Anda di halaman 1dari 40

MENERAPKAN

MENERAPKAN KEAMANAN,
KEAMANAN, KESEHATAN
KESEHATAN DAN
DAN KESELAMATANKERJA
KESELAMATAN KERJA (K3)
(K3) DI
DI
LEMBAGAPELATIHAN
LEMBAGA PELATIHAN KERJA
KERJA
N.78SPS02.035.1
N.78SPS02.035.1
DAFTAR ISI

Daftar Isi……………………………………………………………………………………..i
Kata Pengantar…………………………………………………………………………….1
A. Pendahuluan…………………………………………………………………………..2
B. Penggunaan Materi…………………………………………………………………..2
C. Daftar Ikon……………………………………………………………………………..3
D. Bacaan Referensi……………………………………………………………………..4
E. Pengantar Teori……………………………………………………………………….7
F. Langkah Kerja………………………………………………………………………..23
G. Implementasi Unit Kompetensi…………………………………………………..29
1. Elemen Kompetensi 1………………………………………………………….29
1.1 Referensi………………………………………………………………..29
1.2 Aktivitas………………………………………………………………...29
2. Elemen Kompetensi 2………………………………………………………….30
2.1 Referensi………………………………………………………………..30
2.2 Aktivitas……………………………………………………......….......30
2.3 Pemeriksaan………………………………………………………......30
2.4 Pikirkan………………………………………….…………...……......30
3. Elemen Kompetensi 3………………………………………………………….31
3.1 Video Youtube………………………………….…….……………......31
3.2 Aktivitas………………………………………….…….……………….31
3.3 Diskusi……………………………………………….………………....32
4. Elemen Kompetensi 4………………………………………………………….32
3.4 Referensi.......………………………………….…….……………......32
3.5 Aktivitas………………………………………….…….……………….32
H. Lampiran……………………………………………………………………………… 36
1. Kamus Istilah…………………………………………………………………… 36
2. Referensi…………………………………………………………………………. 36
3. Unit Kompetensi……………………………………………………………….. 37
4. Daftar Nama Penyusun………………………………………………………. 4

i
KATA PENGANTAR

Sebagaimana Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Pelatihan dan


Produktivitas Kementerian Ketenagakerjaan Nomor 2/554/LP.00.01/VII/2020
tentang Pedoman Penyusunan Program dan Materi pelatihan, maka buku materi
pelatihan ini merupakan salah satu media pembelajaran yang dapat digunakan
sebagai media transformasi pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja kepada
peserta pelatihan untuk mencapai kompetensi tertentu yang mengacu kepada
Standar Kompetensi Kerja.

Buku Materi ini berisi informasi dan pengetahuan terkait unit kompetensi
yang dipelajari. Selain itu buku Materi juga berisi penjabaran dari metode dan
teknik yang dapat dilakukan saat instruktur dan peserta pelatihan berinteraksi
di ruang teori maupun di ruang praktek. Karena memiliki banyak
pilihan dalam cara pembelajarannya sehingga diharapkan kegiatan pelatihan
menjadi tidak monoton. Sedangkan buku Asesmen berisi soal, pertanyaan dan
tugas praktek sebagai alat untuk menilai dan mengukur kemampuan peserta
pelatihan dalam penguasaan unit kompetensi tersebut.

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi ini berjudul “Menerapkan


Keamanan, Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3) Di Lembaga Pelatihan
Kerja (N.78sps02.035.1)” disusun dengan format sesuai tata cara penyusunan
materi pelatihan sebagaimana disebutkan di atas. Kami berharap pola ini akan
memudahkan instruktur dan peserta pelatihan untuk menstimulasi perannya
masing-masing agar pelatihan dapat berjalan dengan efektif dan menyenangkan.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan tuntunan kepada kita dalam
melakukan berbagai upaya untuk menunjang proses pelaksanaan pelatihan
guna menghasilkan tenaga kerja yang kompeten dan berdaya saing tinggi sesuai
kebutuhan pasar kerja baik nasional maupun global.

1
A. PENDAHULUAN

Tuntutan pembelajaran berbasis kompetensi menjadi sangat penting dalam


meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang kompeten, sesuai
dengan tuntutan kebutuhan pasar kerja. Selaras dengan tuntutan tersebut,
maka dibutuhkan mekanisme pelatihan yang lebih praktis, aplikatif, serta
dapat menarik dilaksanakan sehingga memotivasi para peserta dalam
melaksanakan pelatihan yang diberikan. Seiring dengan mudahnya
teknologi digunakan, maka materi pelatihan dapat disajikan dengan
berbagai media pembelajaran sehingga dapat diakses secara offline dan
online.
Materi pelatihan ini terdiri dari buku Panduan Materi Pelatihan dan buku
Panduan Asesmen. Serta dilengkapi dengan materi yang bersifat soft copy
seperti materi presentasi dan video.

PENGGUNAAN MATERI

1. Materi ini dapat dijadikan rujukan untuk pelaksanaan PBK dengan


penggunaan materi yang dapat dikembangkan dan disesuaikan dengan
kebutuhan pelatihan

 Buku Panduan Materi berisi pengetahuan, teori serta langkah-langkah


kerja yang wajib dibaca peserta pelatihan dengan muatan seperti beikut
:
o Bacaan Referensi
o Pengantar Teori
o Langkah Kerja
o Implementasi Unit kompetensi
o Lampiran :
- Kamus istilah
- Daftar referensi
- Unit kompetensi
- Daftar penyusun
 Buku Panduan Asesmen disajikan dalam paket buku secara

2
terpisah. Penilaian dapat berupa soal tertulis, wawancara, serta
demonstrasi yang akan dilaksanakan sesuai dengan proses penilaian
yang dilaksanakan.

 Slide presentasi, video, dan bahan cetak lainnya merupakan


kelengkapan yang dapat dijadikan referensi dalam memperkaya
materi.

2. Instruktur menyiapkan rencana pembelajaran dengan mengambil referensi


dari materi pelatihan serta memastikan materi tersebut terimplementasi di
saat pelatihan berlangsung.
3. Peserta mempelajari, mengamati dan mempraktikkan materi pelatihan di
bawah bimbingan dan pemantauan instruktur.

