Anda di halaman 1dari 35

MAKALAH

KEBUTUHAN NUTRISI PADA IBU HAMIL DENGAN GANGGUAN


ANEMIA

Penyusunan makalah ini dibuat guna memenuhi tugas Mata Kuliah Gizi dan Diet

Dosen Pengampu :

Ns. Wirdan Fauzi Rahman, S.Kep, M.Kep

Kelompok 1 :

1. Abdul Hapid : 2200001001


2. Muhamad Aldy Maulana : 2200001024
3. Salsabila Fauziah : 2200001039
4. Silvi Yanti : 2200001041
5. Tabitha Amelia : 220000104
6. Tiara puspita : 2200001049

PRODI D III KEPERAWATAN

AKADEMI KEPERAWATAN

AKPER RS EFARINA

2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas segala rahmat karunia-
Nya. sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang "Kebutuhan Nutrisi
Pada Ibu Hamil Dengan Gangguan Anemia" dengan baik meskipun masih
banyak kekurangan didalamnya.

Kami sangat berharap dengan adanya makalah ini dapat bermanfaat dalam
memberikan pelajaran tentang Kebutuhan Nutrisi Pada Ibu Hamil Dengan
Gangguan Anemia. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca untuk perbaikan makalah kami ini dimasa yang akan datang.

Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat


bermanfaat untuk kita semua kami yakin dalam pembuatan makalah ini masih
terdapat banyak kekurangan saran dan kritik dari pembaca sangat kami butuhkan
untuk memperbaiki makalah ini nantinya.

Purwakarta, 30 Mei 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
1.1 Latar Belakang............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................3
1.3 Tujuan.........................................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................4
2.1 pengertian Anemia......................................................................................4
2.2 pembagian anemia dalam kehamilan..........................................................5
2.3 penyebab anemia........................................................................................7
2.4 patofisiologi anemia pada kehamilan ........................................................8
2.5 etiologi anemia pada kehamilan.................................................................8
2.6 gejala klinis ................................................................................................8
2.7 derajat anemia.............................................................................................9
2.8 Dampak Anemia Defisiensi Zat Besi Pada Kehamilan .............................9
2.9 pencegahan anemia ....................................................................................10
2.10 makanan yang boleh dan tidak dikonsumsi ibu hamil dengan gangguan
anemia ..............................................................................................................10
BAB III PENUTUP.........................................................................................12
3.1 Kesimpulan.................................................................................................12
3.2 Saran...........................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar belakang

Anemia atau kurang


darah sering dikaitkan
dengan kondisi lemah,
letih, dan lesu akibat
kurangnya kandungan zat
besi di dalam darah.
Tak
hanya pada orang dewasa,
anak-anak bahkan balita
pun bisa terkena anemia.
Indonesia jumlah penderita
anemia yang berasal dari
kelompok anak usia

1
sekolah (6–18 tahun)
mencapai 65 juta jiwa.
Bahkan, jika digabung
dengan
penderita anemia usia
balita,remaja putri,ibu
hamil, wanita usia subur,
dan
lansia, jumlah total
mencapai 100 juta
jiwa! ”Artinya, secara
kasar bisa
dikatakan bahwa satu di
antara dua penduduk
Indonesia menderita
anemia.
2
Dalam survei KRT
juga terlihat angka
kejadian anemia lebih
tinggi pada
perempuan dibandingkan
laki-laki. Jika anemia
terjadi pada
anak perempuan,
dampaknya tidak hanya
bagi anak tersebut
melainkan
juga generasi selanjutnya.
Ini mengingat anak
perempuan tersebut kelak

3
akan mengandung dan
melahirkan.
Anemia bisa disebabkan
kondisi tubuh
memerlukan zat besi
dalam
jumlah tinggi, seperti
saat hamil,menyusui,
masa pertumbuhan anak
dan
balita, serta masa
pubertas. Atau ketika
tubuh banyak kehilangan
darah

