Subsequent events adalah peristiwa atau transaksi yang
terjadi setelah tanggal laporan posisi keuangan (neraca) tetapi sebelum diterbitkannya laporan audit, yang mempunyai akibat yang material terhadap laporan keuangan, sehingga memerlukan penyesuaian atau pengungkapan dalam laporan tersebut. Terdapat dua jenis subsequent events adalah sebagai berikut 1. Peristiwa yang memberikan tambahan bukti yang berhubungan dengan kondisi yang ada pada tanggal laporan posisi keuangan (neraca) dan berdampak terhadap taksiran yang melekat dalam proses penyusunan laporan keuangan. Laporan keuangan harus disesuaikan untuk setiap perubahan estimasi sebagai akibat dari penggunaan bukti tambahan tersebut. Contoh: Kerugian sebagai akibat tidak tertagihnya piutang kepada pelanggan yang menuju kebangkrutan setelah tanggal laporan posisi keuangan (neraca) merupakan indikasi keadaan yang ada pada tanggal laporan posisi keuangan (neraca), oleh karena itu laporan keuangan harus disesuaikan sebelum diterbitkan. Dilain pihak, kerugian yang sama tetapi diakibatkan karena pelanggan mengalami kebangkrutan karena kebakaran atau banjir setelah tanggal laporan posisi keuangan (neraca), bukan merupakan kondisi yang ada pada tanggal laporan posisi keuangan (neraca), sehingga laporan keuangan tidak perlu disesuaikan.
Penyelesaian tuntutan hukum yang jumlahnya berbeda dengan jumlah
utang yang sudah dicatat membutuhkan penyesuaian laporan keuangan jika peristiwa yang menyebabkan timbulnya tuntutan tersebut telah terjadi atau ada sebelum tanggal laporan posisi keuangan (neraca). 2. Peristiwa-peristiwa yang menyediakan tambahan bukti yang berhubungan dengan kondisi yang tidak ada pada tanggal laporan posisi keuangan (neraca), namun kondisi tersebut ada sesudah tanggal laporan posisi keuangan (neraca). Peristiwa-peristiwa tersebut tidak memerlukan penyesuaian terhadap laporan keuangan. Namun beberapa peristiwa mungkin memerlukan pengungkapan agar laporan keuangan tidak menyesatkan pembacanya. Contoh: a. penjualan obligasi atau penerbitan saham baru; b. pembelian bisnis; c. terjadinya tuntutan hukum yang disebabkan oleh peristiwa yang terjadi sesudah tanggal laporan posisi keuangan (neraca); d. kerugian aset tetap atau persediaan yang diakibatkan oleh kebakaran; atau e. kerugian yang diakibatkan oleh kondisi (seperti penyebab utama kebangkrutan pelanggan) yang timbul setelah tanggal laporan posisi keuangan (neraca). Selain itu, subsequent events yang harus diaudit oleh akuntan publik adalah sebagai berikut. 1. Subsequent collection (penagihan sesudah tanggal laporan posisi keuangan (neraca), sampai mendekati tanggal selesainya pekerjaan lapangan/audit field work), yang harus dilaksanakan dalam pemeriksaan piutang dan barang dalam perjalanan. 2. Subsequent payment (pembayaran sesudah tanggal laporan posisi keuangan (neraca) sampai mendekati tanggal selesainya audit field work), yang harus dilaksanakan dalam pemeriksaan liabilitas dan biaya yang masih harus dibayar. Tujuan Pemeriksaan Subsequent Events 1. Untuk menentukan apakah ada kejadian-kejadian penting sesudah tanggal laporan posisi keuangan (neraca) yang membutuhkan penyesuaian terhadap laporan keuangan atau memerlukan pengungkapan dalam catatan atas laporan keuangan agar tidak menyesatkan pengguna laporan keuangan tersebut. 2. Untuk menentukan kemungkinan tertagihnya piutang. Walaupun konfirmasi (positif) piutang tidak dijawab oleh pelanggan, dan piutang tersebut sudah lama tidak dilunasi pelanggan, namun jika setelah tanggal laporan posisi keuangan (neraca) ternyata piutang tersebut dilunasi oleh pelanggan, maka perusahaan tidak perlu meragukan collectability piutang tersebut. Dengan kata lain, tidak perlu dibuat penghapusan atau penyisihan atas piutang tersebut. 3. Untuk memastikan bahwa “barang dalam perjalanan” yang tercantum di laporan posisi keuangan (neraca) per tanggal laporan posisi keuangan (neraca), betul-betul masih dalam perjalanan. Sebab ada kemungkinan, pada saat Seharusnya pada saat penerimaan membayar uang muka pembelian (L/C) barang, baik sebelum maupun sesudah perusahaan mencatat: tanggal laporan posisi keuangan DR. Barang dalam Perjalanan (neraca), perusahaan mencatat:
CR. Kas DR. Persediaan
CR. Barang dalam Perjalanan CR. Utang Usaha Pada saat penerimaan barang sebelum tanggal laporan posisi keuangan Pada saat utang tersebut dilunasi: (neraca), perusahaan mencatat: DR. Utang Usaha DR. Persediaan CR. Kas CR. Utang Usaha Akibatnya per tanggal laporan posisi keuangan (neraca) tetap terlihat saldo barang dalam perjalanan dan terjadi dua kali pencatatan utang usaha. 4. Untuk memastikan bahwa liabilitas dan beban yang masih harus dibayar yang tercantum di laporan posisi keuangan (neraca) per tanggal laporan posisi keuangan (neraca), betul-betul merupakan liabilitas perusahaan yang akan dilunasi pada saat jatuh temponya (sesudah tanggal laporan posisi keuangan/neraca).