DAFTAR IKON
Daftar ikon yang dapat digunakan dalam buku ini, antara lain:

Pemeriksaan
Ikon ini memiliki arti anda diminta untuk mencari
atau menemui seseorang untuk mendapatkan
informasi

Aktivitas
Icon ini memiliki arti anda diminta untuk
menuliskan/ mencatat, melengkapi latihan/
aktivitas (bermain peran, presentasi) dan
mencatatkan dalam lembar kerja pada buku ini
sesuai instruksi
Referensi material/manual
Icon ini memiliki arti Anda harus melihat pada
aturan atau kebijakan yang berlaku dan
prosedur-prosedur atau materi pelatihan/ sumber
informasi lain untuk dapat melengkapi latihan/
aktivitas ini.

3
Berpikir
Ambil waktu untuk Anda dapat berpikir/
menganalisa informasi dan catat gagasan-gagasan
yang Anda miliki.

Komunikasi/ Diskusi
Berbicara/ berdiskusi lah dengan rekan anda
untuk gagasan yang anda miliki.

Membaca
Pilihlah bacaan yang dibutuhkan sesuai dengan
kebutuhan materi pelatihan.

Video/Youtube

Pilihlah Video/Youtube yang dibutuhkan.

BACAAN REFERENSI

Membaca secara lengkap :


 Undang-Undang No 1 tahun 1970 tentang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja
 OHSAS 18001:2007 Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(K3)
 Keputusan Presiden RI nomor 22 tahun 1993 tentang
Penyakit yang timbul karena hubungan kerja
 Keputusan Menteri no 01/Men/1981 tentang Penyakit
Akibat Kerja
 Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI no. Kep.333.Men/1989
tentang Diagnosis dan pelaporan Penyakit Akibat Kerja
 Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 4 tahun 1987
tentang Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (P2K3)
 Undang-undang Nomor 3 tahun 1992 tentang Jaminan
Sosial Tenaga Kerja yang saat ini telah diubah menjadi
Sistem Jaminan Sosial Nasional Undang-undang Nomor
40 tahun 2004 yang mengatur jaminan sosial tenaga
kerja salah satunya adalah jaminan kecelakaan kerja.
 Undang-undang No. 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan. Dalam pasal 86 menegaskan hak
pekerja untuk memperoleh perlindungan atas
keselamatan dan 4 kesehatan kerja
 Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 5 Tahun
2018 tentang K3 Lingkungan Kerja
PENGANTAR TEORI

1. Pengertian Keselamatan Kesehatan Kerja ( K3)

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 1970, pengertian


Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Atau K3 Adalah Segala Kegiatan Untuk
Menjamin Dan Melindungi Keselamatan Dan Kesehatan Tenaga Kerja
Melalui Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Dan Penyakit Akibat Kerja,
Adalah Segala Kegiatan Untuk Menjamin
Dan Melindungi Keselamatan Dan Kesehatan Tenaga Kerja Melalui
Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Dan Penyakit Akibat Kerja. (OHSAS
18001), serta sebuah Ilmu Untuk Antisipasi, Rekoginis, Evaluasi Dan
Pengendalian Bahaya Yang Muncul Di Tempat Kerja Yang Dapat
Berdampak Pada Kesehatan Dan Kesejahteraan Pekerja, Serta Dampak
Yang Mungkin Bisa Dirasakan Oleh Komunitas Sekitar Dan Lingkungan
Umum. (ILO 2008)

Pengertian (Definisi) K3 Menurut Filosofi (Mangkunegara) adalah


Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah suatu pemikiran dan
upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan jasmani
maupun rohani tenaga kerja khususnya dan manusia pada
umumnya serta hasil karya dan budaya menuju masyarakat adil
dan makmur.

Pengertian (Definisi) K3 Menurut Keilmuan Keselamatan dan


Kesehatan Kerja (K3) adalah semua Ilmu dan Penerapannya untuk
mencegah terjadinya kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja
(PAK), kebakaran, peledakan dan pencemaran lingkungan.

Pengertian (Definisi) K3 Menurut OHSAS 18001:2007 Keselamatan


dan Kesehatan Kerja (K3) adalah semua kondisi dan faktor yang
dapat berdampak pada keselamatan dan kesehatan kerja tenaga
kerja maupun orang lain (kontraktor, pemasok, pengunjung dan

5
tamu) di tempat kerja.

b. Sumber informasi Keselamatan Kesehatan Kerja (K3)


Sumber dan cara akses informasi diidentifikasi sesuai permasalahan
K3., Informasi tentang efektifitas pencegahan bahaya di tempat kerja
dikomunikasikan kepada tenaga kerja sebagai masukan internal. Informasi
K3 yang membutuhkan kerjasama secara eksternal dikonsultasikan
dengan pihak pemangku kepentingan. Informasi dan masukan secara
internal dan eksternal dicatat sebagai bahan penanganan masalah K3
ditempat kerja. Informasi dan masukan secara internal dan eksternal
tentang penanganan masalah K3 dikonfirmasikan dengan rekan kerja.
Status penyebaran informasi dan penerapannya dipastikan sudah
dilakukan oleh pihak terkait.
Pihak pemangku kepentingan adalah pihak yang terkait dengan
penanganan masalah K3, dan pemangku kepentingan K3, seperti instansi
pemerintah, Dewan K3 Nasional (DK3N), asosiasi pengusaha, kalangan
industri, asosiasi profesi K3, lembaga pelatihan K3, dan serikat pekerja.
Pihak terkait adalah pimpinan masing-masing tempat kerja dan tenaga
kerja. Informasi internal dan eksternal mencakup insiden yang baru
terjadi, insiden yang terjadi di tempat lain yang serupa, tugas/ pekerjaan
berisiko tinggi, dan informasi umum tentang peningkatan penerapan K3 di
tempat kerja.
Informasi terkait bahaya yang tersedia di tempat kerja biasanya meliputi:

 Panduan manual pengoperasian mesin dan peralatan


 Material Safety Data Sheet (MSDS) yang disediakan oleh produsen
bahan kimia
 Laporan inspeksi langsung di lapangan dan laporan inspeksi dari
lembaga pemerintah atau tim audit
 Catatan kecelakaan dan penyakit akibat kerja sebelumnya, serta
laporan investigasi kecelakaan kerja
 Catatan dan laporan kompensasi pekerja yang mengalami kecelakaan
atau terkena penyakit akibat kerja

6
 Pola kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang sering terjadi
 Hasil pemantauan terkait paparan, penilaian kebersihan industri
(industrial hygiene), dan rekam medis pekerja
 Program K3 yang ada mencakup lockout/tagout, ruang terbatas,
proses manajemen keselamatan, alat pelindung diri (APD) dll.
 Saran dan masukan dari pekerja, termasuk survei atau notulen pada
pertemuan komite K3
 Hasil analisis Job Hazard Analysis (JHA), juga dikenal sebagai Job
Safety Analysis (JSA).

a. Cara mengindentifikasi bahaya di tempat kerja


Salah satu "penyebab utama" kecelakaan kerja dan penyakit akibat
kerja adalah kegagalan untuk mengidentifikasi atau mengenali bahaya
yang ada, atau bahaya yang sebenarnya dapat dicegah di tempat kerja.─
Occupational Safety and Health Administration (OSHA)

Identifikasi bahaya dan penilaian risiko merupakan salah satu tahap


perencanaan dalam sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja
(SMK3) yang diwajibkan dalam standar ISO 45001:2018 maupun standar
PP No.50 Tahun 2012 terkait SMK3.

