Anda di halaman 1dari 6

1

Hari/Tanggal : Selasa, 08 September 2009.


Pembahasan : Priode Makkah (Biografi Rasulullah Saw).

A. Biografi Rasulullah Saw


Nabi Muhammad adalah anggota Bani Hasyim, suatu kabilah yang kurang
berkuasa dalam suku Quraisy. Ayah Nabi benama Abdullah anak dari Abdul
Muthalib. Seorang kapala suku Quraisy yang besar pengaruhnya. Ibunya adalah
Aminah binti Wahab dari bani Zuhrah. Tahun kelahiran Nabi disebut dengan
tahun gajah (570 M). Nabi Muhammad lahir dalam keadaan yatim karena
ayahnya meninggal dunia setelah menikahi ibunya Aminah. Ketika berusia enam
tahun ibunya Aminah meninggal dunia. Dan ia diasuh oleh kakeknya. Setelah
kakeknya meninggal dunia tanggung jawab selanjutnya di ambil alih pamannya
abu Thalib.1
Dalam usia mudanya Nabi Muhammad dikenal dengan kejujurannya se
hingga ia dikenal dengan sebutan Al-Amin yang artinya dipercaya. Pada usia ke
12 ia ikut dengan pamannya berdagang ke Syeria (Syam). Pada usia yang ke dua
puluh lima, Nabi Muhammad pergi ke Syeria membawa barang dagangan dari
saudagar wanita kaya raya yang telah lama menjanda yaitu Khadijah. Pada usia
itu pula ia menikah dengan Khadijah, yang saat itu Khadijah berumur 40 tahun.
Pada usianya 40 tahun Nabi Muhammad banyak melakukan tahannus di Gua
Hira. Pada malam 17 Ramadhan (06 agustus 610 M) ketika beliau sedang
bertahannus, datanglah malakat Jibril dengan membawa wahyu yang pertama
yaitu surah Al-alaq ayat 1-5 yang bertugas menyampaikan perintah Allah kepada
segenap ummat manusia.2
Lebih kurang dua setengah tahun lamanya, Nabi Muhammad Saw menanti
datangnya wahyu berikut. Setelah lama menanti turunlah wahyu kedua yaitu
surah Al-Mudtsir ayat 1-7, dengan turunnya ayat tersebut, maka mulailah Nabi

1
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada), hlm. 16
2
Ibid., hlm. 17-19.
2

Muhammad mendakwahkan ajaran Islam. Ajaran dakwahnya yang paling pokok


adalah tentang ajaran tauhid (mengesakan Allah SWT) yang merupakan ajaran
yang esensial, karena ajaran ini merupakan ajaran yang mampu membebaskan
manusia dari segala bentuk tirani dan menjadikan manusia sederajat satu sama
lainnya.3
B. Dakwah pada Fase Makkah
Pada fase Mekkah ini ada beberapa tahapan-tahapan dakwah Rasulullah.
Pada fase ini dibagi menjadi dua tahap, yaitu:
1. Dakwah Secara Sembunyi-Sembunyi.
Dakwah secara sembunyi-sembunyi dilakukan setelah turunnya ayat Al-
Qur’an surah al-Mudatsir. Pada saat turunnya ayat ini nabi Muhammad Saw
sampai kepada puncak keyakinan tentang kerasulannya, ayat ini turun juga
sebagia penegasan Allah untuk berdakwah, menyiarkan agama Islam kepada
kerabat dekat, dan selanjutnya kepada masyarakat umum. Masa dakwah yang
dilakukan Nabi Muhammad Saw di Mekkah selama 13 tahun, yaitu sejak beliau
menerima wahyu yang pertama sampai hijrah ke Madinah. Adapun inti ajaran
Nabi Muhammad Saw selama di kota Mekkah sebagai berikut:
1. Mengajarkan akan datangnya hari kiamat. Pada hari itu setiap manusia akan
mempertanggung jawabkan amal perbuatannya ketika di dunia, pembalasan
diakhirat kelak berdasarkan keadilannya.
2. Mengajarkan Akhlak terpuji dan melarang manusia berbuat jahat dan tercela.
3. Mengajarkan ibadat seperti shalat. Dengan mengajarkan shalat secara tidak
langsung Islam memberantas keperdayaan dan pemujaan terhadap berhala,
diganti dengan menyembah Allah.
4. Mengajarkan manusia ber-Tuhan hanya kepada Allah semata-mata, dan
menyuruh mereka meninggalkan penyembahan terhadap berhala. Rasul

