Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

AUDIT SIKLUS PERSEDIAAN DAN UTANG DAGANG

“PT BUKIT ASAM TBK”

Disusun untuk melengkapi tugas mata kuliah Praktik Audit

Dosen Pengampu: Baniady Gennody Pronosokodewo, S.E., M.Si.

1. Dicky Prasetya Nugraha (20133100115)


2. Lintang Dinda Saputri (20133100117)
3. Aisya Laraswati (20133100118)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS BISNIS

UNIVERSITAS PGRI YOGYAKARTA

2023
A. PROFIL PERUSAHAAN

Nama : PT Bukit Asam Tbk

Kode : PTBA

Alamat Kantor : Jl. Parigi No. 1 Muara Enim Tanjung Enim 31716, Sumatera

Selatan, Indonesia

Alamat Email : corsec@bukitasam.co.id

Telepon : + 62 734 451096

Fax : +62 734 451095

NPWP : 01.000.011.5313.001

Situs : www.ptba.co.id

Bidang Usaha Utama : Tambang Batu Bara

Sektor : Pertambangan

Sub sektor : Bahan baku pertambangan

Biro Administrasi Efek : PT Datindo Entrycom

PT Bukit Asam Tbk didirikan pada tanggal 2 Maret 1981 berdasarkan Peraturan
Pemerintah No. 42 tahun 1980 tentang Penyertaan Modal Negara Republik Indonesia untuk
Pendirian Perusahaan Perseroan (Persero) Tambang Batu bara Bukit Asam. Perusahaan
memiliki sejarah yang sangat panjang di industri batu bara nasional. Operasional dari
perusahaan ini ditandai dengan beroperasinya tambang Air Laya di Tanjung Enim tahun 1919
oleh Pemerintah Kolonial Belanda. Kala itu, penambangan masih menggunakan metode
penambangan terbuka (open pit mining).

Visi Perusahaan

“Menjadi perusahaan energi kelas dunia yang peduli lingkungan”

Misi Perusahaan

● Mengelola sumber energi dengan mengembangkan kompetensi korporasi dan


keunggulan insani untuk memberikan nilai tambah maksimal bagi stakeholder dan
lingkungan
Struktur Organisasi

Bidang Usaha

Perusahaan bergerak dalam bidang pengembangan bahan-bahan galian, terutama


pertambangan batu bara sesuai dengan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan yang
berlaku dengan menerapkan prinsip-prinsip Perseroan Terbatas. Perusahaan PTBA terbagi
menjadi 2 (dua) segmen, yaitu segmen Pertambangan Batu Bara, dan segmen Lainnya yang
terdiri dari Jasa Penambangan, Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), Pengusahaan Briket
Batu Bara, dan Investasi. Adapun anak perusahaan dan bidang usahanya sebagai berikut:

PT Bukit Asam Mbako Bidang penambangan batubara

PT Bukit Asam Prima Bidang Perdangan batu bara

PT Bukit Pembangkit Innovative Bidang PLTU

PT Bukit Asam Transpacific Railway Bidang Angkutan kereta api batu bara

PT Bukit Multi Investama Bidang Investama tambang dan insfrastruktur

PT Bukit Energi Investama Bidang Investasi Pembangkit

Dokumentasi

● Penambangan batu bara


● Innovative Bidang PLTU

● Angkutan Kereta Api Batu Bara

Kesimpulan
Menurut kelompok kami, PT Bukit Asam tbk tidak memiliki kemungkinan salah saji
material karena dibuktikan dengan persediaan pada tahun 2018 ke 2019 mengalami
penurunan yang diakibatkan penjualan dari persediaan tersebut. oleh karena itu,
menyebabkan pendapatan naik. Pada laporan keuangan PT Bukit Asam disebutkan jika kas
mengalami penurunan yang diakibatkan karena adanya penambahan beban pokok penjualan.
Faktor yang menyebabkan penambahan HPP karena kenaikan pembayaran pemasok dan
karyawan. Piutang juga mengalami penurunan yang wajar karena adanya pelunasan piutang
PT Bukit Asam. Jadi, dapat disimpulkan jika PT Bukit Asam tidak memiliki kemungkinan
salah saji material karena setiap penurunan dan peningkatannya ada alasan yang cukup jelas.

