Anda di halaman 1dari 28

TUGAS RESUME

“Keperawatan Maternitas”

Oleh:

SAFRIANTI ZULMA

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


UNIVERSITAS KARYA PERSADA MUNA
RAHA
2023
1. Keluarga Berencana

Keluarga berencana termasuk ke dalam 17 Tujuan Pembangunan

Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs) yang disepakati


oleh negara-negara anggota PBB tahun 2015. Keluarga berencana terdapat

pada tujuan untuk menjamin kehidupan sehat dan mendukung kesejahteraan

bagi semua di segala usia. Target ke-3 poin 7 dalam tujuan tersebut

menyebutkan bahwa pada tahun 2030, pemerintah menjamin akses universal

terhadap layanan perawatan kesehatan seksual dan reproduksi, termasuk untuk

keluarga berencana, informasi dan pendidikan, serta integrasi kesehatan

reproduksi ke dalam strategi program nasional.

Pelaksanaan program keluarga berencana dinyatakan dengan

pemakaian alat atau cara KB saat ini. Pemakaian alat KB modern yang

dinyatakan dengan Contraceptive Prevalence Rate (CPR) modern di antara

WUS (wanita usia kawin 15-49 tahun) merupakan salah satu dari indikator

universal akses kesehatan reproduksi. Pemakaian cara/alat KB di Indonesia

tahun 2013 adalah 59,7% dengan besar CPR modern 59,3 %. Program KB

memberikan manfaat yang sangat besar yaitu:

1. Menurunkan Resiko Terjangkitnya Kanker Rahim Dan Kanker


Servik

Kanker ovarium merupakan tumor ganas yang terdapat dalam

endometium, yaitu lapisan dalam rahim tempat menempelnya ovum yang telah

dibuahi. Sedangkan kanker servik merupakan sejenis kanker yang menyerang

bagian reproduksi wanita terutama leher rahim.

 Penelitian

Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Institut Catala d’Oncologia

di Catalonia, Spanyol, yang dipublikasikan dalam jurnal kesehatan The Lancet


Oncology menyatakan bahwa para wanita yang menggunakan alat kontrasepsi

seperti IUD dapat mengalami penurunan yang signifikan terhadap risiko

terjadinya kanker serviks dan kanker rahim. Hal ini disebabkan oleh IUD yang

ditanam dalam rahim wanita dapat menimbulkan respons terhadap terjadinya

peradangan, sehingga dapat menghilangkan virus Human papillomavirus (virus

HPV) sebagai penyebab utama kanker serviks.

2. Menurunkan angka kematian maternal serta peningkatan IPM

Kematian yang terjadi pada ibu dan anak, masih sering kita jumpai, baik

pada saat proses persalinan, pasca persalinan, maupun hari-hari pertama

kehidupan bayi. Untuk itu, perlu diadakan upaya serta berbagai macam inovasi

guna mengatasi hal tersebut.

 Penelitian

Menurut mantan Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana

Nasional (BKKBN) Sugiri Syarief, “Program Keluarga Berencana (KB) berperan

kuat menurunkan angka kematian tersebut,” beliau juga menambahkan bahwa KB

juga dapat menjadi salah satu solusi untuk peningkatan indeks pembangunan

manusia (IPM). Dimana pada saat ini IPM Indonesia menunjukkan penurunan ke

peringkat 124 dari 187 negara.

3. Menghindari kehamilan yang tidak diinginkan

Kasus kehamilan yang tidak diinginkan sering kali kita temukan disekitar

kita. Hal tersebut bisa disebabkan oleh kecerobohan, maupun faktor-faktor


lainnya. Hal tersebut akan berdampak baik bagi kesehatan, maupun bidang

ekonomi, seperti tindakan aborsi yang dapat membahayakan jiwa, maupun

keadaan ekonomi yang semakin sulit. Dengan mengikuti program KB, masalah

tersebut dapat diminimalisir.

4. Dapat meningkatkan kesehatan ibu dan anak

Perencanaan kelahmilan yang menjadi salah satu tujuan KB dapat

menurunkan resiko kehamilan yang tidak diinginkan. Hal tersebut dapat

membantu meningkatkan tingkat kesehatan serta kelangsungan hidup pada ibu,

bayi, dan anak.

5. Mencegah penularan penyakit berbahaya

Manfaat KB dengan penggunaan alat kontrasepsi seperti kondom sebelum

melakukan hubungan intim dapat mencegah peyebaran atau penularan virus-virus

berbahaya seperti HIV AIDS. Selain itu, manfaat daun sirih bagi wanita juga

mampu mengatasi penularan penyakit berbahaya.

6. Lebih menjamin tumbuh kembang bayi dan anak

Dengan manfaat KB berarti keluarga dapat menyelamatkan kehidupan

serta meningkatkan status kesehatan ibu dan anak. Terutama dalam mencegah

kehamilan tak diinginkan, menjarangkan jarak kelahiran, serta mengurangi tingkat

risiko kematian pada bayi. Selain itu, program KB juga dapat memberi

keuntungan bagi kehidupan ekonomi sebuah keluarga dan masyarakat. Selain

itu,program KB juga telah mebuktikan bahwa pria juga ikut bertanggung jawab

dalam menjaga kesehatan reproduksi mereka dan keluarganya.

