Anda di halaman 1dari 23

HIFDZU WATHAN DAN KORELASI DARI SIKAP NASIONALISME DENGAN

SEMANGAT PENDIDIKAN MAHASANTRI MA’HAD ALY AS’ADIYAH SENGKANG

(Studi Penafsiran Tafsir Al-Misbah)

Oleh :

Salma Daffa Imania

Salmadaffa20@gmail.com

081317870287

NIM

162013102140

MA’HAD ALY AS’ADIYAH SENGKANG

TAFSIR DAN ILMU TAFSIR

SULAWESI SELATAN

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah dengan rahmat serta pertolongan Allah akhirnya karya tulis ini
dapat terselesaikan meskipun pada perjalanannya tak jarang penulis mengalami banyak
halangan dan rintangan. Puji syukur penulis haturkan pada-Nya karena Nya penulis bisa
menyelesaikan Karya tulis berjudul “ Hifdzu Wathan dan Korelasi Dari Sikap
Nasionalisme Dengan Semangat Pendikan Mahasantri Ma’had Aly As’adiyah
Sengkang (Studi Penafsiran Tafsir Al-Misbah)”

Tak lupa sholawat serta salam semoga senantiasa tercurah limpahkan pada sosok
manusia paling wasathi, adil dalam segala hal dan segala aspek kehidupan, tak lain dan
tak bukan adalah junjungan kita bersama Nabi Muhammad.

Dalam penulisan karya tulis ini, penulis merasa masih banyak adanya
kekurangan-kekurangan baik dari sistem kepenulisankepenulisan maupun materi.
Mengingat kemampuan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu kami sangat terbuka
terhadap kritik dan saran sehingga dapat menyempurnakan karya ini.

Pada hal ini, penulis mengucapkan terimakasih atas dukungan teman- teman
semua. Dan pihak-pihak yang telah membantu dalam penulisan karya ini. Pada akhirnya
penulis hanya bisa berharap Allah memberikan imbalan kepada pihak yang membantu
penulis dalam menyelesaikan karya ini. Dan harapan penulis, semoga karya ini memberi
manfaat kepada yang membutuhkan.

2
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR ....................................................................................................................2

DAFTAR ISI...................................................................................................................................3

ABSTRAK ......................................................................................................................................4

BAB I (PENDAHULUAN) ............................................................................................................5

Latar Belakang ..................................................................................................................................... 5

Rumusan Masalah ............................................................................................................................... 6

Tujuan .................................................................................................................................................. 6

BAB II (KAJIAN PUSTAKA) ......................................................................................................7

Sejarah Syair Ya Lal Wathon ............................................................................................................. 7

Nasionalisme ........................................................................................................................................ 9

BAB III (METODE PENELITIAN) ..........................................................................................10

Pendekatan Penuisan ......................................................................................................................... 10

Sumber Kajiaan ................................................................................................................................ 10

Prosedur Penulisan ........................................................................................................................... 10

BAB IV (PEMBAHASAN) ..........................................................................................................11

Nilai- nilai nasionalisme syair ya lal wathon .................................................................................... 11

Pengaruh syair ya lal wathon pada Mahasantri Ma’had Aly As’adiyah Sengkang ..................... 14

Penafsiran Prof. Quraish Shihab pada ayat tentang Nasionalisme ............................................... 15

BAB V (KESIMPULAN DAN SARAN) ....................................................................................20

Kesimpulan ......................................................................................................................................... 20

Saran .................................................................................................................................................. 20

BAB VI (DAFTAR PUSTAKA) .................................................................................................21

LAMPIRAN-LAMPIRAN) ................................................................................................... 22-23

3
Abstrak

Nasionalisme merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan berbangsa dan
bernegara, karena tanpa nasionalisme, suatu bangsa dan negara tidak dapat berdiri tegak dan
memiliki jati diri yang kuat. Di Indonesia sendiri, Nasionalisme telah dipupuk oleh pendiri
bangsa sejak sebelum berdirinya negara. Para tokoh bangsa selalu menanamkan Nasionalisme di
setiap aspek kehidupan dengan menggunakan metode yang beragam.

KH. Abdul Wahab Hasbullah, sedari dulu beliau mengkampanyekan tentang cinta tanah
air. Hal ini terbukti dari syair Syubhanul Wathan miliknya. Syair Syubhanal Wathan tak pernah
lepas makna-makna nasionalisme. Hal ini terbukti dari segi liriknya.

Meski gagasan mengenai nasionalisme tidak secara gambling dijelaskan Al-Quran, tetapi
terdapat beberapa ayat yang relevan terhadap nasionalisme. Tidak seluruh ayat Al-quran dapat
dipahami secara langsung hanya dengan membaca teks, beberapa ayat membutuhkan
pemahaman serta penafsiran yang mendalam untuk mengetahui makna tersirat. Salah satu
pembahasan implisit dari Al-Quran yang bisa ditemukan yaitu mengenai nasionalisme.

Pondok Pesantren As’adiyah adalah salah satu pondok pesantren tertua dan terbesar di
Sulawesi Selatan. Pesantren ini lahir dari sebuah kegiatan halaqah yang dilaksanakan KH.
Muhammad As’ad, pendiri Pondok Pesantren As’adiyah, di rumah beliau dengan tujuan dakwah
islamiyah kepada masyarakat Wajo. As’adiyah adalah organisasi keagamaan yang bergerak di
bidang pendidikan dan dakwah islamiyah sebagai milik segenap umat Islam, bersifat
independen, tidak berafiliasi kepada suatu organisasi sosial dan politik.

