Anda di halaman 1dari 166

:| The Learning

University

|MPLEMENTASI
PEMBELAJARAN
D| ERA & PASCA
PANDEMI COVID-19
Editor:
Henry Praherdhiono
Eka PramOnO Adi
Yulias Prihatmoko

Penulis:
Henry Praherdhiono
Eka PramOno Adi
Yulias Prihatmoko
Nunung Nindigraha
Yerry Soepriyanto
Henny Indreswari
Herlina |ke Oktaviani

JURUSAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN


UNIVERSITAS NEGERI NMALANG
IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN
DI ERA DAN PASCA
PANDEMI COVID-19

Henry Praherdhiono
Eka Pramono Adi
Yulias Prihatmoko
Nunung Nindigraha
Yerry Soepriyanto
Henny Indreswari
Herlina Ike Oktaviani
IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN
DI ERA DAN PASCA
PANDEMI COVID-19

Penulis:
Henry Praherdhiono
Eka Pramono Adi
Yulias Prihatmoko
Nunung Nindigraha
Yerry Soepriyanto
Henny Indreswari
Herlina Ike Oktaviani

Editor:
Henry Praherdhiono
Eka Pramono Adi
Yulias Prihatmoko

Penerbit
CV. Seribu Bintang
Malang – Jawa Timur - Indonesia
website: www.SeribuBintang.co.id
email : info@seribubintang.co.id
FB : www.fb.com/cv.seribu.bintang

ISBN : 978-623-7000-24-2
Edisi Pertama, April 2020
Hak Cipta dilindungi oleh Undang-undang
Daftar Isi

KATA PENGANTAR................................................................ v
BAGIAN 1. MENGAPA PENGEMBANGAN SUMBER
DAYA MANUSIA DIUTAMAKAN DI ERA DAN PASCA
PANDEMI ?............................................................................... 1
Pendahuluan ............................................................................ 4
Implementasi Pendidikan Melalui TIK..................................... 6
Dampak Pendidikan Berbasis TIK.......................................... 12
Kesimpulan............................................................................ 14
Daftar Pustaka........................................................................ 16
BAGIAN II. IMPLEMENTASIHEUTAGOGY MELALUI
KONSTRUKSI PEMBELAJARAN PERSONAL .................. 21
Transformasi ke Pembelajaran Personal................................. 24
Heutagogy Pada Lingkup Belajar dan Kebutuhan Personal..... 30
Mempersiapkan Layanan Belajar di Era dan Pasca pandemi... 36
Kesimpulan............................................................................ 44
Daftar Pustaka........................................................................ 46
BAGIAN III. MEMFASILITASI PEMBELAJARAN ONLINE
DI TENGAH PANDEMI MELALUI PENINGKATAN
PERFORMAGURU................................................................ 49
Pendahuluan .......................................................................... 52
Proses Pengembangan Kemampuan Guru dalam Perspektif
Manajerial.............................................................................. 56
Penguatan Penggunaan Teknologi dalam Pembelajaran di era
Pandemi................................................................................. 65
Proses Evaluasi...................................................................... 76
Kesimpulan............................................................................ 82
Daftar Pustaka........................................................................ 85
BAGIAN IV. MENDIRIKAN KANTONG BELAJAR
DINDING SEKOLAH SEBAGAI KORESPONDESI
BELAJAR DIERA PANDEMI................................................89
Dukungan Kebijakan di Sekolah Dasar pada Kondisi Pandemi94
Pendahuluan...........................................................................92

Pengembangan Model Korespondensi.....................................98


Kesimpulan...........................................................................103

Daftar Pustaka ......................................................................104


BAGIAN V. MENGKONSTRUKSI KAMPUS MOBILE ....107
Pendahuluan.........................................................................110
Komputer dalam Kerangka Kurikulum, Pedagogy dan Sumber
Belajar..................................................................................113
Implementasi Tutorial yang tersedia secara cloud-computing 122
Kesimpulan...........................................................................127
Daftar Pustaka ......................................................................129
BAGIAN VI. PEMBELAJARAN PERSONAL SEBAGAI
LAYANAN KEBUTUHAN KHUSUS....................................133
Pendahuluan.........................................................................136
Teknologi Layanan Kebutuhan Khusus.................................140
Wujud Layanan Kebutuhan Khusus ......................................144
Kesimpulan...........................................................................153
Daftar Pustaka ......................................................................154
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puji syukur kami panjatkan ke pada Allah


SWT, Tuhan YME yang telah memberikan kemampuan para
penulis menyelesaikan buku yang berjudul “Implementasi
Pembelajaran di Era dan Pasca Pandemi Covid-19”. Buku ini
merupakan karya bersama dan dipersembahkan dalam rangka Hari
Pendidikan Nasional.
Implementasi Pembelajaran di Era dan Pasca Pandemi
Covid-19 merupakan pemikiran penulis menyumbangkan ide dan
gagasan. Bahwa pembelajaran di Era dan pasca Pandemi Covid-19
yang terpenting adalah peningkatan performansi personal
pebelajar. Sehingga perangkat pembelajaran menyesuaikan dengan
kondisi kebutuhan pebelajar. Gagasan tersebut dimaksudkan
sebagai “pengejawantahan” keilmuan pada bidang Teknologi
Pendidikan terhadap kondisi pandemi serta untuk mempersiapkan
kondisi pasca pandemi. Definisi keilmuan Teknologi Pendidikan
adalah memberikan fasilitas pembelajaran untuk peningkatan
performa pebelajar sehingga mampu meningkatkan kecerdasan
humanistik pebelajar untuk melakukan kajian dan penelitian.
Kecerdasan humanistik pebelajar yang kini diharapkan tumbuh dan
berkembang di era pandemi dalam keilmuan Teknologi Pendidikan
merupakan peningkatan kapabilitas personal agar mampu
mengembangkan ide/gagasan yang antisipatif terhadap
permasalahan pendidikan dan pembelajaran. Penulis memiliki
komitmen terhadap kondisi yang terjadi yaitu mewabahnya virus
corona yang sangat cepat. Semua komponen bangsa serta
masyarakat berjibaku dalam rangka memutus penyebaran covid
19. Sebelum pandemi covid benar-benar melumpuhkan sendi-sendi
kehidupan, perlu upaya-upaya nyata sebagai wujud perjuangan di
bidang masing-masing. Saat inilah sebagai komponen bangsa dan
bagian dari masyarakat, penulis mengupayakan kemampuan untuk
berjuang bersama-sama mencari solusi bagaimana pembelajaran
dapat terlaksana di era dan pasca pandemi covid-19.
Akhir dari kata pengantar, bahwa buku yang dihasilkan
bukan merupakan buku yang terbaik. Penulis menyadari memiliki
keterbatasan keluasan dan kedalaman keilmuan teknologi
pendidikan yang kami kuasai , namun buku ini wujud perasaan
yang sama, keinginan yang sama, serta harapan yang sama dari
kami penulis untuk mengelola kondisi yang diakibatkan oleh
pandemi covid-19 menjadi potensi keilmuan dalam melahirkan ide
dan gagasan pelaksanaan pendidikan dan pembelajaran di masa
yang akan datang. Penulis meyakini bahwa masa depan yang indah
akan terwujud dengan mengukir karya-karya dari masa sekarang.

Malang, April 2020


Penulis
BAGIAN 1.
MENGAPA PENGEMBANGAN
SUMBER DAYA MANUSIA
DIUTAMAKAN DI ERA DAN
PASCA PANDEMI ?
(sebuah kajian lampau terhadap perspektif desain,
pengembangan dan pengelolaan teknologi)
Mengapa Pengembangan Sumber Daya Manusia Diutamakan Di Era Dan Pasca Pandemi ?

Henry Praherdhiono
henry.praherdhiono.fip@um.ac.id
Teknologi Pendidikan, Universitas Negeri Malang

Eka Pramono Adi


eka.pramono.fip@um.ac.id
Teknologi Pendidikan, Universitas Negeri Malang

Yulias Prihatmoko
yulias.prihatmoko.fip@um.ac.id
Teknologi Pendidikan, Universitas Negeri Malang

Nunung Nindigraha
n.nindigraha@gmail.com
Teknologi Pembelajaran, Universitas Negeri Malang

2
Mengapa Pengembangan Sumber Daya Manusia Diutamakan Di Era Dan Pasca Pandemi ?

Abstrak

Banyak negara di dunia berkembang, termasuk negara-negara


berkembang, membuat investasi yang signifikan dalam TIK
(teknologi informasi dan komunikasi) pendidikan. Bahkan dengan
sumber daya yang sangat terbatas dalam keuangan, beberapa
negara membeli satu laptop untuk setiap siswa sekolah dasar atau
sekolah menengah. Perlu sebuah pengkajian kebijakan dan alasan
alasan yang digunakan oleh pemerintah untuk membenarkan
investasi ini, isu yang terlibat dalam pelaksanaan TIK di negara
negara berkembang, dan penelitian yang tersedia tentang dampak
investasi TIK. Dokumen kebijakan dari berbagai negara
berkembang dianalisis untuk mengidentifikasi tujuan kebijakan
utama dan program pelaksanaan wewenang untuk mencapai tujuan
pendidikan. Dasar pemikiran termasuk penggunaan TIK
pendidikan untuk mendukung pembangunan ekonomi, kemajuan
sosial, dan reformasi pendidikan. Hasil analisis pada negara-negara
berkembang adalah adanya tantangan implementasi sangat unik
yang terkait dengan infrastruktur, pemeliharaan, isi, dan pelatihan
guru, serta upaya digunakan untuk mengatasi tantangan
ini. Tantangan tersebut meliputi terbatas infrastruktur listrik atau
internet di daerah pedesaan, terbatasnya ketersediaan staf
pendukung teknis terampil, dominasi bahasa minoritas, dan staf
pengajar yang tidak kompeten. Pendidikan masa depan adalah
perkembangan TIK dalam Pendidikan di negara-negara
berkembang yang disertai penelitian tentang dampak merupakan
hal yang diperlukan untuk menentukan kontribusi TIK akan
membuat di negara-negara tersebut lebih berkembang dan maju.

Kata kunci: kebijakan, dampak, pembangunan ekonomi, reformasi


pendidikan, metode penelitian

3
Mengapa Pengembangan Sumber Daya Manusia Diutamakan Di Era Dan Pasca Pandemi ?

Pendahuluan
Pendidikan berbasis TIK (teknologi informasi dan
komunikasi) di negara-negara berkembang telah
menghasilkan jumlah yang signifikan. Sangat menarik dalam
beberapa tahun terakhir, sebagian besar disebabkan oleh One
Laptop per Child (OLPC) dan apa yang dulu disebut “komputer
US $ 100 dolar”. Di antara klaim yang lebih kontroversial yang
dibuat adalah bahwa dengan menyediakan laptop murah untuk
setiap anak, sebuah negara dapat mengatasi kebutuhan
pendidikannya, memerangi kemiskinan, dan berkontribusi terhadap
pembangunan ekonomi. Dukungan kekuatan dan dukungan OLPC
telah membentuk kehadiran di banyak negara
berkembang. Menurut situs Web OLPC, 38 negara berkembang
menerapkan OLPC atau bereksperimen dengan hardware XO
(nama perangkat keras) mereka dan sistem operasi Gula. Peru dan
Uruguay adalah pelaksana terbesar, saat ini menyebarkan 870.000
dan 510.000 komputer XO, masing-masing.

Gambar 1. Web site resmi OLPC


Hardware XO OLPC bukan satu-satunya program yang
berfokus pada TIK di negara berkembang. Sekarang ada lebih dari

4
Mengapa Pengembangan Sumber Daya Manusia Diutamakan Di Era Dan Pasca Pandemi ?

30 perangkat TIK murah tersedia (Vota, 2010). Ada banyak


inisiatif nasional dan internasional lainnya yang mendukung
penggunaan komputer untuk meningkatkan pendidikan di negara
berkembang, yang disponsori oleh organisasi multinasional atau
perusahaan swasta. Dalam konteks ini, bahkan negara-negara maju
setidaknya, membuat TIK di sekolah-sekolah memberi prioritas
teratas dalam kebijakan, meskipun sumber daya yang sangat
terbatas yang mereka miliki. Sebagai perbandingan ke Singapura,
misalnya, dengan PDB US $ 182 miliar dan PDB per kapita US $
36.500, Namibia memiliki GDP US $ 9,2 miliar dan PDB per
kapita US $ 4.267, Rwanda memiliki GDP US $ 5 miliar dan PDB
per kapita US $ 506. Negara-negara berkembang mengalokasikan
investasi TIK dengan cara untuk meningkatkan kualitas guru,
untuk memungkinkan lebih banyak siswa dapat mengakses layanan
pendidikan, atau untuk lebih mempersiapkan mereka dalam
ekonomi global yang kompetitif.
Eksplorasi kecenderungan pendidikan masa depan adalah
mengeksplorasi manfaat, potensi, dan tantangan TIK. Eksplorasi
perlu dilakukan dalam bidang pendidikan terutama di negara
negara berkembang. Fokus eksplorasi harus dilandasi oleh analisa
lain yaitu dokumen kebijakan sebagai alasan pemerintah
pemerintah mendukung investasi pendidikan untuk TIK. Hasil
eksplorasi akan mampu menggambarkan struktur dokumen
pendidikan sebagai landasan pengembangan kebijakan dan
program pemerintah serta menentukan prioritas kebijakan
pemerintah

5
Mengapa Pengembangan Sumber Daya Manusia Diutamakan Di Era Dan Pasca Pandemi ?

Implementasi Pendidikan Melalui


TIK
Implementasi pendidikan dengan memanfaatkan perangkat
TIK perlu secara kontinyu diawasi. Ketika pemerintah benar-benar
melaksanakan program pendidikan melalui TIK, perlu
dibayangkan bagaimana pemangku kebijakan, akan mendapatkan
sejumlah tantangan yang dihadapi. Pengawasan pelaksanaan
pendidikan perlu dilasanakan di negara-negara berkembang. Hal
hal yang perlu diperhatikan sebagai tantangan meliputi:

• Ketersediaan infrastruktur TIK


• Sistem yang mendukung di tingkat sekolah
• Kemampuan guru dalam penggunaan TIK di kelas
• Pengembangan konten yang relevan
• Keterlibatan masyarakat untuk memperluas dampak dan
keberlanjutan
• Pembiayaan keseluruhan kepemilikan TIK

Gambar 2. Web resmi putekkom untuk sekolah berbasis TIK

6
Mengapa Pengembangan Sumber Daya Manusia Diutamakan Di Era Dan Pasca Pandemi ?

Ketersediaan Infrastruktur TIK. Setidaknya, TIK harus


diinstal di sekolah dalam rangka untuk digunakan oleh guru dan
siswa. Hal ini mungkin tampak sederhana, tetapi di negara-negara
berkembang umumnya infrastruktur buruk, tidak semua sekolah
yang dapat dipetakan, dan di mana populasi siswa tidak diketahui
secara tepat, hanya beberapa sekolah yang memberikan jumlah
yang tepat dari komputer untuk masing-masing akan dapat menjadi
masalah program ini (Zimmerman, 2008). Selain itu, banyak
sekolah di negara berkembang tidak memiliki listrik, tidak
memiliki fasilitas penyimpanan TIK aman, dan tidak memiliki
akses Internet atau pengetahuan TIK lokal untuk mendukung
sistem sekali di tempat (Farrell & Issacs, 2007a).

Sistem yang Mendukung di Tingkat Sekolah. Setelah terinstal,


TIK memerlukan perawatan dan dukungan penentu kebijakan,
pelasana dan praktisi seperti guru yang bekerja secara
berkelanjutan untuk memastikan fungsi yang tepat di lingkungan
sekolah.