 Jenis-jenis alat kontrasepsi .


a. Kondom Pria

Kondom merupakan alat kontrasepsi pria yang banyak dipilih karena cara

menggunakannya cukup praktis. Selain mencegah kehamilan, penggunaan

kondom juga berguna untuk menurunkan risiko penyebaran penyakit menular

seksual. Kondom pria bekerja dengan menghalangi sperma masuk ke vagina.

Kelebihan kondom pria sebagai alat kontrasepsi adalah harganya yang

terjangkau, praktis digunakan, serta mudah didapatkan. Penggunaan kondom

dengan cara yang benar dapat mencegah kehamilan hingga 98%. Namun,

penggunaan yang kurang tepat atau kondisi kondom tidak baik (terdapat robekan

atau kebocoran) dapat meningkatkan kegagalan alat kontrasepsi ini. Selain itu,

kondom hanya bisa digunakan satu kali.

b. Pil KB

Selain kondom, salah satu alat yang tak kalah diminati sebagai kontrasepsi

adalah pil KB. Kontrasepsi ini mengandung hormon progestin dan estrogen yang

berperan mencegah terjadinya ovulasi. Pil KB umumnya terdiri dari 21–35 butir

dan penggunaannya harus berkelanjutan selama satu siklus.

Pil KB memiliki tingkat efektivitas yang cukup tinggi dengan risiko

kegagalan rendah. Mengonsumsi pil KB juga membuat haid semakin lancar.

Namun, penggunaan pil KB dapat menimbulkan beberapa efek samping, seperti

pembekuan darah, jerawat, nyeri pada payudara, hingga pada beberapa kasus

tekanan darah tinggi.

c. KB Implan
Berbeda dengan pil KB, KB implan merupakan alat kontrasepsi yang

berukuran kecil dan tampak seperti batang korek api. KB implan dapat mencegah

kehamilan selama tiga tahun dengan cara mengeluarkan hormon progestin secara

perlahan.

Cara penggunaan KB implan sebagai kontrasepsi adalah dengan

memasukkan alat ini ke bagian bawah kulit, umumnya di lengan bagian atas. Di

balik efektivitasnya yang cukup tinggi, penggunaan alat ini diketahui dapat

menyebabkan siklus menstruasi tidak teratur serta menimbulkan memar pada kulit

saat baru dilakukan pemasangan implan

d. Suntik KB

Cara kerja suntik KB hampir sama dengan pil KB, hanya saja cara

penggunaannya berbeda. Bagi wanita yang tidak suka minum obat setiap hari,

maka suntik KB bisa menjadi alternatifnya. Berdasarkan periode penggunaannya,

suntik KB terbagi menjadi dua yaitu 1 bulan dan 3 bulan.

Kelebihan suntik KB sebagai alat kontrasepsi adalah penggunaannya

lebih praktis dengan risiko kegagalan di bawah 1% jika digunakan dengan tepat.

Di sisi lain, suntik KB dapat menyebabkan siklus menstruasi tidak teratur dan

efek samping seperti keluarnya bercak darah.

e. IUD

IUD (Intra-Uterine Device) atau yang dikenal juga dengan KB spiral

adalah alat kontrasepsi wanita yang bisa bekerja selama 5–10 tahun. Alat
berbentuk T ini memiliki dua jenis, yaitu IUD hormonal (berisi hormon progestin)

dan IUD nonhormonal (terbuat dari tembaga).

IUD memiliki kelebihan bisa bertahan lama di dalam rahim, namun

posisinya bisa bergeser dan menyebabkan rasa tidak nyaman pada rahim atau saat

berhubungan intim. IUD juga berpotensi menimbulkan kram dan meningkatkan

volume darah saat menstruasi.

f. Kondom Wanita

Alat kontrasepsi berupa kondom tidak hanya tersedia untuk pria, tetapi

juga wanita. Kondom wanita berfungsi untuk menyelubungi vagina.

Penggunaannya sendiri cukup mudah untuk disesuaikan karena terdapat cincin

plastik di ujung kondom. Alat ini pun tidak bisa digunakan bersamaan dengan

kondom pria.

Kelebihan menggunakan kondom wanita sebagai alat kontrasepsi adalah

menjaga suhu tubuh lebih baik daripada kondom pria. Namun, efektivitasnya

masih lebih rendah jika dibandingkan dengan kondom pria, bahkan tingkat

kegagalannya bisa dibilang tinggi, yaitu sebesar 21% jika cara penggunaannya

tidak baik.

g. Diafragma

Diafragma adalah jenis alat kontrasepsi yang berbentuk kubah dan terbuat

dari karet. Cara menggunakannya diafragma sebagai kontrasepsi adalah dengan

menempatkannya di mulut rahim sebelum berhubungan intim. Alat ini biasanya

dikombinasikan dengan spermisida.