Identifikasi bahaya adalah upaya untuk mengetahui, mengenal, dan


memperkirakan adanya bahaya pada suatu sistem, seperti peralatan,
tempat kerja, proses kerja, prosedur, dll. Banyak bahaya yang dapat
diidentifikasi menggunakan metode sederhana. Pekerja dapat menjadi
sumber informasi utama dan sangat berguna dalam identifikasi bahaya,
terutama jika mereka dilatih tentang cara mengidentifikasi bahaya dan
menilai risiko.

Bahaya adalah segala sesuatu termasuk situasi tindakan yang berpotensi


menimbulkan kecelakaan atau cidera pada manusia kerusakan dan
gangguan lainnya.

Macam-macam potensi bahaya

7
Potensi bahaya (Hazard) di Lingkungan Kerja - Hazard merupakan
elemen-elemen lingkungan fisik yang menimbulkan potensi bahaya bagi
manusia. Dalam hal ini hazard adalah suatu objek dimana terdapat
energi, zat, ataupun kondisi kerja yang potensial dapat mengancam
kesehatan dan keselamatan. Sumbernya ini yaitu seperti bahan kimia,
bagian bagian mesin, bentuk energi, metode kerja, situasi kerja, dll.
Bentuk kerusakan atau kerugian yang bisa terjadi karenanya dapat
berupa, cacat fisik, cedera, kerusakan properti, kerugian produksi,
kerusakan lingkungan, atau kombinasi dari kerugian-kerugian tersebut.

Setidaknya ada 5 jenis potensi bahaya (hazard) yang paling utama:

1. Physical (Bahaya Fisik)


2. Chemical (Bahaya Kimia)
3. Biological (Bahaya Biologis)
4. Ergonomic (Bahaya Ergonomi)
5. Physiological (Bahaya Psikologi)

Jenis Potensi Bahaya (Hazard) di Lingkungan Kerja

8
1.Bahaya Fisik
Bahaya fisik adalah yang paling umum dan biasa terjadi di tempat kerja.
Hal ini termasuk kondisi tidak aman yang dapat menyebabkan cidera,
penyakit, cacat fisik, maupun kematian.

Jenis bahaya ini merupakan salah satu yang paling mudah untuk kita
identifikasi tempatnya, namun seringkali kita abaikan saking kita terbiasa
melihatnya sehari hari seperti demikian, contohnya kabel tak terawat,
sambungan yang terkelupas, kebocoran (air yang masuk ke tempat kerja).
Biasanya untuk hal hal sepele seperti itu kadang kita sama sekali tidak care
dan selalu melakukan penundaan untuk perbaikan karena dirasa masih
berfungsi, namun suatu waktu dapat menjadi potensi bahaya yang dapat
mengakibatkan kerugian.

Berikut merupakan contoh bahaya fisik:

 Bekerja dengan peralatan tegangan tinggi


 Sambungan kabel yang salah
 lantai basah
 Tata letak area kerja yang tidak tepat
 Kondisi pencahayaan
 Suhu
 Kelembaban
 paparan radiasi sinar matahari
 Ruang yang sempit
 Bekerja dengan peralatan bertenaga (power tools)
 Lantai yang tidak rata
 Beban yang diterima pada kondisi tubuh statis
 Paparan medan elektromagnetik
 Bahaya overhead
 Benda benda tajam
 Peralatan yang bergerak cepat

2. Bahaya Bahan Kimia

9
Bahaya kimia adalah zat yang memiliki karakteristik dan efek dapat
membahayakan kesehatan dan keselamatan manusia.

Berikut merupakan contoh bahaya kimia:

 Reaksi kimia
 Proses produksi kimia
 Penyimpanan bahan kimia
 Zat yang mudah terbakar
 Bahan mudah terbakar
 Zat karsinogenik
 Zat mutagenik
 Zat oksidasi
 Zat Korosif

3. Bahaya Biologis
Bahaya biologis adalah organisme atau zat yang dihasilkan oleh organisme
yang mungkin menimbulkan ancaman bagi kesehatan dan keselamatan
manusia.

Berikut merupakan contoh bahaya biologis:

 Darah ataupun cairan tubuh lain


 Kotoran manusia
 Antraks
 Jamur
 Virus dan bakteri
 Tanaman beracun
 Kotoran binatang
 Gigitan hewan

4. Bahaya Ergonomi
Bahaya ergonomi adalah jenis bahaya yang terjadi ketika jenis pekerjaan,
posisi tubuh, dan kondisi kerja tidak sesuai. Bahaya ergonomi sangat
dipengaruhi oleh posisi tubuh seperti bagaimana posisi kita ketika

10
mengangkat benda berat. Makannya untuk bahaya ergonomi ini dampak
paling nyatanya adalah nyeri otot untuk jangka pendek, namun melakukan
pekerjaan yang tidak sesuai dengan kaidah kerja dapat mengakibatkan
permasalahan yang lebih serius lagi untuk jangka panjang.