Kemampuan guru dalam penggunaan TIK di kelas. Tantangan


dalam penyebaran TIK pendidikan tidak berhenti setelah teknologi
ini di dalam kelas. Pelatihan guru dalam pengoperasian komputer
dan penggunaannya dalam pengajaran mereka adalah sebagai
tantangan seperti yang diperlukan. Di Makedonia, Badan
Pembangunan Internasional AS (USAID) mulai pelatihan guru
sebelum komputer di sekolah. Pelatihan komprehensif: 14.000
guru primer dan sekunder tingkat dari seluruh 460 sekolah
menerima pelatihan digunakan komputer dasar, dan kemudian di

7
Mengapa Pengembangan Sumber Daya Manusia Diutamakan Di Era Dan Pasca Pandemi ?

cara efektif dan kreatif memanfaatkan teknologi dalam ruang kelas


dan pedagogi mereka. Guru lokal menjadi master trainer dan
pelatih guru, semakin maju skills development melalui kursus yang
ditawarkan, mulai dari kelas keterampilan TIK dasar yang
bertujuan membantu para guru dengan keterampilan dasar
komputer teknis, untuk pelatihan yang ditujukan untuk integrasi
teknologi ke dalam kurikulum.
Namun Hosman dan Cvetanoska (2010) menemukan bahwa 2
tahun kemudian, 65% guru tidak menggunakan komputer di kelas
dalam 2 bulan sebelum penelitian. Mengejutkan 44% dari para
guru melaporkan bahwa mereka tidak pernah menggunakan
komputer di kelas, meskipun mereka dilaporkan menggunakan
TIK dalam mempersiapkan bahan ajar dan tes (72%) dan untuk
pelajaran-perencanaan (63%). Guru dikutip kedua kurangnya
pelatihan dan konten yang relevan untuk underutilization
infrastruktur TIK.

Pengembangan konten yang relevan. Bahkan dengan guru terlatih


dan termotivasi tidak cukup. Penyebaran pelaksanan Pendidikan
berbasis TIK memerlukan lokal konten yang relevan dan
kurikulum bagi guru dan siswa. Konten adalah sebuah tantangan,
terlepas dari media apa yang digunakan guru dan siswanya. Dari
19 negara dianalisis dalam Bank Dunia (2008) studi pada sekolah
menengah, hanya Botswana melaporkan pemberian buku teks yang
memadai di dekat dengan rasio 1:1 untuk semua mata pelajaran
dan semua nilai. Di 18 negara lain buku teks sekunder berada
dalam pasokan serius singkat untuk sebagian besar. Kekurangan
ini magnified dalam penyebaran TIK pendidikan dengan relatif

8
Mengapa Pengembangan Sumber Daya Manusia Diutamakan Di Era Dan Pasca Pandemi ?

baru alat TIK, kompleksitas pembuatan konten digital, dan


kurangnya keseluruhan konten digital dalam bahasa setempat
(Unwin, 2007).

Gambar 3 Konten Pembelajaran yang dapat diakses oleh


sekolah di Indonesia
Keterlibatan masyarakat untuk memperluas dampak dan
keberlanjutan. Di Yordania, JEI menunjukkan bagaimana sektor
swasta dapat terlibat untuk mendukung penyebaran TIK
pendidikan. Empat puluh tujuh organisasi global bermitra dengan
Kementerian Pendidikan untuk mengembangkan EduWave e
learning lingkungan dan melengkapi 100 “Sekolah Penemuan”
dengan sumber daya TIK dalam pendidikan tambahan (Khatib,
2007).

9
Mengapa Pengembangan Sumber Daya Manusia Diutamakan Di Era Dan Pasca Pandemi ?

Penyebaran pelaksanan Pendidikan berbasis

“ TIK memerlukan lokal konten yang relevan dan


kurikulum bagi guru dan siswa. Konten adalah
sebuah tantangan, terlepas dari media apa
yang digunakan guru dan siswanya

Pembiayaan keseluruhan kepemilikan TIK. Tapi mungkin yang


paling menantang dari semua untuk negara-negara berkembang
adalah mengelola biaya investasi TIK mereka. Sebagai biaya
komputer pribadi telah menurun, biaya keseluruhan penggelaran
TIK pendidikan pada tingkat nasional juga menurun. Namun tidak
diragukan lagi, perangkat keras dan perangkat lunak bukan
merupakan biaya terbesar dalam penyebaran TIK
pendidikan. Dukungan dan pelatihan adalah biaya berulang yang
umumnya dua kali dari biaya penyebaran TIK dalam pendidikan,
lebih besar dari hardware dan software (Vital Wave Consulting,
2008). Ini terbaik dapat dilihat dalam analisis Biaya Total
Kepemilikan (TCO) yang dilakukan oleh Vital Wave Consulting
(2008) untuk beberapa jenis komputer untuk di konfigurasi pada
sekolah-sekolah India. Terlepas dari jenis perangkat keras
komputer atau perangkat lunak dikerahkan, TCO adalah relatif
konstan US $ 2.800 per komputer selama 5 tahun karena tenaga
kerja biaya yang terlibat dalam penyebaran TIK pendidikan. Biaya
Rencana Uruguay Ceibal teknologi hanya US $ 276 per komputer,
tetapi pada 400.000 komputer, itu US $ 110 juta di agregat. Bukti
anekdotal menunjukkan bahwa biaya mana dimasukkan, biaya
keseluruhan adalah signifikan. Program Jordania US $ 380 juta
yang disponsori oleh Bank Dunia dan donor lainnya. Tambahan
dari The Jordan Education Initiative adalah US $ 6 juta dari

10
Mengapa Pengembangan Sumber Daya Manusia Diutamakan Di Era Dan Pasca Pandemi ?

pemerintah Yordania dan US $ 25 juta dalam bentuk tunai dan


dalam bentuk jasa dari sektor swasta untuk mendukung 100
sekolah (Khatib, 2007).

Gambar 4. USAID Indonesia

11
Mengapa Pengembangan Sumber Daya Manusia Diutamakan Di Era Dan Pasca Pandemi ?

Dampak Pendidikan Berbasis TIK

Gambar 6. Web Site World Links


Diakui masih sedikit jumlah studi di negara-negara
berkembang yang melaporkan dampak TIK pada siswa dalam
pembelajaran. Umumnya, itu adalah negara-negara yang memiliki
program yang lebih mapan yang telah beroperasi lebih lama yang
mau melaporkan hasil ini. Seringkali studi mengukur pendapat
tentang dampak TIK pada siswa karena guru dalam kegiatan
pembelajaran. Dalam evaluasi World Links, Kozma et al. (2004)
menemukan bahwa siswa yang berpartisipasi dan guru yang
berpartisipasi sering melaporkan bahwa siswa belajar keterampilan
komunikasi, pengetahuan tentang budaya lain, kemampuan
berkolaborasi, dan keterampilan Internet daripada guru dan siswa
yang tidak berpartisipasi aktif. Selain data laporan diri ini, sebuah
studi yang terhubung (Quellmalz & Zalles, 2000) di satu negara,
Uganda, menggunakan penilaian kinerja yang dirancang khusus
untuk secara langsung mengukur belajar siswa dalam keterampilan
ini, pengujian baik siswa yang berpartisipasi dan

12
Mengapa Pengembangan Sumber Daya Manusia Diutamakan Di Era Dan Pasca Pandemi ?

nonparticipating. Studi ini menemukan bahwa terdapat sekolah


yang masuk dalam World Links melakukan langkah-langkah
komunikasi dan penalaran dengan informasi terhadap sekolah
sekolah non-World Links.

Gambar 5 Penggunaan 1 laptop untuk 1 Anak


Meskipun One Laptop per program anak relatif baru,
telah ada tekanan yang cukup untuk menunjukkan dampaknya pada
siswa belajar, sebagian karena grand klaim yang dibuat oleh
program. Studi Santiago et al (2010) melakukan penilaian awal
belajar pada siswa, diambil pada bidang akademik (misalnya
matematika, keterampilan TIK), non akademik (misal keterampilan
pemecahan masalah, kolaborasi dll), dan perilaku (kehadiran,
motivasi dll). Dengan kurang dari 3 bulan penggunaan, tidak
mengherankan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan pada
langkah-langkah ini antara sekolah eksperimen dan
kontrol. Namun, ada hubungan positif antara nilai tes TIK dan
penggunaan guru komputer di kelas selama 3 hari atau lebih per
minggu.

13
Mengapa Pengembangan Sumber Daya Manusia Diutamakan Di Era Dan Pasca Pandemi ?

Kesimpulan
TIK dalam pendidikan memiliki prospektif di negara
negara berkembang di era dan pasca pandemi. Banyak negara telah
atau sedang merumuskan kebijakan TIK yang melibatkan investasi
yang signifikan pada hardware, software, jaringan, dan dukungan
teknis. Harapannya adalah bahwa investasi ini akan menghasilkan
sistem reformasi pendidikan, peningkatan keadilan sosial, dan
pembangunan ekonomi, agar siswa menjadi siap untuk bergabung
dengan ekonomi global yang sangat kompetitif.
Masih relatif sedikit penelitian tentang TIK di negara
berkembang. Tapi literatur yang ada telah menunjukkan bahwa
saat ini tantangan secara signifikan lebih besar daripada manfaat
yang telah disadari sampai saat ini. Tidak ada cukup bukti untuk
membenarkan biaya besar komputasi dari setiap negara
berkembang. 1), pembelian komputer dan pemasangan jaringan
keduanya bermasalah di negara berkembang dan, dengan
sendirinya, adanya manfaat untuk membawa perubahan. 2) teori
(Kozma, 2011a) dan penelitian awal menunjukkan bahwa
kebijakan dan program TIK harus mencakup lainnya. Perubahan
terkoordinasi di berbagai bidang seperti pelatihan guru, praktek
pedagogis, kurikulum, dan penilaian. Penelitian dimasa yang akan
datang diperlukan pada guru dan kegiatan pembelajaran dan
praktikum pebelajar. Harapannya adalah bahwa penelitian dapat
mengubah manusia sebagai bagian dari upaya pengembangan TIK
yang terkoordinasi. Sebagai program pendidikan, penelitian lebih
lanjut akan diperlukan pada dampaknya pada siswa belajar. Hanya
setelah program TIK berada di tempat selama beberapa tahun,

14
Mengapa Pengembangan Sumber Daya Manusia Diutamakan Di Era Dan Pasca Pandemi ?

mungkin puluhan tahun, penelitian yang dapat dilakukan pada


jangka panjang dampak sosial dan ekonomi dari investasi TIK
pendidikan. Maka akan kita tahu jika janji TIK bidang Pendidikan
akan direalisasikan di negara berkembang. Sampai saat ini, hal itu
akan menjadi penting untuk menjaga perspektif yang seimbang dan
mengambil pendekatan sistematis untuk kebijakan TIK dan
pelaksanaan Pendidikan dan pembelajaran.

15
Mengapa Pengembangan Sumber Daya Manusia Diutamakan Di Era Dan Pasca Pandemi ?

Daftar Pustaka

Alnoaimi, T. (2011). Case study: Jordan. In


R. Kozma (Ed.), Transforming education: The power of
ICT policies (pp. 101–132). Paris: UNESCO.
Alnoaimi, T., Hinostroza, E., Issacs, S., Kozma, R., & Wong, P.
(2011). Using ICT policy to transform education. In
R. Kozma (Ed.), Transforming education: The power of
ICT policies (pp. 197–222). Paris: UNESCO.
Bannerjee, A., Cole, S., Du flo, E., & Lindenn, L. (2007).
Remedying education: Evidence from two randomized
experiments in India. The Quarterly Journal of
Economics, 122 (3), 1235–1264.
Bransford, J., Brown, A., & Cocking, R. (2000). How people
learn: Brain, mind, experience, and school. Washington,
DC: National Academic Press.
Cervantez, R., Warschauer, M., Nardi, B., & Sambasivan, N.
(2011). Infrastructures for low-cost laptop use in Mexican
schools. Paper presented at CHI 2011, May 7–12,
Vancouver, BC, Canada.
Centro para la Inclusión Tecnológica y Social
(2010). Área de Monitoreo y Evaluación de Impacto Social
del Plan Ceibal. Montevideo, Uruguay; CITS
Farrell, G., & Issacs, S. (Eds.). (2007a). Survey of ICT in
education in Africa . Volume 1: Summary report based on
53 country surveys. Washington, DC: infoDev.
Farrell, G., & Issacs, S. (Eds.). (2007b). Survey of ICT in
education in Africa. Volume 2: 53 country reports.
Washington, DC: infoDev.
Farrell, G., Issacs, S., & Trucano, M. (2007). The NEPAD e
schools demonstration project : A work in progress.
Washington, DC: infoDev, World Bank.
Fraj, F., Al-Quraan, M., Al-Dababseh, A., & Al-Obaidy, S. (2010).
The impact of emplying technology in teaching a
mathematics course. International Journal of Innovation
and Learning, 8 (2), 170–188.
Gaible, E. (2009). Survey of ICT and education in the Caribbean .
Washington, DC: infoDev, World Bank.

16
Mengapa Pengembangan Sumber Daya Manusia Diutamakan Di Era Dan Pasca Pandemi ?

Hinostroza, E., Jara, I., & Brun, M. (2011). Case study: Uruguay.
In R. Kozma (Ed.), Transforming education: The power of
ICT policies (pp. 133–172). Paris: UNESCO.
Hosman, L., & Cvetanoska, M. (2010). Technology, teachers and
training: Combining theory with Macedonia’s
experience. ICTD 2010. https://edutechdebate.org/wp
content/uploads/2011/02/Teacher_ Training_Macedonia.pd
f
InfoDev & Price, Watherhouse, and Cooper. (2010). Essay
II : ICT in school education (Primary and secondary).
Washington, DC:infoDev, World Bank.
International Society for Technology in Education [ISTE].
(2007). National educational technology standards and
performance indicators for students. Eugene, OR: ISTE.
Issacs, S. (2011a). Case study: Namibia. In
R. Kozma (Ed.), Transforming education: The power of
ICT policies (pp. 75–100). Paris: UNESCO.
Issacs, S. (2011b). Case study: Rwanda. In
R. Kozma (Ed.), Transforming education: The power of
ICT policies (pp. 173–196). Paris: UNESCO.
Khatib, H. (2007). Jordan Education Initiative. Middle East
Educator
Magazine, 5, http://middleeasteducator.com/issue/septe
mber_2007/ article/jordan_education_initiative_02-19-09
09-02-03 .
Kozma, R. (2005). Monitoring and evaluation impact of ICT4E: A
review. In D. Wagner (Ed.), Monitoring and evaluation
for ICTs in education: A handbook for developing
countries. Washington, DC: infoDev, World Bank.
Kozma, R. (2008). Comparative analyses of policies for ICT in
education. In J. Voogt & G. Knezek (Eds.), International
handbook of information technology in education (pp.
1083–1096). Amsterdam: Kluwer.
Kozma, R. (2011a). A framework for ICT policies to transform
education (pp 27–44). In R. Kozma (Ed.), Transforming
education: The power of ICT policies. Paris: UNESCO.
Kozma, R. (Ed.) (2011b). Transforming education: The power of
ICT policies. Paris: UNESCO.
Kozma, R. (2011b). The technological, economic, and social
contexts for educational ICT policy (pp 11–26). In

17
Mengapa Pengembangan Sumber Daya Manusia Diutamakan Di Era Dan Pasca Pandemi ?

R. Kozma (Ed.), Transforming education: The power of


ICT policies. Paris:UNESCO.
Kozma, R., McGhee, R., Quellmalz, E., & Zalles, D. (2004).
Closing the digital divide: Evaluation of the World Links
program. International Journal of Educational
Development, 24 (4), 361–381.
Law, N., Plegrum, W., & Plomp, T. (2008). Pedagogy and ICT
use in schools around the world: Findings from the IEA
SITES 2006 study. Hong Kong: Comparative Education
Research Center, University of Hong Kong.
Light, D., McMillan Culp, K., Menon, R., & Shulman, S.
(2006). Intel Teach to the Fuuture Essentials course:
Impact survey results for 2005. New York, NY:
EDC/Center for Children and Technology.
Means, B., & Olson, K. (1995). Technology’s role in education
reform: Findings from a national study of innovating
schools. Washington, DC: U.S. Department of
Education, Offic e of Educational Research and
Improvement.
Means, B., Roschelle, R., Penuel, W., Sabelli, N., & Haertel, G.
(2004). Technology’s contribution to teaching and
policy: Efficiency, standardization, or transformation? In
R. Floden (Ed.), Review of Research in Education, 27 (p.
2004). Washington, DC: American Educational Research
Association.
Means, B., Toyama, Y., Murphy, R., Bakia, M., & Jones, K.
(2009). Evaluation of evidence-based practices in online
learning: A metaanalysis and review of online learning
studies. Washington, DC: Department of Education.
Papert, S. (1993). Mindstorms: Children, computers, and powerful
ideas (2nd ed.). NY: Basic Books.
Partnership for the 21st Century. (2005). A report on the
landscape of 21st century assessment. Washington, DC:
Author.
Plomp, T., Anderson, R., Law, N., & Quale, A. (Eds.).
(2009). Crossnational information communication
technology: Policies and practices in education (2nd ed.).
Charlotte, NC: Information Age Publishing.
Quellmalz, E., & Zalles, D. (2000). World Links for Development:
Student assessment Uganda field test. Menlo Park, CA:
SRI International.