Diafragma merupakan alat kontrasepsi yang harganya cukup terjangkau.
Namun, sejumlah kekurangannya yaitu pemasangannya harus dilakukan oleh
dokter, memiliki tingkat kegagalan hingga 16% jika tidak digunakan secara tepat,
serta tidak memberikan perlindungan terhadap penyakit menular seksual.

h. Spersimida

Spermisida adalah alat kontrasepsi berbentuk jeli, krim, atau busa yang

mengandung bahan kimia untuk mematikan sperma. Spermisida dimasukkan ke

dalam vagina 30 menit sebelum berhubungan intim. Spermisida merupakan salah

satu kontrasepsi dengan harga terjangkau dan mudah digunakan. Akan tetapi,

penggunaan spermisida terlalu sering berpotensi menyebabkan iritasi pada organ

intim. Penggunaannya perlu dikombinasikan dengan kontrasepsi lain karena

tingkat kegagalannya dapat mencapai 29%, misalnya kondom.

i. KB Permanen

Jika Anda dan pasangan sudah yakin untuk tidak memiliki anak lagi, maka

KB permanen atau steril adalah pilihan alat kontrasepsi yang tepat. Metode ini

memiliki efektivitas untuk mencegah kehamilan hampir 100%. KB permanen pun

dapat dilakukan pada pria dan wanita.

Pada pria, KB permanen dilakukan dengan vasektomi (memutus

penyaluran sperma ke air mani). Sementara itu, KB permanen pada wanita

menggunakan metode tubektomi atau pengikatan tuba falopi, yaitu sistem

reproduksi wanita yang berperan penting dalam proses pembuahan.

2. Gangguan Menstruasi
Gangguan menstruasi merupakan keluhan yang sering menyebabkan

seorang wanita datang berobat ke dokter atau ke tempat pertolongan pertama.

Keluhan gangguan menstruasi bervariasi dari ringan sampai berat dan tidak jarang

menyebabkan rasa frustasi baik bagi penderita, keluarganya bahkan dokter yang

merawatnya. Selain menyebabkan gangguan kesehatan, gangguan menstruasi

ternyata berpengaruh pada aktivitas sehari-hari dan mengganggu emosional si

penderita. (Sarwono, 2011)

Gangguan haid adalah perdarahan haid yang tidak normal dalam hal :

panjang siklus haid, lama haid, dan jumlah darah haid. Melibatkan hipotalamus,

hipofisis, ovarium dan endometrium.

Kelainan haid biasanya terjadi karena ketidak seimbangan hormon-

hormon yang mengatur haid, namun dapat juga disebabkan oleh kondisi medis

lainnya. Factor penyebab gangguan menstruasi secara fisiologis adalah berkaitan

dengan umur yaitu terjadi sebelum pubertas atau dalam masa menopause, dalam

kehamilan, dalam masa laktasi maupun gangguan pada aksis hipotalamus-

hipofisis-ovarium, kelainan kongenital, gangguan system hormonal, masalah

kesuburan endometrium, penyakit-penyakit lain, terdapat tumor di alat kelamin,

terdapat penyakit menahun, ketidakstabilan emosi dan kurang zat makanan

(gangguan gizi), gangguan metabolisme,serta mempunyai nilai gizi lebih yang

berkaitan dengan status ekonomi dan pekerjaan (Yamamoto, K, 2009).

 Kelainan Panjang Siklus


a. Amenorrhe
Amenorrhe dapat terjadi pada menopouse, sebelum pubertas, dalam

kehamilan dan dalam masa laktasi. Bila tidak menyusukan, haid datang ± 3 bulan

post partum namun bila menyusukan, haid datang pada bulan ke-6. Amenorrhea

dapat dibagi menjadi amenorrhea primer dan sekunder. Amenorrhe primer berarti

seorang perempuan belum mengalami haid setelah usia 16 tahun7 tetapi telah

terdapat tanda-tanda seks sekunder atau tidak terjadi haid sampai 14 tahun tanpa

adanya tanda-tanda seks sekunder.

Amenorrhea biasanya terjadi pada gadis dengan underweight atau pada

aktivitas berat dimana cadangan lemak mempengaruhi untuk memacu pelepasan

hormon. Amenorrhea sekunder berarti telah terjadi haid, tetapi haid terhenti untuk

masa tiga siklus atau lebih dari enam bulan. Amenorrhea dapat terjadi akibat

gangguan pada komponen yang berperan pada proses haid.

Langkah-langkah diagnosa bila ditemukan amenorrhea yang harus

dilakukan adalah lakukan pemeriksaan TSH karena pada keadaan hipotroid terjadi

penurunan dopamin sehingga merangsang pelepasan TRH. TRH merangsang

hipofise anterior untuk menghasilkan prolaktin dimana prolaktin akan

menghambat pelepasan GnRH. Namun pada satu waktu, saat hipofise anterior

terangsang secara kronik, hipofise anterior dapat membesar sehingga

meningkatkan sekresi GnRH dan menyebabkan terjadinya pematangan folikel

yang terburu-buru sehingga terjadi kegagalan ovarium prematur. Sehingga harus

diwaspadai bila terjadi suatu tanda-tanda hipotiroid, amenorrhea dan galaktorrhea.

b. Oligomenorrhea
Gejala oligomenorrhea terdiri dari periode menstruasi yang lebih panjang

dari 35 hari dimana hanya didapatkan 4-9 periode dalam 1 tahun. Beberapa wanita

dengan oligomenorrhea mungkin sulit hamil. Bila kadar estrogen yang menjadi

penyebab, wanita tersebut mungkin mengalami osteoporosis dan penyakit

kardiovaskular. Wanita tersebut juga memiliki resiko besar untuk mengalami

kanker uterus.

