Anda di halaman 1dari 47

PROPOSAL PENELITIAN

PERSEPSI MASYARAKAT KELURAHAN LEMPAKE


DALAM PENGELOLAAN SAMPAH SEBAGAI UPAYA
MITIGASI DAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM

OLEH:

JULIA ADVELINA SITINJAK


NIM 1804015078

FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2022
i

PERSEPSI MASYARAKAT KELURAHAN LEMPAKE


DALAM PENGELOAAN SAMPAH SEBAGAI UPAYA
MITIGASI DAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM

Oleh :

JULIA ADVELINA SITINJAK


NIM 1804015078

FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2022
ii

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Proposal : Persepsi Masyarakat Kelurahan Lempake dalam Pengelolaan

Sampah Sebagai Upaya Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim

Nama : Julia Advelina Sitinjak

NIM : 1804015078

Program Studi : Kehutanan

Fakultas : Kehutanan

Menyetujui :

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. Karyati, S.Hut, M.P. Dr. Emi Purwanti, S.Hut, M.Si.
NIP 197300491999032001 NIP 197712292005012004

Mengetahui :
Ketua Program Studi Kehutanan
Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman

Dr. Hut. Yuliansyah, S.Hut., M.P.


NIP 197407122002121001
v

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..........................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................iii
DAFTAR TABEL..............................................................................................iv
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................
I. PENDAHULUAN...........................................................................................1
1.1 Latar Belakang......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................4
1.3 Tujuan Penelitian..................................................................................4
1.4 Hasil yang diharapkan...........................................................................4
1.5 Manfaat Penelitian................................................................................4
1.6 Kerangka Pemikiran..............................................................................5
II. TINJAUAN PUSTAKA................................................................................7
2.1 Perubahan Iklim....................................................................................7
2.2.1 Perubahan Iklim........................................................................7
2.2.2 Penyebab Perubahan Iklim.......................................................7
2.1.3 Dampak Perubahan Ikim...........................................................9
2.1.4 Unsur-unsur Iklim.....................................................................9
2.2 Mitigasi Perubahan Iklim......................................................................10
2.2.1 Mitigasi.....................................................................................10
2.2.2 Pengelolaan sampah..................................................................11
2.2.3 Strategi dalam Perubahan Iklim................................................12
2.3 Sampah..................................................................................................15
2.3.1 Sampah......................................................................................15
2.3.2 Penggolongan Sampah..............................................................16
2.3.3 Pengelolaan Sampah.................................................................18
2.4 Persepsi Masyarakat..............................................................................20
2.4.1 Persepsi.....................................................................................20
2.4.2 Masyarakat................................................................................22
2.4.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi Masyarakat.........23
2.5 Beberapa Hasil dari Penelitian Terdahulu............................................25
III. METODE PENELITIAN...........................................................................27
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian...............................................................27
3.1.1 Lokasi Penelitian.......................................................................27
3.1.2 Waktu Penelitian.......................................................................27
3.2 Alat dan Bahan......................................................................................27
3.3 Populasi dan Sampel.............................................................................28
3.3.1 Populasi.....................................................................................28
3.3.2 Sampel.......................................................................................28
3.4 Alur Penelitian......................................................................................29
3.5 Prosedur Pebelitian...............................................................................30
3.5.1 Studi Pustaka.............................................................................30
3.5.2 Orientasi Lapangan...................................................................30
3.5.3 Penentuan Responden...............................................................30
3.5.4 Metode Pengambilan Sampel...................................................31
3.5.5 Pengumpulan Data....................................................................31
vi

3.5.6 Analisis Data.............................................................................32


DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................35
1

I. PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Masalah perubahan iklim adalah masalah yang sangat besar dan sampai saat

ini masyarakat maupun pemerintah berupaya menangani dan juga mengatasi

masalah tersebut. Selain masalah kenaikan suhu udara, begitupun kasus

kekeringan pasti akan meningkat pula di beberapa pulau di Indonesia akibat dari

perubahan iklim. Perubahan iklim itu sendiri terjadi karena meningkatnya gas

rumah kaca di atmosfer, salah satu gas rumah kaca penyebab perubahan iklim

adalah gas metana (CH4), yang dihasilkan oleh timbunan sampah. Timbunan

sampah yang semakin tinggi di Tempat Pembuangan Akhir tanpa adanya

pengolahan labih lanjut menimbulkan emisi gas metana yang semakin besar.

Peningkatan emisi (CH4) mengakibatkan dampak perubahan iklim semakin luas

(Wijayanti, 2013). Data Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada

tahun 2021 mencatat volume sampah di Indonesia yang terdiri dari 154

Kabupaten/kota se-Indonesia mencapai 18,2 juta ton/tahun. Sampah yang

terkelola dengan baik hanya sebanyak 13,2 juta ton/tahun atau 72,95%. Potensi

gas metana yang dihasilkan dapat mencapai 11,390 ton CH 4/tahun atau setara

dengan 239,199 ton CO2/tahun (Herlambang. 2010).

Sampai saat ini, sampah masih menjadi permasalahan besar bagi bumi kita,

ditambah pertumbuhan penduduk yang semakin pesat dapat menimbulkan

semakin banyak sampah yang akan dihasilkan oleh masyarakat. Dampak nya

adalah pencemaran lingkungan seperti penurunan kualitas udara, dimana akan

mempengaruhi tingkat kesehatan bagi orang lain. Masalah yang sering dijumpai
2

adalah masalah pengelolaan sampah, sampah yang tidak dikelola dengan baik

berdampak buruk terhadap lingkungan. Penumpukan sampah atau membuang

sembarangan ke kawasan terbuka akan mengakibatkan pencemaran tanah yang

juga berdampak ke saluran air tanah, demikian juga pembakaran sampah akan

mengakibatkan pencemaran udara, pembuangan sampah ke sungai akan

mengakibatkan pencemaran air, tersumbatnya saluran air dan banjir (Sicular,

1989). Dilihat dari masalah tersebut maka perlu adanya pengelolaan lingkungan

dalam mengatasi perubahan iklim dan mengurangi emisi karbon. Undang-Undang

Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah mengatur tentang

Penyelenggaraan Pengelolaan sampah secara terpadu dan komprehensif,

pemenuhan hak, dan kewajiban masyarakat, serta tugas dan wewenang

Pemerintah dan pemerintahan daerah untuk melaksanakan pelayanan publik.

Pengaturan hukum dan pengelolaan sampah dalam UU 18 Tahun 2008 tentang

Pengelolaan Sampah ini berdasarkan asas tanggung jawab, asas berkelanjutan,

asas manfaat, asas keadilan, asas kesadaran, asas kebersamaan, asas keselamatan,

asas keamanan, dan asas nilai ekonomi. Pengelolaan sampah yang baik dan benar

sangat berdampak pada adaptasi masyarakat.

Adaptasi adalah upaya atau tindakan yang dilakukan dalam menyesuaikan

perubahan yang ada dalam lingkungan sekitarnya. Cara yang bisa dilakukan yaitu

mengurangi kerusakan yang ditimbulkan akibat dari kebiasaan buruk yang

dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Perubahan iklim adalah akibat dari

pemanasan global atau biasa disebut (global warming), yaitu fenomena dimana

terjadinya peningkatan gas rumah kaca pada lapisan atmosfer dan berlangsung
3

untuk jangka waktu tertentu. Perubahan iklim juga saat ini merupakan masalah

lingkungan global yang sering dibicarakan oleh dunia.

Kelurahan Lempake memiliki wilayah seluas 3.224 Ha dengan ketinggian

tanah 1.275 m diatas permukaan laut. Kelurahan Lempake terdiri dari 10 wilayah

dengan jumlah penduduk 16.785 jiwa dan jumlah kepala keluarga sebanyak 3.623

Kepala Keluarga (KK). Salah satu wilayah yang banyak membuka lahan pertanian

khususnya padi dan sawah adalah wilayah Girirejo. Girirejo mempunyai lahan

potensial seluas 535 Ha dan lahan fungsional seluas 450 Ha dengan jumlah

penduduk 1.843 jiwa dan 408 KK (Monografi Kelurahan Lempake, 2016).

Wilayah Girirejo termasuk wilayah yang merasakan dampak langsung perubahan

iklim yang mempengaruhi produksi beras di wilayah tersebut. Kelurahan

Lempake dijadikan sebagai tempat penelitian karena merupakan salah satu

kawasan padat penduduk yang dimana menghasilkan sampah seperti sampah

rumah tangga, serta kurangnya partisipasi dan kesadaran masyarakat dalam hal

mengelola sampah yang ada, terbukti dimana masih banyak sampah yang

berserakan di sekitaran rumah warga, itulah mengapa dibutuhkan persepsi

masyarakat dalam pengelolaan sampah sampah terhadap perubahan iklim yang

akan berpengaruh pada adaptasi masyarakat untuk menghadapi perubahan iklim.