4
seperti saat menstruasi
dan pada penderita wasir
dan cacing tambang.
Mereka yang
menjalankan diet miskin
zat besi atau pola makan
yang
kurang baik juga rentan
anemia.
Anemia atau kurang
darah sering dikaitkan
dengan kondisi lemah,
letih, dan lesu akibat
kurangnya kandungan zat
besi di dalam darah.
Tak
5
hanya pada orang dewasa,
anak-anak bahkan balita
pun bisa terkena anemia.
Indonesia jumlah penderita
anemia yang berasal dari
kelompok anak usia
sekolah (6–18 tahun)
mencapai 65 juta jiwa.
Bahkan, jika digabung
dengan
penderita anemia usia
balita,remaja putri,ibu
hamil, wanita usia subur,
dan
lansia, jumlah total
mencapai 100 juta
6
jiwa! ”Artinya, secara
kasar bisa
dikatakan bahwa satu di
antara dua penduduk
Indonesia menderita
anemia.
Dalam survei KRT
juga terlihat angka
kejadian anemia lebih
tinggi pada
perempuan dibandingkan
laki-laki. Jika anemia
terjadi pada
anak perempuan,
dampaknya tidak hanya
7
bagi anak tersebut
melainkan
juga generasi selanjutnya.
Ini mengingat anak
perempuan tersebut kelak
akan mengandung dan
melahirkan.
Anemia bisa disebabkan
kondisi tubuh
memerlukan zat besi
dalam
jumlah tinggi, seperti
saat hamil,menyusui,
masa pertumbuhan anak
dan
balita, serta masa
8
pubertas. Atau ketika
tubuh banyak kehilangan
darah
seperti saat menstruasi
dan pada penderita wasir
dan cacing tambang.
Mereka yang
menjalankan diet miskin
zat besi atau pola makan
yang
kurang baik juga rentan
anemia.
Anemia atau kurang
darah sering dikaitkan
dengan kondisi lemah,
9
letih, dan lesu akibat
kurangnya kandungan zat
besi di dalam darah.
Tak
hanya pada orang dewasa,
anak-anak bahkan balita
pun bisa terkena anemia.
Indonesia jumlah penderita
anemia yang berasal dari
kelompok anak usia
sekolah (6–18 tahun)
mencapai 65 juta jiwa.
Bahkan, jika digabung
dengan
penderita anemia usia
balita,remaja putri,ibu
10
hamil, wanita usia subur,
dan
lansia, jumlah total
mencapai 100 juta
jiwa! ”Artinya, secara
kasar bisa
dikatakan bahwa satu di
antara dua penduduk
Indonesia menderita
anemia.
Dalam survei KRT
juga terlihat angka
kejadian anemia lebih
tinggi pada

11
perempuan dibandingkan
laki-laki. Jika anemia
terjadi pada
anak perempuan,
dampaknya tidak hanya
bagi anak tersebut
melainkan
juga generasi selanjutnya.
Ini mengingat anak
perempuan tersebut kelak
akan mengandung dan
melahirkan.
Anemia bisa disebabkan
kondisi tubuh
memerlukan zat besi
dalam
12
jumlah tinggi, seperti
saat hamil,menyusui,
masa pertumbuhan anak
dan
balita, serta masa
pubertas. Atau ketika
tubuh banyak kehilangan
darah
seperti saat menstruasi
dan pada penderita wasir
dan cacing tambang.
Mereka yang
menjalankan diet miskin
zat besi atau pola makan
yang
13
kurang baik juga rentan
anemia.
Anemia atau kurang
darah sering dikaitkan
dengan kondisi lemah,
letih, dan lesu akibat
kurangnya kandungan zat
besi di dalam darah.
Tak
hanya pada orang dewasa,
anak-anak bahkan balita
pun bisa terkena anemia.
Indonesia jumlah penderita
anemia yang berasal dari
kelompok anak usia