Pengobatan oligomenorrhea tergantung dengan penyebab. Pada

oligomenorrhea dengan anovulatoir serta pada remaja dan wanita yang mendekati

menopouse tidak memerlukan terapi. Perbaikan status gizi pada penderita dengan

gangguan nutrisi dapat memperbaiki keadaan oligomenorrhea. Oligomenorrhea

sering diobati dengan pil KB untuk memperbaiki ketidakseimbangan hormonal.

Komplikasi yang paling menakutkan adalah terganggunya fertilitas dan

stress emosional pada penderita sehingga dapat meperburuk terjadinya kelainan

haid lebih lanjut. Prognosa akan buruk bila oligomenorrhea mengarah pada

infertilitas atau tanda dari keganasan.

c. Polimenorrhea

Polimenorea merupakan kelainan siklus menstruasi yang menyebabkan

wanita berkali-kali mengalami menstruasi dalam sebulan, bisa dua atau tiga kali

atau bahkan lebih. Polimenorrhea adalah kelainan haid dimana siklus kurang dari

21 hari dan menurut literatur lain siklus lebih pendek dari 25 hari. Bila siklus

pendek namun teratur ada kemungkinan stadium proliferasi pendek atau stadium

sekresi pendek atau kedua stadium memendek. Yang paling sering dijumpai

adalah pemendekan stadium proliferasi. Bila siklus lebih pendek dari 21 hari
kemungkinan melibatkan stadium sekresi juga dan hal ini menyebabkan

infertilitas.

 Kelainan Jumlah Darah Haid

a. Menorrhagia/Hipermenorrhea

Menorrhagia adalah pengeluaran darah haid yang terlalu banyak (lebih

dari 8 hari dan 80ml/hari) dan biasanya disertai dengan bekuan darah sewaktu

menstruasi. Etiologi menorrhagia dikelompokan dalam 4 kategori yaitu, (1)

Gangguan pembekuan, (2) Disfunctional uterine bleeding (DUB), (3) Gangguan

pada organ dalam pelvic, (4) Gangguan medis lainnya

b. Hipomenorrhea (kriptomenorrhea)

Hipomenorrhea adalah suatu keadan dimana jumlah darah haid sangat

sedikit (<30cc), kadang-kadang hanya berupa spotting. Dapat disebabkan oleh

stenosis pada himen, servik atau uterus. Pasien dengan obat kontrasepsi kadang

memberikan keluhan ini. Hal ini juga dapat terjadi pada hipoplasia uteri dimana

jaringan endometrium sedikit.

 Gangguan lain terkait haid

a. Dismenorea

Dismenorea adalah gangguan ginekologik berupa nyeri saat menstruasi,

yang umumnya berupa kram dan terpusat di bagian perut bawah.Rasa kram ini

seringkali disertai dengan nyeri punggung bawah, mual muntah, sakit kepala atau

diare. Istilah dismenorea hanya dipakai jika nyeri terjadi demikian hebatnya, oleh

karena hampir semua wanita mengalami rasa tidak enak di perut bagian bawah

sebelum dan selama haid. Dikatatakan demikian apabila nyeri yang terjadi ini
memaksa penderita untuk beristirahat dan meninggalkan aktivitasnya untuk

beberapa jam atau hari. Dismenorea dibagi menjadi dua yaitu :

o Dismenorea primer

Dismenorea primer adalah proses normal yang dialami ketika menstruasi.

Kram menstruasi primer disebabkan oleh kontraksi otot rahim yang sangat intens,

yang dimaksudkan untuk melepaskan lapisan dinding rahim yang tidak diperlukan

lagi. Dismenorea primer disebabkan oleh zat kimia alami yang diproduksi oleh

sel-sel lapisan dinding rahim yang disebut prostaglandin. Prostaglandin akan

merangsang otot otot halus dinding rahim berkontraksi. Makin tinggi kadar

prostaglandin, kontraksi akan makin kuat, sehingga rasa nyeri yang dirasakan juga

makin kuat. Biasanya, pada hari pertama menstruasi kadar prostaglandin sangat

tinggi. Pada hari kedua dan selanjutnya, lapisan dinding rahim akan mulai

terlepas, dan kadar prostaglandin akan menurun. Rasa sakit dan nyeri haid pun

akan berkurang seiring dengan makin menurunnya kadar prostaglandin.

o Dismenorea sekunder

Merujuk pada nyeri saat menstruasi yang diasosiasikan dengan kelainan

pelvis, seperti endometriosis, adenomiosis, mioma uterina dan lainnya. Oleh

karena itu, dismenorea sekunder umumnya berhubungan dengan gejala

ginekologik lain seperti disuria, dispareunia, perdarahan abnormal atau infertilitas.

b. Pre Menstrual Syndrome/Tension

Merupakan kumpulan keluhan yang umumnya dimulai datu minggu

hingga beberapa hari sebelum mulainya haid dan menghilang sesudah haid mulai,

meskipun terkadang berlangsung sampai selesai haid.Keluhan yang sering muncul


umumnya berupa iritabilitas, gelisah, insomnia, nyeri kepala, perut kembung,

mual, pembesaran dan rasa nyeri payudara, dan lain-lain. Keluhan pada kasus

berat dapat meliputi depresi, rasa takut, gangguan konsentrasi, dan lain-lain.