Beberapa penelitian tentang persepsi masyarakat terhadap perubahan iklim

telah dlaporkan oleh: Wijayanti (2013), Suryadi (2018), Isdianto dan Luthfi

(2019), Setiawan (2019), Nurhayati dkk. (2020), namun penelitian tentang

persepsi masyarakat Kelurahan Lempake terhadap perubahan iklim masih

terbatas. Informasi mengenai persepsi masyarakat Kelurahan Lempake terhadap

perubahan iklim diharapkan dapat menjadi solusi yang tepat dalam mengurangi
4

dampak dari perubahan iklim yang terjadi serta meningkatkan kesadaran

masayarakat sekitar.

I.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana persepsi masyarakat Kelurahan Lempake terhadap mitigasi

perubahan iklim?

2. Bagaimana persepsi masyarakat Kelurahan Lempake terhadap adaptasi

perubahan iklim?

I.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui persepsi masyarakat Kelurahan Lempake dalam pengelolaan

sampah sebagai upaya mitigasi perubahan iklim.

2. Menganalisa persepsi masyarakat Kelurahan Lempake dalam pengelolaan

sampah sebagai upaya adaptasi perubahan iklim.

I.4 Hasil yang diharapkan

Hasil yang diharapkan dalam penelitian ini adalah:

1. Diketahuinya persepsi masyarakat Kelurahan Lempake dalam pengelolaan

sampah sebagai upaya mitigasi perubahan iklim.

2. Didapatkan hasil analisa persepsi masyarakat Kelurahan Lempake dalam

pengelolaan sampah sebagai upaya adaptasi perubahan iklim.

I.5 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai

bagaimana upaya dalam pengelolaan sampah sebagai bentuk mitigasi dan adaptasi
5

perubahan iklim khususnya pada masyrakat Kelurahan Lempake serta

meningkatkan kesadaran masyarakat Kelurahan Lempake dalam menjaga

kelestarian lingkungan dengan cara menngelola sampah yang baik dan benar

sebagai bentuk mitigasi terhadap perubahan iklim dan juga mengetahui

bagaimana persepsi masyarakat terhadap perubahan iklim melalui pengelolaan

sampah sehingga menambah wawasan informasi dan pengetahuan dalam menjaga

kelestarian lingkungan. Memberikan informasi pada pemerintah bagaiamana

langkah pengelolaan sampah yang baik dan benar sebagai bentuk mitigasi

perubahan iklim. Hasil dari penelitian ini dapat menambah wawasan peneliti

mengenai upaya yang harus dilakukan dalam mitigasi perubahan iklim dan

bagaimana bentuk adaptasi dari mitigasi perubahan iklim tersebut.

I.6 Kerangka Pemikiran

Kerangka Pemikiran dalam penelitian ini merupakan pemaparan pola pikir

yang akan dilakukan pada penelitian ini. Kerangka penelitian ditampilkan pada

Gambar 1.1.
6

Perubahan iklim

Persepsi Mayarakat Bentuk Adaptasi Masyaraakat


terhadap perubahan iklim

Dampak
perubahan iklim

Upaya penanganan

Pengelolaan sampah

Mitigasi Adaptasi
7

II. TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Perubahan iklim

II.1.1 Perubahan Iklim

Perubahan iklim merupakan salah satu isu yang masih menjadi sorotan

dunia. Boateng (2015) mengungkapkan bahwa perubahan iklim adalah masalah

kebijakan publik terbesar di zaman ini. Mengenai perubahan iklim, United States

Global Climate Change Programme (Okoli dan Ifeakor, 2014) perubahan iklim

didefinisikan sebagai reaksi ekstrem fenomena cuaca menciptakan dampak negatif

pada sumber daya pertanian, sumber daya air, kesehatan manusia, penipisan

lapisan ozon, vegetasi dan tanah yang menyebabkan dua kali lipat konsentrasi

karbon dioksida dalam ekosistem. Francis (2014) menyebutkan bahwa perubahan

sifat statistik dari sistem iklim. Hal ini juga perubahan cuaca bumi termasuk

perubahan suhu, angin. Perubahan iklim secara langsung berdampak negatif

kepada manusia dan lingkungan sekitarnya, sehingga memang perubahan iklim

menjadi focus semua pihak untuk mengatasinya.

II.1.2 Penyebab Perubahan Iklim

Pemanasan global dianggap sebagai penyebab utama perubahan iklim.

Banyak faktor yang menyebabkan perubahan iklim. Beberapa penyebab dari

perubahan iklim yaitu:

1. Efek Rumah Kaca

Efek rumah kaca adalah sebuah proses terjadinya pemanasan permukaan suatu

benda langit yang disebabkan karena komposisi dan keadaan atmosfernya. Efek

rumah kaca rumah kaca terjadi disebabkan karena naiknya konsentrasi gas
8

karbondioksida (CO2) dan gas-gas lainnya yang ada didalam atmosfer (Pratama,

2019). Efek rumah kaca saat ini menjadi salah satu perhatian sangat serius bagi

seluruh kalangan. Efek rumah kaca telah dibahas di seluruh negara mengenai

upaya mengurangi dampaknya terhadap kehidupan bagi makhluk hidup yang ada

di permukaan bumi. Efek rumah kaca dapat mengakibatkan terjadinya pemanasan

global dan perubahan iklim (Harahap, 2015).

2. Peningkatan gas rumah kaca

Rahmawati (2013) mendefinisikan bahwa gas rumah kaca adalah gas-gas yang

ada di dalam atmosfer dan adapun yang menyebabkan efek gas rumah kaca antara

lain karbon dioksida (CO2), metana (CH4), dinitrogen oksida (N2O), dan

klorofluorokarbon (CFC). Corpuz, dkk. (2009) menjelaskan bahwa peningkatan

gas rumah kaca disebabkan oleh berbagai aktivitas manusia seperti emisi bahan

bakar fosil, perubahan penggunaan lahan, limbah, dan aktivitas industri. Gas

rumah kaca ini dapat menyerap sebagian radiasi inframerah (panas) dan dapat

memantulkan panas yang tertangkap oleh gas rumah kaca di dalam atmosfer.

3. Persampahan

Persampahan merupakan salah satu penyebab pemanasan global yang

disebabkan oleh aktivitas manusia. Sampah menghasilkan gas rumah kaca yang

berupa gas metana (CH4) dan gas karbon dioksida (CO2). Sampah tertimbun di

dalam tanah dalam jangka waktu tertentu akan terurai dan menghasilkan gas yang

menyebar di udara (Puger, 2018). Penjelasan tersebut dapat menunjukkan bahwa

sampah merupakan salah satu penyumbang gas rumah kaca dalam bentuk CH 4.

Hal ini terjadi saat melakukan pembuangan sampah terbuka (open dumping) dan
9

saat melakukan pembuangan sampah terbuka, sampah yang tertimbun akan

mengalami terdekomposisi secara anaerobik (Ardhianti, dkk., 2017).

II.1.3 Dampak Perubahan Iklim

Dampak perubahan iklim dapat mempengaruhi lingkungan. Dampak

perubahan iklim juga dipengaruhi oleh kerentanan sistem (Harmoni, 2005).

Perubahan iklim seperti ini dapat menimbulkan banyak masalah lingkungan, dan

perubahan iklim memiliki beberapa ancaman bagi kehidupan (termasuk

kesehatan). Perubahan iklim dan kesehatan manusia memiliki hubungan yang

sangat kompleks (Soedjajadi, 2007).

Dampak perubahan iklim terhadap lingkungan seperti ketika melakukan

pembuangan sampah. Sampah yang dibuang dapat menyebabkan terjadinya

pencemaran terhadap tanah dan juga dapat menurunkan kesuburan tanah. Sampah

yang dibakar dapat menyebabkan terjadinya pencemaran udara (Karuniastuti,

2013).

II.1.4 Unsur-unsur Iklim

Perubahan cuaca dan iklim dipengaruhi oleh unsur-unsur sebagai berikut:

1. Suhu atau Temperatur Udara

Suhu atau temperatur udara adalah derajat dari aktivitas molekul dalam

atmosfer yang berupa energi kinetik rata-rata dari pergerakan molekul-molekul

(Fadholi, 2013). Alat untuk mengukur suhu atau temperatur udara atau derajat

panas panas disebut termometer. Satuan yang digunakan untuk mengukur suhu

atau temperatur udara adalah skala Celcius (°C), Reamur (°R), Fahrenheit (°F),

dan Kelvin (°K) (Siregar, 2014).


