Anda di halaman 1dari 21

Pemeriksaan Subsequent

Events dan
Penyelesaian Pemeriksaan
Auditing II

Anggi Putri Kusuma Wardini SE., M.Ak, PIA


SIFAT DAN CONTOH
SUBSEQUENT EVENTS

Subsequent events adalah peristiwa atau transaksi yang


terjadi setelah tanggal laporan posisi keuangan
(neraca) tetapi sebelum diterbitkannya laporan audit,
yang mempunyai akibat yang material terhadap laporan
keuangan, sehingga memerlukan penyesuaian atau
pengungkapan dalam laporan tersebut.
Terdapat dua jenis subsequent events adalah sebagai berikut
1. Peristiwa yang memberikan tambahan bukti yang
berhubungan dengan kondisi yang ada pada tanggal laporan
posisi keuangan (neraca) dan berdampak terhadap taksiran
yang melekat dalam proses penyusunan laporan keuangan.
Laporan keuangan harus disesuaikan untuk setiap perubahan estimasi
sebagai akibat dari penggunaan bukti tambahan tersebut.
Contoh:
Kerugian sebagai akibat tidak tertagihnya piutang kepada pelanggan yang
menuju kebangkrutan setelah tanggal laporan posisi keuangan (neraca)
merupakan indikasi keadaan yang ada pada tanggal laporan posisi
keuangan (neraca), oleh karena itu laporan keuangan harus disesuaikan
sebelum diterbitkan.
Dilain pihak, kerugian yang sama tetapi diakibatkan karena pelanggan
mengalami kebangkrutan karena kebakaran atau banjir setelah tanggal
laporan posisi keuangan (neraca), bukan merupakan kondisi yang ada
pada tanggal laporan posisi keuangan (neraca), sehingga laporan
keuangan tidak perlu disesuaikan.

Penyelesaian tuntutan hukum yang jumlahnya berbeda dengan jumlah


utang yang sudah dicatat membutuhkan penyesuaian laporan keuangan
jika peristiwa yang menyebabkan timbulnya tuntutan tersebut telah
terjadi atau ada sebelum tanggal laporan posisi keuangan (neraca).
2. Peristiwa-peristiwa yang menyediakan tambahan bukti yang
berhubungan dengan kondisi yang tidak ada pada tanggal laporan
posisi keuangan (neraca), namun kondisi tersebut ada sesudah tanggal
laporan posisi keuangan (neraca).
Peristiwa-peristiwa tersebut tidak memerlukan penyesuaian terhadap laporan keuangan.
Namun beberapa peristiwa mungkin memerlukan pengungkapan agar laporan keuangan
tidak menyesatkan pembacanya.
Contoh:
a. penjualan obligasi atau penerbitan saham baru;
b. pembelian bisnis;
c. terjadinya tuntutan hukum yang disebabkan oleh peristiwa yang terjadi sesudah
tanggal laporan posisi keuangan (neraca);
d. kerugian aset tetap atau persediaan yang diakibatkan oleh kebakaran; atau
e. kerugian yang diakibatkan oleh kondisi (seperti penyebab utama kebangkrutan
pelanggan) yang timbul setelah tanggal laporan posisi keuangan (neraca).
Selain itu, subsequent events yang harus diaudit oleh akuntan
publik adalah sebagai berikut.
1. Subsequent collection (penagihan sesudah tanggal laporan
posisi keuangan (neraca), sampai mendekati tanggal selesainya
pekerjaan lapangan/audit field work), yang harus dilaksanakan
dalam pemeriksaan piutang dan barang dalam perjalanan.
2. Subsequent payment (pembayaran sesudah tanggal laporan
posisi keuangan (neraca) sampai mendekati tanggal selesainya
audit field work), yang harus dilaksanakan dalam pemeriksaan
liabilitas dan biaya yang masih harus dibayar.
Tujuan Pemeriksaan Subsequent Events
1. Untuk menentukan apakah ada kejadian-kejadian penting sesudah tanggal
laporan posisi keuangan (neraca) yang membutuhkan penyesuaian terhadap
laporan keuangan atau memerlukan pengungkapan dalam catatan atas
laporan keuangan agar tidak menyesatkan pengguna laporan keuangan
tersebut.
2. Untuk menentukan kemungkinan tertagihnya piutang.
Walaupun konfirmasi (positif) piutang tidak dijawab oleh pelanggan, dan
piutang tersebut sudah lama tidak dilunasi pelanggan, namun jika setelah
tanggal laporan posisi keuangan (neraca) ternyata piutang tersebut dilunasi
oleh pelanggan, maka perusahaan tidak perlu meragukan collectability
piutang tersebut. Dengan kata lain, tidak perlu dibuat penghapusan atau
penyisihan atas piutang tersebut.
3. Untuk memastikan bahwa “barang dalam perjalanan” yang tercantum di
laporan posisi keuangan (neraca) per tanggal laporan posisi keuangan
(neraca), betul-betul masih dalam perjalanan.
Sebab ada kemungkinan, pada saat Seharusnya pada saat penerimaan
membayar uang muka pembelian (L/C) barang, baik sebelum maupun sesudah
perusahaan mencatat: tanggal laporan posisi keuangan
DR. Barang dalam Perjalanan (neraca), perusahaan mencatat:

