1. Rasional
Dasar pemikiran penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling
di Sekolah/Madrasah, bukan semata-mata terletak pada ada atau tidak
adanya landasan hukum/perundang-undangan, namun yang lebih
penting adalah menyangkut upaya memfasilitasi peserta didik yang
selanjutnya disebut konseli, agar mampu, mengembangkan potensi
dirinya atau mencapai tugas-tugas perkembangannya mneyangkut
aspek fisik, emosi, intelektual, sosial dan moral spiritual.
Koseli sebagai seorang individu yang sedang berada dalam
proses berkembang atau menjadi “On Becoming”, yaitu berkembang
kea rah kematangan atau kemandirian. Untuk mencapai kematangan
tersebut, konseli memerlukan bimbingan tersebut, konseli memerlukan
bimbingan karena mereka masih kurang memiliki pemahaman atau
wawasan tentang dirinya dan lingkungannya, juga pengalaman dalam
menentukan arah kehidupannya.
Pengaruh lingkungan, baik fisik psikis maupaun sosial. Sifat
yang melekat pada lingkungan adalah perubahan-perubahan yang
terjadi dalam lingkungan dapat mempengaruhi gaya hidup (life style)
warga masyarakat apabila peruahan yang terjadi itu sulit diprediksi,
atau di luar jangkauan kemampuan maka akan melahirkan
kesenjangan perkembangan perilaku konseli. Seperti terjadinya
stagmasi (kemandegan) perkembangan masalah-masalah pribadi atau
penyimpangan prilaku.
Proses perkembangan itu tidak selalu berjalan dalam alur
linier, lurus, atau searah dengan potensi harapan dan nilai-nilai yang
dianut.
Iklim lingkungan kehidupan yang kurang sehat, seperti
maraknya tayangan Pornografi di televise dan VCD, penyalahgunaan
alat kontrasepsi, minuman keras dan obat-obat terlarang/narkoba yang
1
2
3. VISI MISI
A. Visi Sekolah
“Disiplin dalam Tugas Unggul Dalam Prestasi Berakhlak Yang
Terpuji”
Dasar
1. UU No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional
menggariskan :
4
4. Kematangan intelektual
a. Mempelajari cara-cara pengambilan keputusan dan pemecahan
masaah berdasarkan informasi data yang akurat (Pengenalan).
b. Menyadari akan keberagaman alternatif keputusan dan
konsekuensi yag dihadapinya (Akomodasi).
c. Mengambil keputusan dan pemecahan masalah atas dasar
informasi/data secara objektif.
5. Kesadaran tanggung Jawab Sosial
a. Mempelajari keragaman interaksi sosial (Pengenalan).
b. Menyadari nilai-nilai persahabatan dan keharmonisan dalam
konteks keragaman interaksi sosial.
Standar Kompetensi
Pengemangan diri tidak menggantikan fungsi bimingan dan
konseing melainkan sebagai wilayah komplimenter dimana guru dan
konselor memerikan konstributer dalam pengembangan diri konseli.
6. Asas-asas
a. Asas Keharasiaan, menuntut dirahasiakannya segenap data
keterangan tentang peserta didik yang menjadi sasaran layanan.
b. Asas Kesukarelaan, adanya kesukaan dan kesukarelaan peserta
didik mengikuti/menjalani pelayanan yang diperlukan baginya.
c. Asas Keterbukaan, agar peserta didik terbuka dan jujur dalam
memberikan keterangan tentang dirinya dan sekitarnya yang
berguna bagi pengembangan dirinya.
d. Asas Kegiatan, peserta didik aktif dalam penyelenggaraan layanan
yang diperuntukkan baginya.
e. Asas Kemandirian, diharapkan peserta didik mandiri dengan ciri
mengenal, menerima diri sendiri dan lingkungannya, mampu
mengambil keputusan, mnegarahkan serta mewujudkan diri sendiri.
f. Asas Kekinian, permasalahan peserta didik yang dilayani dalam
kondisinya sekarang.
g. Asas Kedinamisan, isi pelayanan terhadap sasaran pelayanan yang
sama hendaknya selalu maju, tidak monoton dan terus berkembang
serta berkelanjutan.
h. Asas Keterpaduan, pelayanan yang diberikan oleh guru
pembimbing atau pihak lain saling menunjang, harmonis dan
terpadu dalam bekerja sama.
i. Asas Keharmonisan, pelayanan yang diberikan tidak boleh
bertentangan dengan nilai dan norma yang berlaku, supaya peserta
didik memhami, menghayati dan mengamalkan nilai dan norma
tersebut.
10