18
Mengapa Pengembangan Sumber Daya Manusia Diutamakan Di Era Dan Pasca Pandemi ?

Rosa, R., Nussbaum, M., Cusille, P., Marianov, V., Correa,


M., Fores, P., et al. (2002). Beyond Nintendo: Design and
assessment of educational video games for fi r st and
second grade students. Computers and Education, 40 (1),
71–94.
Sachs, J. (2005). The end of poverty: Economic possibilities for
our time . New York, NY: Penguin Press.
Santiago, A., Severin, E., Cristia, J., Ibarraran, P., Thompson, J.,
& Cueto, S. (2010). Experimental assessment of the
program “One Laptop Per Child” in Peru. Washington,
DC: Inter-American Development Bank.
SchoolNet, E. (2006). The ICT impact report: A review of studies
of ICT impact on schools in Europe. Brussels:
European SchoolNet.
Tamim, R., Bernard, R., Borokhovski, E., Abrami, P., & Schmidt,
R. (2011). What forty years of research says about the
impact of technology on learning: A second-order meta
analysis and validation study. Review of Educational
Research, 81 (1), 4–28.
Tolani-Brown, N., McCormac, M., & Zimmermann, R. (2009). An
analysis of the research and impact of ICT in education in
developing country contexts. Journal of Education for
International Development, 4 (2), 1–12.
Trilling, B., & Fadel, C. (2009). 21st century skills: Learning for
life in our times. San Francisco, CA: Jossey-Bass.
UNESCO. (2008). ICT competency standards for teachers: Policy
framework. Paris: UNESCO.
United States Agency for International Development (2007).
Jordan ERfKE support project . http://pdf.usaid.gov/pdf_docs/
PDACD723.pdf
Unwin, T. (2007). Survey of e - Learning in
Africa . http://www.gg.rhul. ac.uk/ict4d/elareport.pdf
Vital Wave Consulting (2008). Affordable computing for schools
in developing
countries . http://www.vitalwaveconsulting.com/pdf/Affo
rdable_Computing_June08.pdf
Vota, W. (2010). Updated quick guide to low-cost ICT devices
for educational systems in the developing world .
Washington, DC: infoDev, World Bank.
Wagner, D. (2005). Overview (p. 5–10). In D. Wagner, B. Day, T.
James, R. Kozma, J. Miller, & T. Unwin

19
Mengapa Pengembangan Sumber Daya Manusia Diutamakan Di Era Dan Pasca Pandemi ?

(Eds.), Monitoring and evaluation of ICT in education


projects. Washington, DC: infoDev, World Bank.
Wong, P. (2011). Case study: Singapore. In
R. Kozma (Ed.), Transforming education: The power of
ICT policies (pp. 45–74). Paris: UNESCO.
World Bank. (2008). School textbooks and school library
provisions in Sub-Saharan Africa . Washington, DC:
World Bank.
Zimmerman, R. (2008). Technology Use in Education
Development. Presentation given at USAID conference,
December 16, Washington, DC.
Zucker, A., & Light, D. (2009). Laptop programs for
students. Science, 323, 82–85.

20
BAGIAN II. IMPLEMENTASI
HEUTAGOGY MELALUI
KONSTRUKSI
PEMBELAJARAN PERSONAL
(sistem pengelolaan pembelajaran di era pandemi dan
masa depan)
Implementasi Heutagogy Melalui Konstruksi Pembelajaran Personal

Henry Praherdhiono
henry.praherdhiono.fip@um.ac.id
Teknologi Pendidikan, Universitas Negeri Malang

Eka Pramono Adi


eka.pramono.fip@um.ac.id
Teknologi Pendidikan, Universitas Negeri Malang

Yulias Prihatmoko
yulias.prihatmoko.fip@um.ac.id
Teknologi Pendidikan, Universitas Negeri Malang

22
Implementasi Heutagogy Melalui Konstruksi Pembelajaran Personal

Abstrak
Pembelajaran di era pandemi covid 19 dan di masa yang akan
datang memerlukan konsep belajar personal dengan berbagai
pilihan. Personalisasi dalam konsep pembelajaran merupakan
wujud membangun kompetensi hingga kapabilitas pebelajar pada
generasi milenia. Pembelajaran dalam konsep personal
membutuhkan tranformasi. Inspirasi wujud transformasi dimulai
dari dunia industri mempengaruhi pemikiran peneliti bidang
pendidikan. Heutagogy merupakan konsep didaktik yang
membangun mahasiswa secara personal.

Kata kunci: Heutagogy, pembelajaran personal

23
Implementasi Heutagogy Melalui Konstruksi Pembelajaran Personal

Transformasi ke Pembelajaran
Personal
Apakah perlu ditanyakan bahwa perguruan tinggi
perlu bertransformasi di era pandemi dan dimasa yang akan
datang? Jawaban tersebut mengacu pada ujaran tahun 2000an
yang dikenal dengan tahun 2K. Apapun akan mengalami
perubahan namun ada yang tetap yaitu perubahan itu sendiri.
Seperti halnya goyonan hukum pada tahun 90an dimana pasal
1 menyebutkan bahwa dosen tidak pernah salah dan pasal 2
menyatakan jika dosen melakukan kesalahan sengaja atau
tidak, maka aturan dikembalikan ke pasal 1. Arah pertanyaan
yang sebenarnya telah ketahui jawabannya namun perlu
ditegaskan untuk meyakinkan. Transformasi bukan
merupakan kondisi bahwa lembaga harus menyerah setelah
dinyatakan kalah oleh perubahan teknologi. Ini dikarenakan
bahwa lembaga, kumunitas, perkumpulan masih menjadi
penonton wayang dengan lakon “Revolusi Industri”.
Seandainya lembaga, komunitas, perkumpulan sebagai
dalang dari transformasi, maka lembaga, komunitas,
perkumpulan justru menjadi subjek transformasi atau yang
akan membuat transformasi. Perubahan itu sesungguhnya ada
ditangan dalang (mengatur jalannya wayang) atau sutradara.
Kapan romantis, kapan dramatis, kapan perang, kapan
berubah, sebenarnya ada ditangan dalang atau sutradara
transformasi.

24
Implementasi Heutagogy Melalui Konstruksi Pembelajaran Personal

Gambar 1 Ilustrasi Otomasi


(Smart factory and industry 4.0 and connected production
robots.., n.d.)

Setelah terjadinya pandemi covid 19, akan terjadi


pemikiran bahwa banyak hal yang harus dipersiapkan.
Pemikiran yang terjadi adalah banyak orang yang
menginginkan perlunya antisipasi terhadap pembelajaran
yang selalu berubah dalam rangka penyesuaian setiap
kondisi. Salah satu indikasi keinginan masyarakat adalah
kegiatan yang rutin, kegiatan yang memiliki pola yang sama,
kegiatan yang tidak membutuhkan inovasi baik dalam masa
pandemi covid 19 ataupun dimasa yang akan datang akan
digantikan oleh mesin, sehingga pelayanan akan tetap jalan
baik waktu terjadi pandemi, maupun kondisi dimasa yang
akan datang. Mesin itu bernama otomasi. Otomasi dalam
kampus menjadi harapan banyak khalayak. Salah satu imbas
dari otomasi telah menjangkiti beberapa perpustakaan di
berbagai perguruan tinggi ternama didunia. Perpustakaan

25
Implementasi Heutagogy Melalui Konstruksi Pembelajaran Personal

yang merupakan jantung perguruan tinggi sangat


memerlukan otomasi dalam pelayanannya (Suku & Pillai,
2005). Aspek otomasi perpustakaan seperti infrastruktur
teknologi informasi, kegiatan in-house, layanan informasi
dan penggunaannya, pengembangan tenaga kerja, hingga
sampai anggaran. Walaupun menyisakan masalah yaitu
proses identifikasi mengantisipasi kerusakan buku non digital
dan meramal saran pada layanan.

Gambar 2. Tahun Fase Industri sumber (Group, n.d.)


Pembelajaran merupakan perubahan yang terjadi
pada seseorang untuk melalui proses dan waktu serta
melibatkan lingkungan belajar. Pembelajaran dalam diri
seseorang bukan merupakan peristiwa otomasi. Karena
manusia merupakan subjek belajar. Otomasi yang diharapkan
dilakukan pada layanan pembelajarannya. Layanan
pembelajaran yang dikenai otomasi merupakan pembahasan

26
Implementasi Heutagogy Melalui Konstruksi Pembelajaran Personal

menarik di era dan pasca pendemi. Bagaimana otomasi


layanan pembelajaran yang terjadi “di luar kampus”, yaitu
terjadinya usaha besar-besaran dalam melakukan peningkatan
berkelanjutan sebagai persyaratan utama bagi perusahaan
manufaktur dunia dalam mengupayakan layanan
pembelajaran yang fleksibel, pembelajaran seumur hidup
untuk karyawannya untuk selalu siap menghadap kondisi di
era dan pasca pandemi, dalam sistem pemrosesan informasi
dan kemampuan belajar adaptif (Monostori et al.,
1996). Perubahan kondisi tersebut tidak dapat dipungkiri
sejak adanya pembelajaran dalam Sistem Manufaktur yang
Cerdas, tersedianya literatur yang melimpah, dan dengan
banyak kontribusi dari pembelajaran terbuka, berbagai survei
pembelajaran yang mampu mewujudkan sistem dengan
perilaku cerdas merupakan kebutuhan masyarakat di era dan
pasca pandemi seperti yang tertera pada gambar 2. Internet
hanya merupakan alat semata, sedangkan kebutuhan
masyarakat merupakan realitas kondisi yang harus dilayani.
Pendekatan simbolik, sub-simbolik dan aplikasinya dalam
pembuatan layanan pembelajaran diperlakukan secara sama,
bersama dengan solusi layanan pembelajaran otomasi yang
mencoba mengintegrasikan manfaat dari personalisasi. Setiap
anggota lembaga, komunitas, dan perkumpulan memiliki
kebutuhan yang berbeda, dan membutuhkan pilihan-pilihan

27
Implementasi Heutagogy Melalui Konstruksi Pembelajaran Personal

yang berbeda. Inilah yang dimaksud dengan tren layanan


pembelajaran di era dan pasca pandemi.

Gambar 3. Perkembangan Industri Sumber


(ekinpublishinggroup, 2018)

Setelah terjadinya pandemi covid 19, akan

“ terjadi pemikiran bahwa banyak hal yang


harus dipersiapkan. Pemikiran yang terjadi
adalah banyak orang yang menginginkan
perlunya antisipasi terhadap pembelajaran
yang selalu berubah dalam rangka
penyesuaian setiap kondisi.

Kemenangan pembelajaran personal pada revolusi


industri 5.0 telah mengabadikan perlunya perubahan.
Kerangka Advanced Learning Factory (ALF) menyediakan
proses yang diperlukan untuk mendefinisikan dan
menjalankan instrumen pelatihan yang memenuhi permintaan
dari industri (Plorin et al., 2015). Setiap pelatihan
menggabungkan modul-modul dasar yang memungkinkan
dilakukannya pelatihan individu secara efisien. Keefektifan

28
Implementasi Heutagogy Melalui Konstruksi Pembelajaran Personal

pendekatan ini terbukti dengan cara statistik. Diusulkan


bahwa pengetahuan, pengalaman, dan motivasi sebelumnya
mendorong keberhasilan belajar terlepas dari sejumlah
konsep pembelajaran lainnya. Lebih lanjut dalam
pengembangan pembelajaran ALF ditemukan bahwa
interaksi langsung membantu proses pembelajaran yang
mengesankan. Kerangka pembelajaran ALF tampaknya
mendukung untuk setiap tren baru layanan pembelajaran
termasuk dalam era revolusi industri 5.0 seperti pada gambar
3. Oleh karena itu pekerjaan lebih lanjut diperlukan untuk
mengembangkan modul baru yang mendukung
pengembangan ALF untuk menangani era industri 5.0. Dunia
industri sangat responsif terhadap perubahan dengan
mengadopsi pembelajaran personal.

29
Implementasi Heutagogy Melalui Konstruksi Pembelajaran Personal

Heutagogy Pada Lingkup Belajar dan


Kebutuhan Personal
Pembelajaran di era pandemi merupakan
pembelajaran untuk membangun pemikiran tanpa harus
melakukan pertemuan-pertemuan secara fisik, sedangkan
pasca pandemi covid 19 merupakan pembelajaran personal
dan pembelajaran secara sosial dimana individu telah menjadi
sosok yang matang dalam konsep diri. Konsep belajar dan
pembelajaran bukan merupakan proses yang pendek, namun
akar psikologi dalam bidang Pendidikan merupakan “mesin
utama” Teknologi Pendidikan di Indonesia. Kehidupan
sesungguhnya, seperti yang dikaji oleh psikologi Pendidikan,
Individu merupakan pemilik hidupnya. Penyesuain terhadap
kepemilikan hidup sangat tergantung dengan individu
pebelajar di era pandemi covid 19 maka perlu antisipasi pada
pasca pandemi dengan melakukan pendekatan heutagogy
untuk melayani dan mefasilitasi pembelajaran. Heutagogy
merupakan keilmuan yang ramah terhadap pemberdayaan
individu. Pendekatan heutagogy bukan pendekatan baru
dalam pembelajaran. Berbagai catatan mengemukakan bahwa
pendekatan heutagogy bahkan telah tercatat pada serbet di
sebuah restoran pada tahun 2000 (Hase, 2009; Hase &
Kenyon, 2000, 2007, 2013). Pendekatan heutagogy
sebanarnya juga bukan ide yang paling bagus untuk
dilaksanakan secara khusus di Perguruan Tinggi. Dengan

30
Implementasi Heutagogy Melalui Konstruksi Pembelajaran Personal

adanya pandemi covid 19 mulai terkuak, bahwa berdasarkan


berbagai diskusi yang dilakukan dosen diberbagai Perguruan
Tinggi, muncul ketidakpuasan umum dengan cara Pendidikan
yang selama ini telah terlaksana, karena sangat tergantung
dengan keberadaan dosen secara fisik sehingga tidak sesuai
dengan kondisi pandemi. Pasca pandemi perlu dikontruksi
pendekatan heutagogy yang dimaksudkan untuk
menumbuhkan kemampuan pebelajar dalam memperluas
batas pengetahuan, sikap dan keterampilan. Mungkin
beberapa anggapan mengenai adanya pendekatan, model,
strategi pembelajaran yang paling sesuai untuk era dan pasca
pandemi, mungkin benar adanya, namun jika ada yang
mengatakan bahwa hanya heutagogy sebagai pendekatan,
model, strategi pembelajaran yang paling sesuai dan benar
merupakan nilai “mutlak” tentunya akan sulit disepakati.
Secara umum siapa yang tidak mengakui keilmuan pedagogi?
Namun yang tidak disepakati di era pandemi adalah pedagogi
yang berorientasi hanya pada pengajar semata. Pembelajaran
memerlukan pengembangan kearah yang lebih aspiratif.

