PENDAHULUAN
I.2 Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah:
1. Mengetahui pengertian dari Western Blot (WB)
2. Mengetahui prisip kerja dari Western Blot (WB)
3. Mengetahui cara kerja dari Western Blot (WB)
4. Mengetahui kegunaan serta pengaplikasiannya pada sampel
1
BAB II
ISI
2
c. Hasil protein yang ditrnsfer (hasil blot) dapat dipakai lagi untuk immunodeteksi protein
yang lain (sesudah diinkubasi dengan detergen untuk menghilangkan probing reagent
d. Blot dapat disimpan sampai 1 bulan
e. Blot sesuai untuk berbagai prosedur deteksi
Secara umum, berikut gambaran prinsip kerja teknik western blot
Proses mendeteksi protein target dapat dilakukan secara direct dan indirect.
Pendetksian secara direct (langsung) tidak membutuhkan antibodi sekunder karena antibodi
primer sudah langsung dilabeli oleh enzim maupun pewarna fluorescent. Sedangkan
pendeteksian secara indirect (tidak langsung) yaitu antibodi primer ditambahkan lebih dahulu
supaya berikatan dengan protein antigen dalam sampel, lalu diikuti penambahan antibodi
sekunder sehingga antibodi sekunder dapat langsung berikatan dengan antibodi primer. Label
yang digunakan adalah konjugat enzim (substrat) chemiluminescent horseradish peroxidase
(HRP). Pendeteksian protein target secara indirect lebih banyak digunakan karena memiliki
lelebihan antara lain antibodi sekunder dapat memperkuat sinyal pendeteksi, pelabelan tidak
mempengaruhi imunoreaktivitas antibodi primer, dan satu antibodi sekunder dapat digunakan
untuk beberapa antibodi primer.
3
Garis besar tahapan-tahapan teknik westerns blot dalam mendeteksi sampel dapat di lihat
pada gambar berikut:
4
Blotting Basah
Blotting basah tidak menggunakan kertas saring diantara gel poliakrilamid dan gel
transfer, tetapi kedua gel tersebut diimpitkan dan direndam dalam buffer transfer. Transfer
dengan blotting basah dapat dilakukan 45 menit hingga 1 malam. Metode blotting basah lebih
umum digunakan karena fleksibilitas metode tersebut yang lebih baik.
Gel transfer yang umum digunakan pada western bolt ada dua, yaitu nitroselulosa dan
nilon. Pada sebagian besar aplikasi, nitroselulosa lebih umum digunakan karena relatif tidak
mahal dan bloking mudah dan cepat dilakukan. Nilon juga digunakan terutama pada beberapa
keadaan khusus. Pertama, kapasitas pengikatan dengan protein yang dibutuhkan jauh lebih
besar dari kapasitas pengikatan nitroselulosa dan protein. Kedua, protein terikat sangat lemah
pada nitroselulosa. Ketiga, adanya kebutuhan resistensi terhadap tekanan mekanik.
Transfer protein dari gel poliakrilamid menuju gel transfer merupakan tahap yang
sangat penting dalam western blot. Oleh karena itu, ada beberapa faktor yang harus
diperhatikan dalam proses transfer protein tersebut.
a. Arus listrik yang digunakan harus diperhatikan karena arus yang terlalu tinggi dapat
menghasilkan panas selama transfer yang dapat menimbulkan masalah
b. Kekuatan ion rendah buffer transfer dapat digunakan pada tegangan listrik yang tinggi
tanpa perlu dikhawatirkan menghasilkan panas yang tinggi.
c. Salah satu arus listrik yang dapat digunakan adalah 200 mA selama 2 jam
d. Untuk transfer protein dengan ukuran molekul besar, penggunaan gel dengan konsentrasi
poliakrilamid yang rendah.
5
Blotting Semi Kering
Blotting semi kering menggunakan kertas saring yang telah dibasahi dengan buffer
transfer. Kertas saring tersebut diletakkan diantara gel poliakrilamid dan gel transfer.
Transfer seperti ini dapat dilakukan selama 10-30 menit dengan listrik tertentu.
Antibodi Sekunder
Setelah diinkubasi bersama antibodi primer, kertas mebran dibilas terlebih dahulu
barulah diinkubasi dengan antibodi sekunder. Antobodi sekunder adalah antobodi yang
spesifik untuk suatu spesies pada antibodi primer. Misalnya, anti-tikus hanya akan berikatan
pada antibodi primer yang berasal dari tikus. Antibodi sekunder biasanya berikatan dengan
enzim reporter seperti alkaline fosfatase atau horseradish peroxidase. Antibodi sekunder ini
kemudian akan menguatkan sinyal yang dihasilkan oleh antibodi primer. Sekarang, proses
deteksi dapat dilakukan dengan satu langkah saja, yaitu dengan menggunakan antibodi yang
dapat mengenali protein yang diinginkan sekaligus memiliki label yang mudah dideteksi.
6
II. 4 Kegunaan dan Pengaplikasiannya pada Sampel
II.4.1 Kegunaan
Adapun kegunaan secara umum dari analisis westrern blot antara lain:
a. Untuk mengidentifikasi dan memposisikan protein berdasarkan kemampuannya untuk
berikatan dengan antibodi yang spesifik.
b. Dapat memberikan informasi tentang ukuran dari protein.
8
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1. Western blotting atau immunoblotting adalah istilah yang dipakai untuk proses transfer
dan imunodeteksi protein pada gel yang bertujuan untuk mengetahui keberadaan dan
berat molekul protein sampel dalam suatu campuran, dan umtuk membandingkan reaksi
silang antar protein, serta untuk mempelajari modifikasi protein selama sintesis. Dengan
cara ini, protein dalam hitungan nanogram dapat terdeteksi
2. Prinsipnya, teknik western akan mendeteksi protein dengan melihat kemampuan protein
beikatan dengan antibodi
3. Untuk mendeteksi protein, akan dilalui tiga tahap. Yakni tahap elektroforesis, tahap
elektrotransfer dan tahap deteksi
4. Metode western memiliki dua kegunaan yakni untuk mengidentifikasi dan memposisikan
protein berdasarkan kemampuannya untuk berikatan dengan antibodi yang spesifik dan
memberikan informasi tentang ukuran dari protein. Serta dapat diaplikasikan dalam
penelitian, satunya pada penelitian mengenai spesifitas dan sensitifitas antibodi anti eRF3
ragi Saccharomyces cerevisia.
9
DAFTAR PUSTAKA
10