3
Muradi, dkk, Sejarah dan Kebudayaan Islam, (Semarang: Toha Putra, 1994), hlm.
12-14
3

mengajarkan bahwa hanya beribadat kepada Allah SWT tanpa perantara


apapun.
5. Menjajarkan pesamaan derajat semua manusia. Islam mengajarkan
bahwasanya semua manusia itu berasal dari tanah yang diciptakan Allah
dengan kekuasaan dan kehendaknya. Semua manusia berasal dari bapak dan
ibu, yaitu Nabi Adam dan Hawa. Dan hanya yang bertakwalah yang
mendapat derajat tertinggi dihadapan Allah.4
Adapun misi dakwahnya mula-mula disampaikan kepada keluarga
terdekaat kemudian kepada saudara-saudaranya dan sahabat-sahabat terdekatnya.
Adapun yang pertama menerima dakwah Rasul adalah Khadijah istrinya, Alibin
Abi Thalib, Zaid bin Harits, Abu Bakar, Usma bin affan, Zubair Thalhah, Abi
Ubaidillah, Ummu Aiman dan lain-lain. Mereka ini juga sebagai As-Sabiquna al-
Awwalin. Selain dari mereka pula banyak dari golongan hamba sahaya dan
orang-orang miskin.5
2. Dakwah Secara Terang-Terangan
Setelah nabi Muhammad Saw melakukkan dakwah secara sembunyi-
sembunyi selama kurang lebih 3 tahun, maka turun ayat yang memerintahkan
Nabi untuk melakukan dakwah secara terbuka. Perintah untuk melakukan dakwah
secara terang-terangan ini di jelaskan dalam surah Al-Hijr: 94.
ِ
َ ‫ض َع ِن الْ ُم ْش ِرك‬
‫ني‬ ْ ‫اص َد ْع مِب َا تُْؤ َم ُر َو‬
ْ ‫َأع ِر‬ ْ َ‫ف‬
Artinya : Diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang
musyrik.
Setelah turun ayat yang diatas, maka Nabi Muhammad Saw menyerukan
kepada segenap lapisan masyarakat untuk memeluk agama Islam secara terang-
terangan, baik golongan bangsawan maupun hamba sahaya. Mula-mula ia
menyerukan kepada penduduk Mekkah. Kemudian kepada penduduk negeri lain.
Disamping itu beliau beliau juga menyerukan kepada orang yang datang ke
4
Ibid. hlm. 6-7.
5
Al-Ismail Tatia, Tarekh Muhammad, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996), hlm. 39.
4

Mekkah untuk menunaikan ibadah haji. Dengan usaha yang gigih tersebut hasil
yang diharapkan mulai terlihat. Jumlah pengikut Nabi yang tadi belasan orang
semakin bertambah. Mereka terdiri dari kaum wanita, budak, pekerja, dan orang-
orang yang tak punya. Meskipun kebanyakan mereka adalah orang-orang yang
lemah, namun semangat mereka sungguh membaja.6
C. Tantangan dan Hambatan Dakwah Rasulullah Saw di Mekkah
Pada umunya kafir Quraisy tidak senang akan kehadiran agama Islam.
Maka dari itu, mereka menolak dan memusuhi Nabi. Yang menjadi tokohnya
dalam memusuhi Nabi adalah Abu Lahab, ia mulai menghasut masyarakat Arab
Quraisy supaya membenci Nabi Muhammad dan agama Islam. Penolakan kaum
Quaraisy terhadap ajaran Nabi Muhammad Saw sebenarnya bukan menolak
subtansi ajaran itu, akan tetapi pada dasarnya mereka mempercayai ajaran Nabi
Muhammad dan Allah SWT sebagai pencipta yang wajib disembah. Para analisi
social beranggapan atas penolakan atas gerakan dakwah Nabi Muhammad
berlatar belakang kepentingan kaum Qurasy terganggu dengan menerima dakwah
tersebut dan khawatir pula berdampak kepada merosotnya kepentingan ekonomi
mereka. Dengan latar belakang itulah para pembesar kaum Quraisy melakukan
perlawanan terhadap kehadiran Islam.
Menurut Ahmad Syalabi, ada lima faktor yang mendorong orang-orang
Quraisy menentang seruan Islam, yaitu:
1. Takut dibangkitkan dihari kelak, kaum qurasy tidak mendapat ajaran tentang
kebangkitan kembali dan pembalasan diakhirat.
2. Para pemahat atau pembuat patung menganggap Islam sebagai penghalang
rezki
3. Takkut kepada nenek moyang. Rasa takut ini yang sangat besar
mempengaruhi bangsa arab.

6
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003), hlm.
20.
5

4. Persainngan merebut kekuasaan, kau Qurasy tidak dapat membedakan antara


kenabian dengan kekuasaan. Mereka mengira tunduk kepada seruan Nabi
Muhammas Saw berarti tunduk kepada kepemimpinan Abdul Muthalib.
5. Perbedaan antara dua kasta, Nabi Muhammad Saw menyerukan persamaan
hak antara bangsawan dan hamba sahaya. Hal ini tidak di setujui oleh
bangsawan Quraisy.7
Banyak cara yang dilakukan kaum Quraisy untuk menghalangi usaha nabi
Muhammad, namun gagal. Setelah itu, mereka datang ke Nabi Muhammad
dengan membujuk agar Nabi segera menghentikan usaha dakwahnya. Namun,
tetapi tidak berhasil. Dengan penuh kekesalan, kaum Quraisy meningkatkan
penghukuman dan penganiyayaan kepada para pengikut Nabi, sehingga
mendorong Nabi untuk Hijrah ke Madinah.

D. Sumber Bacaan
1. Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2003
2. Muradi, dkk, Sejarah dan Kebudayaan Islam, Semarang: Toha
Putra, 1994
3. Al-Ismail Tatia, Tarekh Muhammad, Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 1996.
4. Ahmad Syalabi, Sejarah Kebudayaan Islam, Jakarta: Altusan Zira,
2000.

7
Ahmad Syalabi, Sejarah Kebudayaan Islam, (Jakarta: Altusan Zira, 2000), hlm 37.
6

Anda mungkin juga menyukai