31
Implementasi Heutagogy Melalui Konstruksi Pembelajaran Personal

Gambar 4. Rancangan Pembelajaran di LMS


Pembelajaran berbasis online yang dijalankan di
Universitas Negeri Malang platform LMS tertentu,
memberikan wahana heutagogy. Mahasiswa sebagai
pebelajar pada masa dan pasca pandemi, bukan merupakan
objek pembelajaran. Mahasiswa sebagai manusia dewasa
perlu didekati dengan cara yang dewasa seperti dalam
pembelajaran andragogy. Perintah bukan satu-satunya jalan
untuk membuat mereka belajar. Kenyamanan lingkungan
belajar perlu diwujudkan aspek teknis pengantar teks dalam
pembelajaran online (Praherdhiono, 2014). Seperti pada
gambar Sipejar saya mencoba membangun kebersamaan
dengan mahasiswa.

32
Implementasi Heutagogy Melalui Konstruksi Pembelajaran Personal

Gambar 5. Pendekatan Permasalahan Umum menjadi bahan


Personal
Arah angin selalu berubah. Tidak ada yang abadi
dalam kehidupan di dunia. Perlu menjadi kajian bersama
bahwa kelemahan pembelajaran saat ini yang masih
dipandang sebagai kegiatan yang mekanikal tidak dapat
diterapkan disemua bidang pembelajaran. Kemerdekaan
berpikir para ilmuan dan praktisi pendidikan adalah
“gugatan” terhadap pemberdayaan kepada pebelajar.
Pembelajaran harus menjadi student centered learning.
Rogers dan Freiberg (1994) menjelaskan kekuatan untuk
belajar benar-benar ada di tangan pebelajar dan bukan hanya
pengajar. Rogers dan Freiberg (1994) juga menyadari, bahwa
manusia tumbuh dari anak usia dini benar-benar memiliki
potensi namun tidak diantisipasi oleh sistem pendidikan.
Pembelajaran yang dilakukan hanya memenuhi target
pengguna lulusan, bahkan membingungkan dalam kegiatan
pembelajaran (Ackoff & Greenberg, 2008; Greenberg &

33
Implementasi Heutagogy Melalui Konstruksi Pembelajaran Personal

Ackoff, 2011). Sistem pembelajaran yang menjadi otonomi


dosen dapat mengganggu kemampuan alami mahasiswa di
perguruan tinggi untuk 1) mengeksplorasi, 2) mengajukan
kerisauannya, 3) membuat koneksi dalam lingkup sosial, dan
untuk belajar. Pendekatan heutagogy yang dilaksanakan
merupakan kontinyuitas dari pandangan humanistik tentang
bagaimana orang belajar dalam student centered learning
(Carl R. Rogers & Freiberg, 1969) dan juga beberapa
penelitian student centered learning di lingkungan belajar
terbaru sebagai lawan teacher centered learning (Tharayil et
al., 2018; Wilson et al., 2018; Zarouk et al., 2018).

Gambar 6. Mahasiswa sebagai Makhluk Personal

Pemikiran manusia merupakan makhluk individu dan


sosial adalah kunci dari belajar yang sesuai di era dan pasca
pandemi. Setiap individu akan belajar jika lingkungan belajar
memberikan dukungan. Sebagai kasus yang mungkin dapat
mewakili adalah kasus Mahasiswa Universitas Negeri

34
Implementasi Heutagogy Melalui Konstruksi Pembelajaran Personal

Malang pada jurusan Teknologi Pendidikan yang telah


mengenal berbagai layanan belajar yang mengakomodir
interaksi antar individu atau dengan sumber belajar melalui
bantuan teknologi. Teknologi yang digunakan di era pandemi
akan mengubah perilaku dan budaya baru bagi para pebelajar
pada pasca pandemi. Media dan teknologi memiliki potensi
untuk membangun pebelajar baik dari sisi kreatif maupun
inovatif, namun pada saat yang sama dengan juga memiliki
potensi penyalahgunaan dan bahkan lebih kasar lagi
membantu “pelecehan” verbal, fisik dll (Goodboy et al.,
2018; Padrón et al., 2018). Beberapa kenyataan yang dialami
oleh mahasiswa adalah kehadiran teknologi dalam
pembelajaran tidak selalu menguntungkan mayoritas
pebelajar atau selalu meningkatkan pembelajaran (Mayer et
al., 2018). Tidak ada jaminan bahwa belajar akan
berlangsung dengan baik hanya dengan sumber belajar
digital. Mahasiswa yang aktif dalam teknologi media sosial
tidak serta merta meningkatkan literasi digitalnya. Kenyataan
itu tidak mampu kita pungkiri. Media sosial adalah media
yang selama ini menjadi trend di Malang bahkan Indonesia.
Namun bisa jadi di negara lainnya (diluar Indonesia)
mungkin bisa sebaliknya.

35
Implementasi Heutagogy Melalui Konstruksi Pembelajaran Personal

Mempersiapkan Layanan Belajar di


Era dan Pasca pandemi
Pada pendidikan formal akan ada perubahan
mendasar yaitu hilangnya batas dengan pendidikan in-formal
maupun non-formal. Beberapa elemen tersebut menjadi
trans-pembelajaran seperti yang terlihat pada gambar 7

Gambar 7. Rancangan Trans-Pembelajaran di Era dan pasca


Pandemi

36
Implementasi Heutagogy Melalui Konstruksi Pembelajaran Personal

Sebagai penyelenggara pendidikan perlu


mengantisipasi pembelajaran pasca pandemi setelah
pebelajar melakukan pembelajaran di era pandemi.
Penyelenggara perlu melakukan rangkaian kegiatan dalam
menyesuaiakan kearah pembelajaran yang mengutamakan
individu dalam pendekatan heutagogy. Langkah-langkah
tersebut adalah langkah kongkrit dan terukur seperti gambar
8

PERSETUJUAN FASILITATOR
(deklarasi lembaga terhadap (mempersiapkan dan
dukungan layanan pembelajaran) memberdayakan pengajar)

PILIHAN PERJANJIAN
(membanguntujuan)
opsi perangkat dan (membangun komitmen antara
pebelajar dan pengajar)

PENINJAUAN PENILAIAN
(upayameningkatkan
melakukan bimbingan
capaian) untuk (menyepakati insrumen
penghargaan individu)

UMPAN BALIK
(berbagi pengalaman dan ide antar
individu)

Gambar 8. Tahapan implementasi heutagogi


Persetujuan. Pada tahap persetujuan adalah adanya
persetuan dalam wujud deklarasi yang menyatakan bahwa
lembaga, komunitas atau perkumpulan menyepakati bahwa
individu memiliki hak mendapatkan bimbingan terhada

37
Implementasi Heutagogy Melalui Konstruksi Pembelajaran Personal

pilihan hidup. Sehingga tahap perjanjian bergantung pada


tingkat otonomi yang diberikan kepada fasilitator dari
lembaga penyelenggara pendidikan. Hal ini menyangkut
persetujuan penggunaan pendekatan heutagogy dalam
pembelajaran sebelum diterapkan dalam kurikulum.
Lembaga penyelenggara pendidikan berupa 1) dewan
akademik, dan 2) para pembuat keputusan seperti kepala
departemen, direktur, ketua, 3) Senior (orang yang dianggap
senior dalam lembaga terkait). Jika dalam kegiatan pelatihan
di perusahaan, mungkin perlu meyakinkan CEO atau manajer
tentang perubahan dalam pelatihan. Pada tahap perjanjian
bukan menjadi keharusan jika heutagogy dapat
diimplementasikan tanpa harus memerlukan persetujuan dan
menjadi otonom fasilitator

Mahasiswa sebagai pebelajar pada masa dan

“ pasca pandemi, bukan merupakan objek


pembelajaran. Mahasiswa sebagai manusia
dewasa perlu didekati dengan cara yang
dewasa seperti dalam pembelajaran
andragogy.

Fasilitator. Pada tahap ini diperlukan sesorang maupun tim


untuk memfasilitasi pembelajaran. Orang atau tim yang
memfasilitasi kemajuan pebelajar digambarkan sebagai
fasilitator. Peran mereka adalah membimbing dan
memastikan bahwa hasil pembelajaran akan dioptimalkan

38
Implementasi Heutagogy Melalui Konstruksi Pembelajaran Personal

melalui pemberdayaan individu untuk mampu menentukan


arah pembelajarannya. Interaksi dengan pelajar perlu
dibangun dan diimplementasikan. Dosen dan pengajar yang
berperan sebagai fasilitator secara teoritis mungkin mudah,
namun secara praktis sangatlah sulit. Dosen dan pengajar
harus memiliki minat dan filosofis bahwa kegembiraan
belajar dihidupkan ketika pembelajaran berpusat kepada
mahasiswa menjadi komitmen. Dosen dan pengajar yang
berkomitmen dan dituangkan pada rencana pembelajaran.

Pilihan. Pebelajar memiliki keinginan jangkauan


pembelajaran yang luas, sempit mendalam merupakan
kewajaran. Minat pebelajar pasti memiliki perbedaan,
Beberapa pebelajar ingin mendapatkan pemahaman
mendalam tentang bidang yang sangat kompleks, sementara
pebelajar yang lain justru memiliki kecenderungan belajar
pada bidang pembelajaran yang mendalam tapi lebih sempit.
Peran fasilitator adalah membimbing pelajar lebih jelas
mendefinisikan apa yang ingin mereka pelajari. Fasilitator
akan mempertimbangkan tiga hal: 1) relevansi, 2)
pencapaian, dan 3) tingkat. Apa yang ingin dipelajari oleh
pelajar harus relevan dengan program studi yang menjadi
pilihan saat ini, topiknya harus sesuai dan bukan hanya
menarik bagi pebelajar. Fasilitator harus mampu menghitung
berapa banyak waktu yang tersedia untuk pelajar dalam

39
Implementasi Heutagogy Melalui Konstruksi Pembelajaran Personal

menyelesaikan pilihan sebagai jalan hidup mereka. Juga


sebagai fasilitator penting untuk menentukan tingkat sebagai
ketetapan ruang lingkup pembelajaran yang dianggap sebagai
capaian pembelajaran atau mendefinisikan capaian
kesuksesan. Perlu dihindari oleh fasilitator adalah pendekatan
pembelajaran yang berpusat pada pengajar yaitu dengan
memilihkan konten dan proses pembelajarannya secara
otoriter.

Sebagai penyelenggara pendidikan perlu

“ mengantisipasi pembelajaran pasca pandemi


setelah pebelajar melakukan pembelajaran di
era pandemi. Penyelenggara perlu melakukan
rangkaian kegiatan dalam menyesuaiakan
kearah pembelajaran yang mengutamakan
individu dalam pendekatan heutagogy.

Perjanjian. Pelajar dan fasilitator menyepakati beberapa hal


yaitu 1) kerangka waktu untuk pembelajaran, 2) metodologi
yang akan digunakan, 3) frekuensi tinjauan kemajuan dan 4)
bentuk penilaian akhir (jika diperlukan). Perjanjian dapat
dilakukan secara verbal maupun didokumentasikan secara
tertulis. Pebelajar kemudian dapat diingatkan tentang
tanggung jawab mereka, jika rencana pembelajaran berjalan
di luar jalur. Secara tegas perlu dinyatakan bahwa perjanjian
bukan merupakan kontrak formal dan mengikat. Sebaliknya,
perlu ada fleksibilitas yang tinggi, sehingga jika keadaan

40
Implementasi Heutagogy Melalui Konstruksi Pembelajaran Personal

berubah, program pembelajaran dapat beradaptasi. Misalnya


perlu diakomodasi tentang temuan aspek pembelajaran oleh
pebelajar yang menurut mereka relevan atau menarik bagi
mereka, dan mereka ingin mengubah fokus pembelajaran
mereka.

Peninjauan. Definisi pembelajaran heutagogy


mengasumsikan bahwa ketika orang diberikan pengetahuan
dan keterampilan baru, ada kemungkinan bahwa pelajar akan
mengembangkan wawasan baru yang tidak diketahui oleh
fasilitator. Proses untuk memperoleh wawasan pebelajar atau
pengalaman belajar sering kita definisikan sebagai
pembelajaran. Pebelajar kemungkinan memiliki 1)
pertanyaan baru, 2) tantangan dan 3) kemungkinan jalan
lebih lanjut untuk mereka kejar. Sehingga penting bagi
fasilitator untuk menemukan atau meninjau secara berkala
tentang 1) kemajuan apa yang telah dibuat dan 2) apa
kebutuhan baru pebelajar. Sesi peninjauan dapat melibatkan
pertemuan yang disepakati dengan fasilitator sebagai
individu atau kelompok, tatap muka atau menggunakan
teknologi yang tersedia. Bisa pula melakukan kegiatan
sinkron atau asinkron menggunakan Learning Management
System. Tinjauan juga dapat tertanam dalam pengalaman
belajar dengan meminta peserta terlibat dalam refleksi

41
Implementasi Heutagogy Melalui Konstruksi Pembelajaran Personal

kelompok dan individu yang menghasilkan keluaran yang


dapat dilaporkan.

Penilaian. Umumnya proses dan kegiatan penilaian


dilakukan pada akhir periode pembelajaran yang ditentukan,
namun bisa saja diwujudkan penilaian dilakukan selama
proses pembelajaran yang disepakati. Penilaian secara khusus
merupakan pendekatan yang berpusat pada pebelajar.
Penilaian merupakan upaya memberikan informasi sejauh
mana capaian pebelajar berdasarkan tujuan yang ingin diraih
pebelajar.

Definisi pembelajaran heutagogy

“ mengasumsikan bahwa ketika orang diberikan


pengetahuan dan keterampilan baru, ada
kemungkinan bahwa pelajar akan
mengembangkan wawasan baru yang tidak
diketahui oleh fasilitator.

Umpan balik. Permasalahan umpan balik merupakan cara


mengarahkan pebelajar pada tindakan tertentu berdasarkan
nasehat pengajar. Umpan balik bukan merupakan keharusan,
namun mungkin lebih tepatnya mengajak diskusi secara
mendalam di mana pebelajar dan fasilitator bertukar ide dan
pengalaman yang dapat memberikan manfaat. Pebelajar
dapat berbicara tentang tantangan yang dihadapi (dan

42
Implementasi Heutagogy Melalui Konstruksi Pembelajaran Personal

mengatasi) dan kemampuan baru pebelajar, sementara


fasilitator memperoleh informasi yang berguna tentang cara
membimbing pebelajar di masa depan. Kegiatan ini dapat
dilakukan dalam kelompok dan dapat menggantikan kuliah
didaktik atau kegiatan kelompok yang direncanakan.
Pertukaran pengalaman ini secara umum mengkonfirmasikan
nilai pembelajaran yang dipelajari oleh pebelajar, sambil juga
menawarkan wawasan tentang bagaimana pembelajaran di
masa depan disepakati oleh kedua belah pihak.