Penyebabnya belum diketahui dengan jelas, tetapi salah satu faktor yang

berpengaruh adalah ketidakseimbangan antara estrogen dan progesteron yang

mengakibatkan retensi cairan dan natrium, penambahan berat badan, serta

terkadang edema.Faktor kejiwaan serta masalah-masalah sosial juga berpengaruh.

Perempuan yang mudah mengalami premenstrual syndrome ini adalah perempuan

yang lebih peka terhadap perubahan hormonal dalam siklus haid dan factor-faktor

psikologis.

c. Perdarahan di luar menstruasi (Metroragia)

Perdarahan yang terjadi dalam masa antara 2 menstruasi (metroragia).

Pendarahan ini disebabkan oleh keadaan yang bersifat hormonal dan kelainan

anatomis. Pada kelainan hormonal terjadi gangguan poros hipotalamus hipofisis,

ovarium (indung telur) dan rangsangan estrogen dan progesteron dengan bentuk

pendarahan yang terjadi di luar menstruasi, bentuknya bercak dan terus menerus,

dan pendarahan menstruasi berkepanjangan. Keadaan ini dipengaruhi oleh

ketidak-seimbangan hormon tubuh, yaitu kadar hormon progesteron yang rendah

atau hormon estrogen yang tinggi. Penderita hiposteroid (kadar hormon steroid

yang rendah) atau hipersteroid (kadar hormon steroid yang tinggi) dan fungsi

adrenal yang rendah juga bisa menyebabkan gangguan ini. Beberapa gangguan

organ reproduksi juga dapat menyebabkan metroragia seperti infeksi vagina atau

Rahim endometriosis, kista ovarium, fibroid, kanker endometrium atau indung


telur, hiperplasia endometriosis, penggunaan kontrasepsi spiral yang mengalami

infeksi juga dapat menyebabkannya. (Sianipar, 2009).

3. Invertilitas

Infertilitas ialah pasangan suami-istri belum mampu dan belum pernah

memiliki anak setelah 1 tahun berhubungan seksual sebanyak 2-3 kali per minggu

tanpa menggunakan alat kontrasepsi dalam bentuk apapun. Infertilitas atau

ketidaksuburan adalah suatu kondisi di mana pasangan suami istri belum mampu

memiliki anak walaupun telah melakukan hubungan seksual sebanyak 2-3 kali

seminggu dalam kurun waktu 1 tahun dengan tanpa menggunakanalat kontrasepsi

dalam bentuk apapun.Secara medis infertilitas di bagi atas 2 yaitu :

o Infertilitas primer berarti pasangan suami istri belum mampu dan belum

pernah memiliki anak setelah 1 tahun berhubungan seksual sebanyak 2-3


kali per minggu tanpa menggunakan alat kontrasepsi dalam bentuk

apapun.

o Infertilitas sekunder berarti pasangan suami istri telah atau pernah

memiliki anak sebelumnya, tetapi saat ini belum mampu memiliki anak

lagi setelah 1 tahun berhubungan seksual sebanyak 2-3 kali per minggu

tanpa menggunakan alat kontrasepsi dalamn bentuk apapun

Berdasarkan hal yang telah disebutkan sebelumnya, dapat disimpulkan

bahwa pasangan suami-istri dianggap infertile apabila memenuhi syarat-syarat

berikut (Djuwantono,2008).

o Pasangan tersebut berkeinginan untuk memiliki anak.

o Selama 1 tahun atau lebih berhubungan seks, istri belum mendapatkan

kehamilan.

o Frekuensi hubungan seks minimal 2-3 kali dalam setiap minggunya

o Istri maupun suami tidak pernah menggunakan alat atau metode

kontrasepsi, baik kondom, obat-obatan, dan alat lain yang berfungsi untuk

mencegah kehamilan.

Hal-hal yang paling penting dalam berhasil atau tidaknya pengobatan

infertilitas antara lain (Permadi,2008).Ketepatan diagnosis penyebab infertilitas

o Kondisi penyakit yang menjadi penyebab infertilitas

o Usia pasien

o Ketepatan metode pengobatan

o Kepatuhan pasien dalam berobat

1. Faktor-Faktor Penyebab Infertil


 Umur

Kemampuan reproduksi wanita menurun drastis setelah umur 35 tahun.Hal

ini dikarenakan cadangan sel telur yang makin sedikit.Fase reproduksi wanita

adalah masa sistem reproduksi wanita berjalan optimal sehingga wanita

berkemampuan untuk hamil.Fase ini dimulai setelah fase pubertas sampai

sebelum fase menopause. Fase pubertas wanita adalah fase di saat wanita mulai

dapat bereproduksi, yang ditandai dengan haid untuk pertama kalinya

(disebut menarche) dan munculnya tanda-tanda kelamin sekunder, yaitu

membesarnya payudara, tumbuhnya rambut di sekitar alat kelamin, dan timbunan

lemak di pinggul.Fase pubertas wanita terjadi pada umur 11-13 tahun.Adapun fase

menopause adalah fase di saat haid berhenti.Fase menopause terjadi pada umur

45-55 tahun.