Santri As’adiyah selalu mempunyai hubungan harmonis dengan pemerintah. Pondok


Pesantren As’adiyah menganut prinsip wasathiyyah baik dalam bidang akidah, syariat maupun
akhlak. As’adiyah mempunyai prinsip memperbaiki hubungan dengan pemerintah. Dakwah
As’adiyah menggunakan bahasa lembut dan balagah sehingga tidak keras dan tidak
menyinggung pemerintah.Begitu pula dalam hal pendidikan, As’adiyah tidak bertentangan
dengan pemerintah karena As’adiyah menggabungkan antara kurikulum pemerintah dengan
kurikulum As’adiyah. As'diyah selalu menjaga persatuan dan kesatuan antara warga negara.

Kata Kunci : Nasionalisme, Ya Lal Wathon, Pendidikan, Tafsir. As’adiyah

4
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Indonesia merupakan Negara kesatuan berbentuk republik. Negara makmur yang
didalaamnya mengandung sejuta kekayaan berupa kemajemukan budaya, sumber daya
alam, letak geografis, dan masyarakat. Dengan kondisi Indonesia yang heterogen itulah
terkadang sulit untuk disatukan warga negaranya. Untuk itu dibutuhkan seorang pelopor
pemacu kesatuan yang disebut dengan pemimpin. Selain butuhkanya pemimpin yang
tangguh dan bijaksana, peran daripada kesadaran masyarakat juga diperlukan untuk
menunjang perstuan, kesatuaan, dan keharmonisasian negara tercinta. Inilah sikap terpuji
yang disebut dengan istilah “nasinalisme” atau cinta tanah air.
Patut untuk diakui bahwasanya sejarah kebangkitan Nasional bangsa Indonesia
mulai sejak Bangsa Indonesia masih dalam belenggu penjajahan. Tepatnya melalui
peristiwa Kebangkitan Nasional yang diawali dengan gerakan Boedi Utomo 20 Mei
1908. Sejak saat itulah semangat kebangsaan dan cinta tanah air Bangsa Indonesia
tumbuh, sekaligus menjadi awal lahirnya integerasi nasional dalam segala aspek dalam
bingkai kebinekaan.
Membicarakan mengenai nasionalisme, dapat diketahui bahwa nasionalisme
merupakan hal krusial bagi suatu negara. Tanpa adanya nasionalisme keutuhan suatu
bangsa akan dalam ancaman. Penanaman nasionalisme sendiri masih terus dioptimalkan
dimana-mana. Penanaman rasa dan sikap nasionalisme bukan selalu mengenai
pendidikan pancasila dan kewarganegaraan, akan tetapi pemanfaataan budaya juga telah
menjadi tren. Salah satu tren penanaman nasionalisme dengan media budaya yaitu
melalui lagu islami. Ya lal wathon merupakan sala satu judul lagu islami bertemakan
cinta tanah air yang acap kali dikumandangkan dalam pertemuan resmi umat islam.
Jika dilihat lebih dekat Pondok Pesantren As’adiyah, dapat terlihaat heterogenitas
latar belakang para santrinya dengan beragam domisili, suku, kebudayaan, dan
pemikiran. Maka dari itu diperlukan adanya suatu tindakan yang memperkuat rasa

5
nasionalisme didalamnya. Dalam karya tulis ini penulis akan mengkaji makna tersirat
dari lagu Ya lal wathon.

B. RUMUSAN MASALAH
Melalui diskusi dan menelaah hasil penelitian terdahulu, maka dapat disimpulkan
rumusan masalah pada karya tulis ini yaitu.

1. Bagaimana makna syair Ya lal Wathon dan korelasinya dengan sikap Nasionalisme?
2. Apa pengaruh syair ya lal wathan terhadap karakter Mahasantri Ma’had Aly
As’adiyah Sengkang??
3. Bagaimana penafsiran Prof. Quraish Shihab tentang ayat-ayat tentang Nasionalisme?
C. TUJUAN
Berdasarkan pada rumusan yang telah disampaikan diatas makaa dapat
disimpulkan tujuan dari penulisan karya ilmiah ini adalah.

1. Memahami makna dan nilai-nilai nasionalisme syair ya lal wathon.


2. Mengetahui efektifitas atau pengaruh syair ya lal wathan terhadaap karakter
nasionalis dan semangat pendidikan Mahasantri Ma’had Aly As’adiyah Sengkang.
3. Mengetahui penafsiran Prof.Quraish Shihab tentang ayat-ayat tentang Nasionalisme.

