Materi modul teori diformulasikan menjadi 2 (dua) buku, yaitu Buku Materi
dan Buku Asesmen, sebagai satu kesatuan yang tidak terpisahkan dalam
penggunaannya sebagai referensi dalam media pembelajaran bagi
mahasiswa, agar pelaksanaan pendidikan pada masa pandemi dapat
dilakukan secara efektif dan efisien.
Kami menyadari bahwa materi yang kami susun ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran dan masukan
untuk perbaikan agar tujuan dari penyusunan materi ini menjadi lebih
efektif.
Materi praktikum Ergonomi dan Perancang Sistem Kerja ini terdiri dari buku
Panduan Materi dan buku Panduan Asesmen. Serta dilengkapi dengan materi
yang bersifat soft copy seperti materi presentasi dan video.
B. PANDUAN
1. Materi ini dapat dijadikan rujukan untuk pelaksanaan pembelajaran dimasa pandemi
dengan penggunaannya dapat dikembangkan dan dikontekstualisasikan sesuai
dengan kebutuhan, materi ini terdiri dari:
a. Bacaan Referensi
b. Pengantar Teori
c. Implementasi Unit kompetensi
d. Lampiran:
1) Kamus istilah
2) Daftar referensi
3) Unit kompetensiDaftar penyusun
2. Slide powerpoint dan video merupakan kelengkapan yang dapat dijadikan
referensi bagi para dosen.
c. Keseluruhan materi yang tersedia sebagai referensi dalam buku ini dapat
menjadi bahan dan gagasan untuk dikembangkan oleh dosen dalam
memperkaya materi yang akan dilaksanakan.
6. Lampiran merupakan bagian yang berisikan lembar kerja serta bahan yang
dapat digunakan sebagai berkas kelengkapan pelatihan.
DAFTAR IKON
Daftar ikon yang dapat digunakan dalam buku ini, antara lain:
Ikon Keterangan
Pemeriksaan
Ikon ini memiliki arti anda harus melihat pada aturan atau
kebijakan yang berlaku dan prosedur-prosedur atau materi
pelatihan/ sumber informasi lain untuk dapat melengkapi
latihan/ aktivitas ini.
Referensi
material/manual
Ikon ini memiliki arti ambil waktu untuk Anda dapat berpikir/
menganalisa informasi dan catat gagasan-gagasan yang anda
miliki.
Berpikir
Video/Youtube
Modul I
Ergonomi Lingkungan
Menurut Terry (2006) “Lingkungan kerja dapat diartikan sebagai kekuatan-
kekuatan yang mempengaruhi, baik secara langsung maupun tidak langsung
terhadap kinerja organisasi atau perusahaan”. Selanjutnya Menurut Gomes
(2009) “lingkungan kerja adalah proses kerja dimana lingkungan saling
berinteraksi menurut pola tertentu, dan masing-masing memiliki
karakteristik atau nilai-nilai tertentu mengenai organisasi yang tidak akan
lepas dari pada lingkungan dimana organisasi itu berada, dan manusianya
yang merupakan sentrum segalanya”.
Warna
Warna merupakan tembok ataupun alas kerja yang ada disekitar tempat
kerja. Warna berpengaruh terhadap kemampuan mata dalam melihat sebuah
objek, juga memberikan pengaruh seperti:
1. Warna Merah: bersifat merangsang
2. Warna Kuning memberikan kesan myang terang dan leluasa
3. Warna hijau atau biru memberikan kesan sejuk, aman dan menyegarkan
4. Warna Gelap memberikan kesan leluasa dan lain-lain.
Termal Kerja
Kondisi termal tempat kerja merupakan suatu kondisi lingkungan kerja yang
dipengaruhi oleh beberapa aspek yaitu dari aspek ligkungan fisik seperti
suhu, kelembaban relatif, pergerakan udara serta dari aspek personal seperti
insulasi pakaian dan jenis kegiatan. Paparan panas (heat exposure) terjadi
ketika tubuh menyerap atau memproduksi panas lebih besar daripada yang
dapat diterima melalui proses regulasi termal (thermoregulation process).
