Anda di halaman 1dari 20

1

MENDETEKSI FRUAD
BAB 9
KENYATAAN & HARAPAN 2
Mencegah fraud adalah bagian dari fraud audit yang bersifat proaktif, sedangkan mendeteksi
fraud adalah bagian dari fraud audit yang bersifat investigatif.

Profesi audit yang dijalankan akuntan publik menolak mengambil tanggungjawab dalam
menemukan fraud. Dalam dasawarsa terakhir perubahan lebih banyak dalam retorika
ketimbang substansi.

AICPA - The Cohen Commision (Manuel F. Cohen) 1978


…develop conclusions and recommendeations regarding the appropriate
responsibilities of independent auditors. It should consider whether a gap may exist
between what the public expects or needs and what auditors can and should
reasonably expect to accomplish. If such a gap does exist it needs to explored to
determine how the disparity can be resolved. (“…menarik kesimpulan dan
memberikan rekomendasi mengenai tanggungjawab yang tepat dari auditor
independen. Komisi harus mempertimbangkan kemungkinan adanya kesenjangan
antara harapan atau kebutuhan masyarakat dan apa yang seharusnya dapat
diharapkan dari auditor untuk memenuhinya. Kalau seandainya kesenjangan tadi
memang ada perlu dikaji bagaimna cara memecahkan disparitas itu.”)
STANDAR AUDIT MENEMUKAN FRAUD 3
FRAUD SPECIFIC EXAMINATIONS
1. Mereka tidak bisa, karenanya tidak boleh, memberikan jaminan bahwa mereka
bisa menemukan fraud. Klien dapat membatasi upaya menemukan fraud di atas
jumlah tertentu dengan pengertian bahwa potensi menemukan fraud ini
bergantung kepada waktu dan keahlian yang digunakan; pada gilirannya
berikutnya, ini tercermin dari fee.
2. Seluruh pekerjaan didasarkan atas standar audit. Di Indonesia untuk pekerjaan
KAP, standar ini adalah SPAP.
3. Jumlah fee bergantung pada luasnya upaya pemeriksaan yang ditetapkan
klien. Jadi klien bias memilih penugasan yang bernilai Rp100 juta, Rp 200 juta, Rp
1 miliar dst.
4. Praktisi bersedia untuk memperluas jasanya dari tahap proactive review ke
tahap pendalaman apabila ada indikasi terjadinya fraud. Tentunya dengan
tambahan fee.
AUDIT UMUM & PEMERIKSAAN FRAUD 4
Perbedaan
Issue Auditing Fraud Examination
Timing Recurring Non recurring
Audit dilakukan secara teratur, Pemeriksaan fraud tidak berulang kembali,
berkala, dan berulang kembali dilakukan setelah ada cukup indikasi.
(recurring).

Scope General Specific


Lingkup audit adalah pemeriksaan Pemeriksaan
umum atas data keuangan. fraud diarahkan pada dugaan, tuduhan
atau sangkaan yang spesifik.

Objective Opinion Affix Blame


Tujuan audit adalah untuk Tujuan pemeriksaan fraud adalah untuk
memberikan pendapat atas memastikan apakah fraud memang
kewajaran laporan keuangan terjadi, dan untuk menentukan siapa yang
bertanggung jawab
AUDIT UMUM & PEMERIKSAAN FRAUD 5
Perbedaan
Issue Auditing Fraud Examination
Relationship Non Adversarial Adversarial
Sifat pekerjaan audit adalah tidak Karena pada akhirnya pemeriksaan
bermusuhan. harus menentukan siapa yang
bersalah, sifat pemeriksaan fraud
adalah bermusuhan.
Methodology Audit Techniques Fraud Examination Techniques
Audit dilakukan terutama dengan Pemeriksaan fraud dilakukan dengan
pemeriksaan data keuangan. memeriksa dokumen, telaah data
ekstern, dan wawancara.
Presumption Professional Skepticism Proof
Auditor melaksanakan tugasnya Pemeriksa fraud berupaya
dengan professional skepticism. mengumpulkan bukti untuk
mendukung atau membantah
dugaan, tuduhan atau sangkaan
terjadinya fraud.
DETECTION OF FRAUD