CR. Kas DR. Persediaan


CR. Barang dalam Perjalanan
CR. Utang Usaha
Pada saat penerimaan barang sebelum
tanggal laporan posisi keuangan Pada saat utang tersebut dilunasi:
(neraca), perusahaan mencatat: DR. Utang Usaha
DR. Persediaan
CR. Kas
CR. Utang Usaha
Akibatnya per tanggal laporan posisi
keuangan (neraca) tetap terlihat saldo
barang dalam perjalanan dan terjadi
dua kali pencatatan utang usaha.
4. Untuk memastikan bahwa liabilitas dan beban yang masih harus dibayar
yang tercantum di laporan posisi keuangan (neraca) per tanggal laporan
posisi keuangan (neraca), betul-betul merupakan liabilitas perusahaan
yang akan dilunasi pada saat jatuh temponya (sesudah tanggal laporan
posisi keuangan/neraca).

5. Untuk memastikan bahwa tidak ada liabilitas perusahaan yang belum


dicatat per tanggal laporan posisi keuangan (neraca).
Prosedur Pemeriksaan Subsequent Events
1. Periksa pengeluaran kas sesudah tanggal laporan posisi keuangan
(neraca), sampai mendekati tanggal selesainya audit field work.
Caranya: Lakukan scanning terhadap buku pengeluaran kas, perhatikan
apakah ada pengeluaran kas di periode setelah tanggal laporan posisi
keuangan (neraca) untuk pelunasan liabilitas yang terjadi di periode yang
sedang diaudit.
Misalnya apakah ada pengeluaran kas antara tanggal 1 Januari s.d. 15 Maret
2016, untuk pelunasan pembelian atau beban yang terjadi di tahun 2015.
Jika ada lakukan vouching dan periksa apakah liabilitas atau beban tahun
2015 tersebut sudah dicatat sebagai liabilitas dan/atau beban yang masih
harus dibayar per 31 Desember 2015. Jika belum dicatat berarti terdapat
unrecorded liabilities yang memerlukan audit adjustment.
2. Periksa penerimaan kas sesudah tanggal laporan posisi keuangan
(neraca), sampai mendekati tanggal selesainya audit field work.