14
sekolah (6–18 tahun)
mencapai 65 juta jiwa.
Bahkan, jika digabung
dengan
penderita anemia usia
balita,remaja putri,ibu
hamil, wanita usia subur,
dan
lansia, jumlah total
mencapai 100 juta
jiwa! ”Artinya, secara
kasar bisa
dikatakan bahwa satu di
antara dua penduduk
Indonesia menderita
anemia.
15
Dalam survei KRT
juga terlihat angka
kejadian anemia lebih
tinggi pada
perempuan dibandingkan
laki-laki. Jika anemia
terjadi pada
anak perempuan,
dampaknya tidak hanya
bagi anak tersebut
melainkan
juga generasi selanjutnya.
Ini mengingat anak
perempuan tersebut kelak

16
akan mengandung dan
melahirkan.
Anemia atau kurang darah sering dikaitkan dengan kondisi
lemah,letih, dan lesu akibat kurangnya kandungan zat besi di dalam
darah. Takhanya pada orang dewasa, anak-anak bahkan balita pun bisa
terkena anemia.Indonesia jumlah penderita anemia yang berasal dari
kelompok anak usiasekolah (6–18 tahun) mencapai 65 juta jiwa. Bahkan,
jika digabung denganpenderita anemia usia balita,remaja putri,ibu hamil,
wanita usia subur, danlansia, jumlah total mencapai 100 juta jiwa!
”Artinya, secara kasar bisadikatakan bahwa satu di antara dua penduduk
Indonesia menderita anemia.Dalam survei KRT juga terlihat angka
kejadian anemia lebihtinggi pada perempuan dibandingkan laki-laki.
Jika anemia terjadi padaanak perempuan, dampaknya tidak hanya bagi
anak tersebut melainkanjuga generasi selanjutnya. Ini mengingat anak
perempuan tersebut kelakakan mengandung dan melahirkan.

Anemia bisa disebabkan kondisi tubuh memerlukan zat besi


dalam jumlah tinggi, seperti saat hamil,menyusui, masa pertumbuhan
anak dan balita, serta masa pubertas. Atau ketika tubuh banyak
kehilangan darah seperti saat menstruasi dan pada penderita wasir dan
cacing tambang. Mereka yang menjalankan diet miskin zat besi atau
pola makan yang kurang baik juga rentan anemia. Sebab lainnya adalah
terjadinya gangguan penyerapan zat besi dalam tubuh. Sebenarnya, anemia
dapat dicegah dengan mudah. Namun karena masyarakat terlalu
menggampangkan, dan menganggap hal itu hanya lemah,letih, dan lesu
saja. Padahal, dampak dari anemia ini sangat fatal bahkan
menyebabkan kematian bagi ibu hamil.

Anemia merupakan suatu keadaan dimana terjadi penurunan jumlah


sel darah merah. Menurut WHO, anemia didefinisikan sebagai Hb
(hemoglobin) kurang 13 g/dl untuk laki-laki dan kurang 12 g/dl
untuk wanita. Definisi sangat tergantung pada usia dan jenis kelamin.
17
Definisi yang paling sering dipakai adalah definisi anemia menurut WHO dan
CDC (Centers for Disease Control and Prevention). Anemia dapat
memperburuk kondisi wanita dalam masa kehamilan, persalinan,
nifas dan masa selanjutnya. Pengaruhnya bisa menyebabkan abortus
(keguguran), kelahiran prematur (lahir sebelum waktu-nya), persalinan yang
lama karena rahim tidak berkontraksi, perdarahan pasca melahirkan, syok
serta infeksi pada saat persalinan atau setelahnya. Perdarahan antepartum
(perdarahan dalam kehamilan) yang disebabkan karena lokasi implantasi
plasenta (ari-ari) yang abnormal atau lepasnya plasenta dari tempat
implantasinya yang dapat disertai gangguan pembekuan darah (DIC :
Disseminated Intravascular Coagulation) dapat memperberat kondisi
anemia saat kehamilan. Dan efeknya akan memberi pengaruh burukpada
bayi, seperti lahir dengan berat lahir rendah sampai kematian
perinatal.Selain itu, anemia juga dapat menyebabkan  gagal jantung.