Pada fase reproduksi, wanita memiliki 400 sel telur wanita dapat mengalami

menstruasi sampai sekitar 400 kali.Pada umur 35 tahun simpanan sel telur menipis

dan mulai terjadi perubahan keseimbangan hormon sehingga kesempatan wanita

untuk bisa hamil menurun drastis.Kualitas sel telur yang dihasilkan pun menurun

sehingga tingkat keguguran meningkat.Sampai pada akhirnya kira-kira umur 45

tahun sel telur habis sehingga wanita tidak menstruasi lagi alias tidak dapat hamil

lagi.

 Stress

Stres memicu pengeluaran hormon kortisol yang mempengaruhi pengaturan

hormon reproduksi.

 Lingkungan
Paparan terhadap racun seperti lem, bahan pelarut organik yang mudah

menguap, silikon, pestisida, obat-obatan (misalnya: obat pelangsing), dan obat

rekreasional (rokok, kafein, dan alkohol) dapat mempengaruhi sistem reproduksi.

Kafein terkandung dalam kopi dan teh.

 Hubungan seksual

Penyebab infertilitas ditinjau dari segi hubungan seksual meliputi:

frekuensi, posisi, dan melakukannya tidak pada masa subur.

Infertilitas dipengaruhi oleh hubungan seksual yang berkualitas, yaitu

dilakukan dengan frekuensi 2-3 kali seminggu, terjadi penetrasi dan tanpa

kontrasepsi. Penetrasi adalah masuknya penis ke vagina sehingga sperma dapat

dikeluarkan, yang nantinya akan bertemu sel telur yang “menunggu” di saluran

telur wanita. Penetrasi terjadi bila penis tegang (ereksi).Oleh karena itu gangguan

ereksi (disebut impotensi) dapat menyebabkan infertilitas. Penetrasi yang optimal

dilakukan dengan cara posisi pria di atas, wanita di bawah. Sebagai tambahan, di

bawah pantat wanita diberi bantal agar sperma dapat tertampung. Dianjurkan,

setelah wanita menerima sperma, wanita berbaring selama 10 menit sampai 1 jam

bertujuan memberi waktu pada sperma bergerak menuju saluran telur untuk

bertemu sel telur.

 Kondisi reproduksi wanita

o Masalah vagina

Masalah vagina yang dapat menghambat penyampaian adalah adanya     

sumbatan atau peradangan. Sumbatan psikogen disebut  vaginismus atau

disparenia, sedangkan sumbatan anatomik dapat karena bawaan atau perolehan.


o Masalah servik

Masalah serviks yang berpotensi mengakibatkan vertilitas adalah terdapat

berbagai kelainan anatomi serviks yang berperan seperti terjadi cacat bawaan

(atresia), polip serviks, stenosis akibat trauma, peradangan dan sineksia.

o Masalah uterus

Masalah penyebab infertilitas yang dapat terjadi di uterus adalah distorsia

kavum uteri karena sineksia, mioma atau polip, peradangan endometrium, dan

gangguan kontraksiuterus.

2. Penyakit Penyebab Infertil

 Endometriosis

Endometriosis adalah jaringan endometrium yang semestinya berada di

lapisan paling dalam rahim (lapisan endometrium) terletak dan tumbuh di tempat

lain. Endometriosis bisa terletak di lapisan tengah dinding rahim (lapisan

myometrium) yang disebut juga adenomyosis, atau bisa juga terletak di indung

telur, saluran telur, atau bahkan dalam rongga perut.Gejala umum penyakit

endometriosis adalah nyeri yang sangat pada daerah panggul terutama pada saat

haid dan berhubungan intim, serta tentu saja infertilitas. Gejala yang sering timbul

adalah:

 Nyeri, hebatnya nyeri ditentukan oleh lokasi endometriosis

o Nyeri pada saat menstruasi


o Nyeri selama dan sesudah hubungan intim.

o Nyeri ovulasi nyeri pada pemeriksaan dalam oleh dokter

 Perdarahan

o Perdarahan banyak dan lama pada saat menstruasi.

o Potting sebelum menstruasi.

o Menstruasi yang tidak teratur.

o Darah menstruasi yang berwarna gelap yang keluar sebelum menstruasi

atau di akhir menstruasi.

o Keluhan buang air besar dan kecil

3. Pengobatan Infertil

 Pembedahan

Tindakan pembedahan dapat dilakukan pada pasien mioma dan tuba yang

tersumbat.Tindakan pembedahan ini akan meninggalkan parut yang dapat

meyumbat atau menekuk tuba sehingga akhirnya memerlukan pembedahan untuk

mengatasinya.

 Terapi

Terapi dapat dilakukan pada penderita endometriosis. Terapi endometriosis

terdiri dari menunggu sampai terjadi kehamila sendiri, pengobatan hormonal,atau

pembedahan konservatif

 Memberikan suplemen vitamin
Infertilitas yang tidak diketahui penyebabnya merupakan masalah bermakna

karena meliputi 20 % penderita.Penanggulangannya berupa pemberian beberapa

macam obat, yang dari pengalaman berhasil menaikkan jumlah dan kualitas

sperma

4. Pencegahan Infertil

o Menghindari rokok karena rokok mengandung zat-zat yang dapat

meracuni pertumbuhan, jumlah dan kualitas sperma.

o Menghindari alcohol dan zat adiktif. Alkohol dalam jumlah banyak

dihubungkan dengan rendahnya kadar hormon testosteron yang tentu akan

mengganggu pertumbuhan sperma. Ganja /mariyuana juga dikenal sebagai

salah satu penyebab gangguan pertumbuhan sperma.

o Hindari obat yang mempengaruhi jumlah sperma.

