BERBASIS KOMPUTER
MENERAPKAN PRINSIP-PRINSIP
KEAMANAN, KESEHATAN DAN
KESELAMATAN KERJA DI LINGKUNGAN
UNIT PEMBANGKIT EBT
ANGGOTA KELOMPOK :
FITRIANA KHOIRUNNISA (5301420009)
MUHAMMAD KHOERUL UMAM (5301420035)
DAREI TRI IRDA SOLIHIN (5301421076)
DAFTAR ISI
Buku Materi ini berisi informasi dan pengetahuan terkait unit kompetensi yang dipelajari.
Selain itu buku Materi juga berisi penjabaran dari metode dan teknik yang dapat dilakukan saat
instruktur dan peserta pelatihan berinteraksi di ruang teori maupun di ruang praktek. Karena
memiliki banyak pilihan dalam cara pembelajarannya sehingga diharapkan kegiatan pelatihan
menjadi tidak monoton. Sedangkan buku Asesmen berisi soal, pertanyaan dan tugas praktek
sebagai alat untuk menilai dan mengukur kemampuan peserta pelatihan dalam penguasaan unit
kompetensi tersebut.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan tuntunan kepada kita dalam melakukan berbagai
upaya untuk menunjang proses pelaksanaan pelatihan guna menghasilkan tenaga kerja yang
kompeten dan berdaya saing tinggi sesuai kebutuhan pasar kerja baik nasional maupun global.
Penulis
A. PENDAHULUAN
B. PENGGUNAAN MATERI
2
• Buku Panduan Asesmen disajikan dalam paket buku secara
terpisah. Penilaian dapat berupa soal tertulis, wawancara, serta
demonstrasi yang akan dilaksanakan sesuai dengan proses
penilaian yang dilaksanakan.
C. DAFTAR IKON
Daftar ikon yang dapat digunakan dalam buku ini, antara lain:
Pemeriksaan
Ikon ini memiliki arti anda diminta
untuk mencari atau menemui seseorang
untuk mendapatkan informasi
Aktivitas
Icon ini memiliki arti anda diminta
untuk menuliskan/ mencatat, melengkapi
latihan/ aktivitas (bermain peran,
presentasi) dan mencatatkan dalam
lembar kerja pada buku ini sesuai
instruksi
Referensi material/manual
Icon ini memiliki arti Anda harus
melihat pada aturan atau kebijakan yang
berlaku dan prosedur-prosedur atau materi
pelatihan/ sumber informasi lain untuk
dapat melengkapi latihan/ aktivitas ini.
3
Berpikir
Ambil waktu untuk Anda dapat
berpikir/ menganalisa informasi dan catat
gagasan-gagasan yang Anda miliki.
Komunikasi/ Diskusi
Berbicara/ berdiskusi lah dengan
rekan anda untuk gagasan yang anda
miliki.
Membaca
Pilihlah bacaan yang dibutuhkan
sesuai dengan kebutuhan materi pelatihan.
Video/Youtube
D. BACAAN REFERENSI
E. PENGANTAR TEORI
4
bahaya bagi manusia dan mahkluk hidup lainnya, serta kondisi
ramah lingkungan, disekitar instalasi tenaga listrik (PDKB, 2020).
Hubungan antara K2 dan K3 diperlihatkan pada Gambar
berikut:
5
6) Setiap Tenaga teknik dalam usaha ketenagalistrikan wajib
memiliki Sertifikat Kompetensi adalah proses pemberian
sertifikat kompetensi yang dilakukan secara sistematis dan
obyektif melalui Uji Kompetensi yang mengacu pada Standar
Kompetensi Kerja baik yang bersifat Nasional, Khusus maupun
Internasional.
7) Ketentuan mengenai keselamatan ketenagalistrikan : SLO
(Sertifikat Laik Operasi), SNI (Standar Nasional
Indonesia)Sertifikat Kompetensi.
Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.
Per.05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja, Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (Sistem Manajemen K3) merupakan bagian dari sistem
manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi,
perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan
sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan,
pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan keselamatan
dan kesehatan kerja dalam rangka pengendalian resiko yang
berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja
yang aman, efisien dan produktif. Tujuan dan sasaran Sistem
Manajemen K3 adalah untuk menciptakan suatu sistem
keselamatan dan kesehatan ditempat kerja dengan melibatkan
unsur manajemen, tenaga kerja, kondisi dan lingkungan kerja yang
terintegrasi dalam rangka mencegah dan mengurangi kecelakaan
dan penyakit akibat kerja serta terciptanya tempat kerja yang
aman, efisien dan produktif.
Sistem Manajemen K3 wajib diterapkan oleh setiap
perusahaan yang mempekerjakan tenaga kerja sebanyak 100 orang
atau lebih, perusahaan yang mempunyai potensi bahaya yang
ditimbulkan oleh karakteristik proses atau bahan yang dapat
mengakibatkan kecelakaan kerja seperti peledakan, kebakaran,
pencemaran dan penyakit akibat kerja. Berdasarkan Pasal 4
Permenaker tentang Sistem Manajemen K3, terdapat 5 ketentuan
6
yang harus perusahaan/pengusaha laksanakan, yaitu:
1) Menetapkan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dan
menjamin komitmen terhadap penerapan Sistem Manajemen K3.
2) Merencanakan pemenuhan kebijakan, tujuan dan sasaran
penerapan keselamatan dan kesehatan kerja.
3) Menerapkan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja secara
efektif dengan mengembangkan kemampuan dan mekanisme
pendukung yang diperlukan untuk mencapai kebijakan, tujuan
dan sasaran keselamatan dan kesehatan kerja.
4) Mengukur, memantau dan mengevaluasi kinerja keselamatan
dan kesehatan kerja serta melakukan tindakan perbaikan dan
pencegahan.
5) Meninjau secara teratur dan meningkatkan pelaksanaan Sistem
Manajemen.
7
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam prosedur K3
antara lain adalah pertimbangan tentang adanya risiko baik cidera
maupun sakit yang disebabkan oleh pekerjaan tersebut. Selain
risiko sumber daya manusia, risiko kerusakan alat maupun
lingkungan sekitar juga termasuk ke dalam cakupan prosedur K3.
Prosedur K3 muncul sejak manusia mulai mengenal
pekerjaan. Adanya prosedur ini merupakan bentuk pemenuhan hak
asasi manusia, termasuk saat berada di tempat kerja.
Mengingat dalam aktivitas pekerjaan kita tidak tahu risiko
apa yang bisa muncul, prosedur K3 memiliki banyak manfaat
antara lain:
8
melalui pengawas atau pengurus K3, wajib mengawasi dan
bertanggung jawab pada semua prosedur mulai dari pencegahan
hingga penanganan (Mutu Institute, 2020).
c. Penggunaan APD
APD atau singkatan dari alat pelindung diri merupakan
peralatan wajib yang harus digunakan ketika melakukan suatu
pekerjaan beresiko. APD berfungsi untuk melindungi diri dari resiko
kecelakaan kerja dan meminimalisir akibat dari kecelakaan kerja
yang terjadi.
Beberapa pekerjaan yang memerlukan alat pelindung diri
adalah buruh bangunan, teknisi listrik, pekerja proyek dll. Suatu
proyek besar tidak akan berjalan apabila para pekerjanya tidak
menggunakan APD dalam bekerja sebab penggunaan APD menjadi
hal penting dalam menunjang kesehatan dan keselamatan para
pekerja.