Gagal jantung baru akan terjadi pada seorang wanita jika Hbnya
berada pada ukuran kurang dari 4 gr/dl. Hal ini menyebabkan angka
kematian ibu masih sangat besar. Diperkirakan dalam 1 jam, 2 ibu

meninggal akibat perdarahan, preeklampsia (penyakit pada wanita


hamil dimana terjadi bengkak pada kaki, hipertensi dan adanya protein
dalam airseni), infeksi, abortus dan persalinan yang macet.

18
I.2 Rumusan masalah
1. Apa Pengertian Anemia ?
2. Apa Saja Pembagian Anemia Dalam Kehamilan ?
3. Apa Saja Penyebab Anemia ?
4. Bagaimana Patofisiologi Anemia Pada Kehamilan ?
5. Bagaimana Etiologi Anemia Pada Kehamilan ?
6. Bagaimana Gejala Klini Anemia ?
7. Bagaimana Derajat Anemia ?
8. Bagaimana Dampak Anemia Defisiensi Zat Besi Pada Kehamilan ?
9. Bagimana Pencegahan Anemia ?
10. Apa Saja Makanan Yang Boleh Dan Tidak Boleh Dikonsumsi Pada Ibu
Hamil Dengan Gangguan Anemia ?

I.3 Tujuan
1. Untuk Mengetahui Pengertian Anemia
2. Untuk Mengetahui Apa Saja Pembagian Anemia Dalam Kehamilan
3. Untuk Mengetahui Apa Saja Penyebab Anemia
4. Untuk Mengetahui Bagaimana Patofisiologi Anemia Pada Kehamilan
5. Untuk Mengetahui Bagaimana Etiologi Anemia Pada Kehamilan
6. Untuk Mengetahui Bagaimana Gejala Klini Anemia
7. Untuk Mengetahui Bagaimana Derajat Anemia
8. Untuk Mengetahui Bagaimana Dampak Anemia Defisiensi Zat Besi Pada
Kehamilan
9. Untuk Mengetahui Bagimana Pencegahan Anemia
10. Untuk Mengetahui Apa Saja Makanan Yang Boleh Dan Tidak Boleh
Dikonsumsi Pada Ibu Hamil Dengan Gangguan Anemia

19
BAB II
TINJAUAN TEORI

II.1 Pengertian Anemia


Anemia adalah suatu kondisi tubuh dimana kadarhemoglobin (Hb)
dalam darah lebih rendah dari normal (WHO, 2011, dalam Kemenkes RI,
2018). Hemoglobin adalah salah satu komponen dalam sel darah
merah/eritrosit yang berfungsi untuk mengikat oksigen dan
menghantarkannya ke seluruh sel jaringan tubuh. Oksigen diperlukan oleh
jaringan tubuh untuk melakukan fungsinya. Kekurangan oksigen dalam
jaringan otak dan otot akan menyebabkan gejala antara lain kurangnya
konsentrasi dan kurang bugar dalam melakukan aktivitas. Hemoglobin
dibentuk dari gabungan protein dan zat besi dan membentuk sel darah
merah/eritrosit. Anemia merupakan suatu gejala yang harus dicari
penyebabnya dan penanggulangannya dilakukan sesuai dengan penyebabnya
(Kemenkes RI, 2018).

Anemia merupakan keadaan dimana masa eritrosit dan masa


hemoglobin yang beredar tidak memenuhi fungsinya untuk menyediakan
oksigen bagi jaringan tubuh. Anemia dapat diartikan sebagai penurunan kadar
hemoglobin serta hitung eritrosit dan hematokrit dibawah normal. Anemia
terjadi akibat kadar hemoglobin atau ertrosit lebih rendah daripada nilai
normal. Anemia umumnya disebabkan karena ada perdarahan kronik atau
malnutrisi (Fajriah, 2016)

Menurut WHO (2014) anemia adalah suatu kondisi dimana jumlah sel
darah merah atau kemampuan pengangkutan oksigen oleh sel darah merah
tidak dapat memenuhi kebutuhan normal yang berbeda-beda tergantung pada
umur, jenis kelamin, ketinggian (diatas permukaan laut), kebiasaan merokok,
dan kehamilan. Anemia sering disebut KD (kurang darah) yaitu keadaan
dimana kadar Hemoglobin (Hb) dalam darah kurang dari normal (< 12 gr/dl)
yang berakibat penurunan pada daya tahan tubuh, kebugaran tubuh,
kemampuan dan konsentrasi belajar, dan menghambat tumbuh kembang serta
membahayakan kehamilan di masa yang akan datang (Kemenkes RI, 2010).