Contoh sumber bahaya ergonomi meliputi:

 Redup
 Tempat kerja tidak disesuaikan dengan tubuh pekerja
 Sering mengangkat benda berat
 Postur tubuh yang kurang memadai
 Gerakan yang canggung
 Mengulangi gerakan yang sama berulang ulang

5. Bahaya Psikologis
Bahaya psikologis menyebabkan seseorang dapat mengalami tekanan
mental, atau gangguan kejiwaan.

Contoh potensi bahaya psikologis meliputi:

 Kekerasan di tempat kerja


 Bullying
 Kelelahan
 Bekerja sendiri
 Fobia
 Kurangnya motivasi
 Kepemimpinan yang kurang baik
 Kecepatan kerja
 Kurangnya motivasi
 Kelebihan/kekurangan beban kerja

Sesuai ISO 45001 : 2018, ada beberapa hal yang harus diper-timbangkan
pengurus dan pekerja dalam melakukan identifikasi bahaya dan penilaian
risiko di tempat kerja, di antaranya:

11
 Aktivitas rutin dan non-rutin di tempat kerja
 Aktivitas semua pihak yang memasuki tempat kerja termasuk
kontraktor, pemasok, pengunjung, dan tamu
 Perilaku manusia, kemampuan, dan faktor manusia lainnya
 Bahaya dari luar lingkungan tempat kerja
 Bahaya yang timbul di tempat kerja, meliputi:

KATEGORI A KATEGORI B KATEGORI C KATEGORI D

Potensi bahaya
Potensi bahaya
Potensi bahaya yang yang Risiko terhadap
yang
menimbulkan risiko menimbulkan kesejahteraan
menimbulkan
jangka panjang pada risiko langsung atau kesehatan
risiko pribadi
kesehatan. pada sehari-hari.
dan psikologis.
keselamatan.
 Bahaya kimia  Kebakaran
(debu, uap, gas,  Listrik
asap)  Potensi bahaya  Pelecehan,
 Bahaya biologis mekanik (tidak termasuk
(penyakit dan adanya  Air Minum intimidasi dan
gangguan oleh pelindung  Toilet dan pelecehan
virus, bakteri, mesin) fasilitas seksual
binatang dsb.)  Tata mencuci  Terinfeksi
 Bahaya fisik graha/ houseke  Ruang makan HIV/AIDS
(kebisingan, eping (penataa atau kantin  Kekerasan di
penerangan, n dan  P3K di tempat tempat kerja
getaran, iklim perawatan kerja  Stres
kerja, terpeleset, buruk pada  Transportasi  Narkoba di
tersandung, dan peralatan dan tempat kerja
jatuh) lingkungan
 Bahaya ergonomi kerja)
(posisi duduk,
pekerjaan

12
berulang-ulang,
jam kerja yang
lama)
 Potensi bahaya
lingkungan yang
diakibatkan oleh
polusi/limbah
yang dihasilkan
perusahaan.

Potensi bahaya didasarkan pada dampaknya terhadap pekerja


Sumber: ilo.org

 Infrastruktur, peralatan dan material, baik yang disediakan


perusahaan maupun pihak lain yang berhubungan dengan
perusahaan
 Perubahan pada organisasi, aktivitas atau material yang digunakan
 Perubahan pada sistem manajemen K3 termasuk perubahan yang
bersifat sementara dan berdampak terhadap operasi, proses, dan
aktivitas kerja
 Kewajiban perundangan-undangan terkait penilaian risiko dan
tindakan pengendalian
 Desain tempat kerja, proses, instalasi mesin/peralatan, prosedur
operasional, dan organisasi kerja.

D. RESIKO K3 DAN PENILAIAN RESIKO

Pengertian (definisi) resiko K3 (risk) ialah potensi kerugian yang bisa


diakibatkan apabila berkontak dengan suatu bahaya ataupun terhadap
kegagalan suatu fungsi.

Risiko adalah kombinasi atau konsekuansi suatu kejadian yang berbahaya


dan peluang terjadinya kejadian tersebut.

Penilaian risiko adalah proses penilaian suatu risiko dengan

13
membandingkan tingkat/kriteria risiko yang telah ditetapkan untuk
menentukan prioritas pengendalian bahaya yang sudah diidentifikasi.

Penilaian Resiko merupakan hasil kali antara nilai frekuensi dengan nilai
keparahan suatu resiko. Untuk menentukan kagori suatu resiko apakah itu
rendah, sedang, tinggi ataupun ekstrim dapat menggunakan metode matriks
resiko seperti pada tabel matriks resiko di bawah :

Keparahan
Sangat Sangat
Tabel Matriks Resiko Ringan Ringan Sedang Berat Berat
Sangat
Sering Sedang Tinggi Tinggi Ekstrim Ekstrim
Sering Sedang Sedang Tinggi Tinggi Ekstrim
Sedang Rendah Sedang Sedang Tinggi Ekstrim
Jarang Rendah Sedang Sedang Tinggi Tinggi
Sangat
Frekuensi Jarang Rendah Rendah Sedang Sedang Tinggi

Tabel di bawah merupakan contoh parameter keseringan dari


tabel matriks resiko di atas :

Kategori
Keseringan Contoh Parameter I Contoh Parameter II
Terjadi 1X dalam masa Probabilitas 1 dari 1.000.000 jam
Sangat Jarang lebih dari 1 tahun kerja orang lebih
Bisa terjadi 1X dalam Probabilitas 1 dari 1.000.000 jam
Jarang setahun kerja orang
Bisa terjadi 1X dalam Probabilitas 1 dari 100.000 jam
Sedang sebulan kerja orang
Bisa terjadi 1X dalam Probabilitas 1 dari 1000 jam kerja
Sering seminggu orang
Probabilitas 1 dari 100 jam kerja
Sangat Sering Terjadi hampir setiap hari orang

Tabel di bawah merupakan contoh parameter keparahan dari


tabel matriks resiko :
14
Kategori
Keparahan Contoh Parameter I Contoh Parameter II
Tidak terdapat cedera/penyakit, Total kerugian kecelakaan
Sangat tenaga kerja dapat langsung bekerja kerja kurang dari Rp.
Ringan kembali 1.000.000
Total kerugian kecelakaan
Cedera ringan, tenaga kerja dapat kerja antara Rp. 1.000.000
Ringan langsung bekerja kembali – Rp. 1.500.000
Mendapat P3K atau tindakan medis, Total kerugian kecelakaan
tidak ada hilang jam kerja lebih dari kerja antara Rp. 1.500.000
Sedang 1X24 jam – Rp. 5.000.000
Memerlukan tindakan medis Total kerugian kecelakaan
lanjut/rujukan, cacat sementara, kerja antara Rp. 5.000.000
Parah terdapat jam kerja hilang 1X24 jam – Rp. 10.000.000
Total kerugian kecelakaan
Sangat Cacat Permanen, Kematian, terdapat kerja lebih dari Rp.
Parah jam kerja hilang lebih dari 1X24 jam 10.000.000