10

2. Curah Hujan

Curah hujan adalah salah satu parameter cuaca yang datanya sangat penting

diperoleh untuk kepentingan BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi, dan

Geofisika) dan untuk masyarakat. Hujan sangat berpengaruh terhadap kehidupan

manusia, karena dapat menghambat atau memperlancar kegiatan manusia

(Bunganaen, dkk., 2013). Curah hujan merupakan jumlah air yang jatuh di

permukaan bumi selama priode tertentu yang di ukur dengan satuan millimeter

(mm). Curah hujan adalah suatu unsur cuaca dengan datanya diperoleh dengan

melakukan pengukuran menggunakan alat penakar hujan (Sasrodarsono dan

Takeda, 2003).

3. Angin

Angin merupakan salah satu unsur yang mempengaruhi kondisi cuaca dan

iklim. Angin adalah udara yang bergerak disebabkan karena adanya perbedaan

tekanan udara yang dapat mengakibatkan adanya hembusan atau tiupan disuatu

tempat (Bachtiar dan Hayattul, 2018). Angin bergerak dan bertiup di permukaan

bumi disebabkan karena adanya penerimaan radiasi matahari yang secara tidak

merata, sehingga terjadi adanya perbedaan suhu udara di permukaan bumi.

Perbedaan suhu udara ini juga terjadi karena adanya perbedaan tekanan udara

(Najib, dkk., 2011).

II.2 Mitigasi Perubahan Iklim

II.2.1 Mitigasi

Mitigasi merupakan suatu strategi yang terdiri dari upaya-upaya yang

dilaksanakan untuk mencegah dan mengurangi peningkatan emisi gas rumah kaca
11

(Alkhajar dan Luthfia, 2020). Menurut United Nations Framework Convention on

Climate Change (UNFCCC, 2007), mitigasi adalah upaya intervensi manusia

dalam mengurangi sumber atau penambah gas rumah kaca (GRK) yang telah

menimbulkan pemanasan global, sedangkan adaptasi adalah upaya menghadapi

perubahan iklim dengan melakukan penyesuaian yang tepat, bertindak untuk

mengurangi berbagai pengaruh negatifnya, atau memanfaatkan dampak positifnya

(UNDP, 2007).

Pelaku utama terjadinya perubahan iklim yaitu manusia (masyarakat), maka

dipelukan upaya dalam menanggulangi krisis iklim. Upaya mitigasi perubahan

iklim di sektor kehutanan memerlukan dukungan pendanaan yang kuat. Salah satu

skema pendanaan perubahan iklim yang ditetapkan dalam PP No. 46 Tahun 2017

adalah imbal jasa lingkungan. Meskipun demikian, skema tersebut di tingkat

tapak belum banyak dikembangkan.

II.2.2 Pengelolaan Sampah sebagai bentuk mitigasi perubahan iklim

Sampah dapat menghasilkan emisi gas metana (CH4). Methane tergolong

gas rumah kaca yang berbahaya karena mempunyai pengaruh 21 kali lebih besar

dibandingkan gas CO2. Emisi CH4 dari sampah merupakan hasil dekomposisi

anaerobik dari materi organik dalam sampah. Sampah terdekomposisi perlahan

dan waktu dekomposisi dapat berlangsung dalam waktu yang cukup lama.

Kebijakan mitigasi perubahan iklim Indonesia diatur oleh UU No. 32 Tahun 2009.

Melalui UU tersebut mulai diatur arahan penanganan mitigasi terhadap perubahan

iklim dan sebagai upaya mendukung pembangunan nasional yang berkelanjutan.

Salah satu sektor yang dikembangkan dalam mitigasi adalah pengelolaan

sampah. Tujuan mitigasi sektor persampahan adalah untuk mengurangi volume


12

sampah perkotaan dan mereduksi emisi gas rumah kaca terutama konsentrasi CO2

dan CH4 sehingga mengurangi pemicu perubahan iklim. Pengembangan mitigasi

di sektor persampahan di negara berkembang ditekankan karena pengelolaan

sampah di TPA yang masih belum stabil dan masih berpotensi menghasilkan

emisi gas rumah kaca yang besar sehingga diperlukan penerapan sistem

pengelolaan sampah yang dikembangkan dengan strategi pengelolaan limbah

alternatif yang disediakan terjangkau dan berkelanjutan (Bogner, dkk., 2008).

Tujuan mitigasi perubahan iklim di sektor persampahan adalah untuk mengurangi

volume dan konsentrasi emisi gas rumah kaca di atmosfer sehingga mampu

tercipta kestabilan di atmosfer. Avriawan (2011) menyebutkan rumus untuk

menghitung emisi gas rumah kaca (CH4) adalah:

Methane Emissions (Gg/yr) = (MSWT x MSWF x MCF x DOC x DOCF x F x 16/2 - R) x (1 - OX)

II.2.3 Strategi dalam Perubahan Iklim

Sangat dibutuhkan strategi untuk mengatasi perubahan iklim yang terjadi,

adapun strategi dalam perubahan iklim yaitu sebagai berikut:

1. Strategi Mitigasi dalam Perubahan Iklim

Mitigasi dapat diartikan sebagai upaya yang dapat mencegah perubahan

iklim, penahan dari adanya pelepasan karbon, meningkatkan adanya penyerapan

karbon ke hutan, dan memperlambat efek gas rumah kaca yang dapat menjadi

penyebab terjadinya pemanasan global (United Nations Framework Convention

on Climate Change (UNFCCC, 2005). Mitigasi adalah usaha menekan penyebab

perubahan iklim, seperti gas rumah kaca dan lainnya agar resiko terjadinya

perubahan iklim dapat diminimalisir atau dicegah (Slamet, 2015).


13

Mitigasi perubahan iklim meliputi dari adanya pencarian cara untuk

menahan dan memperlambat adanya peningkatan emisi gas rumah kaca atau

meningkatkan adanya penyerapan karbon ke dalam hutan atau penyerapan

terhadap karbon lainnya (United Nations Framework Convention on Climate

Change (UNFCC, 2007). Strategi mitigasi dapat diartikan sebagai kebutuhan

untuk memenuhi target dari adanya pengurangan emisi gas rumah kaca tertentu

dan untuk menilai dampak potensial dari adanya kebijakan atau teknologi tertentu

(Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, 2011).

Alternatif kegiatan dari strategi mitigasi penurunan emisi GRK sektor

persampahan dengan menggunakan konsep Zero Waste yang terdiri dari

(Surjandari, dkk., 2009):

a. Recycle

Recycle berarti mengolah kembali (daur ulang) sampah menjadi barang

atau produk baru yang bermanfaat. Contoh plastik yang sudah tidak terpakai

dapat dijadikan tas.

b. Reuse

Reuse berarti menggunakan kembali sampah yang masih dapat digunakan

untuk fungsi yang sama ataupun fungsi lainnya. Contoh, plastik yang

didapat saat membeli barang di toko dapat digunakan kembali untuk wadah

membawa barang lainnya.

2. Strategi Adaptasi dalam Perubahan Iklim

Adaptasi perubahan iklim adalah kemampuan suatu sistem dalam

beradaptasi terhadap perubahan iklim (termasuk variabilitas iklim dan variabilitas

ekstrim) dengan cara melakukan pengurangan terhadap kerusakan yang


14

ditimbulkan. Adaptasi terhadap perubahan iklim adalah strategi yang sangat

diperlukan agar dapat meringankan usaha mitigasi dampak perubahan iklim

(Murdiyarso, 2003). Diposaptono (2009) mengatakan bahwa adaptasi adalah salah

satu upaya yang dapat meminimalisasi dampak terjadinya perubahan iklim.

Pendekatan adaptasi dapat diarahkan pada tindakan yang langsung digunakan

untuk mengantisipasi dampak terjadinya perubahan iklim.

Adaptasi meliputi berbagai cara-cara dalam menghadapi perubahan iklim

melalui penyesuaian yang tepat pada saat bertindak untuk mengatasi dampak dan

resiko perubahan iklim, termasuk kemampuan untuk menentukan perilaku

terhadap penggunaan sumber daya dan teknologi (Adger dkk., 2007). Adaptasi

terhadap perubahan iklim disusun dan disiapkan berbagai tindakan di masyarakat

baik yang dilakukan oleh individu, kelompok, maupun pemerintah sebagai aktor

adaptasi dalam konteks kajian dan penelitian. Adaptasi dilakukan untuk

melindungi dan mensejahterakan penduduk (Adger dkk., 2005).

Alternatif kegiatan dari strategi adaptasi penuruznan emisi GRK sektor

persampahan dengan menggunakan konsep Zero Waste yang terdiri dari (Affandy

dkk., 2015):

a. Reduce

Reduce berarti mengurangi segala sesuatu yang mengakibatkan sampah.

