A. Duduk Perkara
Bahwa terdapat sepetak tanah seluas 16.873 m2 SHM No.136 atas nama Ibu
Barat (sebelum pemekaran). Saat ini terletak pada Desa Gondang, Kecamatan
Pemekaran).
Bahwa pada tanggal 5 Agustus 2022 Ibu Kamariyah selaku pemilik tanah baru
mendapat informasi bahwasanya telah terbit sertifikat hak milik atas nama
orang lain pada tanah yang sama pada Maret tahun 2022. Lebih jauh diketahui
bahwa penerbiatan SHM pada tahun 2022 adalah penerbitan kedua dengan
oleh nama yang sama, yakni Bpk. Halim. Penerbitan pertama dilakukan pada
tahun 1989 dan yang kedua tahun 2022 sampai akhirnya diketahui oleh Ibu
yang hiilang (oleh kepala kantor pertanahan kabupaten Lombok Barat waktu
itu).
Bahwa konsekuensi dari penerbitan SHM atas nama Bpk. Halim diatas tanah
yang sama dengan kepemilikan (disertai bukti Sertifikat Hak Milik) Ibu
Kamariyah adalah adanya sertifikat yang tumpang tindih pada objek tanah
Menanggapi itu, Ibu Kamariyah selaku pemilik tanah yang SHM nya
B. Permasalahan
Dengan tidak adanya permohonan pergantian sertifikat karena hilang oleh Ibu
Kamariyah memberikan keraguan atas SHM yang diterbitkan pada tahun 1989
dan tahun 2022 atas nama Bpk. Halim. Secara historis dapat dilihat bahwa
sertifikat yang pertama kali keluar adalah milik Ibu Kamariyah yakni terbit
pada tahun 1981, selanjutnya pada tahun 1989 keluar lagi sertifikat baru
Bahwa tindakan penerbitan sertifikat pengganti kedua dan ketiga diatas tanah
yang sama dengan nama orang lain bertentangan dengan pasal 33 Peraturan
baru hanya diberikan kepada yang berhak sebagai ganti sertifikat yang rusak
atau hilang, serta sebelum sertifikat baru diberikan kepada yang berhak perlu
bulan dalam surat kabar setempat dan Berita Negara Republik Indonesia.
Realitasnya adalah Ibu Kamariyah sebagai pihak yang berhak tidak pernah
merasa hilang atau rusak sertifikatnya sehingga perlu diterbitkan sertifikat
1(satu) kali. Hal-hal tersebut diatas bertentangan pada norma hukum yang ada.
Sejalan dengan itu, Ibu kamariyah demi mendapat kejelasan serta terpenuhi
1986. Namun lewat upaya tersebut tidak ditemukan jawaban sehingga Ibu
Kamariyah yang terluka rasa keadilannya merasa perlu untuk lebih jauh
C. Dasar Hukum
bahwa legalitas dari sebuah kepemilikan tanah menjadi jelas dan terang
sebagai tujuan hukum. lebih jauh selain memberikan kepastian hukum atas
bidang tanah, satuan rumah susun dan hak-hak lain yang terdaftar agar
Tanah
pada ayat(1) didahului dengan pengumuman. 1(satu) kali dalam salah satu
surat kabar harian setempat atas biaya pemohon. (3) Jika dalam jangka
penerbitan sertifikat baru sebagaimana dimaksud pada ayat (2), ayat (3)
dan ayat (4) dibuatkan berita acara oleh Kepala Kantor Pertanahan. (6)
diterbitkannya sertifikat tersebut atau orang lain yang diberi kuasa untuk
cara dan tempat pengumuman yang lain daripada ditentukan pada ayat (2).
adalah “Suatu penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat
Tata Usaha Negara yang berisi tindakan hukum tata usaha negara yang
atas tanah yang terpenuhi di dalamnya sifat konkret, individual, dan final
merupakan obyek TUN. Oleh sebab itu setiap sengketa yang lahir olehnya
kompetensi absolutnya.
4. Pasal 75 UU No.30/2014 tentang Administrasi Pemerintah jo. Pasal 48
ayat (1) dan (2) UU No.5/1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara
pengertian upaya dimaksud tertuang di dalam pasal 48 ayat (1) dan (2) UU
Peradilan Tata Usaha Negara, yakni: “(1) Dalam hal suatu Badan atau
sengketa Tata Usaha Negara tertentu, maka batal atau tidak sah, dengan
atau tanpa disertai tuntutan ganti rugi dan/administratif yang tersedia. (2)
sengketa Tata Usaha Negara sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) jika
D. Analisis Hukum
Bahwa permasalahan yang dialami Ibu Kamariyah selaku pemilik tanah yang
diatasnya berdiri dua SHM, pertama atas namanya dan kedua atas nama Bpk.
Halim merupakan peristiwa hukum yang termasuk ranah dalam Tata Usaha
obyek yang diputuskan dalam keputusan itu tidak abstrak, tetapi berwujud,
tertentu atau dapat ditentukan. Dengan kata lain wujud dari keputusan
tersebut dapat dilihat dengan kasat mata. Sejalan dengan itu SHM yang
diterbitkan sebanyak dua kali yakni pada tahun 1989 dan tahun 2022
ditujukan untuk umum. SHM yang diterbitkan pada tahun 1989 dan tahun
2022 ditujukan hanya kepada satu orang pemegang hak yakni Bpk. Halim.
Kriteria tidak untuk umum melainkan hanya kepada satu orang tersebut telah
Final, diartikan keputusan tersebut sudah definitif, keputusan yang tidak lagi
pemekaran) dalam hal ini dengan tanpa alasan yang jelas telah mencederai
Baik, yakni;
Ibu Kamariyah.
TUN, dan dipastikan merupakan kesalahan sepihak pejabat TUN dalam hal ini
Kepala Kantor Pertanahan yang dimaksud, maka selanjutya sebagaimana
proses penyelesaian yang ada, dapat dilaksanakan dua bentuk upaya hukum.
pasal 48 ayat (1) dan (2) UU No.5/1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara.
E. Kesimpulan
Bahwa penggantan Sertifikat Hak Milik (SHM) atas sebuah tanah karena
hilang atau rusak hanya dapat dimohonkan oleh pemilik yang berhak atau
yang hilang atas permohonan orang lain yang tidak berhak. Oleh karennya
SHM sebagai wujud kepastian hukum dan legalitas status pemegang hak milik
SHM yang diterbitkan pada tahun 1989 dan tahun 2022 atas nama Bpk. Halim