Peningkatan pada suhu dalam tubuh yang berlebih dapat mengakibatkan
penyakit dan kematian (Parsons, 1993). Panas berlebih di tubuh baik akibat
proses metabolisme tubuh maupun paparan panas dari lingkungan kerja
dapat menimbulkan masalah kesehatan (heat strain) dari yang sangat ringan
seperti heat rash, heat syncope, heat cramps, heat exhaustion hingga yang
serius yaitu heat stroke. Pada saat seseorang bekerja di lingkungan suhu
ekstrim panas maka suhu inti tubuhnya akan mulai naik dan keringat
diproduksi oleh tubuh dengan tujuan untuk melepaskan panas berlebih di
tubuh melalui proses penguapan keringat. Kondisi temperatur yang
memberikan pengaruh sebagai berikut:
1. ± 49o C: Temperatur yang dapat ditahan sekitar 1 jam, tetapi jauh diatas
tingkat kemampuan fisik atau mental.
2. ± 30o C: Aktivitas mental dan daya tanggap mulai menurun dan
cenderung untuk dalam pekerjaan, serta
3. ± 24o C : Kondisi optimum
4. ± 10o C : Kekakuan fisik ekstrim mulai muncul
Kegiatan Praktikum
1. Melakukan perakitan produk
2. Menghitung Kesalahan perakitan
Sistematika Laporan
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Praktikum
1.2 Tujuan Praktikum
1.3 Manfaat Praktikum
1.4 Metode Praktikum
2 LANDASAN TEORI
3 METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Lokasi dan Waktu Praktikum
3.2 Sampel yang Digunakan
3.3 Data yang Digunakan
3.4 Pengolahan Data
1LiterO2 =4,8Kkal=20KJ
Nilai diatas menyatakan bahwa nilai kalori dari O2 setiap liter oksigen yang
dihirup akan menghasilka rata-rata energi sebesar 4,8 Kkal atau 20 KJ.
Penilaian Langsung
Metode pengukuran langsung yaitu dengan mengukur energi yang
dikeluarkan (energy expenditure) melalui asuan oksigen selama bekerja.
Semakin berat beban kerja akan semakin banyak energi yang diperlukan
untuk dikonsumsi. Meskipun metode pengukuran asupan lebih akurat,
namun hanya dapat mengukur untuk waktu kerja yang singkat dan
diperlukan peralatan yang mahal. Berikut kategori beban kerja yang
didasarkan pada metabolisme, respirasi suhu tubuh dan denyut jantung
menurut Christen pada Tabel dibawah:
Dalam penentuan konsumsi energi biasanya digunakan suatu bentuk hubungan
energi dengan kecepatan denyut jantung yaitu sebuah persamaan regresi kuadratis
sebagai berikut:
E= 1,80411 – 0,0229038 X +4,71733 x 104 X2
Dimana:
E=Energi (Kkal/menit)
X=Kecepatan denyut jantung/nadi (denyut/nadi)
Penggunaan denyut nadi kerja untuk menilai berat ataun ringanya beban kerja mempunyai
beberapa keuntungan, selain mudah, cepat sangkil dan murah juga tidak diperlukan peralatan
yang mahal serta hasilpun cukup reliable dan tidak mengganggu atau menyakiti orang yang
diperiksa. Denyut nadi untuk mengestimasi indek beban kerja fisik terdiri dari beberapa jenis
yaitu:
1. Denyut Nadi Istirahat (DNI) adalah rerata denyut nadi sebelum pekerjaan dimulai
2. Denyut Nadi Kerja (DNK) adalah rerata denyut nadi selama bekerja
3. Nadi Kerja (NK) adalah selisih antara denyut nadi istirahat dengan denyut nadi kerja.
Peningkatan denyut nadi mempunyai peran yang sangat penting dalam peningkatan cardia
output dari istirahat sampai kerja maksimum yang dapat juga diartikan sebagai Heart Rate
Reserve (HR Reserve) yang diekspresikan dalam persentase dan dapat dihitung dengan
menggunakan rumus.