Mengurangi sampah dapat dilakukan dengan menerapkan pola hidup seperti

menentukan prioritas sebelum membeli barang, membeli produk yang tahan

lama, dan menggunakan produk selama mungkin.

b. Replace
15

Replace berarti melakukan penggantian barang-barang yang digunakan

dengan yang lebih ramah lingkungan. Contoh menggunakan kantong belanja

atau goodie bag.

II.3 Sampah

II.3.1 Sampah

Definisi sampah menurut World Health Organization adalah sesuatu yang

tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang yang

berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya (Chandra,

2006). Azwar (1990) menjelaskan yang dimaksud dengan sampah adalah sebagian

dari sesuatu yang tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang harus dibuang

yang umumnya berasal dari kegiatan yang dilakukan manusia (termasuk kegiatan

industri) tetapi bukan biologis karena kotoran manusia (human waste) tidak

termasuk kedalamnya. Manik (2003) mendefinisikan sampah sebagai suatu benda

yang tidak digunakan atau tidak dikehendaki dan harus dibuang, yang dihasilkan

oleh kegiatan manusia Sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak

dipakai, tidak di senangi atau sesuatu yang dibuang dari kegiatan manusia dan

tidak terjadi dengan sendirinya.

Permasalahan sampah meliputi 3 bagian yaitu pada bagian hilir, proses dan

hulu. Bagian hilir, pembuangan sampah yang terus meningkat. Bagian proses,

keterbatasaan sumber daya baik dari masyarakat maupun pemerintah. Bagian

hulu, berupa kurang optimalnya sistem yang diterapkan pada pemrosesan akhir

(Mulasari, 2016). Sebagian besar masyarakat menganggap membakar sampah

merupakan bagian dari pengolahan sampah akan tetapi, hal seperti itu bisa
16

menyebabkan pencemaran bagi lingkungan dan mengganggu kesehatan. Sikap

seperti ini ada kemungkinan dipengaruhi oleh pengetahuan dan kematangan usia

(Mulasari, 2012).

2.3.2 Penggolongan Sampah

Sampah yang berasal dari pemukiman/tempat tinggal dan daerah komersial,

selain terdiri atas sampah organik dan anorganik, juga dapat berkategori B3.

Sampah organik bersifat biodegradable sehingga mudah terdekomposisi,

sedangkan sampah anorganik bersifat non-biodegradable sehingga sulit

terdekomposisi. Bagian organik sebagian besar terdiri atas sisa makanan, kertas,

kardus, plastik, tekstil, karet, kulit, kayu, dan sampah kebun. Bagian anorganik

sebagian besar terdiri dari kaca, tembikar, logam, dan debu. Sampah yang mudah

terdekomposisi, terutama dalam cuaca yang panas, biasanya dalam proses

dekomposisinya akan menimbulkan bau dan mendatangkan lalat.

Dilihat dari status permukiman, sampah biasanya dapat dibedakan menjadi:

1. Sampah kota (municipal solid waste), yaitu sampah yang terkumpul di

perkotaan.

2. Sampah perdesaan (rural waste), yaitu sampah yang dihasilkan di

perdesaan.

Penggolongan sampah yang sering digunakan adalah sebagai berikut

1. sampah organik, atau sampah basah, yang terdiri atas daun-daunan, kayu,

kertas, karton, tulang, sisa-sisa makanan ternak, sayur, buah, dan lain-lain,

dan sebagai
17

2. sampah anorganik, atau sampah kering yang terdiri atas kaleng, plastik,

besi dan logam-logam lainnya, gelas dan mika. Kadang kertas dimasukkan

dalam kelompok ini.

Sedangkan bila dilihat dari sumbernya, sampah perkotaan yang dikelola oleh

Pemerintah Kota di Indonesia sering dikategorikan dalam beberapa kelompok,

yaitu :

1. Sampah dari rumah tinggal: merupakan sampah yang dihasilkan dari kegiatan

atau lingkungan rumah tangga atau sering disebut dengan istilah sampah

domestik. Kelompok sumber ini umumnya dihasilkan sampah berupa sisa

makanan, plastik, kertas, karton/dos, kain, kayu, kaca, daun, logam, dan

kadang-kadang sampah berukuran besar seperti dahan pohon. Praktis tidak

terdapat sampah yang biasa dijumpai di negara industri, seperti mebel, TV

bekas, kasur, dan lain-lain. Kelompok ini dapat meliputi rumah tinggal yang

ditempati oleh sebuah keluarga, atau sekelompok rumah yang berada dalam

suatu kawasan permukiman, maupun unit rumah tinggal yang berupa rumah

susun. Dari rumah tinggal juga dapat dihasilkan sampah golongan B3 (bahan

berbahaya dan beracun), seperti misalnya baterei, lampu TL, sisa obat-obatan,

oli bekas, dan lain-lain.

2. Sampah dari daerah komersial: sumber sampah dari kelompok ini berasal dari

pertokoan, pusat perdagangan, pasar, hotel, perkantoran, dan lain-lain. Sumber

ini umumnya dihasilkan sampah berupa kertas, plastik, kayu, kaca, logam, dan

juga sisa makanan. Khusus dari pasar tradisional, banyak dihasilkan sisa

sayur, buah, makanan yang mudah membusuk. Secara umum sampah dari
18

sumber ini adalah mirip dengan sampah domestik tetapi dengan komposisi

yang berbeda.

3. Sampah dari perkantoran / institusi: sumber sampah dari kelompok ini

meliputi perkantoran, sekolah, rumah sakit, lembaga pemasyarakatan, dan

lain-lain. Sumber ini potensial dihasilkan sampah seperti halnya dari daerah

komersial non pasar.

4. Sampah dari jalan / taman dan tempat umum: sumber sampah dari kelompok

ini dapat berupa jalan kota, taman, tempat parkir, tempat rekreasi, saluran

darinase kota, dan lain-lain. Daerah ini umumnya dihasilkan sampah berupa

daun / dahan pohon, pasir / lumpur, sampah umum seperti plastik, kertas, dan

lain-lain.

5. Sampah dari industri dan rumah sakit yang sejenis sampah kota: kegiatan

umum dalam lingkungan industri dan rumah sakit tetap menghasilkan sampah

sejenis sampah domestik, seperti sisa makanan, kertas, plastik, dan lain-lain.

Yang perlu mendapat perhatian adalah, bagaimana agar sampah yang tidak

sejenis sampah kota tersebut tidak masuk dalam sistem pengelolaan sampah

kota.

2.3.3 Pengelolaan Sampah

Pengelolaan sampah ditujukan untuk menurunkan dampak-dampak.

Merumuskan suatu pengelolaan sampah yang memadahi, memerlukan

karakterisasi sampah secara lebih terperinci, dapat dilakukan dengan

mengklasifikasikan jenis-jenis sampah yang berbeda berdasarkan jenis sumber

dan berdasarkan sifat fisik dan kimiawinya. Sampah-sampah ini berasal dari

berbagai macam sumber seperti individu, rumah tangga, maupun sumber-sumber


19

komersial dan institusional. Sampah juga bisa diklasifikasikan berdasarkan

karakterisik kimiawi dan fisik. Karakteristik-karakteristik kimiawi terdiri dari

komponen-komponen organik dan anorganik, yang sangat penting untuk

memprediksi aplikasi pengomposan (composting) atau konversinya menjadi

metana dan etanol. Karakteristik fisik dari sampah sangat ditentukan oleh

kepadatan fisik dari materi-materi sampah tersebut. Sampah bisa berwujud padat,

cair dan gas. Karakteristik-karakteristik fisik juga mencakup kadar kelembaban

dan distribusi ukuran partikel dari komponen-komponennya (Arief, 2013).

Secara garis besar di Indonesia dikenal 2 model pengelolaan sampah yaitu

urugan dan tumpukan. Model urugan ini umumnya dilakukan pada daeraha-

daerah yang tidak menghasilkan volume sampah dalam jumlah besar, dalam

model ini sampah dibuang di lembah atau cekukan tanpa ada perlakuan lebih

lanjut artinya sekedar dibuang lalu ditinggalkan. Model ini juga merupakan

pengelolaan sampah yang sangat sederhana bahkan dapat dikatakan sebagai

model yang sedikit memodifikasi paradigma awal masyarakat umum terhadap

sampah. Model kedua yaitu tumpukan yang cenderung lebih maju, untuk model

pengelolaan sampah dengan tumpukan ini dilengkapi dengan unit saluran air

untuk buangan, pengelolaan air untuk buangan (leachatte) dan pembakaran akses

gas metana (flare). Model seperti ini sudah memenuhi persyaratan lingkungan dan

banyak diterapkan di kota-kota besar, namun model tumpukan ini tidak lengkap

tergantung dari kondisi keuangan dan kepedulian pejabat daerah akan kesehatan

lingkungan (Kahfi, 2017).