Dasar Hukum Alat Pelindung Diri adalah:
1) Undang-undang No.1 tahun 1970. a. Pasal 3 ayat (1) butir f:
Dengan peraturan perundangan ditetapkan syaratsyarat untuk
memberikan APD b. Pasal 9 ayat (1) butir c: Pengurus
diwajibkan menunjukkan dan menjelaskan pada tiap tenaga
kerja baru tentang APD. c. Pasal 12 butir b: Dengan peraturan
perundangan diatur kewajiban dan atau hak tenaga kerja untuk
memakai APD. d. Pasal 14 butir c: Pengurus diwajibkan
menyediakan APD secara Cuma-cuma.
2) Permenakertrans No.Per.01/MEN/1981 Pasal 4 ayat (3)
menyebutkan kewajiban pengurus menyediakan alat pelindung
diri dan wajib bagi tenaga kerja untuk menggunakannya untuk
pencegahan penyakit akibat kerja.
3) Permenakertrans No.Per.03/MEN/1982 Pasal 2 butir I
menyebutkan memberikan nasehat mengenai perencanaan dan
pembuatan tempat kerja, pemilihan alat pelindung diri yang
9
diperlukan dan gizi serta penyelenggaraan makanan ditempat
kerja.
4) Permenakertrans No.Per.03/Men/1986 Pasal 2 ayat (2)
menyebutkan tenaga kerja yang mengelola Pestisida harus
memakai alat-alat pelindung diri yg berupa pakaian kerja,
sepatu lars tinggi, sarung tangan, kacamata pelindung atau
pelindung muka dan pelindung pernafasan.
Tujuan penggunaan APD antara lain:
1) Membantu mengurangi tingkat kecelakaan di tempat kerja;
2) Membantu meningkatkan produktifitas dan efisiensi produksi
akibat kecelakaan kerja;
3) Membantu mengurangi cacat produksi akibat kecelakaan kerja;
4) Membantu meningkatkan kesadaran pekerja akan pentingnya
menggunakan APD;
5) Membantu meningkatkan kesehatan kerja dan mengurangi
penyakit akibat kerja;
6) Membantu meningkatkan pengetahuan pekerja akan bahaya di
tempat kerja dan alat pelindung diri;
7) Memberikan pemahaman yang lebih luas kepada pihak
manajemen akan pentingnya alat pelindung diri yang
digunakan pekerja dan perusahaan.
Jenis-jenis Alat Pelindung Diri (APD) dan Kegunaanya
1) Alat pelindung kepala
Pelindung kepala berfungsi untuk melindungi kepala dari
bahaya. Perlindungan terhadap kepala merupakan hal yang sangat
penting, karena cidera kepala dapat berakibat fatal bagi pekerja.
Alat pelindung kepala terbuat dari material yang tahan terhadap
benturan sehingga mampu melindungi kepala dari cidera apabila
terjadi benturan keras atau terkena benda tajam, serta melindungi
dari sengatan listrik. Kemudian melindungi kepala dari kebakaran,
korosif, uapuap, panas atau dingin.
2) Pelindung Mata dan Wajah
Pelindung mata dan wajah berfungsi untuk melindungi mata
10
dari percikan bahanbahan korosif, kemasukan debu atau partikel
kecil yang melayang di udara, pemaparan gas uap yang
menyebabkan iritasi mata, radiasi gelombang eletromagnetik, serta
benturan atau pukulan benda keras.
3) Pelindung Telinga
Metode untuk melindungi pendengaran dari kebisingan dapat
dilakukan dengan mengurangi kebisingan dari sumbernya dengan
metode rakayasa. Kondisi lingkungan tertentu, sangat sedikit atau
sama sekali tidak bisa dilakukan usaha untuk mengurangi
kebisingan, sehingga pekerja diharuskan menggunakan pelindung
telinga (hearing protection) untuk mengurangi jumlah suara
mencapai telinga. Hearing protection wajib digunakan apabila
kebisingan melebihi 85 dB. Hearing protection berfungsi untuk
mengurangi tingkat kebisingan dari suara gemuruh mesin,
penahan bising dari letupan-letupan, dan resiko gangguan
pendengaran
4) Pelindung Tangan
Pelindung tangan digunakan untuk melindungi tangan dari
benda-benda tajam, bahan kimia, kontak arus listrik, api, panas,
dingin, radiasi elektromagnetik, radiasi mengion, benturan,
pukulan, luka, lecet, infeksi. Pelindung tangan dapat berbentuk
gloves (sarung tangan), mitten (jempol terpisah dan 4 jari menyatu),
hand pad (melindungi telapak tangan), sleve (pergelangan tangan
sampai lengan, biasanya digabung dengan sarung tangan).