B. PENILAIAN RISIKO

Audit Risk AR = IR x CR x DR

1. Mengidentifikasi Inherent Risk (Risiko Bawaan)

Risiko ini merupakan risiko yang tidak dapat dipengaruhi oleh manajemen dan
perusahaan karena beberapa hal tidak dapat dikendalikan dan auditor tidak dapat
menemukannya dalam audit. Risiko ini berasal dari auditor yang tidak dapat mengidentifikasi
risiko karena transaksi memerlukan tingkat penilaian yang tinggi, kemungkinan besar
perusahaan salah melaporkan beberapa data untuk mengulangi kesalahan lagi, transaksi
bisnis perusahaan rumit dan melibatkan instrumen derivatif. Komponen pada risiko bawaan
meliputi:

● Berbagai macam (keanekaragaman) item yang ada dalam inventaris


● Volume aktivitas yang tinggi
● Metode penilaian akuntansi
● Pengindentifikasian persediaan utang dan menerapkan biaya atau pasar untuk
menentukan penilaian
● Risiko nilai tukar valas
● Persediaan sering dikembalikan oleh pelanggan, jadi harus berhati-hati untuk secara
terpisah mengidentifikasi barang dagangan yang dikembalikan, memeriksa
kualitasnya, dan mencatatnya pada nilai realisasi bersih.
2. Mengidentifikasi Control Risk (Risiko Pengendalian)

Risiko ini mengacu pada risiko salah saji keuangan dan kesalahan dalam laporan
perusahaan karena perusahaan gagal mengendalikan pengendalian internalnya dengan baik.
Misalnya, manajemen tidak dapat mengontrol dan mencegah staf yang tidak melakukan
transaksi sejak awal. Sumber risiko ini adalah manajemen yang gagal memastikan pemisahan
tugas, manajemen tidak dapat menanamkan pengendalian internal yang baik dan benar dalam
pelaporan keuangan, manajemen tidak menerapkan budaya pengarsipan dan dokumentasi
yang tepat. Komponen risiko pengendalian yang memuat akuisisi pembayaran ini meliputi:

● Risiko salah saji material


● Dokumen bukti pembayaran fiktif (pengeluaran fiktif)
● Otorisasi Pembayaran dan Pembelian
● Pencurian persediaan
● Pemakaian bahan baku tanpa otorisasi
● Ketidakakuratan catatan transfer persediaan memungkinkan terdapat pencatatan
ganda

● Persediaan fiktif

● Penggunaan metode LIFO

3. Mengidentifikasi Detection Risk (Risiko Deteksi)

Risiko ini mengacu pada risiko saat auditor gagal mendeteksi salah saji dan kesalahan
dalam laporan keuangan perusahaan dan akibatnya auditor mengeluarkan opini yang salah
atas laporan tersebut. Sumber dari risiko ini yaitu auditor tidak memilih ukuran sampel yang
benar, auditor tidak memahami kompleksitas dan bisnis yang dilakukan perusahaan, auditor
tidak terlibat komunikasi dengan baik terhadap manajemen, dan auditor tidak merencanakan
audit dengan baik dan memilih prosedur audit yang tidak tepat. Komponennya meliputi:

 Auditor tidak dapat mendeteksi asset yang berupa sumber daya alam
 Transaksi yang mempengaruhi saldo persediaan
 Menelaah penyajian dan pengungkapan persediaan dalam laporan keuangan
 Ketidakakuratan catatan transfer persediaan memungkinkan terdapat
pencatatan ganda.
 Kesalahan perhitungan sampling untuk SO
 Kurangnya skeptisisme pada saat SO

C. ANALISIS RASIO KEUANGAN

● RASIO AKTIVITAS

1. Rasio Perputaran Piutang (Receivable Turn Over)

Penjualan Piutang Receivable Turn Over


Tahun
(a) (b) (a)/(b)=(c)

2018 24.692.862 2.781.567 8,87 kali

2019 27.793.401 2.723.702 10,2 kali

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa rasio perputaran piutang dari PT Bukit Asam
Tbk pada tahun 2018 sebesar 8,87 kali dan pada tahun 2019 mengalami kenaikan
sebesar 1,32 kali yang berarti penagihan piutang pada tahun 2019 lebih berhasil
dibandingkan tahun 2018.

