyebabkan timbulnya rasa dan bau ligam, menimbulkan
warna koloid merah (karat) akibat oksidasi oleh oksigen terlarut
yang dapat menjadi racun bagi manusia.
C. Karakteristik Biologi:
Organisme yang ditemukan dalam perairan: bakteri, virus,
algae, jamur, mikroinvertebrata (protozoa, serangga, cacing, dll).
Karakteristik biologi ditentukan dengan parameter yang disebut indeks
biotik Indeks ini menunjukkan ada tidaknya organisme.
LAMPIRAN II
b. Ferro (Fe2+)
Besi yang murni adalah logam berwarna putih perak, yang kukuih dan
liat. Ia melebur pada 15350C. Jarang terdapat besi komersial yang murni;
biasanya besi mengandung sejumlah kecil karbida, silisida, fosfida, dan
sulfide dari besi, serta seedikit grafit. Zat-zat pencemar ini memainkan
peranan penting dalam kekuatan struktur besi. Besi dapat dimagnitkan.
Asam klorida encer atau pekat dan asam sulfat encer melarutkan besi, pada
mana menghasilkan garam-garam besi (II) dan gas hydrogen.
c. Ferri (Fe3+)
Besi(III) klorida, atau feri klorida, adalah suatu senyawa kimia yang
merupakan komoditas skala industri, dengan rumus kimia FeCl3. Senyawa
ini umum digunakan dalam pengolahan limbah, produksi air minum
maupun sebagai katalis, baik di industri maupun di laboratorium. Warna
dari kristal besi (III) klorida tergantung pada sudut pandangnya: dari cahaya
pantulan ia berwarna hijau tua, tapi dari cahaya pancaran ia berwarna ungu-
merah.
Besi (III) klorida bersifat deliquescent, berbuih di udara lembap,
karena munculnya HCl, yang terhidrasi membentuk kabut. Bila dilarutkan
dalam air, besi (III) klorida mengalami hidrolisis yang merupakan reaksi
eksotermis (menghasilkan panas). Hidrolisis ini menghasilkan larutan yang
coklat, asam, dan korosif, yang digunakan sebagai koagulan pada
pengolahan limbah dan produksi air minum. Larutan ini juga digunakan
sebagai pengetsa untuk logam berbasis-tembaga pada papan sirkuit cetak
(PCB). Anhidrat dari besi (III) klorida adalah asam Lewis yang cukup kuat,
dan digunakan sebagai katalis dalam sintesis organik.