Anda di halaman 1dari 6

Evaluasi Rumah Adat Tradisional Dan Makanan Tradisional

Nusantara

Rumah Tradisional Evaluasi Rumah Tradisional


Nusantara NTT (Mbaru Niang) di
Wae Rebo

1.) Evaluasi
 Objek: Rumah Mbaru Niang

2.) Interpretasi
 Simbol: Perlindungan dan
persatuan
 Bentuk: Kerucut
 Warna: Coklat
 Makna: Rumah Mbaru Niang
mengandung filosofi dan
kehidupan sosial masyarakat wae
rebo. Rumah ini merupakan wujud
keselarasan manusia dengan alam
serta merupakan cerminan fisik
dari kehidupan sosial suku
manggarai. Dimana rumah ini
berbentuk kerucut, dan makna
untuk masyarakat Wae Rebo
adalah simbol persatuan kampung
dan lambang seorang ibu yang
selalu melindungi penghuni
rumah.
3.) Transformasi
 Pengaruh Luar: Tidak ada
 Pengaruh Dalam: Hanya warga di
Wae Rebo di wilayah tersebut
yang membuat rumah tersebut
tanpa pengaruh dari luar.

4.) Analisis
 Nilai Budaya: Mbaru Niang
merupakan rumah tempat warga
kampung melaksanakan kegiatan
adat bila ada upacara adat apa saja.
Selain itu Mbaru Niang juga
sering dikaitkan dengan tempat
penyimpanan barang-barang dan
tempat penyimpanan bahan
makanan.
 Larangan/Norma: Tidak digunakan
untuk umum, hanya digunakan
jika ada upacara adat.
 Kepercayaan Masyarakat: Tujuh
bangunan Mbaru Niang konon
merupakan pencerminan
kepercayaan leluhur untuk
menghormati tujuh arah
puncak- puncak gunung
disekeliling kampung Wae
Rebo yang di percaya sebagai
para pelindung kemakmuran
kampung tersebut.
Makanan Tradisional Evaluasi Makanan Tradisional
Nusantara Nusa Tenggara Timur
(NTT)

1.) Evaluasi
 Objek: Jagung Bose

2.) Interpretasi
 Simbol: Lingkaran
 Bentuk: Bundar
 Warna: Putih
 Makna: Jagung bose memiliki arti
jagung yang dilunakkan.
Dikabupaten Belu, jagung bose
biasa disebut etu fai solur atau nasi
yang ditumbuk. Nama tersebut
serupa dengan cara membuatnya,
yakni jagung ditumbuk
menggunakan antan (alu) dan
lesung untuk mengeluarkan kulit
arinya.
 Simbol jagung bose,
lingkaran yang dimulai dan
berakhir pada titik yang
sama secara gamblang
menggambarkan bahwa
hidup didunia ini hanya
sementara. Dia dimulai dari
tiada dan pasti akan
kembali tiada.
 Bentuk “jagung bose”
berbentuk bundar yang
berupa jagung yang
ditumbuk menggunakan
antan (alu) dan lesung
untuk mengeluarkan kulit
arinya.
 Warna Putih
menggambarkan
kesederhanaan, kemurnian,
tidak bersalah, dan
kesempurnaan.

3.) Transformasi
 Pengaruh Luar: Tidak ada, karena
jagung bose termasuk makanan
yang hanya disuguhkan pada hari-
hari besar saja. Warga dikabupaten
Belu, biasa menyebut jagung bose
ini dengan etu fai solur atau nasi
yang ditumbuk.
 Pengaruh Dalam: Jagung Bose ini
sudah jadi makanan pokok NTT
sejak dulu kala. Untuk pembuatan
jagung bose sendiri tidak
diperlukan waktu yang cukup
lama, bahan-bahannya pun tidak
susah untuk dicari.

4.) Analisis
 Nilai Budaya: Jagung bose sering
disajikan dalam acara-acara
saklar di NTT. Biasanya orang
NTT memakan jagung bose
dengan
makanan pendamping.
 Larangan/Norma: Masyarakat di
NTT menjunjung tinggi nilai
budaya dan agama untuk tidak
membuang-buang makanan karena
pada dasarnya hakikatnya manusia
maupun suku manapun tidak di
anjurkan untuk tidak menghargai
makanan.
 Kepercayaan Masyarakat: Menurut
Orang tua disana, dengan
kebiasaan mengkomsumsi olahan
jagung ini konon di percaya lebih
sehat dan badan jauh lebih kuat.
EVALUASI RUMAH ADAT TRADISIONAL DAN MAKANAN
TRADISIONAL NUSANTARA

Nama: Nur Sri

Hafifah Nim:

2001414010

Kelas: 5A PGSD

Dosen Pengampuh: Sulaiman, S.Sn., M.Sn.

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAL ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS COKROAMINOTO PALOPO

2022

Anda mungkin juga menyukai