Tabel di bawah merupakan representasi kategori resiko yang


dihasilkan dari penilaian matriks resiko :

Rendah Perlu Aturan/Prosedur/Rambu


Sedang Perlu Tindakan Langsung
Tinggi Perlu Perencanaan Pengendalian
Ekstrim Perlu Perhatian Manajemen Atas

C. HIRARKI K3
Dalam tahap perencanaan, standar OHSAS 18001 memiliki persyaratan
untuk organisasi untuk membangun hirarki kontrol. Selama proses
identifikasi bahaya k3, organisasi perlu mengidentifikasi apakah sudah ada
kontrol dalam organisasi dan apakah kontrol tersebut memadai untuk
identifikasi bahaya. Ketika mendefinisikan kontrol atau membuat perubahan
yang sudah ada, organisasi perlu memperhitungkan hierarki
kontrol/pengendalian bahaya.

Hierarki pengendalian bahaya pada dasarnya berarti prioritas dalam


pemilihan dan pelaksanaan pengendalian yang berhubungan dengan bahaya
k3. Penilaian risiko dan diperhitungkan kontrol yang ada, harus dapat

15
menentukan apakah kontrol yang ada memadai atau butuh memperbaiki, atau
jika kontrol baru yang diperlukan. Jika kontrol baru atau yang ditingkatkan
diperlukan, pilihan mereka harus ditentukan oleh prinsip hirarki kontrol,
yaitu, penghapusan bahaya bila memungkinkan, diikuti pada gilirannya
dengan pengurangan risiko (baik dengan mengurangi kemungkinan terjadinya
atau potensi keparahan cedera atau merugikan), dengan penerapan alat
pelindung diri (APD) sebagai pilihan terakhir.

Pada dasarnya, hirarki ini mendefinisikan urutan mempertimbangkan


kontrol; Anda dapat memilih untuk menerapkan satu atau kombinasi dari
beberapa jenis kontrol.

Di sinilah Anda harus mulai ketika merencanakan kontrol:


1. Eliminasi – memodifikasi desain untuk menghilangkan bahaya;
misalnya, memperkenalkan perangkat mengangkat mekanik untuk
menghilangkan penanganan bahaya manual;
2. Subtitusi – pengganti bahan kurang berbahaya atau mengurangi
energi sistem (misalnya, menurunkan kekuatan, ampere, tekanan,
suhu, dll);
3. Rekayasa Engineering / Kontrol teknik / Perancangan –
menginstal sistem ventilasi, mesin penjagaan, interlock, dll .;

16
4. Rekayasa Administrasi/Kontrol administratif – tanda-tanda
keselamatan, daerah berbahaya tanda, tanda-tanda foto-
luminescent, tanda untuk trotoar pejalan kaki, peringatan sirene /
lampu, alarm, prosedur keselamatan, inspeksi peralatan, kontrol
akses, sistem yang aman, penandaan, dan izin kerja, dll .;
5. Alat Pelindung Diri (APD) – kacamata safety, perlindungan
pendengaran, pelindung wajah, respirator, dan sarung tangan.

Umumnya tiga tingkat pertama adalah paling diinginkan, namun tiga


tingkat tersebut tidak selalu mungkin untuk diterapkan. Dalam menerapkan
hirarki, Anda harus mempertimbangkan biaya relatif, manfaat pengurangan
risiko, dan keandalan dari pilihan yang tersedia. Dalam membangun dan
memilih kontrol, masih banyak hal yang perlu dipertimbangkan, diantaranya:
 Kebutuhan untuk kombinasi kontrol, menggabungkan unsur-unsur dari
hirarki di atas (misalnya, perancangan dan kontrol administratif),
 Membangun praktik yang baik dalam pengendalian bahaya tertentu
yang dipertimbangkan, beradaptasi bekerja untuk individu (misalnya,
untuk memperhitungkan kemampuan mental dan fisik individu),
 Mengambil keuntungan dari kemajuan teknis untuk meningkatkan
kontrol,
 Menggunakan langkah-langkah yang melindungi semua orang
(misalnya, dengan memilih kontrol rekayasa yang melindungi semua
orang di sekitar bahaya daripada menggunakan Alat Pelindung Diri),
 Perilaku manusia dan apakah ukuran kontrol tertentu akan diterima
dan dapat dilaksanakan secara efektif,
 Tipe dasar kegagalan manusia/human error (misalnya, kegagalan
sederhana dari tindakan sering diulang, penyimpangan memori atau
perhatian, kurangnya pemahaman atau kesalahan penilaian, dan
pelanggaran aturan atau prosedur) dan cara mencegahnya,
 Kebutuhan untuk kemungkinan peraturan tanggap darurat bila
pengendalian risiko gagal,
 Potensi kurangnya pengenalan terhadap tempat kerja, contoh: visitor
atau personil kontraktor.

17
Setelah kontrol telah ditentukan, organisasi dapat memprioritaskan
tindakan untuk melaksanakannya. Dalam prioritas tindakan, organisasi harus
memperhitungkan potensi pengurangan risiko kontrol direncanakan. Dalam
beberapa kasus, perlu untuk memodifikasi aktivitas kerja sampai
pengendalian risiko di tempat atau menerapkan pengendalian risiko sementara
sampai tindakan yang lebih efektif diselesaikan – misalnya, penggunaan
mendengar perlindungan sebagai langkah sementara sampai sumber
kebisingan dapat dihilangkan, atau aktivitas kerja dipisahkan untuk
mengurangi paparan kebisingan. kontrol sementara tidak harus dianggap
sebagai pengganti jangka panjang untuk langkah-langkah pengendalian risiko
yang lebih efektif.

D. PELAPORAN DAN PENGENDALIAN RESIKO

Fungsi monitoring mempunyai nilai yang yang sama dengan


perencanaan. Keberhasilan dalam mencapai tujuan separunyna oleh rencana
tang telah dibuat dan setengnya lagi fungsi oleh pengontrolan dan monitoring.
Kegiatan monitoring dimaksudkan untuk mengetahui kecocokan dan
ketepatan kegiatan yang dilaksanakan dengan rencana yang disusun.
Demikian juga pelaksanaan implementasi K3 setelah dilakukan
identifikasi potensi bahaya, akibat kecelakaan kerja (KK) dan penyakit akibat
kerja (PAK) , kendali dengan hirarki K3 maka tahap selanjutnya adalah
pemantaua monitoring K3 . Dalam hal ini monitoring.
Keharusan untuk meyakinkan apakah rencana pengendalian resiko
sungguh sungguh dilaksanakan sepenuhnya di lapangan untuk mencegah
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja .Tahap mengumpulkan bahan
evaluasi untuk penyempurnaan ke depan.