Kurangnya tempat pengolahan sampah menjadi permasalahan yang

mendasari hal tersebut (Nilam, 2016). Beberapa faktor yang mempengaruhi


20

pengolahan sampah yang dianggap sebagai penghambat sistem adalah penyebaran

dan kepadatan penduduk, sosial ekonomi dan karakteristik lingkungan fisik, sikap,

perilaku serta budaya yang ada di masyarakat (Sahil, 2016). Berdasarkan

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia nomor 3 tahun 2013,

tempat penampungan sementara (TPS) adalah tempat dimana sebelum sampah

diangkut untuk dilakukan pendauran ulang, pengolahan dan tempat pengolahan

sampah terpadu. Tempat pengolahan sampah terpadu (TPST) adalah tempat

pelaksanaan kegiatan pengumpulan, pemilahan, penggunaan ulang, pendauran

ulang, pengolahan dan pemrosesan akhir.

Salah satu sektor yang dikembangkan dalam mitigasi adalah pengelolaan

sampah. Tujuan mitigasi sektor persampahan adalah untuk mengurangi volume

sampah perkotaan dan mereduksi emisi gas rumah kaca terutama konsentrasi CO 2

dan CH4 sehingga mengurangi pemicu perubahan iklim. Pengembangan mitigasi

di sektor persampahan di negara berkembang ditekankan karena pengelolaan

sampah di TPA yang masih belum stabil dan masih berpotensi menghasilkan

emisi gas rumah kaca yang besar sehingga diperlukan penerapan sistem

pengelolaan sampah yang dikembangkan dengan strategi pengelolaan limbah

alternatif yang disediakan terjangkau dan berkelanjutan (Bogner, dkk., 2008).

Tujuan mitigasi perubahan iklim di sektor persampahan adalah untuk mengurangi

volume dan konsentrasi emisi gas rumah kaca di atmosfer sehingga mampu

tercipta kestabilan di atmosfer.

2.4 Persepsi Masyarakat

2.4.1 Persepsi
21

Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan yaitu

proses yang berwujud diterimanya stimulasi oleh individu melalui alat

reseptornya, kemudian stimulasi diteruskan ke pusat susunan syaraf yaitu otak,

dan otak merupakan proses psikologisnya sehingga individu bisa mempersepsi

stimulasi yang di terimanya (Walgito, 2003). Menurut Sugihartono (2007),

persepsi merupakan proses untuk menerjemahkan atau menginterprestasi stimulus

yang masuk dalam alat indera. Persepsi merupakan hal yang mempengaruhi sikap,

dan sikap akan menentukan perilaku.

Persepsi mempengaruhi perilaku seseorang atau perilaku merupakan cermin

persepsi yang dimilikinya. Persepsi adalah tanggapan atau gambaran langsung

dari suatu serapan seseorang dalam mengetahui beberapa hal melalui panca

indera. Dalam pengertian ini jelas, bahwa persepsi adalah kesan gambaran atau

tanggapan yang dimiliki seseorang setelah orang tersebut menyerap untuk

mengetahui beberapa hal (objek), melalui panca indera.

Walgito (2010) mengungkapkan bahwa persepsi merupakan suatu proses

pengorganisasian, penginterpretasian terhadap stimulus yang diterima oleh

organisme atau individu sehingga menjadi sesuatu yang berarti, dan merupakan

aktivitas yang integrated dalam diri individu. Respon sebagai akibat dari persepsi

dapat diambil oleh individu dengan berbagai macam bentuk. Stimulus mana yang

akan mendapatkan respon dari individu tergantung pada perhatian individu yang

bersangkutan. Berdasarkan hal tersebut, perasaan, kemampuan berfikir,

pengalaman-pengalaman yang dimiliki individu tidak sama, maka dalam

mempersepsi sesuatu stimulus, hasil persepsi mungkin akan berbeda antar

individu satu dengan individu lain. Walgito juga menambahkan, bahwa persepsi
22

adalah suatu kesan terhadap suatu objek yang diperoleh melalui proses

penginderaan, pengorganisasian, dan interpretasi terhadap obyek tersebut yang

diterima oleh individu, sehingga merupakan suatu yang berarti dan merupakan

aktivitas integrated dalam diri individu. Pendapat ini tidak bertentangan dengan

pendapat sebelumnya, tetapi justru lebih menjelaskan proses terjadinya yaitu

setelah penyerapan maka gambaran-gambaran yang diperoleh lewat panca indera

itu kemudian diorganisir, kemudian diinterpretasi (ditafsirkan) sehingga

mempunyai arti atau makna bagi individu, sedang proses terjadinya persepsi

tersebut merupakan satu kesatuan aktivitas dalam diri individu.

Wade dan Tarvis (2007) menjelaskan persepsi (perception) adalah tindakan

mental yang mengatur impuls-impuls sensorik menjadi suatu pola bermakna.

Menurut Robbins dan Judge (2008), persepsi (perception) adalah proses di mana

individu mengatur dan menginterpretasikan kesan-kesan memoris mereka guna

memberikan arti bagi lingkungan mereka.

2.4.2 Masyarakat

Masyarakat menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia merupakan

sekelompok manusia yang bertempat tinggal dalam suatu wilayah tertentu dengan

batas-batas yang jelas dan menjadi faktor utamanya ialah hubungan yang kuat di

antara anggota kelompok dibandingkan hubungan dengan orang-orang diluar

kelompoknya, dari pengertian di atas bahwa persepsi masyarakat adalah suatu

proses yang terjadi pada sekelompok manusia yang hidup dan tinggal bersama

dalam wilayah tertentu yang memberikan tanggapan atau kesimpulan terhadap

hal-hal atau peristiwa yang diterima oleh sekelompok individu tersebut.


23

Soekanto (2006) menjelaskan masyarakat adalah suatu sistem dari

kebiasaan, tata cara, dari wewenang dan kerja sama antara berbagai kelompok,

penggolongan, dan pengawasan tingkah laku serta kebiasaan-kebiasaan manusia.

Menurut Selo Soemardjan (2006) masyarakat adalah orang-orang yang hidup

bersama yang menghasilkan kebudayaan dan mereka mempunyai kesamaan

wilayah, identitas, mempunyai kebiasaan, tradisi, sikap, dan perasaan persatuan

yang diikat oleh kesamaan.

Masyarakat merupakan sekelompok manusia yang hidup secara bersama-

sama dengan saling berhubungan. Artinya bahwa setiap individu manusia yang

satu sadar akan adanya individu yang lain dan memperhatikan kehadiran individu

tersebut. Masyarakat adalah suatu keseluruhan kompleks hubungan manusia yang

luas sifatnya. Keseluruhan yang kompleks sendiri berarti bahwa keseluruhan itu

terdiri atas bagian-bagian yang membentuk suatu kesatuan (Simanjuntak, 2008).

2.4.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi Masyarakat

Beberapa faktor yang mempengaruhi persepsi masyarakat, yaitu faktor

internal dan faktor eksternal:

1. Faktor Internal

Notoatmodjo (2005) menjelaskan bahwa faktor internal merupakan faktor

yang asalnya dari dalam diri seseorang yang mempersepsikan dan yang

menemukan dan menciptakan sesuatu. Faktor internal yang mempengaruhi

persepsi, yaitu usia, pendidikan, dan pekerjaan:

a. Usia

Usia merupakan umur individu yang dapat dihitung dari mulai dilahirkan

sampai ulang tahun. Usia dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan dan kekuatan
24

dari seseorang. Umur seseorang jika semakin tua, maka tingkat pengetahuan dan

kekuatan akan lebih matang dalam bekerja dan berpikir (Nursalam, 2009). Usia

dan kematangan seseorang dapat mempengaruhi persepsi. Usia seseorang jika

semakin tua maka akan semakin banyak pengetahuan dan kekuatan yang akan

lebih matang dalam bekerja (Notoatmodjo, 2002).

b. Pendidikan

Seseorang yang mempunyai pendidikan yang tinggi akan memberikan

tanggapan yang rasional dibandingkan dengan seseorang yang mempunyai

pendidikan yang rendah (Notoatmodjo, 2007). Kurniawan (2008) menjelaskan

bahwa pendidikan sangat berperan penting dalam proses pembentukan kecerdasan

seseorang maupun perubahan dari tingkah lakunya.

c. Pekerjaan

Pekerjaan merupakan sesuatu yang dilakukan oleh sesorang untuk mencari

nafkah. Masyarakat yang sibuk dalam bekerja hanya mempunyai sedikit waktu

dalam memperoleh berbagai informasi-informasi yang ada disekitarnya

(Notoatmodjo, 2003). Lingkungan pekerjaan seseorang tetapi dapat dijadikan

sebuah tempat bagi seseorang untuk mendapatkan sebuah pengalaman dan

pengetahuan baik secara langsung maupun tidak langsung (Mubarak, 2007).