6
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Sejarah Syair Ya Lal Wathon


Indonesia adalah salah satu Negara dengan mayoritas penduduk beragama islam.
Jika menelisik kembali terhadap historirafi kemerdekaan Bangsa Indonesia, peran serta
masyarakat islam dalam proses perjuangan juga patut diakui. Banyak sekali tokoh agamis
serta masyarakat islam yang ikut serta dalam perjuangan. Kisah perjuangan mereka
hingga kini terus berkembang dan berdampak terhadap penanaman nilai-nilai
nasionalisme. Syair Ya Lal Wathon merupakaan contoh existensi peran ulama dan
masyarakat islam terhadap nilai-nilai nasionalisme.
Syair lagu ini adalah suatu karya yang mencerminkan rasa semangat, dan cinta
tanah air. Perjuangan membela bangsa adalah suatu kemestian yang tidak bisa ditawar
lagi. Sebagai warga negara indonesia kita harus mencintai negara kita. Memperjuangkan
dan membangun kemajuan bangsa. Selain itu, pentingnya memaknai kemerdekaan
sebagai karunia tuhan yang maha esa juga termasuk pesan tersirat dari syair ini. 1
“Ya Lal Wathon Ya Lal Wathon Ya Lal Wathon, Hubbul Wathon Minal Iman,
Walaa Takun Minal Hirman, Inhadu Alal Wathon”
Sedikit penggalan lirik pada syair lagu Ya Lal Wathon, Lagu yang telah
ditasbihkan sebagai lagu wajib nasional pada tahun 2016 oleh Presiden Joko Widodo atas
usulan Menteri Khofifah Indar Parawansa. Lagu ini diciptakan oleh KH. Abdul Wahab
Hasbullah, salah satu pelopor berdirinya Nahdlatul Ulama, dan Gerakan Pemuda Ansor.
Diciptakan pada tahun 1934 yang awalnya dinyanyikan oleh para santri Tambak Beras
murid KH. Abdul Wahab Hasbullah sendiri sebelum memulai pelajaran. Hingga
kemudian dinyanyikan di setiap upacara bendera sebagai salah satu lagu wajib nasional.
Berikut ini lirik syairnya.

1
Zuhri, S. Mbah Wahab Hasbullah. 2010. Halaman 109

7
Syair Ya Lal Wathon

ٓ‫ط‬ٌٍٛ ‫ب‬٠ ،ٓ‫ط‬ٌٍٛ ‫ب‬٠ ،ٓ‫ط‬ٌٍٛ ‫ب‬٠


ْ‫ّب‬٠‫طٓ ِٓ اإل‬ٌٛ‫حت ا‬
ْ‫الرىٓ ِٓ اٌحشِب‬ٚ
ٓ‫ط‬ٌٛ‫ا أً٘ ا‬ٛ‫ض‬ٙٔ‫ا‬

ٜ‫ب ثالد‬١‫س‬١ٔٚ‫أذ‬
‫اْ اٌفخبِب‬ٕٛ‫أٔذ ع‬
‫ِب‬ٛ٠ ‫ه‬١‫أر‬٠ ِٓ ً‫و‬
‫ٍك حّبِب‬٠ ‫طبِحب‬

‫ِب‬ٛ٠ ‫ه‬١‫أر‬٠ ِٓ ً‫و‬


‫ٍك حّبِب‬٠ ‫طبِحب‬

Pusaka hati, wahai tanah airku


Cintaku dalam imanku
Jangan halangkan nasibmu
Bangkitlah, hai, bangsaku

Indonesia neg'riku
Engkau panji martabatku
Siapa datang mengancammu
'Kan binasa di bawah durimu

Siapa datang mengancammu


'Kan binasa di bawah durimu

Meninjau dari segi lirik dapat dengan jelas diketahui bahwasanya syair ini adalah
syair yang ditunjukan untuk mengapresiasikan rasaa nasionalisme. Kalimat “cintaku
dalam imanku” bermakna bahwa konteks Indonesia bukan lagi hanya sekadar sebuah
Negara tapi juga cinta dan keimanan yang harus dijaga. Sedangkan dari kalimat “Siapa
dating mengancammu' Kan binasa di bawah durimu” dapat disimpulkan bahwa selogaan
NKRI harga mati memang benar yang artinya, sebagai warga Negara yang baik siap

8
mengorbankan jiwaa dan raga untuk membela Indonesia daari ancaman apapun
bentuknya.

B. Nasionalisme
Menurut Winarno Nasionalisme berasal dari kata national (Bahasa Belanda) dan
nation (Bahasa Inggris) yang berarti kesatuan. Secara arti, nasionalisme memiliki arti
pemahaman dan ajaran untuk mencintai bangsa itu sendiri demi tujuan bersama
mencapai, mempertahankan indentitas, integritas kemakmuran dan kekuatan bangsa.
Nasionalisme perlu ditanamkan sejak dini agar rasa cinta atas bangsa tertanam teguh
dalam sanubari anak bangsa.2
Syeikh Musthofa al ghalayani memiliki definisi tersendiri mengenai nasionalisme,
menurutnya nasionalisme bukanlah hanya berbicara akan tetapi juga tindakan.
Menurutnya orang-orang yang dengan lantang menyuarakan cinta tanah air tetapi dalam
perilaku keseharianya tidak menceminkan manusia nasionalis, maka dapat disebut
sebagai pembual belaka. Berikut pula sebaliknya orang itu tidak faham apa itu
nasionalisme, tetapi dalam kesehariannya menunujukan perilaku naasionalis, maka masih
dinilai kurang tepat. Namun apabila seseorang faham dan dapat mengimplementasikan
makna nasionalisme dalam keseharian, itulah yang disebut sebagai nasionalisme sejati.
Dalam konteks ini penulis ingin memaparkan korelasi sikap nasionalisme dari
syair lagu Ya Lal Wathon terhadap karakter Mahasantri Ma’had Aly As’adiyah
Sengkang. Dari konteks ini dapat disimpulkan bahwa santri diharuskan memiliki sikap
rela berkorban, memuliakan dan mengedepankan bangsa Indonesia sesuasi dengan makna
tersirat syair tersebut. Untuk itu penerapan syair ini dalam peristiwa-peristiwa penting di
Ma’had Aly As’adiyah. Dengan itu karakter nasionalis akan mudah terbentuk.