Langkah-langkah melaksanakan monitoring :


1.Penentuan tujuan
2. Penentuan target/kelompok sasaran
3. Penentuan perencanaan kerja
4. Penentuan kriteria monitoring dan evaluasi yang dipakai

18
5. Pengumpulan data
6. Analisis data
7. Penulisan kesimpulan dan rekomendasi

Panduan monitoring pengendalian resiko K3 di lembaga pelatihan kerja


yaitu
 Membentuk tim monitoring,
 Menyusun rencana kerja berdasarkan rencana pengendalian resiko
 Membuat instrument monitoring
 Nembahsa hasil monitoring
 Mneyusun laporan hasil monitoring dan rekomendasi

19
a. LANGKAH KERJA

26
LANGKAH KERJA

MENERAPKAN, KEAAMANAN, KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA ( K3) DI LEMBAGA PELATIHAN

No
. PANDUAN GAMBAR CAPAIAN KETERANGAN
1. Buku manual Menyiapkan
Menerapkan
aturan disiplin, peraturan
dalam mengelola undang-undang
pekerjaan dan K3
hubungan kerja
tentang K3 serta
https://k3indo
disiplin dalam
nesia.co.id/202
keselamatan dan
1/04/20/dasar
kesehatan kerja
-hukum-k3-
indonesia/
Menyiapkan alat Menyiapkan
alat dan bahan
mengisi form
identifikasi
potensi bahaya
serta
dokumentasi

26
IDENTIFIKASI BAHAYA/HAZARD

Akibat kecelakaan kerja


No Area/aktivitas/pokok kegiatan Potensi Bahaya (KK)/Penyakit akibat kerja Dokumentasi
(PAK)

2. Pengisian pendataan kemungkinan kecelakaan akibat potensi bahaya , dinilai resiko Menyiapkan
tingkat keparahan dan pengendalian potensi berdasarkan prioritas data
identifikasi
potensi bahaya

https://indones
iasafetycenter.o
rg/pendekatan-
praktis-dalam-
penilaian-
resiko-k3/

26
Pengisian form Mengisi form
IDENTIFIKASI BAHAYA, PENILAIAN RESIKO identifikasi
bahaya dan
Akibat Penilaian Resiko
kecelakaan penilaian
N Area/aktivitas/pok Potensi kerja Resi Dokument Resiko
Frekuen Keparah Katego
o ok kegiatan Bahaya (KK)/Penyakit ko asi
si an ri berdasarkan
akibat kerja
(PAK) prioritas

3. Pengendalian potensi bahaya dengan hirarki K3 Membuat


kendali dari
potensi bahaya
dengan prinsip
hirarki K3

https://isoindo
nesiacenter.co
m/hierarki-

26
pengendalian-
bahaya-dalam-
ohsas-
180012007/

4
IDENTIFIKASI BAHAYA DAN PENGENDALIAN BAHAYA DT TEMPAT KERJA https://sistem
(JOB SAFETY ANALYSYS/JSA) manajemenkese
lamatankerja.bl
ogspot.com/20
Akibat bahaya kecelakaan Tindakan
No
Area/aktivitas/pokok Potensi
kerja (KK)/Penyakit akibat
Penilaian
Pengendalian/Hirarki
13/10/form-
kegiatan Bahaya
kerja (PAK)
Resiko
K3 laporan-
pemantauan-
dan.html

Melakukan

Pengisian form Konsultasi dengan manajemen /leader HSE/Ahli K3 konsultasi untuk


implemensi
rencana

26
pengendalian
resiko

5 https://sistemm
anajemenkesela
matankerja.blogs
pot.com/2015/1
1/formulir-
partisipasi-dan-
konsultasi-
k3.html

Pengisian form monitoring pengendalian resiko K3


Aktivitas
Melakukan
FORM MONITORING
pengisian form

Potens
Akibat Evaluasi monitoring
kecelakaan kerja Tindakan P K
N Area/aktivitas/pokok i Penilaia Jadw pengendalian
(KK)/Penyakit Pengendalia I Sesu Tid e
o kegiatan Bahay n resiko al
akibat kerja n C ai ak t resiko K3
a
(PAK)
https://www.trib
unnews.com/nas
ional/2021/10/2
1/indonesia-dan-
inggris-bahas-

26
sistem-
monitoring-
pengawasan-
keselamatan-
dan-kes

Perilaku kerja: Indikator perilaku : Identifikasi


1. Melakukan tahapan potensi bahaya
Pelaksanaan Menerapkan, Keaamanan, Kesehatan dan Keselamatan Kerja ( K3) di Lembaga pekerjaan sesuai SOP
Pelatihan Kerja yang ditetapkan. pengendalian
1.Bekerja secara efektif sebagai anggota tim 2.Melakukan setiap resiko dan
detail proses
2.Menerapkan aturan K3 di semua lingkungan kerja pekerjaan dengan monitoring K3 di
teliti sehingga tidak lembaga
3.Memelihara peralatan dan bahan untuk tugas keselamatan kerja ada yang terlewat.
1. Mengkomunikasikan K3 dengan karyawan 4.Menunjukkan Pelatihan Kerja
1. perilaku kerja efektif,
efisien dan kreatif
dalam menyiapkan
form dan kendali
dengan pihak lain.
.

26
IMPLEMENTASI UNIT KOMPETENSI

Elemen Kompetensi 1

Mengidentifikasi bahaya di tempat pelatihan.