5) Pelindung Kaki
Pelindung kaki digunakan untuk melindungi kaki dari
tertimpa benda berat, terbakar oleh logam cair, bahan kimia korosif,
dermatitis/eksim karena zat kimia, tersandung atau tergelincir.
Jenis dan bahan sepatu yang digunakan juga disesuaikan dengan
lingkungan kerja.
6) Tali Dan Sabuk Pengaman
Tali dan sabuk pengaman berguna untuk melindungi tubuh
dari kemungkinan terjatuh. Penggunaan tali dan sabuk pengaman
11
biasanya untuk pekerja di bidang konstruksi dan memanjat tempat
tinggi. Alat ini terdiri dari tali pengaman dan harus dapat menahan
beban seberat minimal 80 kg.
12
Tabel 1 merangkum bahaya utama yang terkait dengan
penggunaan teknologi energi yang muncul.
Tabel 1. Sumber Energi EBT dan resiko bahaya yang dapat
ditimbulkan
13
• Pelepasan CO2 karena
hilangnya integritas pabrik
atau penggetasan peralatan
yang disebabkan oleh gas.
Pembangkitan, distribusi, Kebakaran dan ledakan selama
penyimpanan, dan pengangkutan, penyimpanan
penggunaan hidrogen dan penggunaan.
Impor dan regasifikasi gas Kebakaran dan ledakan selama
alam cair (LNG) transportasi, penyimpanan, dan
regasifikasi (misalnya saat
memasukkan gas langsung dari
kapal ke jaringan).
Energi terbarukan lepas Runtuhnya platform kerja lepas
pantai (angin, ombak, pantai selama konstruksi
pasang surut) turbin/ gardu induk.
2) Bahaya pekerjaan.
Selain bahaya besar yang dapat berdampak pada tenaga
kerja yang mengembangkan, memasang, mengoperasikan, dan
memelihara teknologi energi yang muncul, serangkaian bahaya
kerja tingkat rendah juga menimbulkan potensi ancaman
terhadap kesehatan dan keselamatan di tempat kerja:
a) Kesehatan kerja menghadirkan tantangan signifikan yang
harus ditangani secara efektif jika pekerja ingin menikmati
perlindungan yang tepat dari dampak kesehatan jangka
pendek dan jangka panjang.
b) Tenaga kerja perlu dilindungi dari berbagai macam bahaya
keselamatan di tempat kerja yang beberapa di antaranya
dapat menimbulkan risiko kematian atau cedera serius.
Banyak dari bahaya kesehatan dan keselamatan kerja ini
adalah bahaya yang sudah dikenal yang sekarang akan
direplikasi di lingkungan yang tidak dikenal; yang lain belum
14
pernah ditemui pada skala yang berarti sebelumnya.
15
lainnya selama pembuatan
turbin angin.
16
jebakan) selama konstruksi
dan pemeliharaan.
• Perakitan dermaga dan
pemuatan peralatan turbin
lepas pantai; impor bagian-
bagian turbin di sisi dermaga.
• Penggunaan kapal pengangkat
dan awak kapal yang tidak
sesuai dengan kondisi di Laut
Utara dll.
Energi matahari • Jatuh dari ketinggian selama
pemasangan panel di atap.
• Masalah penanganan manual.