2
Winarno. Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan. 2007. Halaman 56

9
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan penulisan

Karya tulis ini menggunakan pendekatan linguistik dan deskriptif analisis konten
berdasarksn sumber kepustakaan. pemilihan pendekatan ini diasumsikan dapat
memberikan penjelasan mengenai “Ya Lal Wathon” sebagai penunjang karakter
nasionalis dan semangat pendidikan Mahasantri Ma’had Aly As’adiyah Sengkang.

B. Sumber Kajian
Dalam pengerjaan karya tulis ini penulis menggunakan studi kepustakaan berupa
buku, jurnal, skripsi, thesis, kitab klasik serta artikel dan berita dari internet. Namun
sumber kajian secara kepustakaan ini telah penulis analisis secara mendalam.

C. Prosedur Penulisan
Pedoman penyusunan karya tulis ini melalui tahapan tahapanyang sistematis,
sehingga diharapkan akan menghasilkan karya tulis yang komprehensif dan terstruktur.
Tahapan penulisan karya tulis ini adalah sebagai berikut:

1. Menemukan dan merumuskan masalah


2. Mencari dan menyeleksi sumber-sumber Pustaka
3. Menganalisis sumber-sumber Pustaka untuk menjawab permasalahan
4. Merumuskan alternatif permasalahan
5. Menarik kesimpulan
6. Menulis karya tulis
7. Melakukan editing pada karya tulis untuk meminimalisir kesalahan.

10
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Nilai-nilai nasionalisme syair ya lal wathon

Syair ini merupakan syair yang dapat menunjukkan rasa semangat cinta tanah air.
Perjuangan membela bangsa adalah suatu kemestian yang tidak bisa ditawar lagi. Sebagai
warga negara indonesia kita harus mencintai negara kita. Memperjuangkan dan
membangun kemajuan bangsa. Selain itu, kita juga mesti memaknai kemerdekaan yang
telah diperjuangkan oleh para pejuang kita.3
Lagu ini telah ditasbihkan sebagai lagu wajib nasional pada 2016 oleh Presiden
Joko Widodo atas usulan Menteri Khofifah Indar Parawansa. Lagu ini diciptakan oleh
KH. Abdul Wahab Hasbullah, salah satu pelopor berdirinya Nahdlatul Ulama, dan
Gerakan Pemuda Ansor.
Lagu ini diciptakan pada tahun 1934. Lagu ini pada awalnya dinyanyikan oleh
para santri sebelum memulai pelajaran. Awalnya lagu ini hanya untuk kalangan santri
Tambakberas atau santi KH. Abdul Wahab Hasbullah sendiri. Lagu ini kemudian
dinyanyikan di setiap upacara bendera sebagai salah satu lagu wajib nasional.

Berikut liriknya :

ٓ‫ط‬ٌٍٛ ‫ب‬٠ ،ٓ‫ط‬ٌٍٛ ‫ب‬٠ ،ٓ‫ط‬ٌٍٛ ‫ب‬٠

pada bait pertama ini terdapat huruf ya’ yang berkedudukan sebagai huruf nida’.
Yang mana huruf nida’ adalah huruf yang digunakan dalam Bahasa arab untuk
memanggil seseorang. Pada konteks ini kh Wahab Hasbullah menggunakan huruf nida’
bertujuan untuk memanggil para ahlal wathoni (pemilik negeri) untuk menyampaikan
sebuah pesan. Dari diksi ini dapat disimpulkan bahwa Kh. Wahab Hasbullah pada masa
itu gencar mengampanyekan bahwa negeri ini adalah milik kita bukan milik penjajah.
Dan kitalah yang bertanggung jawab atas tanah air kita.

3
Zuhri, S. Mbah Wahab Hasbullah. 2010. Hal.109

11
ْ‫ّب‬٠‫طٓ ِٓ اإل‬ٌٛ‫حت ا‬

Kata hubbul wathon pada bait ini merupakan susunan dari idhofah yang menyimpan
huruf lam sehingga menunjukkan arti “kepada”. Seperti yang dikatakan Ibnu Malik
dalam kitab Alfiyahnya4

ْ ‫ان‬ َ ِٔ ‫ ْاٌثَّب‬َٚ
ْ ٠َ ُْ ٌَ ‫ ِإرَا‬ٟ‫ ِف‬ْٚ َ ‫ ِِ ْٓ أ‬ْٛٔ ‫ا‬َٚ ‫ اج ُْش ْس‬ٟ
‫اٌالَّ ََ ُخزَا‬ٚ ِ ٍُ‫ص‬
َ َ‫ح إالَّ ر‬

Jar-kanlah! lafazh yg kedua (Mudhof Ilaih). Dan kira-kirakanlah makna min atau fi bila
tidak pantas, maka kira-kirakanlah makna lam.

Kemudian dilanjutkan dengan diksi min al-iman. Kata min disini menurut Imam
Ibnu Aqil memiliki faidah li tab’idh yang berarti “Sebagian dari”5. Hal ini juga sesuai
dengan ayat Al-Quran :

ِ ‫اس َم ْن َيقُو ُل آ َمنَّا ِبا‬


‫لل‬ ِ َّ‫َو ِمنَ الن‬

Ayat ini menggunakan redaksi min an-nas yang berarti Sebagian dari manusia.
Oleh karena itu min pada kata min al-iman dapat didefinisikan faidah li tab’idh.
jBerdasarkan analisis linguistic tersebut dapat disimpukhan bahwa hubbul wathan minal
Iman dapat ditarik sebuah makna, yaitu “cinta kepada tanah air itu adalah Sebagian dari
iman.”