43
Implementasi Heutagogy Melalui Konstruksi Pembelajaran Personal

Kesimpulan
Kesadaran yang perlu kita tanamkan pada diri kita adalah
pebelajar di era dan pasca pandemi, yang didominasi oleh generasi
Z, memiliki akses lebih cepat terhadap teknologi dan konten
daripada generasi sebelumnya. Pembelajaran online adalah salah
satu upaya kita dalam memfasilitasi dan mengembangkan performa
belajar pasca pandemi. Pengembangan pembelajaran berbasis
kehidupan mengisyaratkan adanya perubahan yang dinamis dalam
kehidupan masyarakat pasca terjadinya pandemi. Kondisi tersebut
harus terproyeksikan dalam belajar dan pembelajaran.
Pembelajaran online diharapkan mampu menfasilitasi bagaimana
pebelajar belajar dalam lingkungan belajar digital. Setiap pebelajar
perlu diberikan jalan untuk mengkonstruksi budaya pebelajar
dengan keunikan masing-masing.

Umumnya proses dan kegiatan penilaian

“ dilakukan pada akhir periode pembelajaran


yang ditentukan, namun bisa saja diwujudkan
penilaian dilakukan selama proses
pembelajaran yang disepakati

Demokrasi belajar dalam lingkungan belajar digital akan


menjadi demokrasi pembelajaran yang meng-global dalam rangka
layanan sepenuh hati terhadap budaya belajar dinamis dari
pebelajar. Performa pebelajar perlu ditingkatkan dengan
menambahkan “lensa baru” bagi perancang belajar dan
pembelajaran untuk dapat digunakan dalam mengembangkan,
menyampaikan, dan memfasilitasi pembelajaran,

44
Implementasi Heutagogy Melalui Konstruksi Pembelajaran Personal

Perguruan Tinggi secara umum termasuk Universitas


Negeri Malang perlu mempertimbangkan karakteristik kebiasaan
dan fitur dalam sebuah desain pembelajaran untuk mendorong
demokrasi belajar berbasis kehidupan. Kedepan perlu didorong
untuk (1) mengeksplorasi aspek-aspek demokrasi belajar, (2)
mengidentifikasi strategi pembelajaran untuk mengembangkan
budaya pembelajaran secara efektif di seluruh perkuliahan dalam
berbagai platform. Semangat untuk kita semua. Jayalah Teknologi
Pendidikan Indonesia.

45
Implementasi Heutagogy Melalui Konstruksi Pembelajaran Personal

Daftar Pustaka
Ackoff, R. L., & Greenberg, D. (2008). Turning Learning
Right Side Up: Putting Education Back on Track
(paperback). Pearson Prentice Hall.
ekinpublishinggroup. (2018, August 6). Ready For Industry
5.0 ? FURNITURK INDUSTRY & DECORATION.
https://furniturkonline.com/2018/08/06/ready-for
industry-5-0/
Goodboy, A. K., Bolkan, S., & Baker, J. P. (2018). Instructor
misbehaviors impede students’ cognitive learning:
Testing the causal assumption. Communication
Education, 1–22.
Greenberg, D., & Ackoff, R. L. (2011). Ethics and
morality—A dialogue. Systems Research and
Behavioral Science, 28(1), 3–14.
Group, C. (n.d.). Industry 5.0 on the horizon | CADCAM
GROUP. Retrieved October 17, 2019, from
https://www.cadcam-group.eu/blog/news/industry-50
on-the-horizon
Hase, S. (2009). Heutagogy and e-learning in the workplace:
Some challenges and opportunities. Impact: Journal
of Applied Research in Workplace E-Learning, 1(1),
43–52.
Hase, S., & Kenyon, C. (2000). From andragogy to
heutagogy. Ulti-BASE In-Site.
Hase, S., & Kenyon, C. (2007). Heutagogy: A child of
complexity theory. Complicity: An International
Journal of Complexity and Education, 4(1).
Hase, S., & Kenyon, C. (2013). Self-determined learning:
Heutagogy in action. A&C Black.
Mayer, J., Borges, P. V., & Simske, S. J. (2018).
Introduction. In Fundamentals and Applications of
Hardcopy Communication (pp. 1–5). Springer.
Monostori, L., Markus, A., Van Brussel, H., & Westkämpfer,
E. (1996). Machine Learning Approaches to

46
Implementasi Heutagogy Melalui Konstruksi Pembelajaran Personal

Manufacturing. CIRP Annals, 45(2), 675–712.


https://doi.org/10.1016/S0007-8506(18)30216-6
Padrón, Y. N., Barohona, E., & Waxman, H. C. (2018).
Digital Citizenship. The TESOL Encyclopedia of
English Language Teaching, 1–6.
Plorin, D., Jentsch, D., Hopf, H., & Müller, E. (2015).
Advanced Learning Factory (aLF) – Method,
Implementation and Evaluation. Procedia CIRP, 32,
13–18. https://doi.org/10.1016/j.procir.2015.02.115
Praherdhiono, H. (2014). Convenience of Learning
Environment for Student Special Education With
Cyberwellness Concept. Proceeding International
postdraduate University Kebangsaan Malaysia.
SEAMOSEN.
Rogers, Carl R., & Freiberg, H. J. (1969). Freedom to learn,
Charles E. Merrill, Columbus, OH.
Rogers, Carl Ransom, & Freiberg, H. J. (1994). Freedom to
learn. Prentice Hall.
Smart factory and industry 4.0 and connected production
robots.. (n.d.). 123RF. Retrieved April 9, 2020, from
https://www.123rf.com/photo_101656863_smart
factory-and-industry-4-0-and-connected-production
robots-exchanging-data-with-internet-of-thin.html
Suku, J., & Pillai, M. G. (2005). Automation of University
Libraries in Kerala Status, Problems and Prospects.
The Journal of Academic Librarianship, 31(2), 151–
159. https://doi.org/10.1016/j.acalib.2004.12.007
Tharayil, S., Borrego, M., Prince, M., Nguyen, K. A.,
Shekhar, P., Finelli, C. J., & Waters, C. (2018).
Strategies to mitigate student resistance to active
learning. International Journal of STEM Education,
5(1), 7.
Wilson, A. B., Brown, K. M., Misch, J., Miller, C. H., Klein,
B. A., Taylor, M. A., Goodwin, M., Boyle, E. K.,
Hoppe, C., & Lazarus, M. D. (2018). Breaking with
tradition: A scoping meta‐analysis analyzing the
effects of student‐centered learning and computer‐

47
Implementasi Heutagogy Melalui Konstruksi Pembelajaran Personal

aided instruction on student performance in anatomy.


Anatomical Sciences Education.
Zarouk, M. Y., Restivo, F., & Khaldi, M. (2018). Student
Centered Learning Environment for Self-Regulated
Project-Based Learning in Higher Education: A
Qualification/Selection Study. Learning through
Inquiry in Higher Education: Current Research and
Future Challenges (INHERE 2018).

48
BAGIAN III. MEMFASILITASI
PEMBELAJARAN ONLINE DI
TENGAH PANDEMI MELALUI
PENINGKATAN PERFORMA
GURU
Memfasilitasi Pembelajaran Online Ditengah Pandemi Melalui Peningkatan Performa Guru

Henry Praherdhiono
henry.praherdhiono.fip@um.ac.id
Teknologi Pendidikan, Universitas Negeri Malang

Yulias Prihatmoko
yulias.prihatmoko.fip@um.ac.id
Teknologi Pendidikan, Universitas Negeri Malang

Herlina Ike Oktaviani


herlina.ike.fip@um.ac.id
Teknologi Pendidikan, Universitas Negeri Malang

Yerry Soepriyanto
yerry.soepriyanto.fip@um.ac.id
Teknologi Pendidikan, Universitas Negeri Malang

Eka Pramono Adi


eka.pramono.fip@um.ac.id
Teknologi Pendidikan, Universitas Negeri Malang

Nunung Nindigraha
n.nindigraha@gmail.com
Teknologi Pembelajaran, Universitas Negeri Malang

50
Memfasilitasi Pembelajaran Online Ditengah Pandemi Melalui Peningkatan Performa Guru

Abstrak
Kegiatan pembelajaran baik dimasa pandemi maupun dimasa
normal tidak dapat dipisahkan dari peran serta guru. Guru
memerlukan fasilitas dalam pengembangan kemampuan
pengajaran. Kemampuan pengajaran meliputi 1) Teknologi, 2)
Pedagogi dan 3) Konten pembelajaran. Supervisi terhadap
kebiasaan mengajar guru merupakan implementasi evaluasi untuk
memastikan bahwa guru memiliki performa terbaik dan mengajar
dalam kondisi darurat maupun dalam kondisi yang normal
sehingga efektif dan efisien. Untuk keperluan tersebut perlu adanya
kesepahaman dalam wujud kerjasama keilmuan antara pihak
sekolah, dengan praktisi, pengembang dan ilmuwan yang berada
dalam lingkungan universitas.

Kata kunci: Teknologi, Pedagogi, Konten Pembelajaran,


sekolah, universitas

51
Memfasilitasi Pembelajaran Online Ditengah Pandemi Melalui Peningkatan Performa Guru

Pendahuluan
Pelaksanaan pembelajaran di era pandemi, telah
menyepakti bahwa pembejaran dilakukan dengan cara tidak
melakukan tatap muka berdasarkan prinsip social distancing dan
physical distancing. Pengembangan sekolah sebagai tempat belajar
dan pembelajaran tidak dapat dipisahkan dari kegiatan integrasi
teknologi di sekolah. Berbagai kajian dalam wujud penelitian dan
pengembangan menunjukkan bahwa pembelajaran yang meliputi
input, proses dan capaian dapat ditingkatkan melalui penggunaan
teknologi (Davies & West, 2014). Integrasi teknologi di sekolah
dimaksudkan agar pebelajar perlu mengembangkan keterampilan
dalam pemanfaatan teknologi agar menjadi anggota masyarakat
yang produktif (Statti & Torres, 2020). Sekolah tidak mungkin
menghindari bagaimana memberikan pendidikan berkualitas tinggi.
Solusi yang ditawarkan adalah bagaimana guru mampu
menggunakan teknologi pendidikan secara efektif di kelas mereka
dan bahwa mereka mengajar siswanya untuk menggunakan
teknologi (Olusola, 2020). Kepala sekolah sebagai pengelola
sekolah harus mampu memastikan bahwa kerangka kerja yang
dikonstruksi untuk mengintegrasikan teknologi disekolah perlu
berpijak pada: (1) bagaimana meningkatkan akses pebelajar
melalui teknologi yang memfasilitasi pembelajaran (Al Mamun et
al., 2020), (2) bagaimana secara terus menerus meningkatkan
penggunaan teknologi dalam aktivitas pedagogi (LaVelle et al.,
2020), dan (3) bagaimana meningkatkan efektivitas penggunaan
teknologi untuk memfasilitasi pembelajaran dalam mencari konten
konten pembelajaran (Bardach & Klassen, 2020). Mengapa kepala

52
Memfasilitasi Pembelajaran Online Ditengah Pandemi Melalui Peningkatan Performa Guru

sekolah memerlukan usaha mengintegrasikan teknologi disekolah?


Jawaban ini terkait kondisi bahwa kepemilikan perangkat akses
yang berupa gadget telah menjadi kebutuhan secara personal pada
pebelajar saat ini karena banyaknya integrasi sumber daya
pendidikan yang terbuka (Praherdhiono & Pramono Adi, 2017).
Selain itu berbagai program Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan telah mengarah pada berbagai metode pengembangan
profesional guru seperti PPG walaupun banyak yang kurang
diprioritaskan di program tersebut yaitu masalah etika penggunaan
perangkat pembelajaran yang mempengaruhi penggunaan
teknologi pada saat diintegrasikan pada sekolah. Secara khusus
pendekatan yang perlu dilakukan kepala sekolah secara praktis
dalam mengintegrasikan teknologi di sekolah adalah menekankan
1) perspektif pedagogis pada pembelajaran secara personal (Blau et
al., 2020) , 2) melakukan penilaian secara transparan berbasis
teknologi (LaVelle et al., 2020), dan 3) mengkonstruksi sistem
yang mampu melakukan perubahan belajar dan pembelajaran
secara sistemik untuk sepenuhnya menyadari potensi teknologi
untuk meningkatkan pembelajaran (İpek & Karaman,
2020). Pengintegrasian teknologi dalam bidang pembelajaran
secara umum adalah meningkatkan akses informasi dan
komunikasi dalam aktivitas belajar dan pembelajaran melalui
gadget secara personal. Pebelajar harus dalam kondisi berdaya
dalam penggunaan terutama menggunakan teknologi untuk
mengumpulkan, mengatur, menganalisis, dan melaporkan
informasi secara personal. Harapan kita semua adalah
meningkatnya kinerja siswa pada tes standar. Temuan mengarah
pada kesimpulan bahwa upaya masa depan harus fokus pada

53
Memfasilitasi Pembelajaran Online Ditengah Pandemi Melalui Peningkatan Performa Guru

penyediaan siswa dan guru dengan peningkatan akses ke teknologi


bersama dengan pelatihan praktik terbaik yang baik secara
pedagogis, termasuk pendekatan yang lebih maju untuk penilaian
berbasis teknologi dan instruksi adaptif.
Pelaksanaan pembelajaran dalam kondisi pandemi covid
19 merupakan pembuktian profesionalisme guru. Asumsi awal dari
kondisi ini adalah kemampuan guru tidak bisa diremehkan sebagai
salah satu pengkonstruksi keberhasilan pembelajaran di era
pandemi. Sehingga untuk mewujudkan mutu pembelajaran
diperlukan kerangka kerja untuk mengembangkan teknologi,
pedagogi dan konten pembelajaran (Koehler et al., 2014).
Pengelolaan secara kemampuan sumber daya manusia berupa guru
oleh kepala sekolah, memerlukan langkah kongkrit dalam
menjelaskan bagaimana pengetahuan pedagoginya untuk
mengembangkan dan mengelola sebagai bagian yang terintegrasi
dengan teknologi dapat secara efektif meningkatkan proses belajar
dan pembelajaran (Turvey & Pachler, 2020). Kerangka kerja yang
dibangun memerlukan penyelarasan antara teknologi, pedagogi dan
konten pembelajaran dengan menekankan bagaimana hubungan
antara pemahaman guru tentang konten pembelajaran, pedagogi,
dan teknologi dapat menjalin interaksi satu sama lain untuk
menghasilkan belajar dan pembelajaran yang efektif (Ilmi &
Sunarno, 2020). Pada berbagai penelitian tentang integrasi
teknologi, pedagogi dan konten pembelajaran telah secara
signifikan mempengaruhi beberapa teori, penelitian, dan praktik
dalam pendidikan guru dan pengembangan profesionalisme guru
(Ifinedo et al., 2020; Praherdhiono et al., 2019a; Saubern et al.,
2020). Kerangka kerja pengembangan guru pada dasarnya perlu

54
Memfasilitasi Pembelajaran Online Ditengah Pandemi Melalui Peningkatan Performa Guru

menjelaskan hubungan antara teknologi, pedagogi, konten


pembelajaran dengan konstruksi yang terkait dalam literatur
teknologi pembelajaran. Kepala Sekolah harus mampu
memecahkan secara manajerial bagaimana melakukan pendekatan
kepada guru bagaimana mengembangkan teknologi, pedagogi dan
konten pembelajaran baik dalam jabatannya sebagai pengajar
maupun sebagai pendidik. Profesionalisme yang melekat pada
jabatan guru mewajibkan penguasaan baik secara teoretis dan
praktis untuk mensinergiskan teknologi, pedagogi dan konten
pembelajarannya. Sehingga evaluasi terhadap profesionalisme
yang disandang guru perlu berpijak pada pengembangan maupun
pemanfatan teknologi, kemampuan pedagogi dan bagaimana
menyusun konten pembelajaran secara efektif (Castéra et al.,
2020). Evaluasi digunakan untuk meninjau berbagai pendekatan,
model, strategi, dll yang dilakukan oleh guru dalam
mensinergiskan teknologi, pedagogi dan konten pembelajaran.
Evaluasi yang dilakukan kepala sekolah setidaknya memberikan
penekanan pada interaksi antara bentuk dan fungsi penilaian, dan
menghasilkan validitas terhadap berbagai
pendekatan. Profesionalisme guru merupakan penguasaan terhadap
teoretis, pedagogis, dan metodologis dalam pembelajaran, sehingga
perlu ditindak lanjuti dimasa depan bagi para peneliti, praktisi, dan
pendidik guru sebagai mitra eksternal.