20
Anemia terjadi pada 1/3 perempuan selama kehamilan trimester III.
Penyebab yang umum adalah kekurangan zat besi dan asam folat. Jumlah
darah dalam tubuh wanita hamil meningkat 20-30% sehingga memerlukan
peningkatan pasokan zat besi. Penting dalam periode ini melakukan
pemeriksaan Hb untuk mendeteksi anemia. Anemia pada ibu hamil sangat
memengaruhi keadaan ibu dan janin selama proses persalinan. Ibu hamil yang
menderita anemia berat dapat meningkatkan risiko morbiditas maupun
mortalitas ibu dan bayi, kemungkinan melahirkan bayi dengan berat badan
lahir rendah (BBLR) dan prematur juga lebih besar (Proverawati, 2011).

II.2 Pembagian Anemia Dalam Kehamilan


II.2.1 Anemia Defisiensi Besi

Terjadi sekitar 62,3 % pada


kehamilan. Merupakan
anemia yang paling sering
dijumpaipada kehamilan.
Hal ini disebabkan oleh
kurang masuknya unsur
besi dan makanan,
karena gangguan resorpsi,
ganguan penggunaan atau
21
karena terlampaui
banyaknya besi keluar
dari badan, misalnya
pada
perdarahan. Keperluan
besi bertambah dalam
kehamilan terutama pada
trimester terakhir.
Keperluan zat besi
untuk wanita tidak hamil
12 mg,
wanita hamil 17 mg dan
wanita menyusui 17 mg.
Tanda dan gejala:
-

22
Memiliki rambut yang
rapuh dan halus serta
kuku tipis,rata, dan
mudah patah
-
Lidah tampak pucat, licin
dan mengkilat, berwarna
merah daging,
stomatitis angularis,
pecah-pecah disertai
kemerahan dan nyeri
sudut
mulut
Terjadi sekitar 62,3 % pada kehamilan. Merupakan anemia yang
paling sering dijumpa ipada kehamilan. Hal ini disebabkan oleh kurang
masuknya unsur besi dan makanan, karena gangguan resorpsi,
ganguan penggunaan ataukarena terlampaui banyaknya besi keluar
dari badan, misalnya pada perdarahan. Keperluan besi bertambah
dalam kehamilan terutama pada trimester terakhir. Keperluan zat

23
besi untuk wanita tidak hamil 12 mg, wanita hamil 17 mg dan wanita
menyusui 17 mg.

Tanda dan gejala yaitu Memiliki rambut yang rapuh dan halus
serta kuku tipis,rata, dan mudah patah, Lidah tampak pucat, licin dan
mengkilat, berwarna merah daging, stomatitis angularis, pecah-pecah
disertai kemerahan dan nyeri sudut mulut.

Ciri-ciri anemia defisiensi besi yaitu Mikrositosis, Hipokromasia,


Anemia ringan tidak selalu menimbulkan ciri khas bahkan
banyak yang bersifat normositer dan normokrom, Kadar besi serum
rendah daya ikat besi serum  meningkat, Protoporfirin meningkat, tidak
ditemukan hemosiderin dalam sumsum tulang.