Menurut KBBI iman berarti sebuah keyakinan. Sedangkan iman menurut islam
dapat diartikan sebagai perilaku yang membenarkan di hati, di ucapkan dalam lisan dan
di amalkan dalam perbuatan. Seperti hadis berikut ;

ِْ ‫ َع ًَّ ثِ ْبْل َ ْسوَب‬َٚ ْ‫ب‬ ِ ٍْ َ‫ َّب ُْ َِ ْع ِشفَخ ثِ ْبٌم‬٠‫اإل‬


ِ ‫ي ثِبٌ ٍِّ َس‬ْٛ َ‫ل‬َٚ ‫ت‬ ِ ْ َُ ٍَّ‫ َس‬َٚ ِٗ ١ْ ٍَ‫َّللاُ َع‬
َّ ٍَّٝ‫ص‬ ُ ‫لَب َي َس‬
ِ َّ ‫ ُي‬ٛ‫س‬
َ ‫َّللا‬

4
Ibnu Malik. Alfiyyah bab idhofah
5
Ibnu Aqil. Syarah Ibnu Aqil. Maktabah islamiah 3/5

12
Rasulullah bersabda : Iman yaitu mengetahui dalam hati,mengucapkan dengan lisan
dan mengamalkan didalam perbuatan.(HR.Ibnu Majah).

Kemudian dapat disimpulkan bahwa seseorang yang tidak mencintai tanah


airnya maka maka ia telah kehilangan Sebagian dari imannya. Hal ini juga sesuai dengan
menurut imam as sakhawi yang dikutip Makruf Khozin, bahwa hubbul wathan minal
iman bukanlah suatu hadis tetapi maknanya dapat dibenarkan6.

ْ‫الرىٓ ِٓ اٌحشِب‬ٚ

pada bait ketiga ini terdapat la nahi yang berarti larangan. Lalu disusul oleh kata
takun yang merupakan fi’il mudhori’ diawali huruf ta’ yang dapat diartikan “kamu
menjadi.” Selanjutnya kata min al -hirman faidahnya sama li tab’idh yang berarti
”Sebagian orang yang pasrah”.

Dalam kitab Alfiyah Ibnu malik dijelaskan :

‫ اْلِىٕخ‬ٟ‫ء ف‬ٜ‫اثزذ‬ٚ ٓ١‫ث‬ٚ ‫ثعض‬# ‫ ٌجذء اْلصِٕخ‬ٟ‫لذ رأر‬ٚ ّٓ‫ث‬

Dapat disimpulkan arti dari bait ke-tiga tersebut adalah “janganlah kamu menjadi
Sebagian orang yang pasrah”. Di bait ini terlihat Kh.Wahab Hasbullah berusaha
melarang para ahlal wathon untuk menyerah terhadap situasi yang ada. menurut ilmu
ushul fiqh7

ُ ْٙ ٌََّٕ‫ا‬
ِ ِ‫ ِْئ ا َ ِْش ث‬١‫ َع ِٓ اٌ َّش‬ٟ
ِٖ ّ‫ض ِذ‬

Larangan kepada sesuatu sama saja dengan perintah sebaliknya.

Secara tidak langsung kh. Wahab hasbullah berarti menyuruh untuk tetap
bertahan dan tidak putus asa.

ٓ‫ط‬ٌٛ‫ا أً٘ ا‬ٛ‫ض‬ٙٔ‫ا‬

6
https://islam.nu.or.id/ilmu-hadits/siapa-bilang-hubbul-wathan-minal-iman-itu-hadits-nabi-
7
Abu Zakariya Al-Anshari. Lubbul ushul 2018. Hal.63

13
Dalam bait ke-empat itu Kh. Wahab Hasbullah menggunakan diksi inhadhu yang
merupakan fiil amr fail jama’ yang bertujuan memerintahkan segala bentuk lapisan
ahlal wathan untuk bangkit.dapat disimpulkan seperti ini artinya “ bangkit lah kalian
semua wahai pemilik bangsa”.

ٜ‫ب ثالد‬١‫س‬١ٔٚ‫أذ‬
‫اْ اٌفخبِب‬ٕٛ‫أٔذ ع‬

Pada bait ke-enam ini terdapat konsep kinayah

ٗ‫ذ ث‬٠‫ اس‬ٞ‫ اٌٍفظ اٌز‬ٛ٘ # ٗ‫اص اسادر‬ٛ‫الصَ ِعٕبٖ ِع ج‬

“lafadz yang dikehendaki makna lazim serta perbolehan dikehendaki makna lain”

Pada contoh ini KH. Wahab hasbullah menggunakan kinayah Indonesia sebagai
panji(bendera) martabat. Beliau mengartikan Indonesia sebagai lambang martabatnya.
Sehingga apabila Indonesia runtuh maka martabat beliau pun ikut runtuh. Jika Indonesia
hancur beliau tidak memiliki martabat lagi sebagai seorang warga negara.Hal ini
menunjukkan betapa serius nya beliau dalam membela tanah air.