Denyut nadi maksimum (Dnmax) adalah (220-umur) untuk laki-laki dan (200-umur) untuk
perempuan untuk lebih lanjut menentukan klasifikasi beban kerja berdasarkan
peningkatan denyut nadi kerja, denyut nadi maksimum karena beban cardiovasculer
= %CVL dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
100(DNK − DNI)
% 𝐶𝑉𝐿 =
𝑁𝑚𝑎𝑥 − 𝐷𝑁𝐼
Dari hasil %CVL tersebut kemudian dibandingkan dengan klasifikasi yang telah
ditetapkan sebagai berikut:
𝐾 𝑇 (𝐾−𝑆)
( −1) 𝑥 100+
2. 𝑅𝑇 = 𝑆 𝐾−𝐵𝑀
.............................Untuk S ≤ K ≥ 2S
2
𝑇 (𝐾−𝑆)
3. RT= 𝑥 1,11 .................................Untuk ≥ 2S
𝐾−𝐵𝑀
Keterangan:
RT = Waktu Istirahat
K = Energi yang dikeluarkan selama bekerja (kkal/menit)
= Konsumsi energi saat bekerja – Konsumsi energi saat bekerja
= Et – Ei
S = Energi rata-rata yang digunakan manusia (Wanita 4 kkal/menit, pria
5 kkal/menit)
BM = Metabolisme Basal (Wanita 1,4 kkal/menit, pria 1,7 kkal/menit)
Biomekanika Kerja
Biomekanika Kerja berasal dari dua kata yaitu bios yang berarti hidup
dan mechonos yang berarti gaya. Jadi biomekanika adalah ilmu yang
mempelajari tentang gaya yang bekerja pada tubuh. Berikut ini adalah
macam-macam persamaan dalam pembebanan tubuh
𝐿
𝐿𝐼 =
𝑅𝑊𝐿
Dimana :
L = Beban
Postur Kerja
Postur kerja merupakan pengaturan sikap tubuh saat bekerja. Sikap kerja yang
berbeda akan menghasilkan kekuatan yang berbeda pula. Pada saat bekerja
sebaiknya postur dilakukan secara alamiah sehingga dapat meminimalisasi
timbulnya cidera muskuloskeletal. Kenyamanan tercipta apabila pekerja telah
melakukan postur kerja yang baik dan aman. Postur kerja yang baik sangat
ditentukan oleh pergerakan organ tubuh saat bekerja (Tarwaka, Sholichul, & Lilik.
2004).
RULA
RULA (Rapid Upper Limb Assessment) dikembangkan oleh Dr.Lynn
McAtamney dan Dr. Nigel Corlett yang merupakan ergonom dari universitas
di Nottingham (University of Nottingham’s Institute of Occupational
Ergonomis). Pertama kali dijelaskan dalam bentuk jurnal aplikasi ergonomi
pada tahun 1993 (Lueder, 1996). RULA adalah metode yang dikembangkan
dalam bidang ergonomi yang menginvestigasi dan menilai posisi kerja yang
dilakukan oleh tubuh bagian atas. Peralatan ini tidak memerlukan piranti
khusus dalam memberikan suatu pengukuran postur leher, punggung, dan
tubuh bagian atas, sejalan dengan fungsi otot dan beban eksternal yang
ditopang oleh tubuh. Penilaian dengan menggunakan RULA membutuhkan
waktu sedikit untuk melengkapi dan melakukan scoring general pada daftar
aktivitas yang mengindikasikan adanya pengurangan risiko yang diakibatkan
pengangkatan fisik yang dilakukan operator. RULA diperuntukkan pada
bidang ergonomi dengan bidang cakupan yang luas (McAtamney,1993).
REBA
Rapid Entire Body Assestment (REBA) adalah sebuah metode yang dikembangkan
dalam bidang ergonomic yang dapat digunakan secara cepat untuk menilai posisi
kerja atau postur leher, punggung, lengan, pergelangan tangan, dan kaki seorang
operator. Metode ini dikembangkan oleh Dr. Sue Hignett dan Dr. Lynn McAtamney
yang merupakan ergonom dari universitas Notingham. Pertama kali di dijelaskan
dalam bentuk jurnal ergonomi pada tahun 2000 (Hignett dan Mc Atamney, 2000).
