B. Tujuan Praktikum :
a) Agar mahasiswa mengetahui pengetahuan atau teori secara umum dari Teknik
Western Blot.
b) Agar mahasiswa mengetahui secara rinci mengenai prinsip kerja dari Teknik
Western Blot.
C. Dasar Teori :
Antigen merupakan protein asing yang berbahaya dan dapat menyerang tubuh
sehingga akan memicu munculnya antiboiy spesifik pada tubuh. Antibodi yang
terdapat pada tubuh merupakan bagian sistem dari kekebalan tubuh yang dapat
mencegah tubuh dari serangan penyakit yang disebabkan oleh antigen yang masuk ke
dalam tubuh.
D. Alat :
Western Blot
E. Hasil :
F. Pembahasan :
Menurut Fatchiyah, dkk (2011), western blot adalah istilah yang dipakai untuk
proses transfer dan imunodeteksi protein pada gel yang bertujuan untuk : (1)
mengetahui keberadaan dan berat molekul protein sampel dalam suatu campuran,
(2) membandingkan reaksi silang antar protein, (3) mempelajari modifikasi
protein selama sintesis. Dengan car aini, protein dalam hitungan nanogram dapat
terdeteksi. Nur & Adijuwana (1989) mengemukakan bahwa western blot adalah
proses pemindahan hasil protein dari gel hasil elektroforesis ke membran dan
digunakan untuk mendeteksi protein pada sampel jaringan. Immunoblot
menggunakan elektroforesis gel untuk memisahkan protein asli. Hasil
elektroforesis antigen lalu ditransfer ke membran nitroselulosa dengan bantuan
arus listrik. Antigen pada membran selanjutnya akan dikenali oleh antibodi dari
sampel. Pita-pita yang terpisah dapat dideteksi dengan terdapatnya warna pada
membran.
Immunodeteksi tidak dilakukan langsung pada gel karena sifat gel yang rapuh
untuk dapat melalui proses inkubasi yang lama dan pencucian yang berulang kali.
Untuk mengatasi hal ini, maka protein terlebih dahulu ditransfer dari gel ke
membrane nitroselulosa (NC) atau membrane poliviniliden difluoride (PVDF).
1. Mudah manipulasinya
3. Hasil protein yang ditransfer (hasil blot) dapat dipakai lagi untuk
immunodeteksi protein yang lain (sesduah diinkubasi dengan
detergen untuk menghilangkan probing reagent)
a. Tahap Pertama
Pada tahap pertama, protein yang diinginkan dipisahkan dari sampel secara
elektroforesis. Elektroforesis merupakan pemisahan protein berdasarkan ukuran
molekul dalam suatu tegangan listrik tertentu. Dalam elektroforesis, biasanya
sampel yang mengandung protein biasanya dicampur dengan SDS. SDS
merupakan suatu detergen yang memiliki muatan negative. Muatan negatif SDS
tersebut mengganggu kestabilan protein, sehingga protein mengalami denaturasi.
Interaksi ionic, jembatan disulfida, ikatan hydrogen yang menyebabkan suatu
protein mengalami folding untuk menjaga kestabilannya menjadi terganggu akibat
adanya SDS. Suatu protein multimer juga akan terurai menjadi monomer
penyusunnya. Akibatnya, protein-protein yang ada dalam sampel membentuk
suatu rantau polipetida lurus. Semakin besar berat molekul suatu protein, maka
rantai polipetida tersebut semakin panjang. Sampel dengan protein rantai
polipeptida lurus tersebut dimasukkan dalam suatu membrane poliakrilamid yang
dialiri arus listrik. Protein yang telah bermuatan negative akan bergerak
dari kutub negative menuju kutub positif. Laju pergerakan protein dalam
membrane poliakrilamid tersebut berbeda-beda tergantung pada daya hamba
tantara protein dan membrane. Protein yang berukuran lebih besar akan memiliki
daya hambat lebih besar sehingga pergerakannya menjadi lebih lambat
dibandingkan dengan pergerakan protein yang berukuran lebih kecil. Setelah
dialiri arus listrik selama beberapa waktu, masing-masing protein akan terpisah
berdasarkan ukuran molekulnya. Protein yang lebih kecil atau memiliki berat
molekul rendah akan bergerak lebih jauh dibandingkan protein yang lebih besar.
Dalam gel poliakrilamid tersebut akan terbentuk pita-pita yang merupakan
protein-protein yang telah terpisah berdasarkan berat molekul.
b. Tahap Kedua
2. Blotting basah
Gel transfer yang umum digunakan pada WB ada dua, yaitu nitroselulosa dan
nilon. Pada sebagian besar aplikasi, nitroselulosa lebih umum digunakan
karena relative tidak mahal dan bloking mudah dan cepat dilakukan. Nilon juga
digunakan terutama pada beberapa keadaan khusus. Pertama, kapasitas
pengikatan dengan protein yang dibutuhkan jauh lebih besar dari kapasitas
pengikatan nitroselulosa dan protein. Kedua, protein terikat sangat lemah pada
nitroselulosa. Ketiga, adanya kebutuhan resistensi terhadap tekanan mekanik.
Transfer protein gel dari gel poliakrilamid menuju gel transfer merupakan
tahap yang sangat penting dalam WB. Oleh karena itu, ada beberapa faktor
yang harus diperhatikan dalam proses transfer protein tersebut.
1. Arus listrik yang digunakan harus diperhatikan karena arus yang terlalu
tinggi dapat menghasilkan panas selama transfer yang dapat menimbulkan
masalah.
2. Kekuatan ion yang rendah buffer transfer yang rendah dapat digunakan
pada tegangan listrik yang tinggi tanpa perlu dikhawatirkan menghasilkan
panas yang tinggi.
3. Salah satu arus listrik yang dapat digunakan adalah 200 mA selama 2 jam.
c. Tahap Ketiga
G. Kesimpulan
1. Western Blot adalah proses pemindahan hasil protein gel dari gel hasil
elektroforesis ke membrane dan digunakan untuk mendeteksi protein pada sampel
jaringan. Immunoblot menggunakan elektroforesis gel untuk memisahkan protein
asli.
2. Prinsip kerja western blot adalah yaitu mendeteksi protein spesifik pada sampel
jaringan yang homogen ataupun dari suatu ekstraksi berdasarkan kemampuan
protein tersebut berikatan dengan antibody.
3. Langkah kerja dalam analisis western blot dapat dilakukan dalam beberapa
tahapan yaitu (1) tahap elektroforesis, (2) tahap elektrotransfer, (3) tahap deteksi.
4. Salah satu aplikasi dari teknik western blot yang dapat dilakukan adalah mengenai
spesifitas dan sensitivitas antibody anti eRF3 ragi Saccharomyces cerevisiae.
5. Adapun manfaat dari western blot secara umum yaitu (1) untuk mengidentifikasi
dan memposisikan protein berdasarkan kemampuannya untuk berikatan dengan
antibody yang spesifik, (2) dapat memberikan informasi tentang ukuran dari
protein.
H. Daftar Pustaka
Atwood, T.K., P.N. Campbell, J.H. Parish, A.D. Smith, j.L. Stirling dan F. Vella (Ed).
2006. Oxford Dictionary of Biochemistry and Molecular Biology, Reviside Edition.
Oxford. University Press.