Indikasi awal fraud dapat diketemukan melalui:

▪ Symptoms (gejala >>> gaya hidup dan perilaku, dokumentasi


yg tidak tertib, dan keluhan rekanan)

▪ Red flag (karakteristik bersifat kondisi seseorang)


FRAUD RED FLAG
KESEMPATAN KARAKTERISTIK TEKANAN SITUASIONAL KARAKTERISTIK INDIKATOR AKTIVITAS YG CURANG GEJALA KECURANGAN
PRIBADI FRAUD TOP
MANAJEMEN

Rekruitment Pembenaran Gaya hidup dan Mementingkan diri Sikap/ tindakan atau putusan yg Diskriminasi perlakuan
pegwai/ mnjmen perilaku yg perilaku hidup yg tidak sendiri janggal. atau inkonsistensi
yg kurang kontradiktif terpuji implemtasi SOP.
memadai
Tidak ada Kode etik perilaku Kondisi ekonomi dan Memperlakukan Motivasi, moral dan kepuasan kerja Pemisahan tugas dan
kebijakan anti pribadi yg lemah kondisi perusahaan yg pegawai pegawai sangat rendah wewenang yg tidak
fraud terus merosot /bawahan sebagai memadai.
objek manipulasi
dan eksploitasi

Pencatatan yg Perilaku yg tidak Tuntutan tampilan lap Tidak wellcome dg Budaya perus dan sistem reward Banyak temuan audit
tidak tertib mengikuti sistem dan kinerja perh yg baik orang yg berbeda punishment yg lemah namun tidak
aturan dg pandangannya ditindaklanjuti.

Pengukuran Latarbelakang Kompetensi, kapasitas Bangga dan sering Protes pegawai


kinerja yg tdk kehidupan pribadi dan Kinerja berulang meningkat dan
realistis dan karir yg kurang manajemen yg kian menyampaikan keluarnya pegawai
baik menurun sukses storynya. kunci

Kompensasi yg Kode etik dan Perlakuan yg tidak adil Komitmen thd Budaya perusahaan dan sistem
buruk pribadi yg lemah akuntabilitas ganjaran mendukung perilaku tidak
sangat kurang etis thd pegawai, pelanggan,
saingan, kreditur dan pemegang
saham.
SPI yg lemah Mengabaikan Frustasi dalam Merasa bebas Sensivisitas dan responsivitas thd Produktivitas rendah
aturan pekerjaan tggjawab krna kecurangan rendah
posisinya
DETECTION OF FRAUD
Dua metode deteksi kecurangan:
Inductive Detection Method
Pendekatan yang umum dilakukan dengan review analysis data
keuangan. Terakhir ini lazimnya dengan menggunakan aplikasi Fraud
Data analysis untuk identifikasi fraud symptom.
Deductive Detection Method
Mencari dan menetapkan kecurangan yg dapat terjadi dalam situasi
atau kondisi tertentu. Selanjutnya ditindaklanjuti dengan
menggunakan metode dan tehnik audit tertentu untuk memastikan
apakah kecurangan tersebut benar-benar terjadi atau tidak terjadi.
DETECTION OF FRAUD
Deductive Detection Method
Tahapannya:
▪ Memperoleh pengertian tentang bisnis dan operasi perusahaan;
▪ Memperoleh pengertian kecurangan apa saja yg dapat terjadi
dalam kegiatan perusahaan;
▪ Menentukan gejala yg umumnya kecurangan dapat dilakukan;
▪ Menggunakan data base dan sistem informasi untuk mencari
gejala kecurangan;
▪ Tindak lanjuti gejala yg telah diperoleh untuk memastikan adanya
kecurangan atau faktor lain.
TEKHNIK PEMERIKSAAN FRAUD 10