2. Rasio Perputaran Persediaan (Inventory Turn Over)

Tahun Penjualan Persediaan Inventory Turn Over

(a) (b) (a)/(b)=(c)

2018 24.692.862 1.551.135 15,92 kali


2019 27.793.401 1.383.064 20,1 kali

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa rasio perputaran persediaan dari PT Bukit Asam
Tbk pada tahun 2019 lebih baik daripada tahun 2018 dikarenakan perusahaan tidak
menyimpan persediaan terlalu banyak.

3. Rasio Perputaran Modal Kerja (Working Capital Turn Over)

Penjualan Aktiva Lancar Working Capital Turn Over


Tahun
(a) (b) (a)/(b)=(c)

2018 24.692.862 11.426.678 2,16 kali

2019 27.793.401 11.679.884 2,38 kali

Dari tabel di atas, rasio perputaran modal kerja dari PT Bukit Asam Tbk pada tahun
2019 lebih tinggi dari tahun 2018 dikarenakan perputaran persediaan yang lebih kecil.

4. Total Assets Turn Over

Penjualan Total Aktiva Total Assets Turn Over


Tahun
(a) (b) (a)/(b)=(c)

2018 24.692.862 24.172.933 1,02 kali

2019 27.793.401 26.098.052 1,06 kali

Dari tabel di atas, total assets turn over mengalami kenaikan pada periode tahun 2018
sebesar 1,02 kali dan tahun 2019 sebesar 1,06 kali. Di mana mengalami kenaikan
sebesar 0,04 kali.
● RASIO PROFITABILITAS

1. Profit Margin on Sales

Penjualan Laba Bruto Profit Margin on Sales


Tahun
(a) (b) (b)/(a)=(c)

2018 24.692.862 8.545.793 34,6%

2019 27.793.401 7.611.504 27,4%

Dari tabel di atas, net profit margin mengalami penurunan pada periode tahun 2018
sebesar 34,6% dan pada tahun 2019 sebesar 27,4%. Penurunan sebesar 7,2%.
Penurunan rasio ini terjadi karena adanya penurunan laba kotor dan peningkatan angka
penjualan.

2. Return On Asset

Laba bersih Total Aset Return On Asset


Tahun
(a) (b) (a)/(b)=(c)

2018 5.121.112 24.172.933 21,18%

2019 4.040.394 26.098.052 15,48%

Dari tabel di atas, return on asset mengalami penurunan pada periode tahun 2018
sebesar 21,18% dan pada tahun 2019 sebesar 15,48%. Penurunan sebesar 5,7%.

● RASIO LIKUIDITAS

1. Quick Ratio

Aset Lancar Persediaan Hutang Lancar Quick Ratio


Tahun
(a) (b) (c) (a-b)/(c)=(d)

2018 11.426.678 1.551.135 4.935.696 2 kali

2019 11.679.884 1.383.064 4.691.251 2,2 kali


Dari tabel di atas, quick ratio mengalami kenaikan pada periode tahun 2018 sebesar 2
kali dan pada tahun 2019 sebesar 2,2 kali. Kenaikan sebesar 0,2 kali. Penurunan rasio
ini terjadi karena adanya peningkatan aset lancar dan penurunan persediaan.

2. Inventory to Networking Capital

Inventory to Networking
Aset Lancar Persediaan Hutang Lancar Capital
Tahun
(a) (b) (c)
(b)/(a-c)=(d)

2018 11.426.678 1.551.135 4.935.696 23%

2019 11.679.884 1.383.064 4.691.251 20%

Dari tabel di atas, Inventory to Networking Capital mengalami kenaikan pada periode
tahun 2018 sebesar 23% dan pada tahun 2019 sebesar 20%. Kenaikan sebesar 3%.

Kesimpulan Analisis Rasio Keuangan :

Persediaan pada PT PTBA tahun 2019 sebesar Rp1.383.064 juta, turun 10,84%
dibandingkan Persediaan tahun 2018 sebesar Rp1.551.135 juta. Penurunan pada tahun
sebelumnya ini disebabkan oleh menurunnya persediaan batu bara sebesar 15%, sebagai
akibat peningkatan volume penjualan sebesar 13%. Pada tahun 2019 untuk kas bersih
menurun seiring dengan persediaan yang juga menurun. Penurunan ini terutama disebabkan
penurunan pada penerimaan pelanggan tahun 2018 sebesar Rp23.729.134 dan tahun 2019
sebesar Rp21.748.172. Penurunan sebesar Rp1.980.962 juta dan kenaikan pada pembayaran
kepada pemasok dan karyawan pada tahun 2018 sebesar Rp12.814.039 dan tahun 2019
sebesar Rp 15.000.896. peningkatan sebesar Rp2.18.857 juta.

