Anda di halaman 1dari 2

.

Pendahuluan
Infeksi cacing adalah salah satu infeksi yang paling umum dan berpengaruh pada
orang menengah kebawah di seluruh dunia. Mereka ditularkan oleh telur yang ada dalam
kotoran manusia yang mencemari tanah di daerah yang sanitasinya sangat buruk.
Spesies primer yang menginfeksi manusia ialah cacing gelang (Ascaris lumbricoides),
cacing cambuk (Trichuris trichiura) serta cacing tambang (Necator americanus dan
Ancylostoma duodenale). Spesies Soil Transmitted Helminth ini umumnya dianggap
sebagai satu kelompok karena mereka membutuhkan prosedur diagnostik yang sama
serta merespon obat yang sama (Who, 2020)
Di negara-negara dunia khususnya infeksi cacing ditularkan melalui tanah. menjadi
masalah kesehatan rakyat pada negara yang berkembang. Diperkirakan 4,5 miliar orang
berisiko terkena STH dan sebanyak 1,4 miliar orang mungkin terinfeksi Ascaris
lumbricoides, hampir 1,05 miliar dengan Trichuris trichiura, dan lebih dari 1,3 miliar
dengan cacing tambang. Jumlah terbesar infeksi cacing yang ditularkan melalui tanah
terjadi di daerah tropis dan subtropis pada Asia, terutama Cina, India, serta Afrika sub-
Sahara. Dari 1-2miliar infeksi cacing yang ditularkan melalui tanah pada semua global,
kurang lebih 300 juta infeksi menyebabkan infeksi yang parah, yang terkait dengan
infeksi cacing terbanyak (Tefera et al., 2017)
Selain negara-negara Cina, India, serta Afrika sub-Sahara di Indonesia merupakan
negara yang prevalensi kecacingan golongan STH mencapai 28,12% Berdasarkan data
Direktur Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang (P2B2) (Humaida, 2019). Menurut
Ali pada tahun 2015 Di indonesia kecacingan juga adalah penyakit yang umum,
infeksinya dapat terjadi oleh beberapa jenis cacing sekaligus, terutama anak-anak
cacingan berdampak pada kemampuan belajar, serta pada orang dewasa akan
menurunkan konsentrasi aktivitas pada saat bekerja, hal ini mengakibatkan
menurunnya kualitas sumber daya manusia (Aresti, 2020)
Berdasarkan data kecacingan dari Dinas Kesehatan Kota (DKK) Samarinda, Kota
Samarinda tahun 2012 kecacingan mencapai 753 masalah. pada tahun 2013 mencapai
679 perkara. di tahun 2014 mencapai 406 masalah. pada tahun 2015 mencapai 236 kasus
serta di tahun 2016 mencapai 116 kasus. berasal data diatas di tahun 2016 kecacingan
tertinggi di usia 1-5 tahun serta ke 2 pada usia 5-10 tahun. Berdasarkan data dari Dinas
Kesehatan Kota Samarinda, puskesmas menggunakan kasus kecacingan terbanyak di
tahun 2016 yaitu Puskesmas Trauma Center Loa Janan menggunakan 35 masalah
kecacingan (Rahmadani, 2017)
Pemeriksaan untuk mengetahui prevalensi kecacingan bisa dilakukan pemeriksaan
mikroskopis sampel feses dengan berbagai metode yaitu Pemeriksaan metode direct
slide, flotasi/pengapungan dan sedimentasi. Pada. Pemeriksaan feses terbagi menjadi
dua yaitu pemeriksaan kualitatif dan kuantitatif. Pemeriksaan kualitatif dilakukan
dengan macam-macam cara seperti pemeriksaan langsung atau direct slide yang
merupakan pemeriksan rutin, metode flotasi/pengapungan, metode selotip, teknik
sediaan tebal dan metode sedimentasi. Pemeriksaan kuantitatif yaitu metode yaitu
metode Stoll, flotasi Kuantitatif dan metode Kato-Katz (Puspa Regina et al., 2018)
Berdasarkan penelitian (Maulida, 2016) mengenai Perbedaan Kualitas Sediaan
Telur Cacing Gelang (Ascaris lumbricoides, Linnaeus 1758) Menggunakan perwarnaan
Eosin dan Perwarnaan Giemsa dari Hasil penelitiannya pewarnaan Eosin dan pewarnaan

Anda mungkin juga menyukai