24
II.2.2 Anemia Megaloblastik
Terjadi pada sekitar 29 % pada kehamilan. disebabkan oleh
defisiensi asam folat, jarang sekali karena defisensi vitamin B12. Hal
itu erat hubungannya dengan defisensi makanan.
Gejala-gejalanya yaitu Malnutrisi, Glositis berat (Lidah meradang,
nyeri), Diare, Kehilangan nafsu makan. Ciri-ciri anemia megaloblastic
yaitu Megaloblast, promegaloblast dalam darah atau sumsum tulang,
anemia makrositer dan hipokrom dijumpai bila anemianya sudah
berat. Hal itu disebabkan oleh defisiensi asam folat
seringberdampingan dengan defisiensi besi dalam kehamilan3
II.2.3 Anemia Hipoplastik
Terjadi pada sekitar 8 % kehamilan. Disebabkan oleh sumsum
tulang kurang mampu membuat sel-sel darah baru. Etiologi anemia
hipoplastik karena kehamilan belum diketahui dengan pasti.
Biasanya anemia hipoplastik karena kehamilan, apabila wanita tsb
telah selesai masa nifas akan sembuh dengan sendirinya. Dalam
kehamilan berikutnya biasanya wanita mengalami anemia hipoplastik
lagi. Ciri-ciri pada darah tepi terdapat gambaran normositer dan
normokrom, tidak ditemukan. ciri-ciri defisiensi besi, asam folat
atau vitamin B12. Sumsum tulang bersifat normoblasti kdengan
hipoplasia eritropoesis yang nyata.
II.2.4 Anemia hemolitik
Terjadi pada sekitar 0,7 % kehamilan. Disebabkan oleh
pengancuran sel darah merah berlangsung lebih cepat daripada
pembuatannya. Wanita dengan anemia hemolitik sukar menjadi hamil,
apabila hamil maka biasanya anemia menjadi berat. Sebaliknya
mungkin pula kehamilan menyebabkan krisis hemolitik pada
wanita yang sebelumnya tidak menderita anemia. Anemia hemolitk
dibagi menjadi 2 golongan besar: Disebabkan oleh faktor intra
korpuskuler seperti thalassaemia, anemiasel sabit, sferositosis,
eliptositosis, dll.

25
Disebabkan oleh faktor ekstra korpuskuler seperti defisiensi G-
6 Fosfat dehidrogenase, leukemia, limfosarkoma, penyakit hati dll.
Gejala proses hemolitik, Anemia, Hemoglobinemia, Hemoglobinuria,
Hiperbilirubinuria, Hiperurobilirubinuria. Kadar sterkobilin dalam feses
tinggi, dll. Klasifikasi anemia yang lain adalah :
a. Hb 11 gr% : Tidak anemiab.
b. Hb 9-10 gr% : Anemia ringan
c. Hb 7 – 8 gr%: Anemia sedang
d. Hb < 7 gr% : Anemia berat.

II.3 Penyebab Anemia


Penyebab umum yaitu Perdarahan hebat, Akut (mendadak),
Kecelakaan, Pembedahan, Persalinan, Pecah pembuluh darah, Kronik
(menahun), Perdarahan hidung, Wasir (hemoroid), Ulkus peptikum,
Kanker atau polip di saluran pencernaan, Tumor ginjal atau kandung
kemih, Perdarahan menstruasi yang sangat banyak, Berkurangnya
pembentukan sel darah merah, Kekurangan zat besi, Kekurangan vitamin
B12, Kekurangan asam folat, Kekurangan vitamin C, Penyakit kronik,
Meningkatnya penghancuran sel darah merah, Pembesaran limpa,
Kerusakan mekanik pada sel darah merah, Kekurangan G6PD, Penyakit
sel sabit, Penyakit hemoglobin C-Penyakit hemoglobin S-C, Penyakit
hemoglobin E-Thalasemia. Reaksi autoimun terhadap sel darah merah
yaitu : Hemoglobinuria nokturnal paroksismal, Sferositosis herediter ,
Elliptositosis herediter Selain itu anemia juga disebabkan oleh Kekurangan
zat besi, vitamin B12 atau asam folat, Kerusakan pada sumsum tulang atau
ginjal, Kehilangan darah akibat pendarahan dalam atau
siklus haid perempuan.
Penghancuran sel darah merah (anemia hemolitik), Infeksi HIV,
Kekurangan zat besi, Perdarahan, Genetik, Kekurangan vitamin B12,
Kekurangan asam folat, Pecahnya dinding sel darah merah, Gangguan
sumsum tulang