D. ASERSI MANAJEMEN

Asersi Manajemen Siklus Persediaan

Keberadaan dan ● Melakukan Stock Opname


Keterjadian
● Mengamati hitungan persediaan fisik tahunan.
Memilih produk secara acak dari catatan persediaan
perpetual klien dan mengamati barang yang ada.

● Memeriksa prosedur persediaan fisik untuk


menentukan kemungkinan besar akan menghasilkan
persediaan fisik yang lengkap dan benar.

● Melakukan Vouching dan Tracing transaksi


pembelian dan penjualan persediaan secara kredit dan
tunai.

Kelengkapan ● Melakukan uji batas akhir tahun dengan mencatat


nomor dokumen pengiriman dan penerimaan sebelum
persediaan fisik diambil, dan memperhatikan apakah
barang dicatat dalam periode waktu yang tepat.

● Menanyakan kepada klien apakah terdapat potensi


keberadaan barang konsinyasi.

● Membuat pertanyaan untuk klien tentang tunjangan


yang dibuat untuk pengembalian yang diharapkan.
Menentukan kebijakan klien pada akuntansi untuk
item yang dikembalikan. Tinjau tanda terima
transaksi untuk menentukan apakah pengembalian
yang signifikan diterima dan dicatat dengan tepat.

● Memeriksa semua transaksi persediaan yang terjadi


selama periode yang diaudit telah dicatat. Dan
menekankan semua saldo persediaan, penjualan,
beban pokok penjualan yang seharusnya tercantum di
dalam laporan keuangan sudah benar – benar dicatat
dan disajikan dengan benar.

● Melakukan Vouching dan Tracing transaksi


pembelian dan penjualan persediaan secara kredit dan
tunai.

● Menghitung ulang metode persediaan per periode dan


FIFO/Average.

● Memeriksa dan menghitung ulang HPP.

Hak dan Kewajiban ● Memeriksa faktur vendor saat menguji pengeluaran


untuk menentukan apakah sudah disajikan dengan
tepat.

● Meninjau kontrak dari pembelian untuk menilai hak


pengembalian barang dagangan.

● Mengkonfirmasi utang dagang.

● Menghitung ulang Laporan retur bulanan.

Penilaian dan Alokasi ● Menentukan metode yang akan digunakan untuk


penilaian sesuai dengan klien.

● Menanyakan kepada bagian gudang terkait dengan


keberadaan persediaan yang sudah usang atau tidak
terpakai.

● Mencatat persediaan yang mempunyai potensi usang


sambil mengamati persediaan fisik.

● Melacak persediaan yang memiliki potensi usang dan


menentukan apakah barang tersebut diberikan label
dengan benar sebagai barang usang.

● Menguji biaya persediaan dengan menggunakan


sampel persediaan yang tercatat dan menelusuri ke
dokumen sumber.

● Menguji kemungkinan persediaan usang yang harus


diturunkan ke nilai pasar.
● Memeriksa dan menghitung ulang metode HPP.

Penyajian dan ● Menghimpun bukti transaksi dan kewajiban dan saldo


Pengungkapan yang dicatat sudah diklasifikasi, dijelaskan, dan
diungkapkan dalam pos keuangan.

● Memeriksa rincian transaksi produksi mendukung


penyajian dalam laporan keuangan termasuk
pengklasifikasian dan pengungkapan sesuai dengan
IFRS & PSAK.

● Memastikan Persediaan dan HPP telah diidentifikasi


dan dikelompokkan dengan benar dalam laporan
keuangan.

● Memeriksa tidak adanya penggunaan metode LIFO.

● Memeriksa konsistensi penggunaan metode


persediaan.

● Melakukan penghapusan persediaan yang sudah tidak


layak sesuai dengan IFRS & PSAK.

Anda mungkin juga menyukai