Baca Referensi 1.1:

Silahkan untuk mencari informasi dan membaca beberapa hal


tentang sumber dasar hukum K3, identifikasi bahaya dan
penilaian resiko
Link :
https://k3indonesia.co.id/2021/04/20/dasar-hukum-k3-
indonesia/
https://www.safetysign.co.id/news/365/6-Langkah-
Identifikasi-Bahaya-dan-Penilaian-Risiko-Sesuai-Standar-
OSHA

Aktivitas 1.1:

Silahkan untuk mengidentifkasi potensi bahaya di tempat


pelatihan /kerja

Mempersiapkan form dan catatan , dokumentasi lokasi potensi


bahaya

Alat yang digunakan:

Alat tulis, foto , printer

Bahan yang digunakan:


Kertas
Rambu –rambu K3

Hasil Pemilihan alat dan bahan yang digunakan:

Form identifikasi potensi bahaya


Tersedianya rambu-rambu area potensi bahaya
SOP ditempat kerja

32
Elemen Kompetensi 2

Menilai risiko di tempat pelatihan


. Baca Referensi 2.1:

Silahkan untuk mencari informasi dan membaca beberapa


hal sebagai berikut:

1. Menilai Resiko Bahaya


2. Akibat bahaya Kecelakaan kerja(KK) dan penyakit
akibat kerja(PAK)
3. Tabel matriks resiko bahaya
4..Link https://indonesiasafetycenter.org/pendekatan-
praktis-dalam-penilaian-resiko-k3/

Aktivitas 2.1:

Silahkan untuk membuat form dan mengisi potensi bahaya,


akibat kecelakaan kerja(KK) dan Penyakit akibat kerja (PAK) serta
tingkat resiko bahayanya di lembaga pelatihan kerja Anda :

Dari hasil dibuktikan dengan foto dokumentasi

Pemeriksaan 2.1:

Silahkan untuk memeriksa form lagi dan isian serta validasi dari
atasan langsung:

1. Sumber bahaya/potensi bahaya


2. Akibat kecelakaan kerja (KK) dan penyakit akibat kerja
(PAK)
3. Tingkat penilaian resikor

Catat hasil pemeriksaan.

Pikirkan 2.1:

Peluang dan kemungkinan kecelakaan kerja tidak hanya meliputi


fisik kimia biologis tetapi aspek lingkungan juga diperhatikan
juga penyakit akibat kerja dalam kurun waktu tertentu

32
Elemen Kompetensi 3

Mengiimplementasikan keselamatan dan kesehatan kerja peserta


pelatihan
Baca Referensi 3.1:

Silahkan untuk mencari informasi dan membaca


beberapa hal tentang hirarki K3
Link :
https://isoindonesiacenter.com/hierarki-
pengendalian-bahaya-dalam-ohsas-180012007/
https://sistemmanajemenkeselamatankerja.blogsp
ot.com/2013/10/form-laporan-pemantauan-
dan.html

Video Youtube 3.1:

Silahkan melihat youtube berikut ini:


Link:

https://www.youtube.com/watch?v=Y66S1fpJOG8

https://www.youtube.com/watch?v=nzAgFkSkU3w

https://www.youtube.com/watch?v=rCyoeV9gKkE

Catat rangkum hasil Anda menyaksikan tayangan video


tersebut.

Aktivitas 3.1:

Silahkan untuk membuat pengendalian potensi bahaya


dan resiko dengan prinsip hirarki K3

Membuat form pengendalian K3 dengan prinsip hirarki K3.

Identifikasi potensi bahaya dan kendali dengan prinsip hirarki K3:

Merealisasikan sesuai yang tercantum pada rencana form kendali


(eliminasi, subtitusi, rekayasa engineering, rekayasi adminitrasi,
APD)

32
Diskusi 3.1:

Silahkan diskusikan hasil yang Anda telah peroleh dan


membahas Bersama rekan untuk hasil lain yang rekanmu
peroleh. Presentasikanlah per kelompok hasil nya

Elemen Kompetensi 4

Memonitor implementasi K3 di lembaga pelatihan

Baca Referensi 4.1:

Silahkan untuk mencari informasi dan membaca beberapa


hal tentang hirarki K3
Link :
https://www.tribunnews.com/nasional/2021/10/21/indo
nesia-dan-inggris-bahas-sistem-monitoring-pengawasan-
keselamatan-dan-kes

Aktivitas 4.1

Silahkan untuk membuat form monitoring implementasi


K3 di lembaga pelatihan kerja

Memonitor pelaksanaan implementasi K3

Tuliskan langkah langkah memonitor pelaksanaan implementasi


K3

Kelengkapan dilapangan yang digunakan:

32
Diskusi 4.1

Silahkan diskusikan hasil yang Anda telah peroleh dan membahas


Bersama rekan untuk hasil lain yang rekanmu peroleh.
Presentasikanlah per kelompok hasil nya

32
Penilaian:

Penilaian Catatan :
Memenuhi / Belum memenuhi
capaian pembelajaran
Peserta Instruktur

Nama/Tandatangan/tgl Nama/Tandatangan/tgl

32
LAMPIRAN

KAMUS ISTILAH

APD adalah alat pelindung diri misal safety shoes,


body hardness, masker, helm, sarung tangan,
jaket, ear muff, ear pluq

Resiko adalah akibat yang kurang menyenangkan


(merugikan, membahayakan) dari suatu perbuatan
atau tindakan.

Hirarki/ hierarki adalah urutan tingkatan atau jenjang jabatan


(pangkat kedudukan); 2 organisasi dengan
tingkat wewenang dari yang paling bawah sampai
yang paling atas; 3 Bio deretan tataran biologis,
seperti famili, genus, spesies

OSHA adalah singkatan dari Occupational Safety and


Health Administration merupakan Process Safety
Management (PSM) adalah merupakan suatu
regulasi yang di keluarkan oleh U.S. Occupational
Safety and Health Administration (OSHA),
tujuannya adalah untuk mencegah terjadinya
kecelakaan atau kejadian seperti kasus Bhopal di
India pada tahun 1984. OSHA mengusulkan
suatu standar

ISO Adalah singkatan dari bahasa berbeda (IOS dalam


bahasa Inggris dan OIN dalam bahasa Perancis)
maka para pendirinya menggunakan singkatan
ISO, (diambil dari bahasa Yunani: ‘ISOS’ yang
artinya adalah Kesetaraan) Organisasi