‫ِب‬ٛ٠ ‫ه‬١‫أر‬٠ ِٓ ً‫و‬


‫ٍك حّبِب‬٠ ‫طبِحب‬

Mulai bait ke-lima hingga ke delapan merupakan majaz-majaz nasionalisme Kh.Wahab


hasbullah yang bergelora hingga sampai mengatakan Siapa datang mengancammu
'Kan binasa di bawah dulimu

2. Pengaruh Syair Ya lal wathan Pada Nasionalisme dan Semangat Pendidikan


Santri Ma’had Aly As’adiyah

Berdasarkan hasil analisis dari Syair ya lal Wathon di atas dapat kita tarik
konklusi bahwa syair ya lal Wathon dalam redaksinya tidak ditemukan diksi yang
bersifat khusus dan obyek dari Syair tersebut tergolong universal yang mencakup
segala fraksi masyarakat.

14
Pencetus dari Syair ya lal wathon memanglah Kh. Wahab Hasbullah yang notabene
sebagai salah satu pendiri Nahdlatul Ulama’, akan tetapi dari kh. Wahab Hasbullah
sendiri menciptakan lagu tersebut bukan hanya untuk internal saja.

Penyanyian syair Ya Lal Wathon pada acara-acara penting dapat di simpulkan


sebagai langkah yang tepat dengan beberapa alasan.

a. Nilai universalitas yang terkandung di dalam Syair Ya lal Wathon sehingga


mencakup semua latar mahasantri.
b. Pancaran nilai dan aura nasionalisme Ya lal Wathon dapat menumbuhkan
semangat dan nasionalisme mahasantri.
c. Mahasantri Ma’had Aly As’adiyah Sengkang semuanya beragama islam
sehingga Syair ini mudah diterima mahasiswa.
d. Latar belakang mahasantri Ma’had Aly As’adiyah Sengkang banyak yang
dataang dari pesantren yang sudah terbiasa dengan syair tersebut sehingga
lebih mudah untuk menginternalisasikan kepada mahasiswa yang lain.

3. Penafsiran Prof. Quraish Shihab Tentang Ayat-ayat Nasionalisme


1. Surah Al-Baqarah ayat 143
ٝ‫ِب جعٍٕباٌمجٍخ اٌز‬ٚ ‫ذا‬١ٙ‫ىُ ش‬١ٍ‫ي ع‬ٛ‫ْ اٌشس‬ٛ‫ى‬٠ ٚ ‫ إٌبس‬ٍٝ‫ذاء ع‬ٙ‫ا ش‬ٛٔٛ‫سطب ٌزى‬ٚ ‫وزٌه جعٍٕىُ اِخ‬ٚ
‫ هللا‬ٜ‫ٓ ٘ذ‬٠‫ اٌز‬ٍٝ‫شح اال ع‬١‫ اْ وبٔذ ٌىج‬ٚ ٗ١‫ عمج‬ٍٝ‫ٕمٍت ع‬٠ ِّٓ ‫ي‬ٛ‫زجع اٌشس‬٠ ِٓ ٍُ‫ب اال ٌٕع‬ٙ١ٍ‫وٕذ ع‬
ُ١‫ف اٌشح‬ٚ‫ّبٔىُ اْ هللا ثب ا ٌٕبسٍشء‬٠‫ع ا‬١‫ض‬١ٌ ‫ِبوبْ هللا‬ٚ
“Dan demikian Kami telah menjadikan kamu ummatan wasathan agar kamu
menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi
saksi atas (perbuatan) kamu. Dan Kami tidak menetapkan kiblat kamu
(sekarang) melainkan agar Kami mengetahui (dalam dunia nyata) siapa yang
mengikuti Rasul dan siapa yang mebelot. Dan sungguh (pemindahan kiblat) itu
terasa amat berat, kecuali bagi orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh
Allah; dan Allah tidak akan menyia-nyiakan iman kamu. Sesungguhnya, Allah
Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia.”

15
Dan demikian pula Kami telah menjadikan kamu wahai umat Islam
ummatan wasathan (pertengahan) moderat dan teladan sehingga dengan
demikian keberadaan kamu dalam posisi pertengahan itu sesuai dengan posisi
Ka’bah yang berada di pertengahan pula. Ada juga yang memahami ummatan
wasathan dalam arti pertengahan dalam pandangan tentang Tuhan dan dunia.
Pertengahan juga adalah pandangan umat Islam tentang kehidupan dunia ini;
tidak mengingkari dan menilainya maya, tetapi juga tidak berpandangan bahwa
kehidupan dunia adalah segalanya. 8
Nasionalisme merupakan sikap yang menunjukan kecintaan terhadap
tanah air serta siap berkorban untuk memajukan bangsa dan negara. Sikap
mencintai tanah air tentu tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Mahasantri
Ma’had Aly As’adiyah menjadikan nasionalisme sebagai salah satu alat yang
digunakan untuk mempersatukan bangsa tanpa melihat latar belakang perbedaan
ras, suku, dan bangsa.
Pada bidang budaya, As’adiyah dapat menyatukan antara Islam dan
kearifan local. Dalam dakwahnya, As’adiyah berusaha menghapus tradisi
masyarakat yang bertentangan syariat Islam dan mendukung tradisi yang tidak
bertentangan dengan syariat Islam. Sehingga antara As’adiyah dan budaya
Bugis tidak ada pertentangan sama sekali. Karena bagi As’adiyah, ajaran Islam
adalah ajaran yang menghargai nilai-nilai budaya masyarakat.
Pada bidang aqidah, Aqidah As’adiyah adalah aqidah Ahlussunnah wal
Jamaah, sangat memperhatikan hal-hal terkait dengan aqidah dan hal-hal yang
mampu merusaknya. Termasuk melindungi aqidah warganya dalam hal
mengqultuskan kuburan ulama-ulamanya. Kuburan ulama As’adiyah terlihat
sederhana dengan tujuan tidak terlalu dikultuskan oleh warga As’adiyah yang
memungkingkinkan aqidah mereka dapat tercampuri.
Pada bidang ibadah, As’adiyah menganut madzhab Syafi’i dengan salah
satu konsep kehati-hatiannya. Ulama As’adiyah sangat konsen pada madzhab
Syafi’i mulai dari pendiri As’adiyah, Anregurutta KH. Muhammad As’ad yang
mempunyai kitab Nailul Ma’mul tentang ushul fiqh yang dikembangkan oleh