5. Untuk memastikan bahwa tidak ada liabilitas perusahaan yang belum
dicatat per tanggal laporan posisi keuangan (neraca). Prosedur Pemeriksaan Subsequent Events 1. Periksa pengeluaran kas sesudah tanggal laporan posisi keuangan (neraca), sampai mendekati tanggal selesainya audit field work. Caranya: Lakukan scanning terhadap buku pengeluaran kas, perhatikan apakah ada pengeluaran kas di periode setelah tanggal laporan posisi keuangan (neraca) untuk pelunasan liabilitas yang terjadi di periode yang sedang diaudit. Misalnya apakah ada pengeluaran kas antara tanggal 1 Januari s.d. 15 Maret 2016, untuk pelunasan pembelian atau beban yang terjadi di tahun 2015. Jika ada lakukan vouching dan periksa apakah liabilitas atau beban tahun 2015 tersebut sudah dicatat sebagai liabilitas dan/atau beban yang masih harus dibayar per 31 Desember 2015. Jika belum dicatat berarti terdapat unrecorded liabilities yang memerlukan audit adjustment. 2. Periksa penerimaan kas sesudah tanggal laporan posisi keuangan (neraca), sampai mendekati tanggal selesainya audit field work.
Caranya: Lakukan scanning terhadap buku penerimaan kas, perhatikan apakah
ada penerimaan kas diperiode setelah tanggal laporan posisi keuangan (neraca) untuk pelunasan piutang yang terjadi di periode yang sedang di audit. Misalnya apakah ada penerimaan kas antara 1 Januari s/d 15 Maret 2016, untuk pelunasan penjualan kredit yang terjadi di tahun 2015. Jika ada lakukan vouching dan periksa apakah penjualan kredit tersebut sudah dicatat sebagai piutang per 31 Desember 2015. Jika belum dicatat, berarti terdapat unrecorded receivable yang memerlukan audit adjustment. 3. Periksa bukti penerimaan barang sesudah tanggal laporan posisi keuangan (neraca), sampai mendekati tanggal selesainya audit field work. Tujuannya adalh untuk mengetahui apakah barang yang diterima tanggal laporan posisi keuangan merupakan pembelian di tahun yang diperiksa dan belum dicatat sebagai utang per 31 Desember 20xx. Serta untuk memeriksa apakah barang dalam perjalanan yang terlihat di laporan posisi keuangan per tanggal laporan posisi keuangan sudah diterima di periode sesudah tanggal laporan posisi keuangan dengan memperhatikan juga apakah syarat pengiriman barang job destination point atau fob shipping point.
4. Periksa bukti pengeluaran barang sesudah tanggal laporan posisi
keuangan (neraca) sampai mendekati tanggal selesainya audit field work. Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah barang yang dikirim setelah tanggal laporan posisi keuangan sudah dicatat sebagai penjualan di tahun yang diperiksa padahal ditahun tersebut sebetulnya masih merupakan sales commitment sehingga belum dapat dicatat sebagai penjualan tahun berjalan. 5. Periksa cut-off pembelian dan cut-off penjualan. Caranya dengan memeriksa dokumen – dokumen pembelian denngan penjualan lebih kurang satu atau dua minggu sebelum dan sesudah tanggal laporan posisi keuangan. Tujuannya untuk mengetahui apakah ada pergeseran waktu pencatatan pembelian dan penjualan.
6. Review laporan keuangan interim untuk periode sesudah tanggal
laporan posisi keuangan (neraca). Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah di peroleh sesudah tanggal laporan posisi keuangan terdapat hal – hal yang unusual dalam jumlah yang besar, sehingga dapat memengarugi kewajaran laporan laba rugi atau memerlukan penjelasan dalam catatan atas laporan keuangan. 7. Minta salinan (copy) notulen rapat direksi, dewan komisaris, pemegang saham dan pelajari notulen tersebut untuk mengetahui apakah ada commitment yang dibuat perusahaan dan baru dipenuhi di periode setelah tanggal laporan posisi keuangan (neraca). 8. Lakukan tanya jawab dengan pejabat perusahaan yang berwenang, untuk mengetahui: a. Apakah ada contingent liabilities (utang Bersyarat). b. Apakah ada perubahan yang cukup signifikan dalam modal saham, liabilitas jangka panjang atau kredit modal kerja dalam periode setelah tanggal laporan posisi keuangan (neraca). c. Apakah ada kejadian-kejadian yang penting sesudah tanggal laporan posisi keuangan (neraca) yang memerlukan penyesuaian terhadap laporan keuangan atau memerlukan penjelasan dalam catatan atas laporan keuangan. 9. Kirim konfirmasi ke penasihat hukum perusahaan, untuk mengetahui apakah perusahaan mempunyai masalah hukum di pengadilan, misalnya karena ada tuntutan dari pihak ketiga, dan bagaimana pendapat penasihat hukum mengenai status perkara di pengadilan tersebut. 10. Analisis perkiraan professional fees, untuk mengetahui apakah ada pembebanan fee dari penasihat hukum perusahaan, yang menyangkut perkara di pengadilan. 11. Dapatkan surat pernyataan langganan (client representation letter). Contoh Pengeluaran Kas Sesudah Tanggal Laporan Posisi Keuangan Contoh Penerimaan Kas Sesudah Tanggal Laporan Posisi Keuangan Contoh Kertas Kerja Cut Off Pembelian Contoh Kertas Kerja Cut Off Penjualan Referensi Agoes Sukrisno, 2019. Auditing Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Kantor Akuntan Publik, Buku 2 Edisi 5,Jakarta : Salemba Empat