2. Faktor Eksternal

Notoatmodjo (2010) mengemukakan bahwa faktor eksternal merupakan

faktor yang asalnya dari luar diri seseorang dan melekat pada objek dalam

menemukan dan menciptakan sesuatu. Faktor eksternal yang mempengaruhi

persepsi, yaitu informasi dan pengalaman:


25

a. Informasi

Seseorang yang menerima banyak informasi akan mendapat juga banyak

pengetahuan dan dengan adanya pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang dapat

menimbulkan kesadaran yang akhirnya seseorang tersebut akan berperilaku sesuai

dengan pengetahuan yang dimilikinya (Notoatmodjo, 2008). Seseorang yang tidak

sering menerima dan mendapatkan banyak informasi, seseorang tersebut tidak

akan menambah pengetahuan dan wawasan (Budiman dan Riyanto, 2013).

b. Pengalaman

Pengalaman merupakan sesuatu peristiwa yang pernah dialami oleh

seseorang. Sikap yang dimiliki seseorang akan lebih mudah terbentuk apabila

pengalaman pribadi dari seseorang tersebut terjadi dalam situasi yang dapat

melibatkan emosi (Azwar, 2005). Pengalaman dapat mempengaruhi kecermatan

persepsi seseorang. Pengalaman tidak selalu didapatkan lewat adanya proses

belajar formal, tetapi pengalaman dapat bertambah melalui rangkaian peristiwa

yang dialami (Rakhmat, 2011).

2.5 Beberapa Hasil dari Penelitian Terdahulu tentang Persepsi Masyarakat

dalam Pengelolaan Sampah sebagai Upaya Mitigasi dan Adaptasi

terhadap Perubahan Iklim

Beberapa dari hasil penelitian terdahulu tentang persepsi masyarakat terhadap

perubahan iklim adalah:

1. Wijayanti (2013) menjelaskan dari hasil penelitiannya bahwa peluang

pengelolaan sampah sebagai salah satu strategi mitigasi dalam mengurangi

emisi gas CH4 dan menciptakan ketahanan iklim. Hasil penelitian ini

menunjukkan strategi pengolahan sampah oleh pihak ketiga di TPA memiliki


26

peluang kontribusi lebih besar terhadap pembangunan ketahanan iklim

dibandingkan strategi pengolahan sampah di Tempat Pengolahan Sampah

Terpadu (TPST).

2. Haryanto dan Prahara (2017) menerangkan bahwa perubahan iklim merupakan

salah satu akibat dari adanya perilaku manusia, baik karena kurangnya

kesadaran masyarakat dalam menjaga lingkungan maupun minimnya

pemahaman masyarakat terkait pentingnya menjaga lingkungan.

3. Adiyoga dan Basuki (2018) mengutarakan bahwa kurang dari separuh total

petani responden (31,4-48,6%) menyatakan setuju bahwa pembakaran limbah

tanaman atau limbah rumah tangga dapat meningkatkan produksi gas rumah

kaca dan memperburuk perubahan iklim. Secara keseluruhan, sebagian besar

responden (73,6%) menyetujui asap hasil pembakaran bahan bakar yang

dilakukan oleh industri memberikan kontribusi signifikan terhadap peningkatan

gas rumah kaca (perubahan iklim).

4. Isdianto dan Luthfi (2019) mengemukakan bahwa sebagian besar responden

merasakan perubahan iklim memberikan pengaruh negatif bagi kehidupan

responden dan keadaan lingkungan sekitar rumah. Sementara sebagiannya lagi

mengaku tidak merasakan adanya perubahan lingkungan disekitar rumah

mereka.

5. Nurhayati, dkk. (2020) menyebutkan bahwa masyarakat yang paling

merasakan dampak perubahan iklim yaitu masyarakat yang menggantungkan

hidupnya terhadap kondisi sekitarnya atau terhadap kondisi alam. Perubahan

iklim masih belum menjadi konsep yang akrab bagi semua responden.
27

Masyarakat setempat berusaha mengatasi dampak buruk perubahan iklim

dengan mengandalkan pengetahuan tradisional mereka sendiri.

III. METODE PENELITIAN

III.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

III.1.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Kelurahan Lempake, Kecamatan

Samarinda Utara, Kota Samarinda, Provinsi Kalimantan Timur, tepatnya berada di

RT 2, 4, 10, 12, 16, 17, 20, 25, 28, 31, 34, 36, 39, 41, 43, 44, 46, 48, sampai RT

49 dengan luas wilayah yaitu sebesar 3224 km2. Peta lokasi penelitian ditampilkan

pada Gambar 3.1.

III.1.2 Waktu Penelitian

Waktu yang akan diperlukan dalam pelaksanaan penelitian ini selama

kurang lebih 6 bulan efektif yang dimulai dari bulan Juli sampai dengan

Desember 2022. Adapun tahapan waktu kegiatan penelitian yang akan dilakukan

dijelaskan pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Tahapan Kegiatan Penelitian


Bulan
No. Kegiatan
1 2 3 4 5 6
1 Studi Pustaka 
2 Pembuatan Proposal Penelitian 
3 Observasi Lapangan 
28

4 Pengambilan Data di Lapangan 


5 Perhitungan dan Analisis Data 
6 Penyusunan Skripsi 
29

Gambar……
30

III.2 Alat dan Bahan

Alat yang akan digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Alat tulis yang dipakai untuk mencatat informasi saat penelitian;

2. Kuesioner (daftar pertanyaan) yang akan diberikan dan diajukan kepada

masyarakat;

3. Avenza Maps untuk menandai titik koordinat lokasi penelitian;

4. Kamera Handphone, digunakan untuk dokumentasi;

5. Laptop yang digunakan untuk mengelola dan menganalisis data hasil

penelitian.

Bahan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah:

1.Peta Kelurahan Lempake untuk menentukan lokasi penelitian;

2.Data yang diperoleh dari hasil pengisian kuesioner dan hasil wawancara

kepada responden.

III.3 Populasi dan Sampel

III.3.1 Populasi

Populasi penelitian ini adalah Ibu Rumah Tangga yang ada di Kelurahan

Lempake. Berdasarkan data yang akan diambil dari profil Kelurahan Lempake

bahwasannya terdapat 19 RT yaitu RT 2, 4, 10, 12, 16, 17, 20, 25, 28, 31, 34, 36,

39, 41, 43, 44, 46, 48, 49 dengan jumlah 2314 KK dan diperoleh sampel sebanyak

96 sampel.

III.3.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari data populasi yang akan

diteliti, yaitu berdasarkan intensitas sampling sebanyak 10% dari jumlah Ibu

Rumah tangga (IRT) yang bertempat tinggal di Kelurahan Lempake. Perhitungan


31

sampel dapat dihitung dengan menggunakan rumus Slovin yang dikemukakan

oleh Umar (2013) sebagai berikut:

2314
n=
1+[2314 ×(0,12)]
2314
n = 24,14

= 95,85
= 96
Keterangan :

n = Jumlah Sampel

N = Jumlah Populasi

e = standard error 0,1 dengan tingkat kesalahan 10%

Berdasarkan dari penelitian ini diketahui N = 2314 KK, dan e ditetapkan

10%. Sehingga pada penelitian ini responden yang diambil adalah 96 responden.

3.4 Alur Penelitian

Studi Pustaka

Orientasi Lapangan

Pengumpulan Data

Data Primer Data Sekunder

Analisis Data
Kesimpulan dan saran

32

Gambar 3.2 Alur Penelitian

3.5 Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah:

3.5.1 Studi Pustaka

Studi pustaka merupakan kegiatan tahap persiapan mencari dan mempelajari

referensi dari literatur yang berkaitan dengan penelitian ini. Referensi tersebut

dapat bersumber dari jurnal penelitian, skripsi terdahulu maupun buku serta dari

internet dengan sumber yang jelas.

3.5.2 Orientasi Lapangan

Orientasi lapangan merupakan langkah awal dalam pelaksanaan prosedur

penelitian dimana bertujuan untuk mencari lokasi penelitian yang dilakukan

secara langsung agar dapat mengetahui bagaimana kondisi umum lokasi

penelitian dan meminta izin kepada pihak terkait pada desa/kampung tentang

penelitian yang akan dilakukan sesuai dengan tujuana penelitian.