Bahan dan Alat
1. Stopwatch
2. Stetoskop
3. Tredmill
4. Meteran
5. Goniometer
6. Kamera
7. Pengukur Sudut tubuh
8. Antropometer set
Kegiatan Praktikum
1. Melakukan pengukuran beban kerja
2. Melakukan perhitungan biomekanika kerja
3. Melakukan perhitungan antropometri tubuh
4. Membuat rancangan produk alat bantu
Sistematika Laporan
1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Praktikum
1.2 Tujuan Praktikum
1.3 Manfaat Praktikum
1.4 Metode Praktikum
1.5 Asumsi-asumsi dalam praktikum
2 LANDASAN TEORI
3 METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Lokasi dan Waktu Praktikum
3.2 Sampel yang Digunakan
3.3 Data yang Digunakan
3.4 Pengolahan Data
4 Pengumpulan dan Pengolahan Data
4.1 Pengumpulan Data Fisiologi
4.2 Pengolahan Data Fisiologi
4.2.1 Metode Langsung
4.2.2 Metode Tidak Langsung
4.2.2.1 Perhitungan % CVL
4.2.2.2 Perhitungan Metode Broha
4.2.2.3. Penentuan Waktu Istirahat
4.3 Pengumpulan Data Biomekanika
4.3.1 Pengumpulan Data RWL
4.3.2 Pengolahan RWL
4.3.3 Pengumpulan Data MPL
4.3.4 Pengolahan MPL
4.3.5 Pengumpulan Data Postur Kerja
4.3.6 Pengolahan Postur Kerja
4.4 Rancangan Usulan Rancangan Alat Bantu
4.4.1 Dimensi Alat Bantu
4.4.2 Analisis Antropometri Dimensi Alat
4.4.3 Gambar Rancangan Alat Bantu
Peta Kerja
Instruksi kerja adalah suatu pedopan kerja menjadi suatu hal yang penting dalam
menjalankan suatu pekerjaan. Tanpa adanya instruksi kerja maka urutan proses
pekerjaan akan berjalan secara tidak sesuai aturan. Dalam membuat suatu instruksi
kerja dibutuhkan suatu pendekatan ergonomi agar dapat berjalan dengan baik. Studi
gerak adalah analisis terhadap beberapa bagian badan pekerja dalam menyelesaikan
pekerjaannya agar gerakan-gerakan yang tidak efektif dapat dikurangi bahkan
dihilangkan sehingga akan diperoleh penghematan waktu kerja dan kelelahan dari
pekerja dapat diminimalisasi. Suatu pekerjaan dapat diuraikan menjadi beberapa
elemen gerakan untuk dilakukan studi guna mendapatkan rangkaian gerakan yang
lebih efisien dengan cara menghilangkan gerakan-gerakan kerja yang tidak efektif dan
tidak diperlukan, menyederhanakan gerakan kerja, serta menetapkan gerakan dan
urutan langkah kerja yang paling efektif guna mencapai tingkat efisiensi kerja yang
optimal. Gilbreth membagi elemen gerakan dasar menjadi 17 elemen gerakan yang
disebut Therblig (Sutalaksana, 1979). Ketujuh belas elemen Therblig tersebut dapat
diklasifikasikan menjadi Therblig efektif dan Therblig inefektif. Therblig efektif adalah
semua elemen dasar yang berkaitan langsung dengan aktivitas kerja. Therblig ini sulit
untuk dihilangkan, tetapi waktu gerakannya dapat diperpendek. Therblig tidak efektif
adalah elemen therblig yang tidak berkaitan dengan aktivitas penyelesaian pekerjaan
secara langsung dan seharusnya dihilangkan dengan memperhatikan prinsip-prinsip
dasar analisa operasi kerja dan ekonomi gerakan.
Therbig Efektif
a. Phisical Basic Division
1. Menjangkau (Reach)
Menjangkau adalah gerakan tangan berpindah tempat tanpa beban, baik gerakan
mendekati maupun menjauhi objek. Gerakan ini biasanya didahului oleh gerakan
melepas (Release) dan diikuti oleh gerakan memegang (Grasp). Therblig ini dimulai
pada saat tangan mulai berpindah dan berakhir pada saat tangan sudah berhenti.
2. Memegang (Grasp)
Therblig ini adalah gerakan untuk memegang didahului menjangkau
dilanjutkan membawa (Move). Gerakan ini merupakan gerak yang efektif yang sulit
untuk dihilangkan meskipun masih dapat dikurangi dalam beberapa keadaan.