8
Quraish Shihab, “Tafsir Al-Misbah”,(Lentera Hati, Tangerang, 2021), hal.414.

16
Imam Syafi’i. Beberapa pandangan AG.Yunus MArtang tentang figh dalam
kitabnya As-sholatu Imadu Din juga berhaluang Imam Syafi’i. begitu pula buku
Tanya Jawab Islaamiyah yang ditulis oleh AG. KH. Abunawas Bintang yang
sangat kokoh memegang madzhab syafi’iyah. Dan seterusnya sampai pada masa
sekarang.
Pada bidang akhlak, As’adiyah sangat memperhatikan akhlak kepaada
Allah swt. Akhlak kepada sesame manusia, akhlak kepada hewan, akhlak
kepada alam sekitar. Menjaga akhlakul karimah adalah bagian yang sangat
diperhatikan oleh As’adiyah. Berpakaian rapi, rambut rapi, kamar rapi,
mencium tangan guru, menunduk, adalah beberapa contoh dari akhlak yang
dipraktekkan As’adiyah. Bahkan tasawwuf uang dianut oleh As’adiyah secara
tidak langsung adalah tasawwuf aklaki Imam al-Ghazali
Pada bidang sosial, As’adiyah berusaha terlibat langsung dalam kegiatan
sosial kemasyarakatan. As’adiyah tidak buta dengan permasalahan sosial yang
terjadi di tengah-tengah masyarakat. Melalui Radio Sosial As’adiyah, As’adiyah
menyebarkan berita-berita yang bermanfaat bagi maasyarakat. Melalui
kepedulian sosial, As’adiyah terlibat langsung dalam penanganan bencana alam
seperti tsunami Palu, kebkaran hutan, bantuan relawan covid-19, dan bakti
sosial lainnya.
Pada bidang politik, As’adiyah merupakan organisasi yang tidak terikat
dan terlibat dalam gerakan politik. As’adiyah secara lelembagaan tidak
mengikat dirinya pada partai politik tertentu. Meskipun demikian, As’adiyah
tidak pernah melarang warganya untuk berpolitik, dengan syarat tidak
mengikutkan nama As’adiyah nya. Sehingga ada beberapa alumni As’adiyah
yang menjadi bagian partai politik tertentu sampai terpilih menjadi anggota
9
dewan atau kepala pemerintah lainnya.

2. Surah Al-Baqarah ayat 126


ِٓٚ ‫َ االخش لبي‬ٛ١ٌ‫ا‬ٚ ‫ُ ثبهللا‬ِٕٙ ِٓ‫سصق أٍ٘ٗ ِٓ اٌثّشاد ِٓ ا‬ٚ ‫ُ سة اجعً ٘زا ثٍذا إِب‬١٘‫ار لبي أثشا‬ٚ
‫ش‬١‫ثئس اٌّص‬ٚ ‫ عزاة إٌبس‬ٌٝ‫ال ثُ أضطشٖ أ‬١ٍ‫وفش فأِزعٗ ل‬

9
Tarmizi Tahir, As’adiyah dan Negara, (Penerbit As’adiyah, 2022), hal.23

17
“Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berdoa: “Tuhanku, jadikanlah negeri ini
(negeri yang) aman sentosa, dan berikanlah rezeki berupa buah-buahan kepada
penduduknya yang beriman diantara mereka, kepada Allah dan hari
Kemudian.” Allah berfirman: “Dan kepada siapa yang kafir Ku-senangkan
sedikit, kemudian Aku paksa ia menuju ke siksa neraka dan itulah seburuk-
buruk tempat kembali.”
Ayat ini bukan saja mengajarkan agar berdoa untuk keamanan dan
kesejahteraan kota Mekkah, tetapi juga mengandung isyarat tentang perlunya
setiap muslim berdoa untuk keselamatan dan keamanan wilayah tempat
tinggalnya, dan agar penduduk nya memperoleh rezeki yang melimpah.
Ayat di atas juga memerintahkan untuk mengingat dan merenungkan
bagaimana Nabi Ibrahim as. Mencamkan firman dan penjelasan Allah pada ayat
124. Ketika itu Nabi Ibrahim as. Bermohon agar kepemimpinan dianugerahkan
kepada keturunannya, tetapi Allah menjawab bahwa kepemimpinan tidak akan
menyentuh orang-orang yang berlaku aniaya. Menghayati jawaban Allah itu,
ketika berdoa kali ini, beliau hanya mendoakan penduduk Makkah yang
beriman kepada Allah dan hari Kemudian, “Berikanlah rezeki berupa buah-
buahan kepada penduduknya yang beriman di antara mereka kepada Allah dan
hari Kemudian.”10
Sedari awal berdirinya, Pondok Pesantren As’adiyah Sengkang
memandang bahwa hubungan antara agama dan negara tidak terpisahkan.
Negara merupakan bagian dari urusan agama, jadi negara tidak boleh lepas dari
agama. Dan agama harus terlibat langsung dalam urusan negara. As’adiyah
berada dalam posisi wasathiyah dalam memahami antara relasi agama dan
negara. Maksudnya, As’adiyah berusaha berada di tengah-tengah dengan
mengadopsi nilai-nilai keagamaan dan tidak mengesampingkan prinsip-prinsip
kenegaraan.Di Ma’had Aly As’adiyah memadukan system pendidikan agama
dengan pendidikan umum. Selain focus pada pendidikan agama, pesantren ini