55
Memfasilitasi Pembelajaran Online Ditengah Pandemi Melalui Peningkatan Performa Guru

Proses Pengembangan Kemampuan


Guru dalam Perspektif Manajerial
Pada proyeksi manajerial, kemampuan guru tidak dapat
berdiri sendiri. Beberapa entitas seperti kepala sekolah, mitra
eksternal terdapat hal yang saling terkait. Pengintegrasian
teknologi pada sekolah digunakan dalam rangka memanfaatkan
teknologi pendidikan di ruang kelas didasarkan pada keyakinan
bahwa teknologi dapat meningkatkan pengajaran dan memfasilitasi
pembelajaran (Januszewski & Molenda, 2013). Pada sektor
pebelajar perlu dikembangkan kemampuan dan keterampilan
terhadap penggunaan atau pemanfaatan teknologi sehingga
menjadi anggota masyarakat yang produktif dalam ekonomi global
yang kompetitif.

56
Memfasilitasi Pembelajaran Online Ditengah Pandemi Melalui Peningkatan Performa Guru

Gambar 1. Keterkaitan guru dengan entitas lainnya

57
Memfasilitasi Pembelajaran Online Ditengah Pandemi Melalui Peningkatan Performa Guru

Sebagai catatan, pada buku ini juga disertakan kegiatan


yang dapat diikuti secara langsung oleh bapak dan ibu guru yang
ingin melakukan uji coba pelaksanaan kegiatan melalui software
yang tidak berbayar. Kegiatan dapat langsung dilakukan melalui
kegiatan proses komunikasi tiap kelompok jenjang. Kegiatan ini
tidak wajib diikuti, namun dipersilahkan untuk sekedar berbagi
dalam situasi pandemi.

Komunikasi Guru Sekolah Dasar (SD/MI)


Silahkan menuju web:
https://padlet.com/kondisipandemi/sekolahdasar
Atau Screen QRCode Berikut:

Komunikasi Guru Sekolah Menengah Pertama


(SMP/MTs)
Silahkan menuju
web:https://padlet.com/kondisipandemi/sekolahmenengahper
tama

58
Memfasilitasi Pembelajaran Online Ditengah Pandemi Melalui Peningkatan Performa Guru

Atau Screen QRCode Berikut:

Komunikasi Guru Sekolah Menengah Atas


(SMA/SMK/MA)
Silahkan menuju web:
https://padlet.com/kondisipandemi/sekolahmenengahatas
Atau Screen QRCode Berikut:

Silahkan dicoba untuk dijalankan. Prasyarat kegiatan


komunikasi dilakukan dengan aplikasi yang harus terhubung ke
internet

59
Memfasilitasi Pembelajaran Online Ditengah Pandemi Melalui Peningkatan Performa Guru

60
Memfasilitasi Pembelajaran Online Ditengah Pandemi Melalui Peningkatan Performa Guru

Proses pengembangan Media Komunikasi


Link : https://padlet.com/
Atau Screen QRCode Berikut:

Tampilan awal

Tampilan pilihan login

61
Memfasilitasi Pembelajaran Online Ditengah Pandemi Melalui Peningkatan Performa Guru

Pilihan akun

Pilihan member

62
Memfasilitasi Pembelajaran Online Ditengah Pandemi Melalui Peningkatan Performa Guru

Dashboard utama
Untuk aplikasi yang digunakan adalah padlet
dikarenakan dapat dilakukan dari gadget dan sistem operasi
apapun tidak perlu diinstall hanya saja memerlukan online.
Aplikasi disediakan secara gratis/free.

Pilihan template

63
Memfasilitasi Pembelajaran Online Ditengah Pandemi Melalui Peningkatan Performa Guru

Memosting Awal
Proses komunikasi dilakukan untuk membangun
pemahaman antara guru dan kepala sekolah. Pemahaman bersama
dimulai dari kebiasaan pengajaran yang dishare. Komunikasi juga
menjembatani adanya kemungkinan guru atau kepala sekolah
dalam memberikan ide.

64
Memfasilitasi Pembelajaran Online Ditengah Pandemi Melalui Peningkatan Performa Guru

Penguatan Penggunaan Teknologi


dalam Pembelajaran di era Pandemi
Kondisi darurat merupakan landasan pelaksanaan
pembelajaran online memiliki konsekuensi terhadap pelaksanaan
secara mikro dan makro. Kondisi darurat merupakan kondisi yang
belum diantisipasi oleh seluruh elemen masyarakat adalah pandemi
covid-19. Penguatan teknologi pada guru umumnya selalu
diarahkan ke Teknologi Informasi dan Komunikasi. Pada berbagai
penelitian beberapa perangkat dan metode pembelajaran berbasis
TIK terbukti mendukung pengembang pembelajaran dalam
merencanakan hingga implementasi pada sistem pembelajaran
(Paquette, 2014; Praherdhiono et al., 2019a; Suparti et al., 2018;
Susilaningsih et al., 2018). Beberapa perangkat pembelajaran
sebenarnya telah dikembangkan dalam masa lalu melalui beberapa
paradigma perangkat seperti perangkat penulisan, sistem pakar dan
sistem bimbingan cerdas, desain instruksional terotomasi dan
terpandu, metode desain berbasis pengetahuan, standar e-Learning
dan lingkungan Web sosial/kognitif (Abulibdeh & Hassan, 2011;
Praherdhiono et al., 2019b; Siemens, 2002). Dari berbagai
teknologi yang dikembangkan oleh peneliti telah muncul tren
perkembangan perangkat. Tidak bisa dipungkiri lagi bahwa TIK
telah berkembang dengan cepat, sehingga memungkinkan
munculnya pendekatan teknologi baru dan terus berubah, dengan
dampak dalam membantu lebih banyak pebelajar untuk merancang
lingkungan belajar dan membangun belajar dan
pembelajaran. Semakin banyak orang yang belajar melalui mobile
gadget, menggunakan portal belajar pembelajaran, halaman

65
Memfasilitasi Pembelajaran Online Ditengah Pandemi Melalui Peningkatan Performa Guru

informasi dan berinteraksi dengan orang lain (Praherdhiono, 2016).


Namun dibagian dunia yang berbeda masih dapat kita temui, yaitu
dukungan pendidikan yang masih belum memadai.

Penguatan teknologi pada guru umumnya

“ selalu diarahkan ke Teknologi Informasi dan


Komunikasi. Pada berbagai penelitian
beberapa perangkat dan metode pembelajaran
berbasis TIK terbukti mendukung pengembang
pembelajaran dalam merencanakan hingga
implementasi pada sistem pembelajaran

Kebutuhan-kebutuhan yang muncul saat ini adalah aplikasi


gadget mobile dalam berbagai sistem operasi. Sehingga perlu
pendekatan pada paradigma pembelajaran yang memanfaatkan
gadget mobile. Kemampuan guru perlu diarahkan dan
dikembangkan kemampuan teknologi yang mendukung kebutuhan.
Tantangannya adalah bagaimana mencari teknologi mobile yang
sederhana.
Alamat link website: https://appsgeyser.com/
Dengan QR Code Sebagai Berikut:

66
Memfasilitasi Pembelajaran Online Ditengah Pandemi Melalui Peningkatan Performa Guru

Tampilan utama

Memilih Aplikasi

67
Memfasilitasi Pembelajaran Online Ditengah Pandemi Melalui Peningkatan Performa Guru

Membangun Aplikasi

68
Memfasilitasi Pembelajaran Online Ditengah Pandemi Melalui Peningkatan Performa Guru

Klik dan ketik

Klik dan isi gambar

Klik dan ketik


Klik dan ketik Klik dan ketik

Klik dan ketik


Klik dan ketik

Klik

69
Memfasilitasi Pembelajaran Online Ditengah Pandemi Melalui Peningkatan Performa Guru

Mengisi kebutuhan sistem

Klik dan ketik


Klik
dan

Memberi nama aplikasi

Klik dan ketik

Klik

Memberi deskripsi

70
Memfasilitasi Pembelajaran Online Ditengah Pandemi Melalui Peningkatan Performa Guru

Klik

Memberi ikon

Klik

Memproses aplikasi

71
Memfasilitasi Pembelajaran Online Ditengah Pandemi Melalui Peningkatan Performa Guru

Klik

Sign in akun

Klik dan ketik

Memilih akun

Klik dan ketik

Menyimpan aplikasi

72
Memfasilitasi Pembelajaran Online Ditengah Pandemi Melalui Peningkatan Performa Guru

Klik dan ketik

Klik dan ketik

Klik

Identitas

Mendownload aplikasi dan diinstall di android

73
Memfasilitasi Pembelajaran Online Ditengah Pandemi Melalui Peningkatan Performa Guru

Scan QR

Download melalui QR Code

74
Memfasilitasi Pembelajaran Online Ditengah Pandemi Melalui Peningkatan Performa Guru

Aplikasi yang telah dipaparkan merupakan


perkembangan selama dekade terakhir. Program komputasi yang
diperuntukkan dalam teknologi personal telah menjadi inisiatif
paling menonjol yang digunakan untuk meningkatkan akses ke
teknologi dalam sekolah. Inisiatif ini dirancang untuk
meningkatkan ketersediaan terutama teknologi digital dan
perangkat lunak terkait untuk belajar dan pembelajaran. Diakui
bahwa kendala akses terbesar adalah biaya untuk memperoleh dan
memelihara sumber daya teknologi. Munculnnya Open
Educational Resource (OER) berupaya meringankan sebagian
biaya yang terkait dengan penyediaan sumber daya pendidikan
yang berkualitas, namun secara umum program OER bermasalah
di keberlanjutan program (Walji & Hodgkinson-Williams, 2018).

75
Memfasilitasi Pembelajaran Online Ditengah Pandemi Melalui Peningkatan Performa Guru

Proses Evaluasi
Silahkan menuju link berikut:
https://forms.gle/oQgeLWQTRgc7XLVV7
Atau klik QR code

Form yang perlu diisi

76
Memfasilitasi Pembelajaran Online Ditengah Pandemi Melalui Peningkatan Performa Guru

Proses Pengembangan Evaluasi


dan
Klik

Membuka google

Klik
dan

Pilihan aplikasi di google

77
Memfasilitasi Pembelajaran Online Ditengah Pandemi Melalui Peningkatan Performa Guru

Klik
dan

Memasuki drive

dan
Klik
Klik

Memilih aplikasi

78
Memfasilitasi Pembelajaran Online Ditengah Pandemi Melalui Peningkatan Performa Guru

Klik dan

Klik

Klik pilih opsi


Klik dan ketik

Memilih opsi jawaban

Klik
dan

Membuat URL

79
Memfasilitasi Pembelajaran Online Ditengah Pandemi Melalui Peningkatan Performa Guru

Klik
dan

Klik
dan
Klik
dan

Jadi URL
Proses evaluasi sepertihalnya proses-proses lain dalam
pembelajaran. Penilaian dan Evaluasi juga membutuhkan beberapa
media untuk memudahkan proses tersebut. Pengembangan media
penilaian dan evaluasi program pembelajaran saat ini telah
diprakarsai oleh praktisi, pengembang dan ilmuan teknologi
pendidikan. Hal ini menyebabkan ketersediaan teknologi tersebut
memungkinkan untuk diterapkan sekolah (Barteit et al., 2020; Liu
et al., 2020; Schenke et al., 2020).

Program komputasi yang diperuntukkan dalam

“ teknologi personal telah menjadi inisiatif


paling menonjol yang digunakan untuk
meningkatkan akses ke teknologi dalam sekolah

Perkembangan teknologi tersebut telah meningkat secara


signifikan selama dekade terakhir, beberapa sekolah telah
menunjukkan akses terhadap media. Hal yang perlu diperhatikan
untuk dihindari adalah kemungkinan memberikan kesan kemajuan

80
Memfasilitasi Pembelajaran Online Ditengah Pandemi Melalui Peningkatan Performa Guru

yang berlebihan dalam integrasi dan penggunaan teknologi


sehingga tidak mendukung efektifitas, namun mengejar kesan
dipandang sebagai sekolah terbaik dan menghambur-hamburkan
pembiayaan yang sebenarnya belum diperlukan. Sehingga
diperlukan kebijakan dan pengetahuan dalam memiliki akses yang
lebih besar ke peningkatan penggunaan teknologi (yaitu,
ketersediaan komputer dan Internet) dalam peningkatan yang
substansial dalam pembelajaran. Sangat diperlukan kajian yang
menyeluruh dengan mengacu pada potensi teknologi untuk
meningkatkan pembelajaran.

81
Memfasilitasi Pembelajaran Online Ditengah Pandemi Melalui Peningkatan Performa Guru

Kesimpulan
Integrasi teknologi di sekolah dimaksudkan untuk
meningkatkan kegiatan pembelajaran di era pandemi menjadi lebih
efektif. Seringkali sekolah memiliki akses ke teknologi pendidikan
dan hanya memiliki fokus dalam mengintegrasi teknologi dengan
pijakan utama peningkatan penggunaan teknologi saja tanpa
dilandasi dengan aktivitas belajar. Penggunaan teknologi seringkali
disalahgunakan ketika guru dan siswa memiliki akses yang
memadai, mereka tidak selalu menggunakan teknologi untuk
tujuan pengajaran di era pandemi atau di era yang akan
datang. Masalah yang menghambat penggunaan teknologi di
sekolah adalah etika sosial dan moral, dan secara teknis pengaturan
adalah akses yang tidak adil ke teknologi untuk semua siswa
dibanding dengan akses pengelola dan guru. Kondisi umumnya
adalah guru dan pengelola boleh menggunakan internet disekolah
sedang siswa tidak diperkenankan. Kondisi ini berimplikasi
beberapa guru menghindari kegiatan pembelajaran menggunakan
internet dan mengharuskan siswa untuk menggunakan teknologi
untuk melakukan tugas di rumah. Banyak sekolah juga
menemukan perlunya membatasi penggunaan berbagai teknologi
karena potensi konsekuensi negatif dan dilema etis,
menganggapnya sebagai keharusan moral untuk memantau
penggunaan Internet dan membatasi akses siswa ke teknologi ini.