3. Membawa (Move)
Gerakan ini merupakan gerakan perpindahan tangan dalam keadaan dibebani oleh
suatu benda. Gerakan membawa biasanya didahului oleh gerakan memegang (Grasp)
dan dilanjutkan oleh melepas (Release) atau dapat juga oleh gerakan mengarahkan
(Position).
4. Melepas (Release Load)
Gerakan ini terjadi bila seorang pekerja melepaskan objek herblig ini dimulai pada
saat pekerja mulai melepaskan tangannya dari objek dan berakhir bila seluruh jarinya
sudah tidak menyentuh objek lagi.
5. Mengarahkan (Pre-position)
Mengarahkan sementara adalah gerakan mengarahkan objek pada suatu tempat
secara sementara. Tujuannya adalah untuk memudahkan pemegangan apabila objek
tersebut akan dipakai kembali.
Pada dasarnya peta-peta kerja yang ada sekarang bisa dibagi dalam dua kelompok
besar berdasarkan kegiatannya, yaitu:
1. Peta-peta kerja yang digunakan untuk menganalisis kegiatan kerja
keseluruhan
2. Peta-peta kerja yang digunakan untuk menganalisis kegiatan kerja setempat
Simbol-simbol yang digunakan dalam peta-peta kerja dapat dilihat pada Tabel dibawah ini
Suatu kegiatan disebut kegiatan kerja keseluruhan apabila kegiatan tersebut
melibatkan sebagian besar atau semua fasilitas yang diperlukan untuk membuat
produk yang bersangkutan. Jenis peta-peta kerja yang digunakan
untuk kelompok kegiatan kerja keseluruhan antara lain:
a. Peta Rakitan
b. Peta Proses Operasi
c. Peta Aliran Proses
d. Peta Proses Kelompok Kerja - Diagram aliran
Peta Rakitan
Peta Rakitan adalah gambaran grafis dari urutan aliran komponen dan rakitan bagian
ke dalam rakitan suatu produk. Peta Rakitan menunjukkan cara yang mudah
dipahami tentang:
Waktu baku dibentuk secara tidak langsung, melainkan perlu adanya penambahan
seperti kelonggaran dan penyesuaian. Hal itu dilakukan karena tidak semua orang
memiliki kemampuan yang sama dalam menyelesaikan suatu pekerjaan tertentu.
Misalnya, satu orang bekerja lebih lambat dibanding pekerja yang lainnya. Hal
tersebut dipengaruhi oleh faktor internal seperti kapasitas fisik individu, motivasi,
dan lain- lain. Perbedaan performansi juga diakibatkan oleh faktor lingkungan fisik
yang berbeda seperti temperatur, kelembaban, pencahayaan, kebisingan dan lain-
lain. Manfaat Waktu Baku :
1. Penjadwalan produksi (Production Schedulling)
2. Perencanaan kebutuhan tenaga kerja (Man Power Planning)
3. Perencanaan sistem kompensasi
4. Menunjukkan kemampuan pekerja berproduksi
5. Mengetahui besaran - besaran performansi sistem kerja berdasar data produksi
aktual
Terdapat dua tahapan menentukan waktu baku, yaitu:
1. Menambahkan penyesuaian pada waktu siklus, sehingga menjadi waktu normal
2. Menambahkan kelonggaran pada waktu normal, sehingga menjadi waktu baku
Waktu Siklus
Waktu siklus adalah waktu pekerja menyelesaikan pekerjaannya saat diamati pada
waktu itu juga. Waktu ini merupakan waktu dasar pekerja menyelesaikan
pekerjaannya dalam kondisi yang ia terima di lapangan dandalam situasi yang wajar.
Artinya pekerja tidak dalam kondisi termotivasi (sehingga waktu dipercepat) atau
dalam kondisi terdemotivikasi (sehingga waktu melambat). Penentuan waktu siklus
yang baik dapat dilakukan beberapa kali sehingga dibantingkan antara hasil pengukuran
satu dengan yang lainnya. Waktu siklus dapat juga ditentukan dengan rumus:
∑𝑥𝑖
𝑊𝑠 =
𝑁
Dimana :
Ws : Waktu Siklus
Xi : Waktu pengamatan ke-i
N : Jumlah Pengamatan
Penyesuaian
Penyesuaian diberikan jika pengamat (pengukur) meyakini bahwa waktu siklus yang
didapat tidak wajar. Dimana pengamat yakinb bahwa pekerja yang diukur tidak
dalam kondisi yang wajar, seperti kondisi yang termotivasi, grogi karena merasa
diamati dan hal lainnya sehingga waktu didapat tidak sesuai dengan kondisi yang
seharusnya (bisa lebih lambat atau cepat dari yang biasa dilambangkan dengan (p).