5. Diagnosa Keperawatan

o Koping individu atau keluarga tidak efektif berhubungan dengan

pengetahuan yang tidak memadai efek fisiologis dan emosional gangguan.

o Resiko gangguan konsep diri suami-istri berhubungan dengan persepsi

negative terhadap kondisi infertile.


4. Klimakterium

Klimakterium adalah masa yang bermula dari akhir masa reproduksi

sampai awal masa senium dan terjadi pada wanita berumur 40-65 tahun. Fase

klimakterium adalah masa peralihan yang dilalui seorang wanita dari periode

reproduktif ke periode non reproduktif. Tanda, gejala atau keluhan yang kemudian

timbul sebagai akibat dari masa peralihan ini disebut tanda atau gejala

menopouse. Periode ini dapat berlangsung antara 5 sebelum dan sesudah

menopause.

1. Tanda-tanda Awal Klimakterium

Praklimakterium merupakan mirip dengan pra pubertas, dimana pada

pubertas kedua muncul tingkah laku yang lucu-lucu, aneh-aneh, janggal dan tidak

pada tempatnya. Mislanya,wanita usia lebih dari 50 tahun pada siang hari

menggunakan rok panjang merah, dengan perhiasan emas warna-warni, make up

berlebihan. Kemudian, meningkatkan rangsangan seksual yang menimbulkan

nafsu yang besar untuk berhubungan seksual dan kegairahan yang menyala-nyala.

mengingkari ketuaannya agar tampak masih remaja.

Masa ini ditandai dengan berbagai macam keluhan endokrinologis dan

vegetatif yaitu:

o Terjadi perubahan pada ovariumseperti sclerosis pembuluh darah,

berkurangnya jumlah folikel dan menurunnyasintesis steroid seks. Lalu

henti haid.
o Dan ditandai dengan turunnya kadar estrogen dan meningkatnya

pengeluaran gonadotropin.

2. Gangguan – gangguan pada klimakterium:

a. Gangguan neurovegetatif, yang disebut juga gangguan vasomotorik dapat

muncul sebagai gejolak panas (hot flushes), keringat banyak,rasa

kedinginan, sakit kepala, desing dalam telinga, tekanan darah yang goyah,

berdebar-debar, susah bernafas, jari-jari atrofi dan gangguan usus.

b. Gangguan psikis muncul dalam bentuk mudah tersinggung, depresi,

kelelahan, semangat berkurang, dan susah tidur.

c. Gangguan somatic, selain gangguan haid atau amenorea, mencakup

pulakolpitis atrofikans, ektropium treter, osteoporosis, atritis,

aterosklerosis,sclerosis koroner, dan adipositas.

d. Gangguan organik : infark miokard aterosklerosis, osteosklerosis,

osteoporosi, afipositas, kolpitis, disuria, dispareumia artritis, gejala

endokrinium berupa hipertirosis defeminisasi, virilasi dan gangguan libido.

3. Kondisi Psikis Klimakterium

Hampir setiap wanita usia klimakteris mengalami suasana hati

“depresif” dan “melankolis” (ada yang relatif pendek dan ada yang relatif

panjang). Sebab utamanya adalah :

a. Mengingkari dan memprotes proses biologis yang mengarah pada ketuaan

b. Menganggap dramatis proses penuaan

c. Kemunduran jasmani diartikan sebagai tidak ada gunanya lagi hidup

karena sudah mendekati kematian


d. Hidupnya sudah dianggap tidak ada harapan, penuh kepedihan dan

dilupakan semua orang dipengaruhi oleh kondisi lingkungan sosialnya di

masa lampau.

Wanita yang hidup dalam suasana yang harmonis, ekonomi berkecukupan,

bahagia, selalu mendapat kepuasan seksual dapat menghadapi ini dengan rasa

tenang. Wanita yang mempunyai masa lampau penuh kenangan cinta yang

indah dan bahagia maka kecantikannya akan tetap awet dan terpancar

(kecantikan psikis).

4. Beberapa Gangguan Perilaku Pada Fase Klimakterium

Beberapa gangguan perilaku pada fase klimakterium antara lain:

a. Depresi menstrual, yang merupakan manifestasi dari kepedihan hati dan

kekecewaan sebagai wanita yang tidak lengakp lagi

b. Perubahan kehidupan seksual, akan terjadi kegairahan seksual yang luar

biasa hingga kemungkinan melakukan masturbasi. Dan dapat juga

bersikap dingin

c. Obsesi untuk hamil lagi, yaitu ingin mempertahankan kapasitas reproduksi

dan kemudaannya

d. Ilusi, yaitu mempertanyakan apakah suaminya masih cukup berharga,

sehingga tidak segan-segan bergaul dengan anak-anak muda (tante girang)

terjadi pada wanita yang tidak mampu mengendalikan diri

5. Kehidupan Seks Pada Masa Klimakterium

Banyak wanita yang berpendapat bahwa hubungan seks tidak mungkin

dilakukan lagi pada masa klimakterium. Pendapat seperti ini tidak dapat
dibenarkan lagi. Hubungan seks tetap dapat dilakukan meskipun usia telahlanjut.