17
bagi publik juga cenderung meningkat karena pemadaman
energi yang disebabkan oleh kesulitan yang terlibat dalam
menyeimbangkan pasokan dan permintaan dalam sistem energi
yang jauh lebih kompleks.
Tabel 4. Potensi bahaya utama bagi publik/masyarakat
18
e. Prosedur pelaporan keadaan darurat
Keadaan Darurat adalah berubahnya suatu
kegiatan/keadaan atau situasi yang semula normal menjadi tidak
normal sebagai akibat dari suatu peristiwa atau kejadian yang
tidak diduga atau dikehendaki. Keadaan darurat dapat berupa
terjadinya bencana alam, kebakaran, kecelakaan kerja,
pencemaran lingkungan, dan/atau keributan. Sedangkan
Penanggulangan Keadaan Darurat adalah upaya atau tindakan
yang dilakukan untuk mengatasi keadaan yang akan
menimbulkan kerugian, agar situasi atau keadaan yang tidak
dikehendaki tersebut dapat segera di atasi atau dinormalisasi dan
kerugian ditekan seminimal mungkin.
19
a) Tindak kejahatan, terutama yang sedang berlangsung.
b) Kebakaran.
c) Keadaan darurat medis yang memerlukan penanganan
dengan segera.
d) Kecelakaan mobil.
2) Hubungi Layanan Darurat. Nomor telepon Layanan Darurat
berbeda-beda di tiap negara. Di Amerika Serikat, nomor
teleponnya 911, dan di sebagian besar negara di Eropa, nomor
teleponnya 112. Di Indonesia, hubungi 110 untuk polisi, 118
untuk ambulans, serta 113 untuk pemadam kebakaran.
3) Laporkan posisi Anda. Hal pertama yang akan ditanyakan
operator Layanan Darurat adalah posisi Anda agar mereka bisa
segera menuju ke sana. Jika mungkin, berikan detail alamat.
Jika Anda tidak yakin akan detail alamatnya, gunakan
perkiraan terbaik Anda.
4) Berikan nomor telepon Anda kepada operator. Informasi ini
wajib dimiliki operator agar dia bisa menghubungi Anda
kembali jika dibutuhkan.
5) Jelaskan keadaan darurat yang Anda alami atau
amati. Bicaralah dengan tenang dan jelas, lalu ungkapkan
kepada operator kenapa Anda menelepon. Berikan informasi
yang paling krusial terlebih dahulu, lalu jawablah pertanyaan
lanjutan dari operator.
a) Jika Anda melaporkan suatu tindak kejahatan, berikan
pula deskripsi fisik pelaku tindak kejahatan tersebut.
b) Jika Anda melaporkan suatu kebakaran, jelaskan awal
mula apinya tersulut dan beri tahukan posisi tepatnya
kebakaran tersebut. Jangan lupa untuk memberi tahu
jumlah korban yang terluka atau menghilang.
c) Jika Anda melaporkan suatu keadaan medis darurat,
jelaskan awal mula terjadinya kecelakaan dan gejala apa
yang ditunjukkan orang yang ada di hadapan Anda.
6) Ikuti perintah operator. Setelah mengumpulkan informasi
20
yang dibutuhkan, operator akan menyuruh Anda untuk
membantu orang-orang yang membutuhkan pertolongan.
Anda mungkin akan menerima panduan untuk memberikan
pertolongan darurat seperti resusitasi jantung paru-paru
(CPR). Perhatikan panduannya dengan saksama dan jangan
tutup teleponnya sampai diperbolehkan. Lalu ikuti panduan
yang telah diberikan.
7) Jangan menutup telepon hingga Anda diminta. Meskipun
Anda tidak bisa menempelkan telepon ke telinga atau
menyalakan pengeras suara, Anda tidak boleh memutus
sambungan telepon atau menutupnya.