26
II.4 Patofisiologi Anemia Pada Kehamilan
Perubahan hematologi sehubungan dengan kehamilan adalah
oleh karena perubahan sirkulasi yang makin meningkat terhadap plasenta
dari pertumbuhan payudara. Volume plasma meningkat 45-65%
dimulai pada trimester ke II kehamilan, dan maksimum terjadi pada
bulan ke 9 dan meningkatnya sekitar 1000 ml, menurun sedikit
menjelang aterem serta kembali normal 3 bulan setelah partus.
Stimulasi yang meningkatkan volume plasma seperti lactogen plasenta,
yang menyebabkan peningkatan sekresi aldesteron.

II.5 Etiologi Anemia Pada Kehamilan


Etiologi anemia defisiensi besi pada kehamilan, yaitu:
a. Hipervolemia, menyebabkan terjadinya pengenceran darah.
b. Pertambahan darah tidak sebanding dengan pertambahan plasma.
c. Kurangnya zat besi dalam makanan.
d. Kebutuhan zat besi meningkat.
e. Gangguan pencernaan dan absorbsi.

II.6 Gejala Klinis


Wintrobe mengemukakan bahwa manifestasi klinis dari anemia
defisiensi besisangat bervariasi, bisa hampir tanpa gejala, bisa juga
gejala-gejala penyakitdasarnya yang menonjol, ataupun bisa
ditemukan gejala anemia bersama-sama dengan gejala penyakit
dasarnya. Gejala-gejala dapat berupa kepalapusing, palpitasi,
berkunang- kunang, perubahan jaringan epitel kuku, gangguansistem
neurumuskular, lesu, lemah, lelah, disphagia dan pembesaran
kelenjarlimpa. Pada umumnya sudah disepakati bahwa bila kadar
hemoglobin < 7gr/dl maka gejala-gejala dan tanda-tanda anemia akan
jelas.

27
II.7 Derajat Anemia
Nilai ambang batas yang digunakan untuk menentukan status
anemia ibuhamil, didasarkan pada criteria WHO tahun 1972 yang
ditetapkan dalam 3kategori, yaitu normal (≥11 gr/dl), anemia ringan (8-
11 g/dl), dan anemia berat(kurang dari 8 g/dl). Berdasarkan hasil
pemeriksaan darah ternyata rata-ratakadar hemoglobin ibu hamil
adalah sebesar 11.28 mg/dl, kadar hemoglobinterendah 7.63 mg/dl dan
tertinggi 14.00 mg/dl.Kecukupan gizi yang dianjurkan bagi wanita hamil.

II.8 Dampak Anemia Defisiensi Zat Besi Pada Kehamilan


Anemia juga menyebabkan rendahnya kemampuan jasmani
karena sel-seltubuh tidak cukup mendapat pasokan oksigen. Pada
wanita hamil, anemiameningkatkan frekuensi komplikasi pada
kehamilan dan persalinan. Risiko kematian maternal, angka
prematuritas, berat badan bayi lahir rendah, dan angka kematian
perinatal meningkat. Di samping itu, perdarahan antepartum dan
postpartum lebih sering dijumpai pada wanita yang anemis dan lebih
sering berakibat fatal, sebab wanita yang anemis tidak dapat
mentolerir kehilangan darah. Dampak anemia pada kehamilan bervariasi
dari keluhan yang sangat ringan hingga terjadinya gangguan
kelangsungan kehamilan abortus, partusimatur/prematur), gangguan
proses persalinan (inertia, atonia, partus lama,perdarahan atonis),
gangguan pada masa nifas (subinvolusi rahim, daya tahanterhadap
infeksi dan stress kurang, produksi ASI rendah), dan gangguan
padajanin (abortus, dismaturitas, mikrosomi, BBLR, kematian
perinatal, dan lain-lain).