Akibat kekurangan estrogen, vagina menjadi kering dan mudah cedera sehingga

terasa sakit sewaktu bersanggama. Rasa sakit ini dapat dihilangkan hanya dengan

pemberian hormon berupa tablet estrogen oral maupun berupa krem vagina.

Berkonsultasi dan meminta nasehat dokter tetap merupakan cara terbaik.

Masalah utama yang menyebabkan seorang wanita tidak mau melakukan

Hubungan seks sangat berperan pada keserasian hubungan suami istri. Setiap

masalah yang timbul akan menyebabkan ke-retakan dalam rumah tangga. Untuk

memecahkan masalah-masalah seperti ini, perlu mencari orang yang sekiranya

mampu menyelesaikan masalah yang sedang di hadapi misal, dokter ,bidan dan

tenaga medis lainnya.

6. Pencegahan Beberapa Dampak Masa Klimakterium

Pencegahan beberapa dampak masa klimakterium yaitu:

o Pencegahan kehamilan

Banyak wanita 40-50 tahun menjadi gelisah bila haidnya tiba-tiba berhenti

atau menjadi tidak teratur. Hal yang pertama sekali dipikirkan tentu hamil atau

tidak. Tetapi ada juga wanita yang berpendapat, bahwa bila usia sudah di atas 40

tahun dan haid tidak teratur pasti tidak mungkin hamil lagi. Perkiraan seperti ini

sudah tidak dapat dibenarkan lagi. Haid yang tidak teratur hanya menunjukkan

bahwa pematangan ovum tidak terjadi lagi secara siklis, tetapi bukan berarti tidak

dapat terjadi pembuahan. Pencegahan kehamilan harus tetap dilakukan.

Kehamilan pada usia ini mempunyai risiko baik bagi ibu yang hamil maupun bagi

janinnya. Semua jenis kontrasepsi alamiah seperti pantang berkala, pencatatan


suhu basal badan, maupun bentuk lainnya sebaiknya tidak dipakai. Cara ini hanya

dapat digunakan pada wanita yang siklus haidnya masih teratur.

Penggunaan pil sebagai kontrasepsi, selain dapat mengatur siklus haid juga

sekaligus dapat menghilangkan keluhan klimakterik. Kerugiannya adalah bahwa

dengan siklus haid yang teratur tidak dapat ditentukan saat wanita tersebut

memasuki menopause. Bila sudah tidak haid lagi dua belas bulan berturut-turut,

sudah pasti wanita itu memasuki usia menopause, sehingga kehamilan sudah tidak

mungkin terjadi.

o Pencegahan osteoporosis

Pencegahan osteoporosis pasca menopause bukan hanya bergantung pada

estrogen, karena pengobatan dengan progestogen juga efektif dalam mencegah

kehilangan tulang (bone loss). Penambahan progestogen ke pengobatan estrogen

mungkin penting dalam mencegah osteoporosis tetapi mungkin penting dalam

mengobati penderita yang telah mengalami osteoporosis. Sementara kebanyakan

kajian menunjukkan bahwa pengobatan estrogen menghambat penyerapan

kalsium dari tulang, sangat mungkin dengan memulihkan kadar kalsitonin yang

turun setelah menopause, sekurang-kurangnya 3 kajian telah memperli-hatkan

bahwa kombinasi pengobatan estrogen-progestogen sesungguhnya meningkatkan

massa tulang dengan memajukan pembentukan tulang baru.

o Pencegahan penyakit jantung koroner

Beberapa kajian terbaru menyarankan bahwa estrogen dapat memberikan khasiat

protektif terhadap penyakit kardiovasku-ler, terutama bilamana dipakai estrogen

alamiah dosis rendah yang cukup untuk memulihkan gejala menopause.


Penurunan 63% pada harapan kematian akibat penyakit jantung diamati pada

1.000 wanita yang dibati dengan estrogen yang diawasi selama 15 tahun. Pada

wanita yang diobati selama 25 tahun yang diawasi selama 25 tahun dan

dibandingkan dengan yang tidak pernah memakai estrogen, ditemukan penurunan

bermakna pada:

 Penyakit arterikoroner.

 Gagal jantung kongestif

 Penyakit kardiovaskuler aterosklerotik.


DAFTAR PUSTAKA

Djuwantoro,Tono.dkk.2008.Hanya 7 hari Memahami Infertilitas.Bandung: Refika


Aditama.

Hidayah, Nurul.2007. Identifikasi dan pengelolaan stres infertilitas. Fakultas


Psikologi Universitas Ahmad Dahlan.

Johnson, S.R., 2004. Premenstrual Syndrome, Premenstrual Dysphoric Disorder,


and Beyond: A Clinical Primer For Practitioners. Obstet Gynecol. 104: 845-
859.

Sarwono, 2011. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan


Neonatal, TBS-SP, Jakarta.

Sundari Mulyaningsih, Dyah Pradnya Paramita. 2018. Klimakterium Masalah dan


Penanganan dalam Perspektif Kebidanan. Yogyakarta. Penerbit Pustaka
Baru Pres.

Anda mungkin juga menyukai