8) Tutup telepon setelah Anda dianjurkan melakukannya oleh
petugas. Jika perlu menelepon pihak lain, Anda bisa
melakukannya sekarang. Cukup langkah dalam artikel ini lagi.
21
f. Peralatan penanggulangan kondisi darurat
Peralatan tanggap darurat harus tersedia di lokasi sesuai
potensi bahayanya dan fungsinya. Peralatan harus diinventarisasi
dan diperiksa kondisi kelayakannya setiap hari sebelum
dimulainya pekerjaan. Peralatan tanggap darurat yang wajib
tersedia yaitu:
1) Perangkat P3K yang terdiri dari
Peralatan Obat-obatan
• Plester; • Obat penurun panas
• Povidone iodine (parasetamol tablet 500 mg)
untuk desinfektan; • Obat pereda rasa nyeri
• Alkohol 70%; (parasetamol atau ibuprofen);
• Kapas bersih; • Obat antialergi (CTM untuk
• Pembalut segitiga obat minum dan krim
(mitela); hidrokortison untuk alergi pada
• Perban gulung; kulit);
• Termometer; dehidrasi);
22
• Lampu senter;
• Lampu emergency;
• Kursi roda;
• Tandu;
• Alat pemadam kebakaran (Apar);
• Masker oksigen;
• Peluit;
• Pisau lipat.
23
pengecekan adalah:
1) Meminta izin kepada pihak terkait, dalah hal ini supervisor
atau bagian yang bertanggung jawab terhadap peralatan.
2) Menyiapkan cheklist peralatan yang akan diperiksa.
3) Meyiapkan peralatan yang akan diperiksa
4) Melakukan pemeriksaan sesuai cheklist yang disediakan,
mulai dari kondisi peraltan, fungsi, jumlah, dll.
5) Membuat laporan hasil pemeriksaan
6) Melakukan evaluasi hasil pemeriksaan jika dalam laporan
ditemukan kondisi peralatan darurat yang tida sesuai standar
baik jumlah maupun fungsinya.
24
Pekerja di bidang pertanian, perkebunan dan kehutanan
juga bisa terkena dampak bahaya faktor biologi yang
menyebabkan penyakit karena virus, bakteri atau hasil dari
pertanian itu sendiri. Bahkan di dalam perkantoran pun bisa
menyebabkan penyakit karena bahaya faktor biologi yang
disebabkan oleh kualitas udara dalam ruangan.
Potensi bahaya lainnya yang bisa menyerang pekerja
kantoran kebanyakan adalah bahaya faktor ergonomi yang
disebabkan oleh penyusunan tempat kerja dan tempat duduk
yang kurang sesuai dan nyaman.
25
langsung pada keselamatan dan biasanya terjadi karena
kecelakaan kerja yang menyebabkan cidera. Contohnya adalah
potensi bahaya listrik dan terjadinya kebakaran pada
lingkungan kerja.
3) Kategori C
Untuk kategori ini, resikonya mempengaruhi kesejahteraan
atau kesehatan sehari – hari, yang biasanya disebabkan oleh
kurang baiknya fasilitas yang diberikan kepada pekerja.
Biasanya hal tersebut terabaikan karena dipandang tidak
memiliki dampak langsung pada produktivitas sebuah
pekerjaan. Misalnya seperti ketersediaan air minum yang
bersih, kelengkapan kotak P3K, tersedianya toilet yang bersih
dan fasilitas – fasilitas pendukung lainnya.
4) Kategori D
Potensi bahaya dalam kategori D menimbulkan resiko pribadi
dan psikologis. Jika suatu perusahaan ingin memaksimalkan
produktivitas, perlu menciptakan tempat kerja di mana pekerja
merasa aman dan dihormati. Isu ini melampaui keselamatan
26
fisik dan termasuk melindungi kesejahteraan diri, martabat
dan mental pekerja. Intimidasi atau pelecehan sering
mengancam rasa kesejahteraan dan keamanan pekerja di
tempat kerja.