Jika operator bekerja lebih cepat dari yang biasa maka nilai (p>1). Jika lebih lambat
maka nilai (p<1). Namun jika pengamat meyakini bahwa waktu siklus yang didapat
sudah wajar maka penyesuaian yang diberikan (p=1).
Maksud dimasukkan faktor penyesuaian adalah untuk menjaga kewajaran kerja,
sehingga tidak akan terjadi kekurangan waktu karena terlalu idealnya kondisi kerja
yang diamati. Faktor penyesuaian dalam pengukuran waktu kerja dibutuhkan untuk
menentukan waktu normal dari operator yang berada dalam sistem kerja tertentu.
Beberapa metode dalam menentukan besar faktor penyesuaian antara lain:
1. Metode Schummard
2. Metode Westinghouse
3. Metode Objektif
Metode Schummard
Metode Schumard memberikan patokan-patokan penilaian melalui kelas-kelas
kinerja dan setiap kelas memiliki nilai sendiri sendiri. Tabel 7.1 menunjukkan
pembagian kelas dalam metode Schumard.
Metode Schumard menetapkan bahwa nilai kerja yang dilakukan secara
normal adalah 60. Nilai ini dijadikan sebagai nilai pembanding untuk
operator lain dengan faktor penyesuaian tertentu. Faktor penyesuaian
dengan metode Schumard dihitung dengan rumus berikut:
P = Nilai penyesuaian / 60
P = 80/60 = 1,33
Metode Westinghouse
P = P1 x P2 = P1 x (1 + Nilai Tabel/100)
Waktu Normal
Wn=Wsxp
Dimana :
Wn = waktu normal
Ws = waktu siklus
p = faktor penyesuaian
Kelonggaran
Yang termasuk dalam kebutuhan pribadi disini adalah hal hal seperti minum
sekedarnya untuk menghilangkan haus, ke kamar kecil, bercakap dengan
teman sekerja sekedarnya. Kebutuhan ini terlihat sebagai suatu kebutuhan
yang mutlak. Besarnya kelonggaran yang diberikan untuk kebutuhan pribadi
seperti itu berbeda dari satu pekerjaan ke pekerjaan lainnya karena setiap
pekerjaan berbeda karakteristiknya.
Rasa lelah biasanya terlihat saat hasil produksi menurun baik kuantitas
maupun kualitas. Jika rasa lelah telah datang dan pekerja dituntut untuk
menghasilkan performansi normalnya, maka usaha yang dikeluarkan pekerja
lebih besar dan dari normal dan ini menambah rasa lelah.
Hambatan dalam hidup ini selalu ada, itulah yang dinamakan hidup jika
hidup jika tidak ada hambatan maka bukan hidup namanya. tapi bukan
hambatan dalam kajian itu kita bahas sekarang. Hambatan dalam
melaksanakan pekerjaan itu ada dua jenisnya, yang pertama hambatan yang
dapat dihindarkan dan yang kedua hambatan yang tidak dapat dihindarkan.
Beberapa contoh dari hambatan yang tidak dapat dihindarkan adalah:
menerima atau meminta petunjuk dari pengawas, melakukan penyesuaian
mesin, memperbaiki kemacetan kemacetan singkat, mengasah peralatan
potong, mengambil alat alat khusus, hambatan hambatan karena kesalahan
pemakaian, mesin mati karena mati listrik.
Waktu Baku
Waktu baku adalah waktu yang dibutuhkan secara wajar oleh seorang
pekerja normal untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Waktu baku
merupakan waktu untuk satu siklus lengkap dari suatu operasi dengan
metode yang dianjurkan setelah dikombinasikan dengan faktor penyesuaian
yang tepat dan kelonggaran yang masih dalam batas kontrol operasi.