82
Memfasilitasi Pembelajaran Online Ditengah Pandemi Melalui Peningkatan Performa Guru

Kepala sekolah perlu membangun kebijakan yang ramah


dengan teknologi terutama pada era pandemi. Upaya peningkatkan
penggunaan teknologi di manapun, perlu dibarengi dengan
mendorong guru untuk berpartisipasi dalam kegiatan
pengembangan profesional. Tujuan paling umum untuk
pengembangan guru adalah mengubah sikap guru terhadap
integrasi teknologi dan memperkuat kemampuan mereka untuk
menggunakan teknologi spesifik. Kepala sekolah perlu untuk
memberikan penekanan kuat pada praktik yang berbasis
kontekstual dan sehat berdasarkan pedagogis. Teknologi, pedagogi
dan konten pembelajaran perlu menjadi acuan dalam
pengembangan guru yang profesional. Kepala sekolah harus
mengkonstruksi guru memiliki pemahaman yang utuh terhadap
hubungan antara keterjangkauan spesifik dari berbagai teknologi
dan karakteristik masing-masing alat dalam memfasilitasi
pembelajaran konten tertentu.
Keterbatasan adalah realitas yang dihadapi setiap
pengembangan. Namun, upaya untuk membangun teknologi
berbasis metode pengajaran, perlu terus ditingkatkan dan
pembenahan pada praktik dikelas. Tidak ada proses pengembangan
yang tidak menghadapi banyak tantangan. Mengingat kompleksitas
kontekstual dan faktor-faktor luar yang mempengaruhi sebagian
besar upaya peningkatan pembelajaran dalam mutu pendidikan,
perlu dilakukan kajian yang berimbang terhadap kemampuan kita
untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu dengan berbagai
teknologi yang berbeda-beda. Praktik pembelajaran yang baik
secara pedagogis harus diimplementasikan agar terjadi peningkatan
substansial berupa efektivitas penggunaan teknologi di sekolah

83
Memfasilitasi Pembelajaran Online Ditengah Pandemi Melalui Peningkatan Performa Guru

dalam pembelajaran. Bidang-bidang khusus di mana teknologi


memiliki potensi untuk meningkatkan pengajaran dan
pembelajaran termasuk pembelajaran individu dan peningkatan
penilaian serta evaluasi. Keterbatasan itu harus dianggap sebagai
tantangan untuk mewujudkan pembelajaran, penilaian dan evaluasi
secara efektif dengan teknologi. Keterbatasan akan hilang
dikarenakan kemajuan Teknologi Pendidikan yang menghadirkan
teknologi, alat, dan metode yang lebih baik.
Teknologi Pendidikan secara masif harus
diimplementasikan dalam semua kegiatan pembelajaran. Semua
pendidik, tenaga kependidikan hingga pengelola pendidikan telah
berupaya untuk memenuhi tantangan masa depan, dengan
meningkatkan belajar dan pembelajaran menggunakan teknologi
pendidikan. Sehingga perlu adanya upaya yang serius pada
penyediaan kepada siswa dan guru melalui akses menggunakan
teknologi-teknologi baru dalam sumber daya pendidikan. Namun
tidak bolah ditinggalkan upaya memperbaiki praktik pedagogis
untuk meningkatkan pembelajaran. Tentunya tidak hanya pada
mengubah sikap dan kemampuan guru secara umum,
perlu perubahan sistemik yang substansial mungkin perlu dibuat
dalam sistem pendidikan, administrasi, dan sumber daya untuk
mendukung guru dalam memanfaatkan transformasi Teknologi
Pendidikan.

84
Memfasilitasi Pembelajaran Online Ditengah Pandemi Melalui Peningkatan Performa Guru

Daftar Pustaka
Abulibdeh, E. S., & Hassan, S. S. S. (2011). E-learning
interactions, information technology self efficacy and
student achievement at the University of Sharjah,
UAE. Australasian Journal of Educational
Technology, 27(6).
Al Mamun, M. A., Lawrie, G., & Wright, T. (2020).
Instructional design of scaffolded online learning
modules for self-directed and inquiry-based learning
environments. Computers & Education, 144, 103695.
Bardach, L., & Klassen, R. M. (2020). Smart teachers,
successful students? A systematic review of the
literature on teachers’ cognitive abilities and teacher
effectiveness. Educational Research Review, 100312.
Barteit, S., Guzek, D., Jahn, A., Bärnighausen, T., Jorge, M.
M., & Neuhann, F. (2020). Evaluation of e-learning
for medical education in low-and middle-income
countries: A systematic review. Computers &
Education, 145, 103726.
Blau, I., Shamir-Inbal, T., & Avdiel, O. (2020). How does the
pedagogical design of a technology-enhanced
collaborative academic course promote digital
literacies, self-regulation, and perceived learning of
students? The Internet and Higher Education, 45,
100722.
Castéra, J., Marre, C. C., Yok, M. C. K., Sherab, K.,
Impedovo, M. A., Sarapuu, T., Pedregosa, A. D.,
Malik, S. K., & Armand, H. (2020). Self-reported
TPACK of teacher educators across six countries in
Asia and Europe. Education and Information
Technologies, 1–17.
Davies, R. S., & West, R. E. (2014). Technology integration
in schools. In Handbook of research on educational
communications and technology (pp. 841–853).
Springer.

85
Memfasilitasi Pembelajaran Online Ditengah Pandemi Melalui Peningkatan Performa Guru

Ifinedo, E., Rikala, J., & Hämäläinen, T. (2020). Factors


affecting Nigerian teacher educators’ technology
integration: Considering characteristics, knowledge
constructs, ICT practices and beliefs. Computers &
Education, 146, 103760.
Ilmi, A. M., & Sunarno, W. (2020). Development of TPACK
based-physics learning media to improve HOTS and
scientific attitude. Journal of Physics: Conference
Series, 1440(1), 012049.
İpek, Ö. F., & Karaman, A. C. (2020). Systemic Change in a
Higher Education Institution: Inquiring into
Organizational and Instructional Transformation.
Systemic Practice and Action Research, 1–17.
Januszewski, A., & Molenda, M. (2013). Educational
technology: A definition with commentary. Routledge.
Koehler, M. J., Mishra, P., Kereluik, K., Shin, T. S., &
Graham, C. R. (2014). The technological pedagogical
content knowledge framework. In Handbook of
research on educational communications and
technology (pp. 101–111). Springer.
LaVelle, J. M., Lovato, C., & Stephenson, C. (2020).
Pedagogical Considerations for the Teaching of
Evaluation. Evaluation and Program Planning,
101786.
Liu, Y.-M., Lin, G.-L., Chao, K.-Y., Jih, H. J., Yang, B.-H.,
& Chiang, Y.-C. (2020). Comparison of the
effectiveness of teaching strategies for a pediatric pain
management program for undergraduate nursing
students: A quantitative evaluation using an objective
structured clinical examination. Nurse Education in
Practice, 43, 102707.
Olusola, O. B. (2020). Instructional Technology an Effective
Panacea for Dynamic Education Transformation in
Learning: Disseminating Tools for Learning. In The
Roles of Technology and Globalization in
Educational Transformation (pp. 127–137). IGI
Global.

86
Memfasilitasi Pembelajaran Online Ditengah Pandemi Melalui Peningkatan Performa Guru

Paquette, G. (2014). Technology-Based Instructional Design:


Evolution and Major Trends. In J. M. Spector, M. D.
Merrill, J. Elen, & M. J. Bishop (Eds.), Handbook of
Research on Educational Communications and
Technology (pp. 661–671). Springer New York.
https://doi.org/10.1007/978-1-4614-3185-5_53
Praherdhiono, H. (2016). OPENPORTFOLIO AS MOOCs
IN BLEDEDSYSTEMS. Jurnal TEKPEN, 1(3).
Praherdhiono, H., & Pramono Adi, E. (2017). Constructing
Learning Results as Learning Object Through Open
Learning System. https://doi.org/10.2991/icet
17.2017.52
Praherdhiono, H., Setyosari, P., Degeng, I. N. S., Slamet, T.
I., Surahman, E., Adi, E. P., Degeng, M. D. K., &
Abidin, Z. (2019a). Teori dan Implementasi Teknologi
Pendidikan: Era Belajar Abad 21 dan Revolusi
Industri 4.0. Seribu Bintang.
Praherdhiono, H., Setyosari, P., Degeng, I. N. S., Slamet, T.
I., Surahman, E., Adi, E. P., Degeng, M. D. K., &
Abidin, Z. (2019b). Teori dan Implementasi
Teknologi Pendidikan: Era Belajar Abad 21 dan
Revolusi Industri 4.0. Seribu Bintang.
Saubern, R., Urbach, D., Koehler, M., & Phillips, M. (2020).
Describing increasing proficiency in teachers’
knowledge of the effective use of digital technology.
Computers & Education, 147, 103784.
Schenke, K., Redman, E. J., Chung, G. K., Chang, S. M.,
Feng, T., Parks, C. B., & Roberts, J. D. (2020). Does
“Measure Up!” measure up? Evaluation of an iPad
app to teach preschoolers measurement concepts.
Computers & Education, 146, 103749.
Siemens, G. (2002). Instructional design in elearning.
Retrieved January, 21, 2013.
Statti, A., & Torres, K. M. (2020). Digital Literacy: The Need
for Technology Integration and Its Impact on
Learning and Engagement in Community School
Environments. Peabody Journal of Education, 1–11.

87
Memfasilitasi Pembelajaran Online Ditengah Pandemi Melalui Peningkatan Performa Guru

Suparti, M., Juliardi, D., Rafsanjani, M. A., & Praherdhiono,


H. (2018). Determinant of Consumptive Behavior:
Study on Accountancy Colleger.
https://doi.org/10.2991/icli-17.2018.34
Susilaningsih, S., Praherdhiono, H., Adi, E. P., & Nindigraha,
N. (2018). Analysis of Climate Strengthening and
Learning Skills through Flipped Classroom. 1st
International Conference on Early Childhood and
Primary Education (ECPE 2018).
Turvey, K., & Pachler, N. (2020). Design principles for
fostering pedagogical provenance through research in
technology supported learning. Computers &
Education, 146, 103736.
Walji, S., & Hodgkinson-Williams, C. (2018). Factors
enabling and constraining OER adoption and Open
Education Practices: Lessons from the ROER4D
project.

88
BAGIAN IV. MENDIRIKAN
KANTONG BELAJAR DINDING
SEKOLAH SEBAGAI
KORESPONDENSI BELAJAR
DI ERA PANDEMI
Mendirikan Kantong Belajar Dinding Sekolah Sebagai Korespondesi Belajar Diera Pandemi

Henry Praherdhiono
henry.praherdhiono.fip@um.ac.id
Teknologi Pendidikan, Universitas Negeri Malang

Eka Pramono Adi


eka.pramono.fip@um.ac.id
Teknologi Pendidikan, Universitas Negeri Malang

Henny Indreswari
henny.indreswari.fip@um.ac.id
Bimbingan dan Konseling, Universitas Negeri
Malang

90
Mendirikan Kantong Belajar Dinding Sekolah Sebagai Korespondesi Belajar Diera Pandemi

Abstrak
Sekolah Dasar merasakan dampak akibat pandemi COVID-19.
Letak geografis Sekolah Dasar tersebar hingga ke desa. Beberapa
desa mengalami permasalahan jaringan internet sehingga
berdampak pada kegiatan pembelajaran serta perekonomian.
Keputusan masyarakat dan birokrat pendidikan, diperlukan untuk
segera mengatasi permasalahan pembelajaran. Kantong Belajar
yang di tempelkan di dinding sekolah merupakan solusi di Sekolah
Dasar di desa yang tidak memiliki jaringan internet. Kantong
Belajar merupakan sistem korespondensi lokal untuk meletakkan
tugas dan hasil tugas. Kantong belajar merupakan media yang
menjembatani guru, siswa, dan orang tua dan membutuhkan
gotong royong bersama.

Kata kunci: kantong belajar, pandemi, korespondensi

91
Mendirikan Kantong Belajar Dinding Sekolah Sebagai Korespondesi Belajar Diera Pandemi

Pendahuluan
Darurat merupakan kondisi yang wajar apabila belum
terantisipasi. Kejadian pandemi COVID-19 merupakan kejadian
yang baru dan sebuah drama bencana yang tidak terlihat oleh mata.
Banyak hal yang dapat kita ambil dari kejadian bencana pandemi,
salah satunya adalah pembelajaran online untuk kondisi Indonesia
dengan beragam. Kedaruratan mungkin masih dapat dipecahkan
untuk daerah yang memiliki jaringan internet atau masih
terjangkau oleh provider tertentu. Namun kedaruratan
pembelajaran sangat terasa pada daerah-daerah yang belum
memiliki akses internet. Dari data (Kominfo: 24.000 Desa Belum
Tersentuh Layanan Internet, n.d.) menunjukkan bahwa Indonesia
masih memiliki pekerjaan rumah yang harus diselesaikan pada saat
pelaksanaan darurat pembelajaran.
Sekolah Dasar merupakan sekolah yang paling terdampak
dalam pandemi COVID-19. Sekolah Dasar belum memiliki
persiapan dan antisipasi terhadap kegiatan pembelajaran yang
dilakukan tanpa harus tatapmuka. Dampak utama adalah dampak
secara psikologis, karena harus berada di rumah dalam waktu yang
lama (Wang et al., 2020). Beberapa hal penting selain aspek
psikologis yang harus dipikirkan, adalah persiapan pembelajaran
yang memerlukan perhatian para penentu kebijakan. Siswa Sekolah
Dasar di Indonesia umumnya belum dipersiapkan belajar secara
mandiri. Di era pandemi COVID-19 model pembelajaran yang
sesuai adalah pembelajaran secara mandiri (Xie & Yang, 2020).
Kondisi-kondisi tersebut memaksa adanya perlakukan khusus
kepada Sekolah Dasar di desa-desa yang terdampak COVID-19.

92
Mendirikan Kantong Belajar Dinding Sekolah Sebagai Korespondesi Belajar Diera Pandemi

Kondisi Sekolah Dasar yang berada di desa-desa tersebut


dapat dipastikan memiliki permasalahan kedaruratan pembelajaran.
Beberapa hal yang masih dipikirkan adalah bagaimana melayani,
membantu dan memberdayakan guru mereka yang masih memiliki
semangat mengajar di desa yang dijelaskan kominfo. Kondisi
semangat guru memang sangat ironis dengan kondisi di desa yang
tidak tersambung internet. Jika tidak mendapatkan jalan keluar,
maka semangat tersebut lambat laun akan memudar. Bahkan akan
mencapai titik klimaksnya yaitu muncul sikap apatis terhadap
kedaruratan pembelajaran akibat pandemi. Kedaruratan belajar dan
kedaruratan kondisi merupakan realitas yang masih diabaikan.
Kondisi ekonomi di desa yang belum mendapatkan
jaringan internet juga mengalami tekanan akibat pandemi. Kondisi
darurat ekonomi akibat corona yang sering dimunculkan, karena
memang merupakan realitas dan di sisi lain justru
di”hiperbola”kan. Kondisi realitas dampak corona terhadap
ekonomi sering dimunculkan dalam berbagai artikel (Anderson et
al., 2020; Fernandes, 2020; McKibbin & Fernando, 2020). Namun
hal tersebut berada dalam tataran makro. Sedangkan secara mikro,
dampak keuangan keluarga di tengah pandemi COVID-19 menjadi
pemicu untuk mengurangi kebutuhan yang masih bisa
ditangguhkan. Kondisi ekonomi keluarga menjadi realitas untuk
memperberat pelaksanaan pembelajaran di era pandemi. Alasan
ekonomi keuangan keluarga menjadi daya tolak terhadap
pelaksanaan pembelajaran secara online oleh masyarakat. Belum
lagi realitas masyarakat yang meng”hiperbola”kan kondisi
ekonomi akibat pandemi.