10
Quraish Shihab, “Tafsir Al-Misbah”,(Lentera Hati, Tangerang, 2021), hal.386.

18
juga memiliki lembaga formal. Para Gurutta mempertahankan tradisi pesantren
untuk mengikuti zaman yang berlaku di dunia pesantren.
Pondok Pesantren As’adiyah Sengkang dalam sejarahnya ikut serta dalam
memperjuangkan kemerdekaan Republik Indonesia. Para Anregurutta dan
santrinya ikut peran bersama dengan pemerintah dalam mewujudkan hifdzu
wahthan.

19
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan semua yang telah dipaparkan dalam cakupan materi diatas, penulis
dapat menarik sebuah kesimpulan bahwa menerapkan lagu atau syair Ya Lal Wathon
dapat menambah rasa dan tingkat kecintaan diri terhadap dangsa Indonesia. Hal ini
dibuktikan dengan adanyaa kesinambungan makna tersirat yang aada dalam lirik syair
ini. Sehingga apabila dikatakan dengan menrapkan syair ini dalam suatu instansi seperti
yang dilakukan oleh Ma;had Aly As’adiyah Sengkang sangat efektif untuk menunjang
peningkatan kualitas rasa nasionalisme seseorang.

B. Saran
Dalaam karya tulis ini, penulis dapat memberikan saran kepada pembaca dari segi
golongan manapun bahwasanya menerapkan dan memaknai syair Ya Lal Wathon dapat
menjadi alternatif penunjang skap nasionalisme, dengan catatan antara pemahaman dan
tindakan harus seimbang.

20
DAFTAR PUSTAKA

Al-Anshari, Abu Zakariya. 2018. Lubbul ushul. Haramain: Surabaya

ghalayani. Musthofa. 2010. Idhotun nasyi’in. Al hidayah: Surabaya

Malik, Ibnu.2016. alfiyyah fi Nahwi wa Shorfi. Pustaka Alawiyah: Semarang

Rosid, Abdul. 2022. Relasi nasionalisme dan islam dalam lirik syair ya lal wathan. JIST: vol. 03,
_______No 8 : 949-960

Winarno. 2007 . Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan. Bumi Aksara: Jakarta

Zuhri, S. 2010. Mbah Wahab Hasbullah. Pustaka Pesantren; Kudus

Aqil, Ibnu.2016. Syarah Alfiyyah Ibnu Malik. Haramain: Surabaya

Maktabah Islamiyah; jalaludin As Suyuthi. Uqudaul Juman.

Tahir,Tarmizi. 2022, As’adiyah dan Negara, Sengkang: As’adiyah Pusat

Shihab, Quraish. 2021. “Tafsir Al-Misbah”,(Lentera Hati, Tangerang, 2021

Internet;

https://www.nu.or.id/fragmen/sejarah-di-balik-lahirnya-lagu-kebangsaan-yaa-lal-wathan.

https://www.nu.or.id/fragmen/sejarah-di-balik-lahirnya-lagu-kebangsaan-yaa-lal-wathan

https://kbbi.kemendikbud.go.id

21
.LAMPIRAN I

BIODATA PESERTA

Nama : Salma Daffa Imania

Temapat/ Tanggal lahir : Kebumen, 20 Juli 2002

NIM : 162013102140

Alamat : Ma’had Aly As’adiyah Sengkang

Jenis kelamin : Perempuan

Nomor Hp : 081317870287

Email : salmadaffa20@gmail.com

22
LAMPIRAN II

SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS KARYA

Dengan ini saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Salma Daffa Imania

Tempat, tanggal lahir : Kebumen, 20 Juli 2002

NIM : 162013102140

Menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Hifdzu Wathan dan Korelasi Dari Sikap
Nasionalisme Dengan Semangat Pendikan Mahasantri Ma’had Aly As’adiyah Sengkang (Studi
Penafsiran Tafsir Al-Misbah)” merupakan karya orisinil dan belum pernah dipublikasikan serta
tidak sedang dilombakan di luar kegiatan “Muktamar Pemikiran Santri. “

Demikian surat pernyataan ini dibuat dengan sebenar-benarnya untuk keperluan pengajuan
“Lomba Karya Tulis Ilmiah Muktamar Pemikiran Santri”. Jika dikemudian hari saya terbukti
menyalahi aturan, maka saya berhak di diskualifikasi dari perlombaan tersebut.

Sulawesi Selatan, 04 Januari 2023

Yang membuat pernyataan

(Salma Daffa Imania)

23

Anda mungkin juga menyukai