Penentuan waktu baku didapat sebagai berikut:
Wb = Wn x (1 + L)
Dimana:
Wb = waktu baku
Kegiatan Praktikum
1. Melakukan pembuatan layout perakitan
2. Melakukan perakitan produk
3. Membuat peta kerja
4. Menghitung waktu kerja proses perakitan produk
Sistematika Laporan
1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Praktikum
1.2 Tujuan Praktikum
1.3 Manfaat Praktikum
1.4 Metode Praktikum
1.5 Asumsi-asumsi dalam praktikum
2 LANDASAN TEORI
3 METODOLOGI PRAKTIKUM
1.3.1 Lokasi dan Waktu Praktikum
1.3.2 Sampel yang Digunakan
1.3.3 Data yang Digunakan
1.3.4 Pengolahan Data
4 Pengumpulan Data
1.4.1 Lokasi Penelitian
1.4.2 Spesifikasi Produk
1.4.3 Peta Proses Perakitan
1.4.4 Diagram Alir untuk Kegiatan Individual
1.4.5 Peta Tangan Kanan dan Tangan Kiri Operator Individual
1.4.6 Uraian dan Layout Metode Kerja
1.4.4 Data Waktu Siklus Operator Kerja Individual
5 Pengolahan Data
5.1. Pengolahan Data Stopwatch Time Study
5.1.1 Uji Keseragaman Data
5.1.2 Uji Kecukupan Data
5.2. Penentuan Waktu Standar
5.2.1 Penentuan Waktu Siklus
5.2.3 Penentuan Rating Factor
5.2.4 Penentuan Waktu Normal
5.2.5 Penentuan Allowance
5.2.6 Perhitungan Waktu Standar
Barnes, R M. (1980). Motion and Time Study Design and Measurement of Work.
Seventh Edition. Jhon Wiley & Sons
Bennett, C. A. (1971). Toward empirical, practicable, comprehensive task
taxonomy. Human Factors: The Journal of the Human Factors and
Ergonomics Society, 13(3), 229-235.
Freivalds, A. dan Niebel, B. W. (2009). Methods, standards, and work design.
Twelfth Edition. New York: McGraw-Hill.
Grandjean, E. (1988). Fitting the Task to the Man. Fourth Edition. Taylor &
Francis. New York.
Kroemer, K. H. dan Grandjean, E. (1997). Fitting the task to the human: a
textbook of occupational ergonomics. Fifth Edition. CRC press.
Kuswadji, S. (1997). Pengaturan Tidur Pekerja Shift. Cermin Dunia
Kedokteran,116, 42-48.
MacCormick, E. J., dan Ilgen, D. R. (1983). Industrial psychology. Allen &
Unwin.
Meyers, F. E. dan Stewart, J. R. (2002). Motion and time study for lean
manufacturing (Vol. 370). Upper Saddle River, NJ: Prentice Hall.
Technology?. Ergonomics,10(2), 167-176.
Murrel K. F. H. (1965). Ergonomics: Man in his working environment. London.
Niebel (2001). Methods, Standards, and Work Design. Tenth Edition. New
York: McGraw Hill.
Nurmianto, E. (1996). Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Edisi
pertama. Cet, 3. Penerbit Guna Widya, Surabaya.
Sanders, M. S., dan McCormick, E. J. (1987). Human factors in engineering
and design . McGRAW-HILL book company.
Pulat, B. M. (1997). Fundamentals of industrial ergonomics. Waveland
PressInc.
Sanders, M. S., dan McCormick, E. J. (1987). Human factors in engineering
and design . McGRAW-HILL book company.
Smith, M. J., Colligan, M. J., dan Tasto, D. L. (1982). Health and safety
consequences of shift work in the food processing industry.
Ergonomics, 25(2), 133-144.
Suma’mur, P. K. (1994). Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Gunung
Agung, Jakarta.
Sutalaksana, I. Z., Anggawisastra, R., Tjakraatmadja, J. H. (1979). Teknik
Tata Cara Kerja, Jurusan Teknik Industri ITB, Bandung.
Wedderburn, A. A. I. (1967). Social factors in satisfaction with swiftly rotating
shifts. Occupational psychology, 41(2), 85-107.
Wignjosoebroto, Sritomo. 1995. Ergonomi, Studi Gerak dan Waktu.
Surabaya: Prima Printing.
NAMA PENYUSUN
NO. NAMA PROFESI