3.5.3 Penentuan Responden

Penentuan responden pada penelitian ini menggunakan metode Cluster

Random Sampling. Cluster Random Sampling yaitu teknik pengambilan sampel

yang dipilih berdasarkan ciri-ciri atau sifat-sifat populasi yang telah diketahui
33

sebelumnya dan membaginya dalam kelompok tertentu (Cluster), kemudian dari

masing-masing responden dipilih secara acak.

Pemilihan responden dengan metode Cluster Random Sampling yaitu

masyarakat desa yang mengelola bank sampah dan perangkat desa secara acak

atau masyarakat yang melakukan kegiatan mitigasi dan adaptasi perubahan iklim

pada lokasi penelitian.

3.5.4 Metode Pengambilan Sampel

Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

dengan menggunakan metode Cluster Random Sampling. Metode Cluster

Random Sampling digunakan untuk menentukan jumlah sampel per kelompok

atau per RT. Jumlah sampel yang didapatkan dengan menggunakan rumus Slovin

diperoleh sebanyak sampel, maka untuk penentuan sampel atau responden di

Cluster tesebut dipilih secara acak atau random dengan perhitungan sebagai

berikut :

Jumlah KK per RT
× 100 %
Jumlah Total Keseluruhan KK

Hasil dari perhitungan dengan rumus tersebut dimasukkan kembali ke rumus

perhitungan yang kedua sebagai berikut:

Hasil dari persentase (%) jumlah KK : 96sampel

Hasil akhir dari rumus tersebut akan menunjukkan penentuan jumlah

sampel responden pada masing-masing Cluster dan penentuan jumlah sampel

responden disajikan pada Tabel

3.5.5 Pengumpulan Data


34

Pengumpulan data terbagi menjadi dua jenis data yaitu data primer dan data

sekunder. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan angket

(kuesioner) dan wawancara secara langsung sebagai panduan hasil observasi

lapangan, karena peneliti membutuhkan data yang berkaitan langsung dengan

masyarakat. Sulistyo (2016) menjelaskan bahwa kuesioner merupakan teknik

pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan

atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya, serta merupakan

teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel

yang akan diukur dan tahu apa yangdiharapkan dari responden.

1. Data Primer

Data primer diperoleh langsung melalui observasi yang dibuat dalam bentuk

kuesioner masyarakat, wawancara, dan dokumentasi foto. Data primer dengan

bentuk berupa kuesioner diisi langsung oleh responden masyarakat desa dan

dikumpulkan melalui wawancara dengan responden menggunakan kuesioner

sebagai panduan wawancara. Data yang diperoleh berupa identitas dari responden,

pengetahuan masyakarat mengenai perubahan iklim di lingkungan sekitar

Kelurahan Lempake, pengetahuan masyarakat tentang upaya adaptasi perubahan

iklim, dan pengetahuan masyarakat tentang upaya mitigasi perubahan iklim.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang menjadi pendukung atau pelengkap data

primer dalam penelitian. Data pendukung yang diperoleh dari berbagai literatur

seperti buku, skripsi, dan jurnal ilmiah. Literatur-literatur tersebut didapat baik

dari perpustakaan maupun situs internet. Data tersebut didapatkan selain dengan

metode studi literatur juga didapatkan dengan menggunakan metode wawancara


35

dengan perwakilan Kelurahan, pencatatan data atau dokumen yang terkait dengan

data yang diperlukan. Data yang diperoleh dari Kelurahan Lempake dalam bentuk

data monografi atau data profil Kelurahan Lempake.

3.5.6 Analisis Data

Data yang telah didapatkan dari hasil pengisian kuesioner dan wawancara

dari responden diolah menggunakan Skala Likert. Data yang diperoleh dengan

cara ditabulasi dan dianalisis data secara statistik deskriptif.

1. Data atau variabel diklasifikasikan dan dibedakan berdasarkan dari data

kelompok masing-masing sehingga maknanya mudah untuk diinterpretasikan;

2. Hasil analisis kuantitatif disajikan dalam bentuk angka-angka atau table;

3. Hasil analisis di deskripsikan agar dapat memberi gambaran yang teratur,

ringkas, dan jelas mengenai keadaan atau gejala yang ada.

Skala Likert adalah skala yang digunakan untuk mengukur persepsi, sikap

atau pendapat dari seseorang atau kelompok tentang sebuah peristiwa atau

fenomena sosial berdasarkan dari definisi operasional yang ditetapkan oleh

seseorang yang melakukan penelitian. Berikut kriteria dalam proses analisis data

dan pemberian skor untuk alternatif jawaban pada Skala Likert antara lain:

Alternatif jawaban pada Skala Likert mengenai upaya mitigasi dan adaptasi

antara lain:

a. Sangat Setuju (SS) = 5

b. Setuju (S) = 4

c. Ragu-ragu (R) = 3

d. Tidak Setuju (TS) = 2

e. Sangat Tidak Setuju (STS) = 1


36

Total Skala Likert dapat dihitung dengan menggunakan rumus yang

dikemukakan oleh Sugiyono (2013) sebagai berikut: Total skor = T x Pn.

Keterangan:

T = Total jumlah responden yang memilih

Pn = Pilihan angka Skala Likert

Total Skor
Indeks % = X 100%
Skor berdasarkan indikator pertanyaan

( Pn 1 x T 1 ) ( Pn 2 x T 2 ) + Pn 5
Skor rata-rata =
Total responden

Teknik skoring yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan

skor maksimal 5 dan skor minimal 1, maka perhitungan indeks jawaban

responden adalah dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Nilai Indeks = IF(H>=4,21;”Sangat Baik”; IF(H>=3,41;”Baik”; IF(H>=2,61;

”Kurang Baik”; IF(H>=1,81; ”Tidak Baik”; IF(H>=1; ”Sangat Tidak Baik”)))))

Keterangan:

H : Nilai dari (Jumlah responden yang memilih jawaban skor 1 untuk setiap

pertanyaan x 1) + (Jumlah responden yang memilih jawaban skor 2 untuk setiap

pertanyaan x 2) + (Jumlah responden yang memilih jawaban skor 3 untuk setiap

pertanyaan x 3) + (Jumlah responden yang memilih jawaban skor 4 untuk setiap

pertanyaan x 4) + (Jumlah responden yang memilih jawaban skor 5 untuk setiap

pertanyaan x 5) / 96 (Jumlah responden).

Analisis data dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan statistik

deskriptif. Penelitian ini menggunakan statistik deskriptif dimana jawaban pada

kuesioner memiliki bobot dan penilaian yang dapat ditentukan berdasarkan

interval kelas. Kategori Skala Likert disajikan pada Tabel 3.4.


37

Tabel 3.2 Kategori Skala Likert

No. Skala Kategori

1. 1,00 - 1,80 Sangat Tidak Baik

2. 1,81 – 2,60 Tidak Baik

3. 2,61 – 3,40 Kurang Baik

4. 3,41 – 4,20 Baik

5. 4,21 – 5,00 Sangat Baik

Sumber: Sugiyono (2013)

DAFTAR PUSTAKA

Adger, W. N., Arnell, N. W., dan Tompkins, E. L., (2005). Adaptasi yang
Berhasil terhadap Perubahan Iklim di Seluruh Skala (Successful
Adaptation to Climate Change Across Scales). Jurnal Perubahan
Lingkungan Global. 15(2), 77-86.

Adger, W.N., Smith, J.B., dan Takahashi, K. (2007). Penilaian Praktik Adaptasi,
Opsi, Kendala dan Kapasitas (Assessment of Adaptation Practices,
Options, Constraints and Capacity). Cambridge University Press. New
York.

Affandy, N. A., Isnaini, E., dan Yulianti, C. H. (2015). Peran Serta Masyarakat
dalam Pengelolaan Sampah Komprehensif Menuju Zero Waste. Institut
Teknologi Adhi Tama. Surabaya.

Akbar, R. F. (2015). Analisis Persepsi Pelajar Tingkat Menengah pada Sekolah


Tinggi Agama Islam Negri Kudus. Jurnal Penelitian Pendidikan Islam.
10(1).

Alkhajar, E. N. S., dan Luthfia, A. R. (2020). Daur ulang sampah plastik sebagai
mitigasi perubahan iklim. Penamas Adi Buana. 4(1).
38

Ardhianti, C., Sudarno., dan Purwono. (2017). Pengaruh Aerasi terhadap


Karakteristik Lindi Hasil Pengolahan Sampah Sayuran dengan Metode
Biodrying (Studi Kasus : Sawi Putih). Jurnal Teknik Lingkungan.
6(1):1-10.

Arief, S. (2013). Pengelolaan Sampah Malang Raya Menuju Pengelolaan Sampah


Terpadu yang Berbasis Partisipasi Masyrakat. Jurnal Humanity. 8(2).