1. Penggunaan teknik teknik audit yang dilakukan oleh internal maupun external
auditor didalam mengaudit laporan keuangan.
2. Pemanfaatan teknik audit investigative dalam kejahatan terorganisir dan
penyelundupan pajak penghasilan yang juga dapat diterapkan terhadap
data kekayaan pejabat Negara.
3. Penelurusran jejak jejak arus uang
4. Penerpan teknik analisis dalam bidang hukum.
5. Penggunaan teknik audit ivestigatif untuk mengungkapkan fraud dalam
pengadaan barang.
6. Penggunaan computer forensics
7. Penggunaan teknik interogasi
8. Penggunaan Operasi Penyamaran
9. Pengamatan whistleblower.
11

PROFIL PELAKU, KORBAN DAN


PERBUATAN FRAUD
BAB 10
PENDAHULUAN 12

Profil tidak menunjukkan secara khusus ciri-ciri satu


orang, melainkan memberi gambaran mengenai
berbagai ciri (traits) dari suatu kelompok orang
seperti : rentang umur, jenjang pendidikan,
kelompok sosial (kelas atas, menengah, bawah),
bahkan kelompok etnis dst
Mengetahui profil = Profiling
Profiling Pelaku Fraud 13

• Profiling merupakan upaya mengetahui profil.


• Mendeteksi dari mulai faktor keturunan, segi bentuk
fisik tubuh, ciri psikologi dan psikiatris.
• Profiling pelaku fraud bertujuan untuk memudahkan
penangkapan pelaku.
Profil Kejahatan Berkerah Putih di 14
Amerika Serikat
 Laki-laki, kulit putih, berpendidikan.
 Suka mengambil resiko.
 Egois.
 Ingin mengetahui (misalnya, ia mengambil waktu untuk
menanyakan sistem informasi perusahaan dan berbagai kaitan
antar sistem).
 Keiinginan untuk mengabaikan atau melaanggar ketentuan dan
sedapat mungkin mencari jalan pintas.
 Bekerja sepanjang hari bahkan di akhir pekan, sehingga memberi
kesan bahwa ia pekerja keras.
Profil Kejahatan Berkerah Putih di 15
Amerika Serikat
• Di bawah tekanan dan penyendiri, meskipun pada saat yang
sama ia mempunyai hubungan kerja yang erat dengan pemasok
tertentu.
• Termotivasi dengan ketamakan dan hadiah-hadiah yang bersifat
materi ; menghambur-hamburkan uang secara teratur. Ia
diperbudak uang.
• Berada dalam kesulitan keuangan
• Tidak bahagia di tempat kerjanya dan mengeluh karena
diperlakukan tidak adil atau atasannya korup
• Ia menganggap auditor, inspektur atau atasannya sebagai musuh
Profiling dalam kejahatan terorganisasi 16

Profiling dilakukan dari segi budaya atau kebiasaan etnis


yang bersangkutan. Beberapa cirri penjahat dari etnis Asia:

a. Mereka menyepelekan dan tidak menganggap penegak


hukum sebagai abdi masyarakat.
b. Mereka menciptakan mata uang bawah tanah dengan
mempertukarkan komoditas.
c. Mereka menyelenggarakan perkumpulan simpan pinjam
yang sangat informal.
d. Kebanyakan orang Asia yakin bahwa setiap pejabat
mempunyai harga, setiap pejabat dapat dibeli.
Kebijakan KPK yang merupakan 17
kewajiban bagi pimpinan KPK

a. Memberitahukan kepada Pimpinan lain mengenai pertemuan


dengan pihak lain.
b. Menolak dibayari makan, biaya akomodasi dan bentuk
kesenangan lain oleh siapapun.
c. Membatasi pertemuan diruang public.
d. Memberitahukan kepada Pimpinan lain mengenai keluarga,
kawan dan pihak lain yang secara intensif masih berkomunikasi.
Profiling Korban fraud 18

• Profiling terhadap korban fraud tujuannya untuk


memudahkan target penyebaran informasi dan untuk
memudahkan menangkap pelaku.

• Bagian ilmu dari viktimologi.


Profiling Terhadap Perbuatan 19
Kejahatan (Kejahatan, Fraud, dll)

• Profiling yang dilakukan dalam upaya mengenal


perbuatan kejahatan atau cara melaksanakan
kejahatan disebut modus operandi.
• Profil dari fraud disebut juga tipologi fraud.

Anda mungkin juga menyukai