Bahan
Semangat
juang
Kuning Peringatan
waspada
Hijau Darurat
pertolongan
pertama
Biru Anjuran
27
putih Informasi
umum
28
EBT khususnya memiliki prosedur yang tidak bebeda jauh dengan
peosedur panaganan kondisi darurat dan evakuasi pada kondisi
bahaya lainnya.
Contoh prosedur evakuasi yang dapat terjadi pada area
pembangkit EBT dalam kondisi kebakaran adalah:
1) Tetap tenang dan jangan panik;
2) Segera menuju tangga darurat yang terdekat dengan berjalan
biasa dengan cepat namun tidak berlari;
3) Janganlah membawa barang yang lebih besar dari tas
kantor/tas tangan;
4) Beritahu orang lain / pekerja yang masih berada di area
pembangkit lain untuk segera melakukan evakuasi;
5) Bila pandangan tertutup asap, berjalanlah dengan merayap
pada tembok atau pegangan pada tangga, atur pernafasan
pendek-pendek;
6) Jangan berbalik arah karena akan bertabrakan dengan orang-
orang dibelakang anda dan menghambat evakuasi Segeralah
menuju titik kumpul yang ada di tempat tersebut untuk
menunggu instruksi berikutnya.
29
jangan menghalangi petugas dan peralatan mereka;
7) JANGAN : Masuk kembali ke dalam gedung sampai ada
instruksi dari atasan, petugas atau pihak yang berwenang
akan hal tersebut.
30
F. LANGKAH KERJA
MENERAPKAN PRINSIP-PRINSIP KEAMANAN, KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA DI LINGKUNGAN UNIT PEMBANGKIT
EBT
9
10
2. Mengenali jenis tanda bahaya,
penempatan beserta artinya
11
G. IMPLEMENTASI UNIT KOMPETENSI
Elemen Kompetensi 1
Aktivitas 1.1:
Tuliskan fungsinya:
12
Elemen Kompetensi 2
Diskusi 2.1:
13
Elemen Kompetensi 3
Aktivitas 3.1:
14
Penilaian:
Penilaian Catatan :
Memenuhi / Belum memenuhi
capaian pembelajaran
Peserta Instruktur
Nama/Tandatangan/tgl Nama/Tandatangan/tgl
15
H. LAMPIRAN
KAMUS ISTILAH
16
REFERENSI
17
UNIT KOMPETENSI
18
ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA
BATASAN VARIABEL
1. Konteks variable
1.1. Unit ini berlaku pada pembangkit listrik energi terbarukan.
1.2. Alat-alat keselamatan meliputi tapi tidak terbatas pada pemadam
kebakaran, smoke detector, gas detector, cone, dan rambu-rambu.
1.3. Alat Pelindung Diri (APD) sesuai dengan K3.
19
(Tidak ada.)
4.2. Standar
(Tidak ada.)
PANDUAN PENILAIAN
1. Konteks penilaian
1.1. Penilaian/assessment kompetensi ini dapat dilakukan di tempat
kerja atau pada tempat yang disimulasikan.
1.2. Peserta harus dilengkapi dengan peralatan/perlengkapan,
dokumen, bahan, serta fasilitas assessment yang dibutuhkan.
1.3. Metode assessment yang dapat diterapkan meliputi: tes tertulis,
tes lisan/wawancara, observasi demonstrasi/praktik, verifikasi
bukti/portofolio.
2. Persyaratan kompetensi
(Tidak ada.)
5. Aspek kritis
5.1. Kecermatan dalam mengenali dan mengidentifikasi bahaya-
bahaya di unit pembangkit selama waktu kerja dengan tepat
sesuai dengan prosedur
5.2. Ketepatan dalam melaporkan bahaya-bahaya di unit pembangkit
selama waktu kerja sesuai dengan prosedur
20
DAFTAR NAMA PENYUSUN
21