Caranya: Lakukan scanning terhadap buku penerimaan kas, perhatikan apakah


ada penerimaan kas diperiode setelah tanggal laporan posisi keuangan
(neraca) untuk pelunasan piutang yang terjadi di periode yang sedang di
audit.
Misalnya apakah ada penerimaan kas antara 1 Januari s/d 15 Maret 2016,
untuk pelunasan penjualan kredit yang terjadi di tahun 2015.
Jika ada lakukan vouching dan periksa apakah penjualan kredit tersebut sudah
dicatat sebagai piutang per 31 Desember 2015. Jika belum dicatat, berarti
terdapat unrecorded receivable yang memerlukan audit adjustment.
3. Periksa bukti penerimaan barang sesudah tanggal laporan posisi
keuangan (neraca), sampai mendekati tanggal selesainya audit field
work.
Tujuannya adalh untuk mengetahui apakah barang yang diterima tanggal laporan posisi
keuangan merupakan pembelian di tahun yang diperiksa dan belum dicatat sebagai utang per
31 Desember 20xx. Serta untuk memeriksa apakah barang dalam perjalanan yang terlihat di
laporan posisi keuangan per tanggal laporan posisi keuangan sudah diterima di periode sesudah
tanggal laporan posisi keuangan dengan memperhatikan juga apakah syarat pengiriman barang
job destination point atau fob shipping point.

4. Periksa bukti pengeluaran barang sesudah tanggal laporan posisi


keuangan (neraca) sampai mendekati tanggal selesainya audit field
work.
Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah barang yang dikirim setelah tanggal laporan posisi
keuangan sudah dicatat sebagai penjualan di tahun yang diperiksa padahal ditahun tersebut
sebetulnya masih merupakan sales commitment sehingga belum dapat dicatat sebagai
penjualan tahun berjalan.
5. Periksa cut-off pembelian dan cut-off penjualan.
Caranya dengan memeriksa dokumen – dokumen pembelian denngan penjualan lebih kurang
satu atau dua minggu sebelum dan sesudah tanggal laporan posisi keuangan. Tujuannya untuk
mengetahui apakah ada pergeseran waktu pencatatan pembelian dan penjualan.

6. Review laporan keuangan interim untuk periode sesudah tanggal


laporan posisi keuangan (neraca).
Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah di peroleh sesudah tanggal laporan posisi
keuangan terdapat hal – hal yang unusual dalam jumlah yang besar, sehingga dapat
memengarugi kewajaran laporan laba rugi atau memerlukan penjelasan dalam catatan atas
laporan keuangan.
7. Minta salinan (copy) notulen rapat direksi, dewan komisaris, pemegang
saham dan pelajari notulen tersebut untuk mengetahui apakah ada
commitment yang dibuat perusahaan dan baru dipenuhi di periode
setelah tanggal laporan posisi keuangan (neraca).
8. Lakukan tanya jawab dengan pejabat perusahaan yang berwenang,
untuk mengetahui:
a. Apakah ada contingent liabilities (utang Bersyarat).
b. Apakah ada perubahan yang cukup signifikan dalam modal saham, liabilitas jangka
panjang atau kredit modal kerja dalam periode setelah tanggal laporan posisi
keuangan (neraca).
c. Apakah ada kejadian-kejadian yang penting sesudah tanggal laporan posisi
keuangan (neraca) yang memerlukan penyesuaian terhadap laporan keuangan atau
memerlukan penjelasan dalam catatan atas laporan keuangan.
9. Kirim konfirmasi ke penasihat hukum perusahaan, untuk mengetahui
apakah perusahaan mempunyai masalah hukum di pengadilan, misalnya
karena ada tuntutan dari pihak ketiga, dan bagaimana pendapat
penasihat hukum mengenai status perkara di pengadilan tersebut.
10. Analisis perkiraan professional fees, untuk mengetahui apakah ada
pembebanan fee dari penasihat hukum perusahaan, yang menyangkut
perkara di pengadilan.
11. Dapatkan surat pernyataan langganan (client representation letter).
Contoh Pengeluaran Kas
Sesudah Tanggal Laporan Posisi
Keuangan
Contoh Penerimaan Kas Sesudah
Tanggal Laporan Posisi Keuangan
Contoh Kertas Kerja
Cut Off Pembelian
Contoh Kertas Kerja
Cut Off Penjualan
Referensi
Agoes Sukrisno, 2019. Auditing Petunjuk Praktis Pemeriksaan
Akuntan oleh Kantor Akuntan Publik, Buku 2 Edisi 5,Jakarta :
Salemba Empat

Anda mungkin juga menyukai