Bachtiar, A dan Hayattul, W. (2018). Analisis Potensi Pembangkit Listrik Tenaga


Angin PT. Lentera Angin Nusantara (LAN) Ciheras. Jurnal Teknik
Elektro. 7(1), 35-45.

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS). (2011). Pedoman


Pelaksanaan Rencana Aksi Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca. Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional. Jakarta.

Boateng. (2015). Tertiary institutions in Ghana curriculumcoverage on climate


change:Implications for climate change awareness. Journal of
Education and Pratice, 6(12), 99-106.

Bogner, dkk. (2008). Mitigation of Global Greenhouse Gas Emissions from


Waste: Conclusions and Strategies from The Intergovernmental Panel
on Climate Change (IPCC) Fourth Assessment Report. Working Group
III (Mitigation). Waste Management and Research. 26, 11-32.

Bunganaen, W., Krisnayanti, D. S., dan Klau, Y. A. (2013). Analisis Hubungan


Tebal Hujan dan Durasi Hujan pada Stasiun Klimatologi Lasiana Kota
Kupang. Jurnal Teknik Sipil. 2(2), 181-190.

Corpuz, V.T., Chavez, R.d., Soriano, E.B., Magata, H., dan Golocan, C. (2009).
Perubahan Iklim dan Masyarakat Adat. Edisi 2. Tebtebba Foundation.
Filipina.

Diposaptono, S. (2009). Menyiasati Perubahan Iklim di Wilayah Pesisir dan


Pulau-pulau Kecil. Buku Ilmiah Populer. Bogor.
39

Fadholi, A. (2013). Uji Perubahan Rata-rata Suhu Udara dan Curah Hujan di Kota
Pangkalpinang. Jurnal Matematika, Sains, dan Teknologi. 14(1), 11-25.

Francis, N. P. (2014). Climate change and implication for senior secondary


school financial accounting curriculum development in Nigeria.
Journal of Education and Pratice, 5(26), 153-157.

Harahap, S. (2015). Efek Rumah Kaca dalam Perspektif Global (Pemanasan


Global Akibat Efek Rumah Kaca). Jurnal Geografi. 4(1), 1-7.

Harmoni, A. (2005). Dampak Sosial Perubahan Iklim. Fakultas Ilmu Komputer


dan Teknik Informatika. Universitas Gunadarma. Jakarta.

Kahfi, A. (2017). Tinjauan Terhadap Pengelolaan Sampah. Jurnal Jurisprudentie.


4(1).

Karuniastuti, N. (2013). Bahaya Plastik terhadap Kesehatan dan Lingkungan.


Jurnal Forum Teknologi. 3 (1), 6-14.

Mulasari, A., Husodo, A. H., Muhadjir, N. (2016) Analisis Situasi Permasalahan


Sampah Kota Yogyakarta dan Kebijakan Penanggulangannya. Jurnal
Kesehatan Masyarakat. 11(2).

Mulasari, S. A. (2012). Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap terhadap


Perilaku Masyarakat dalam Mengelola Sampah di Dusun Padukuhan
Desa Sidokarto Kecamatan Godean Kabupaten Sleman Yogyakarta.
Jurnal Kesmas. 6(3), 204-211

Murdiyarso, D. (2003). Sepuluh Tahun Perjalanan Negosiasi Konvensi


Perubahan Iklim. Penerbit Buku Kompas. Jakarta.

Najib. H., Sasmito. A., dan Kurniawan. (2011). Kajian Potensi Energi Angin di
Wilayah Sulawesi dan Maluku. Jurnal Meteorologi dan Geofisika.
12(2), 181-187.

Nilam, S. (2016). Analisis Pengelolaan Sampah Padat di Kecamatan Banuhampu


Kabupaten Agam. Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas.10(2).
40

Normelani, E., Kumalawati, R., Kartika, N. Y., Nugroho, A. R., Riadi, S., dan
Efendi, M. (2020). Program Kampung Iklim (Tinjauan Masyrakat
Kokta Banjarmasin). Lambung Mangkurat University Press.
Banjarmasin.

Okoli, J. N., dan Ifeakor, A. C. (2014). An overview of climate change and food
security: Adaptation strategies andmitigation measures in Nigeria.
Journal of Education and Practice, 5(32), 13–19.

Pratama, R. (2019). Efek Rumah Kaca terhadap Bumi. Jurnal Buletin Utama
Teknik. 14(2), 120-126.

Rahmawati, A. (2013). Gas Rumah Kaca, Dampak dan Sumbernya. Pencemaran


Udara Teknik Lingkungan. Institut Teknologi Bandung. Bandung.

Sahil, J., Muhdar, M. H. I. A., Rohman, F., Syamsuri, I. (2016). Sistem


Pengelolaan dan Upaya Penanggulangan Sampah di Kelurahan
Dufadufa Kota Ternate. Jurnal Bioedukasi. 4(2).

Sosrodarsono, S., dan Takeda, K. (2003). Hidrologi untuk pengairan. Pradnya


Paramita, Jakarta.

Simanjuntak, R. 2008. Persepsi Masyrakat terhadap Kualitas Pelayanan Publik


pada Koperasi PDAM Tirtanadi Medan. [Skripsi]. Universitas
Sumatera Utara. Medan.

Siregar, K. (2014). Pengaruh Kelembaban Udara, Suhu udara, Curah Hujan


dengan Kasus Tuberkulosis di Kabupaten Batubara. Universitas
Sumatera Utara. Medan.

Slamet, B. (2015). Analisis Land Use Change Forestry dan skenario adaptasi dan
mitigasi perubahan iklim. Departemen Kehutanan. Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara.

Soedjajadi, K. (2007). Perubahan Iklim Global, Kesehatan Manusia. Jurnal


Kesehatan Lingkungan. 3 (2), 195-204.
41

Surjandari, I., Hidayatno, A., dan Supriatna, A. 2009. Model Dinamis Pengelolaan
Sampah untuk Mengurangi Beban Penumpukan. Jurnal Teknik Industri.
11(02), 134-147.

UNDP. 2007. Sisi Lain Perubahan Iklim, Mengapa Indonesia harus Beradaptasi
untuk Melindungi Rakyat Miskinnya. UNDP Indonesia. Jakarta.

United Nations Framework Conventation on Climate Change (UNFCCC). (2005).


Climate Change. Small Island Developing States. Bonn: Climate
Change Secretariat (UNFCCC). Kyoto Protocol. Jerman.

Wijayanti, W.P. (2013). Peluang Pengelolaan Sampah Sebagai Strategi Mitigasi


dalam Mewujudkan Ketahanan Iklim Kota Semarang. Universitas
Diponegoro.

Winayanti, I. (2009). Studi Produksi Gas Metan (CH4) dan Karbondioksida (CO2)
dari Timbunan Sampah [Skripsi]. Jurusan Teknik Lingkungan Institut
Teknologi Surabaya. Surabaya.

Yunus, H.S., dan Kusuma, D. (2011). Persepsi Masyarakat terhadap Pengelolaan


sampah padat perkotaan di Kecamatan Dom Aleixo Kabupaten Dili.
MAJALAH GEOGRAFI INDONESIA.25(2).
42

KUESIONER PENELITIAN

1. Apakah Saudara mengetahui apa itu perubahan iklim?


2. Apabila masyarakat memahami perubahan iklim maka berpengaruh
dengan kondisi lingkungannya?
3. Apakah Tindakan membuang sampah berdampak terhadap perubahan
iklim?
4. Perilaku pembakaran sampah berpengaruh terhadap perubahan iklim?
5. Sampah yang kita bakar dapat meningkatkan perubahan iklim karena
melepaskan gas karbon?
6. Jika kita mengelola sampah dengan cara yang salah dapat mempengaruhi
perubahan iklim?
7. Penggunaan plastik di kehidupan sehari-hari berpengaruh terhadap
peningkatan perubahan iklim?
8. Sejauh ini perubahan iklim itu memberikan dampak yang negatif bagi
kehidupan masyarakat?
9. Pengolahan limbah salah satu upaya mitigasi dari perubahan iklim?
10. Gaya hidup yang ramah lingkungan salah satu cara dalam mencegah
perubahan iklim.
11. Mengelola sampah dengan system 3R (Reuse, Reduse, Recycle) sebagai
upaya mitigasi dari peruabahan iklim?
12. Apakah upaya dalam kegiatan mitigasi menjadi kendala tersendiri bagi
masyarakat?
13. Pengelolaan sampah berdasarkan jenis sampahnya merupakan salah satu
cara mencegah perubahan iklim
14. Bank sampah dapat menjadi cara dalam mengurangi dampak perubahan
iklim?
15. Bank sampah akan berjalan dengan baik jika seluruh masyarakat
mendukung kegiatan?

Anda mungkin juga menyukai