28
II.9 Pencegahan Anemia
Anemia dapat dicegah dengan mengonsumsi makanan bergizi
seimbang dengan asupan zat besi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan
tubuh. Zat besidapat diperoleh dengan cara mengonsumsi daging
(terutama daging merah)seperti sapi. Zat besi juga dapat ditemukan
pada sayuran berwarna hijau gelap seperti bayam dan kangkung, buncis,
kacang polong, serta kacang-kacangan. Perlu diperhatikan bahwa zat
besi yang terdapat pada daging lebih mudah diserap tubuh dari pada
zat besi pada sayuran atau pada makanan olahan seperti sereal yang
diperkuat dengan zat besi. Upaya pencegahan dapat dilakukan dengan
pemberian suplemen Fe dosis rendah 30 mg pada trimester ketiga
ibu hamil non anemik (Hb lebih/=11g/dl), sedangkan untuk ibu hamil
dengan anemia defisiensi besi dapat diberikan suplemen Fe sulfat 325
mg 60-65 mg, 1-2 kali sehari. Untuk yang disebabkan oleh defisiensi
asam folat dapat diberikan asam folat 1 mg/hari atau untuk dosis
pencegahan dapat diberikan 0,4 mg/hari. Dan bisa juga diberi vitamin
B12 100-200 mcg/hari.

II.10 Makanan yang boleh dan tidak dikonsumsi pada ibu hamil dengan
gangguan anemia
II.10.1 Makanan yang tidak boleh dikonsumsi ibu hamil dengan gangguan
Anemia
1. Makanan laut yang tidak segar dan setengah matang
2. Aneka daging dan telur setengah matang
3. Segala jenis minuman berkafein
4. Makanan yang mengandung gluten, Makanan yang mengandung
gluten biasanya ditemukan di dalam roti gandum, selai hingga
biji-bijian.
5. Asam oksalat mampu menghambat penyerapan zat besi
6. Ikan yang tinggi merkuri
7. Sushi
8. Alcohol

29
9. Makanan cepat saji

II.10.2 Makanan yang boleh dikonsumsi ibu hamil dengan gangguan


anemia
1. Daging merah
2. Telur
3. Sayuran hijau nseperti bayam, brokoli dan daun kelor
4. Tahu
5. Kacang polong
6. Biji-bijian utuh
7. Kerang

30
BAB III
PENUTUP

III.1 Kesimpulan
Kejadian anemia pada ibu hamil harus selalu diwaspadai mengingat
anemia dapat meningkatkan risiko kematian ibu, angka prematuran, BBLR
danangkakematian bayi. Untuk kenali kejadian anemia pada kehamilan.
seorang ibu harus mengetahui gejala anemia pada ibu hamil, yaitu cepat lelah,
sering pusing, mata berkunang-kunang, rasatidakenakbadan, lidah luka,
bernaf makan turun (anoreksia), konsentrasi hilang. napas pendek (pada
anemia) parah) dan keluhan mual muntah lebih hebat padakehamilan muda.

III.2 Saran
Baik ibu hamil maupun keluarganya harus memperhatikan asupan gizi
ibu hamil baik pilihan nutrisinya, jumlah, cara pengolahan serta makanan
yang sebisanya dihindari selama kehamilan sehingga ibu dan bayinya tetap
sehat dan harus diperhatikan bahwa pemberian nutrisi bagi ibu hamil tidak
boleh lebih juga tidak boleh kurang.

31
DAFTAR PUSTAKA

Ibu Dan Bayi Spada, 26 Mei 2007 Sumch; Tabloid Bunda Putra
http://www.skripsi-tesis.com

http://www.womenshealth.gov/faq/anemia.cfm MochtaR, R. 1998. Sinopsis


Kebidanan. Edisi 2. Jakarta: EGC

Saifudin, AB 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Keibuan dan


Neonatus. Jakarta; YBP-SP

(Trisno Haryanto, ahli gizi dan dietetik. lulusan Akademi Gizi. Malang)

32

Anda mungkin juga menyukai