Internasional untuk Standardisasi atau biasa

38
P3K Adalah singkatan dari pertolongan pertama pada
kecelakaan

REFERENSI

 Undang-Undang Nomor tahun 1970 tentang Keselamatan dan Kesehatan


Kerja (K3)
 OHSAS 18001:2007 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
 Keputusan Presiden RI nomor 22 tahun 1993 tentang Penyakit yang timbul
karena hubungan kerja
 Keputusan Menteri no 01/Men/1981 tentang Penyakit Akibat Kerja
 Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI no. Kep.333.Men/1989 tentang Diagnosis
dan pelaporan Penyakit Akibat Kerja
 Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 4 tahun 1987 tentang Panitia
Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3)
 Undang-undang Nomor 3 tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja
yang saat ini telah diubah menjadi Sistem Jaminan Sosial Nasional Undang -
undang Nomor 40 tahun 2004 yang mengatur jaminan sosial tenaga kerja
salah satunya adalah jaminan kecelakaan kerja.
 Undang-undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Dalam pasal
86 menegaskan hak pekerja untuk memperoleh perlindungan atas
keselamatan dan kesehatan kerja
 Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 5 Tahun 2018 tentang K3
Lingkungan Kerja

38
UNIT KOMPETENSI

KODE UNIT : N.78SPS02.035.1

JUDUL UNIT : Menerapkan Keamanan, Kesehatan,


dan
Keselamatan Kerja (K3) di Lembaga
Pelatihan Kerja
DESKRIPSI UNIT : Unit kompetensi ini berhubungan dengan
pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja yang
dibutuhkan dalam penerapan K3 di lembaga
pelatihan.

ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA

1. Mengidentifikasi bahaya 1.1 Sumber informasi K3 diakses untuk


di tempat pelatihan mengidentifikasi bahaya di tempat
pelatihan.
1.2 Kebutuhan spesifik K3 untuk peserta
pelatihan diidentifikasi sesuai acuan
kebutuhan khusus K3.
1.3 Potensi bahaya yang dihadapi oleh peserta
pelatihan berkebutuhan khusus
diidentifikasi.
2. Menilai risiko di tempat 3.1 Kemungkinan kecelakaan akibat bahaya
pelatihan diidentifikasi berdasarkan acuan penilaian
resiko.
3.2 Tingkat keparahan dari setiap potensi
bahaya dinilai risikonya.
3.3 Tindakan pengendalian potensi bahaya
dibuat berdasarkan prioritas.
3. Mengiimplementasikan 4.1 Pengendalian risiko dikembangkan
keselamatan dan berdasar hirarki.
kesehatan kerja peserta 4.2 Rencana tindakan pengendalian risiko
pelatihan dikonsultasikan dengan pihak yang
berkepentingan.
4.3 Tindakan dalam pengendalian dan
tanggung jawab SDM pelatihan
diimplementasikan sesuai acuan
pelaksanaan tindakan pengendalian.
4. Memonitor implementasi 6.1 Pencapaian terhadap rencana
K3 di lembaga pelatihan pengendalian risiko dimonitor sesuai
acuan implementasi K3 di lembaga
pelatihan kerja.

38
6.2 Efektivitas dan kehandalan implementasi
pengendalian risiko dikonfirmasi dengan
pihak yang berkepentingan.
6.3 Pelaporan pengendalian kecelakaan dan
bahaya yang efektif serta proses
penyelidikan dikonfirmasi secara
berkelanjutan.

BATASAN VARIABEL

1. Konteks variabel
1.1 Unit kompetensi ini berlaku untuk menerapkan K3 di lembaga
pelatihan yang dapat digunakan bagi semua yang terlibat
dalam proses pelatihan.
1.2 Sumber informasi K3 mencakup tempat pelatihan, prosedur
dan aturan K3, alat dan bahan pelatihan.
1.3 Potensi bahaya mencakup kecelakaan, sakit atau efek negatif
yang timbul dari bahaya kerja.
1.4 Implementasi mencakup penerapan SOP, penggunaan Alat
Pelindung Diri (APD), dan pemeliharaan APD.

2. Peralatan dan perlengkapan


2.1 Peralatan
2.1.1 Alat Pelindung Diri (APD) dan Peralatan K3
2.2 Perlengkapan
2.2.1 Kotak Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K)

3. Peraturan yang diperlukan


3.1 Undang-Undang tentang Keamanan, Kesehatan, dan
Keselamatan Kerja (K3)

4. Norma dan standar


4.1 Norma
(Tidak ada.)
4.2 Standar
38
4.2.1 Standar Operasional Prosedur (SOP) Keamanan,
Kesehatan, dan Keselamatan Kerja (K3)

PANDUAN PENILAIAN

2. Konteks penilaian
1. Unit ini harus diujikan secara konsisten pada seluruh
elemen dan dilaksanakan pada pekerjaan yang sebenarnya
atau secara simulasi dengan kondisi mendekati
sebenarnya.

2. Kondisi penilaian merupakan aspek dalam penilaian yang


sangat berpengaruh atas tercapainya kompetensi tersebut
yang terkait memeriksa ketentuan dan penerapan aturan
keselamatan dan kesehatan kerja dilakukan dengan cara
demonstrasi/praktik, kegiatan dan simulasi di tempat kerja.

3. Persyaratan
kompetensi (Tidak
ada.)

4. Pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan


1. Pengetahuan
1. Tugas pokok organisasi yang menyelenggarakan
pendidikan dan pelatihan
2. Sumber-sumber informasi legal dan kebutuhan
organisasi
3. Pengorganisasian dari masalah yang menyangkut K3,
sistem data organisasi keselamatan kerja
4. Publikasi, media dari otoritas yg sesuai
5. Website pemerintah daerah
6. Pelatihan berbasis kompetensi dan asesmen
7. Pengetahuan tentang K3 sesuai dengan
aturan pekerjaan/konteks pekerjaan
2. Keterampilan
38
1. Bekerja secara efektif sebagai anggota tim
2. Menerapkan aturan K3 di semua lingkungan kerja
3. Memelihara peralatan dan bahan untuk tugas
keselamatan kerja
4. Mengkomunikasikan K3 dengan karyawan

5. Sikap kerja yang diperlukan


1. Disiplin
2. Taat Sandar Operasional Prosedur (SOP)

6. Aspek kritis
1. Disiplin dalam menerapkan aturan mengelola keselamatan
kesehatan kerja dan hubungan kerja tentang K3
2. Disiplin dalam menerapkan aturan keselamatan dan kesehatan
kerja

7. Daftar Nama Penyusun

DAFTAR NAMA PENYUSUN

NO. NAMA PROFESI

Drs. Eko Widayanto, Praktisi Pelatihan Asosiasi Instruktur


1.
M.M Metodologi Pelatihan(AIMP)

Supadmi, S.Si.M.Sc Instruktur Metodologi BBPVP Bekasi


2.

38

Anda mungkin juga menyukai