93
Mendirikan Kantong Belajar Dinding Sekolah Sebagai Korespondesi Belajar Diera Pandemi

Dukungan Kebijakan di Sekolah


Dasar pada Kondisi Pandemi
Pemaknaan pembelajaran yang utuh tanpa tatap muka
merupakan landasan kegiatan pembelajaran di Sekolah Dasar.
Kondisi darurat merupakan landasan pelaksanaan pembelajaran
tanpa tatap muka, memiliki konsekuensi terhadap pelaksanaan
pembelajaran secara mikro dan makro. Kondisi darurat merupakan
kondisi yang belum diantisipasi oleh pihak otoritas di Sekolah
Dasar, adalah pandemi COVID-19 terutama untuk proses
pembelajaran. Penyebaran COVID-19 sangat cepat,
mengakibatkan seluruh sistem kesehatan global semakin terbebani
oleh banyaknya orang yang membutuhkan diagnosis, isolasi dan
perawatan. Ketidaksiapan memiliki indikasi kekurangan dalam
berbagai fasilitas, sumber daya manusia, fasilitas kesehatan dan
fasilitas lainnya (Baden et al., 2020). Skala dan luasnya masalah
pandemi bagi pelaksanaan pembelajaran di Sekolah Dasar
membutuhkan respon penentuan kebijakan yang juga cepat. Seperti
halnya masalah makro dalam pembelajaran pada umumnya
membutuhkan penanganan yang cepat namun harus tepat. Harapan
semua orang adalah jangan sampai permasalahan di Sekolah Dasar
dengan kondisi tanpa jaringan internet, diselesaikan dengan suatu
metode namun menimbulkan permasalahan baru. Sedangkan hal
yang bersifat mikro adalah bagaimana pelaksanaan pembelajaran
tidak menimbulkan kerumitan interaksi bagi pebelajar, pengajar
dan sumber belajar dan tetap menjaga kemananan sosial dan
kontak secara fisik di tengah pandemi.

94
Mendirikan Kantong Belajar Dinding Sekolah Sebagai Korespondesi Belajar Diera Pandemi

Antisipasi dampak pandemi di Sekolah Dasar memerlukan


penanganan harus bersifat menyeluruh. Permasalahan kedaruratan
teknologi merupakan permasalahan yang memerlukan perhatian
bagi pemilik otoritas di Sekolah Dasar. Kemampuan guru di
Sekolah Dasar antara satu dengan yang lainnya tidak sama. Namun
permasalahannya adalah kesepakatan umum bahwa yang
digunakan adalah teknologi yang berbasis pada sistem online pada
kondisi darurat pandemi. Pemaknaan online tidak diarahkan
kepada pemaknaan proses pembelajaran yang tidak tatap muka.
Secara teknologi, pembelajaran online menjadi perhatian peneliti
dan praktisi dalam pelaksanaan pembelajaran (Liu et al., 2020;
Salkin et al., 2020; Xie & Yang, 2020). Karena teknologi berbasis
sistem online menjanjikan keragaman dan kemanfaatan dalam
memudahkan pembelajaran di era pandemi. Teknologi yang paling
diminati dalam teknologi online adalah media sosial. Media sosial
merupakan teknologi berbasis online yang paling umum digunakan
dalam berkomunikasi di tengah pandemi (Ienca & Vayena, 2020;
Nicomedes & Avila, 2020; Wiederhold, 2020). Berbagai
pengalaman dalam penggunaan media sosial menunjukkan akibat
yang positif dan negatif. Selain teknologi media sosial, beberapa
kebijakan mengarah pada teknologi web. Teknologi ini juga
menjadi teknologi yang diperhitungkan dalam kegiatan penyebaran
informasi di tengah pandemi (Jain & Singh, 2020; Zhou et al.,
2020). Teknologi web sering dimanfaatkan dalam penyebaran
informasi yang berupa Content Management System (CMS),
Learning Management System (LMS), Video conference (VC) dan
teknologi web lainnya. Kebijakan yang juga difasilitasi oleh
otoritas pendidikan adalah teknologi yang berbasis aplikasi. Alasan

95
Mendirikan Kantong Belajar Dinding Sekolah Sebagai Korespondesi Belajar Diera Pandemi

kebijakan mengarah pada penggunaan aplikasi adalah kegiatan


pembelajaran yang aplikasinya telah terpasang di smartphone
(Pandey et al., 2020). Beberapa iming-iming dari penyelenggara
aplikasi adalah gratis dan dapat digunakan dalam kegiatan
pembelajaran di tengah pandemi. Jika melihat karakteristik
kebijakannya untuk daerah yang tidak terdapat permasalahan
jaringan internet adalah tanpa tatapmuka dan menghindari kontak
fisik secara langsung. Antisipasi di Sekolah Dasar seharusnya
bukan berada pada bagaimana mengadakan jaringan internet,
namun bagaimana caranya pembelajaran tanpa melakukan kontak
fisik atau tatap muka.
Model pembelajaran di Sekolah Dasar memerlukan metode
korespondensi lokal untuk membangun komunikasi antara guru,
siswa dan orang tua. Kemandirian belajar merupakan pendekatan
pembelajaran yang diterapkan secara menyeluruh kepada siswa
Sekolah Dasar. Arah korespondensi adalah membangun
kemandirian siswa dengan penggunaan sumber belajar yang
dikirimkan guru melalui peran serta orang tua. Sumber belajar
secara korespondensi terkomunikasikan melalui media sederhana
yang dipasang di Sekolah Dasar. Landasan korespondensi di
tengah kondisi darurat pandemi adalah penyelarasan proses
pembelajaran daerah yang terdapat jaringan internet dan yang tidak
mendapatkan jaringan internet. Seperti kondisi yang mendapatkan
jaringan internet adalah menggunakan sumber belajar digital yang
disebarluaskan melalui teknologi media sosial untuk
mengeksplorasi kemampuan belajar siswa, sehingga proses belajar
dan pembelajaran menjadi sangat berharga (Kormos & Csizer,
2014; Libbrecht, 2015), serta terjadinya peningkatan kualitas

96
Mendirikan Kantong Belajar Dinding Sekolah Sebagai Korespondesi Belajar Diera Pandemi

pembelajaran era sekarang (Kewal Ramani dkk., 2018).


Korespondensi juga dapat dilakukan pada pembelajaran yang tidak
menggunakan internet, sebagai metode pembelajaran yang setara
dengan online.

Gambar 1. Metode memutuskan kondisi darurat

97
Mendirikan Kantong Belajar Dinding Sekolah Sebagai Korespondesi Belajar Diera Pandemi

Pengembangan Model Korespondensi


Keputusan pembelajaran menggunakan model
korespondesi ditentukan bersama antara kepala sekolah dan guru
dalam kondisi darurat. Menggunakan alur seperti yang tertera pada
gambar 1, kondisi dalam keadaan darurat harus segera diputuskan.
Kondisi darurat membutuhkan pemikiran taktis. Keputusan harus
didukung dengan data fasilitas pembelajaran apa yang tersedia dan
bisa dimiliki atau diusahakan. Data berikutnya yang perlu menjadi
pertimbangan adalah kemampuan guru yang dimiliki sekolah
tersebut. Guru merupakan sumber daya profesional yang
sebenarnya mampu mengembangkan dirinya berdasarkan kondisi,
namun untuk mengantisipasi kondisi darurat yang terpenting
adalah kemampuan guru saat ini sampai pada tingkatan yang mana.
Keputusan yang terbaik adalah keputusan tercepat yang
mendapatkan kesepakatan antara guru dan kepala sekolah.
Kondisi Sekolah Dasar di daerah yang tidak terdapat
jaringan internet, biasanya menggunakan tatap muka sebagai cara
menyampaikan pesan dan pembelajaran. Pembelajaran didominasi
guru yang mengupayakan, memindahkan pengetahuan yang telah
mapan kepada siswanya. Pada konstruksi pembelajaran tatap muka
memiliki rancangan pengiriman pesan yang sederhana yaitu guru
sebagai sumber belajar, sehingga menempatkan guru sebagai pusat
pembelajaran dan menggunakan seluruh kemampuan untuk
mengirim pesan, melalui presentasi, dengan sedikit sekali
melibatkan bahan atau aktivitas pembelajaran mandiri (Anzalone,
1995). Kemampuan guru yang tetap menjadi pusat pembelajaran
merupakan hal yang sulit dilakukan pada masa pandemi, karena

98
Mendirikan Kantong Belajar Dinding Sekolah Sebagai Korespondesi Belajar Diera Pandemi

sifatnya yang harus tatap muka. Korespondensi merupakan cara


yang memiliki kemiripan dengan perilaku guru dikarenakan
kondisi. Konsep korespondensi adalah adanya pengiriman pesan
dari guru ke siswa melalui perantara orang tua. Pandemi telah
membatasi dengan tidak diperkenankannya guru dan siswa
berkumpul.
Korespodensi dilakukan dengan cara membuat surat
layaknya guru menyapa siswanya satu persatu. Kemampuan guru
dalam berkomunikasi merupakan kemampuan alamiah setiap
pengajar yang harus diimplementasikan. Cara yang paling
memungkinkan adalah dengan membuat surat kepada setiap
siswanya. Surat yang diberikan kepada siswanya perlu diberikan
sentuhan psikologis, dalam hal ini melalui sentuhan personal,
sehingga surat yang dibuat oleh gurunya mampu membangkitkan
emosi siswa. Sapaan yang khas, bimbingan yang mengarah pada
bantuan secara psikologis, kerinduan untuk bertemu dan lain-lain
akan membangkitkan siswa tetap berada pada zona nyaman, dan
bahkan dapat meningkatkan kekuatan mental (France et al., 1995;
Gerber, 2008). Guru Sekolah Dasar merupakan sosok orang tua
sekaligus sahabat bagi siswanya. Guru bukan hanya bertindak
dengan memberikan tugas melalui surat-surat yang dikirimkan
secara personal, namun sekaligus juga memberikan penguatan
dalam bentuk bimbingan yang dikemas secara personal bagi
seluruh siswa. Guru adalah orang yang paling tahu kondisi masing
masing siswa di kelasnya, sehingga guru memiliki kesempatan
yang sangat banyak untuk menciptakan suasana psikologis yang
dapat membangun motivasi siswa. Dengan demikian siswa tidak
kehilangan kepercayaan diri dan tidak kehilangan semangat untuk

99
Mendirikan Kantong Belajar Dinding Sekolah Sebagai Korespondesi Belajar Diera Pandemi

melakukan seluruh tugas-tugas sekolahnya, karena siswa tahu -


gurunya tetap mendampingi dan menyapanya secara personal.
Siswa juga bebas menceriterakan apa yang dipikirkan dan
dirasakannya kepada guru. Kondisi ini akan memberikan dampak
positif yang sangat berarti bagi keberlangsungan belajar siswa di
rumah. Tentu kondisi ini masih tetap harus melibatkan orang tua
yang bisa menjadi mediator dalam proses pembelajaran tersebut.
Dapat dikatakan, orang tua menjadi kepanjangan tangan sekolah
dalam proses pembelajaran di era pandemi ini. Peran orang tua
sangat besar, karena orang tua diharapkan bisa memposisikan diri
tidak hanya sebagai orang tua di rumah, sebagai fasilitator
sekaligus mediator dengan pihak sekolah, tetapi juga harus bisa
bertindak sebagai teman, yang bisa juga melakukan kegiatan
kegiatan rekreatif bersama anak, untuk menjaga kondisi psikologis
anak dari kebosanan panjang yang bisa muncul.

Gambar 2. Alur Pengiriman Surat

100
Mendirikan Kantong Belajar Dinding Sekolah Sebagai Korespondesi Belajar Diera Pandemi

Korespodensi dilakukan dengan cara membuat

“ surat layaknya guru menyapa siswanya satu


persatu. Kemampuan guru dalam
berkomunikasi merupakan kemampuan
alamiah setiap pengajar yang harus
diimplementasikan. Cara yang paling
memungkinkan adalah dengan membuat surat
kepada setiap siswanya.

Bertolak dari kondisi tersebut, KANTONG BELAJAR


bisa digunakan sebagai media bagi guru dan siswa untuk
melakukan korespondensi. Kantong belajar mirip dengan kotak
saran yang ada di sekolah atau di kantor, namun tidak dibuat
tertutup melainkan terbuka seperti halnya kotak brosur. Kantong
belajar memiliki sekat-sekat atau terpisah berdasarkan kelas seperti
ilustrasi pada gambar 3. Namun ilustrasi bukan merupakan
panduan baku/model kantong belajar yang harus diikuti. Dengan
berbagai inovasi dan kreatifitas dari pihak sekolah, perlu dirancang
bentuk-bentuk yang sesuai dengan kearifan lokal setempat. Artinya
tidak ada bentuk baku dari kantong belajar.

101
Mendirikan Kantong Belajar Dinding Sekolah Sebagai Korespondesi Belajar Diera Pandemi

Gambar 3. Ilustrasi Kantong Belajar

102
Mendirikan Kantong Belajar Dinding Sekolah Sebagai Korespondesi Belajar Diera Pandemi

Kesimpulan
Pengembangan kantong belajar merupakan ide dalam
menangani kondisi darurat, dan dengan berbagai inovasi dapat
dilakukan dalam kegiatan belajar pada kondisi normal untuk tujuan
tertentu dalam pembelajaran. Keberadaan Sekolah Dasar yang
terletak di desa yang belum terjamah jaringan internet merupakan
keinginan untuk membantu bapak ibu guru yang merasa tidak
berdaya di tengah pandemi. Semangat bapak dan ibu guru
merupakan kecerdasan humanis kapabilitas profesi yang harus
mendapatkan apresiasi dan penguatan. Pemberdayaan guru melalui
penguatan pengelolaan inovasi akan membangun guru lebih
tanggap dan humanis dalam menyikapi pandemi.

103
Mendirikan Kantong Belajar Dinding Sekolah Sebagai Korespondesi Belajar Diera Pandemi

Daftar Pustaka
Anderson, R. M., Heesterbeek, H., Klinkenberg, D., &
Hollingsworth, T. D. (2020). How will country-based
mitigation measures influence the course of the
COVID-19 epidemic? The Lancet, 395(10228), 931–
934.
Anzalone, S. (1995). The case for multichannel learning.
Multichannel Learning: Connecting All to Education,
1–12.
Baden, T., Chagas, A. M., Molloy, J., & Godino, L. P.
(2020). Leveraging Open Hardware to alleviate the
burden of COVID-19 on global health systems.
Fernandes, N. (2020). Economic effects of coronavirus
outbreak (COVID-19) on the world economy.
Available at SSRN 3557504.
France, M. H., Cadieax, J., & Allen, G. E. (1995). Letter
therapy: A model for enhancing counseling
intervention. Journal of Counseling & Development,
73(3), 317–318.
Gerber, D. A. (2008). Authors of their lives: The personal
correspondence of British immigrants to North
America in the nineteenth century. NYU Press.
Ienca, M., & Vayena, E. (2020). On the responsible use of
digital data totackle the COVID-19 pandemic. Nature
Medicine, 1–2.
Jain, R., & Singh, A. K. (2020). Technological Approaches
for E-Content Development and Deployment: A
Qualitative Analysis From Experts’ Perspective.
International Journal of Information and
Communication Technology Education (IJICTE),
16(3), 92–112.
KewalRamani, A., Zhang, J., Wang, X., Rathbun, A.,
Corcoran, L., Diliberti, M., & Zhang, J. (2018).
Student Access to Digital Learning Resources outside
of the Classroom. NCES 2017-098. National Center
for Education Statistics.

104
Mendirikan Kantong Belajar Dinding Sekolah Sebagai Korespondesi Belajar Diera Pandemi

Kominfo: 24.000 Desa Belum Tersentuh Layanan Internet.


(n.d.). Retrieved April 8, 2020, from
https://inet.detik.com/telecommunication/d
4505284/kominfo-24000-desa-belum-tersentuh
layanan-internet
Kormos, J., & Csizer, K. (2014). The interaction of
motivation, self‐regulatory strategies, and
autonomous learning behavior in different learner
groups. Tesol Quarterly, 48(2), 275–299.
Libbrecht, P. (2015). Adaptations to a Learning Resource.
Acta Didactica Napocensia, 8(1), 67–74.
Liu, W., Yue, X.-G., & Tchounwou, P. B. (2020). Response
to the COVID-19 Epidemic: The Chinese Experience
and Implications for Other Countries.
Multidisciplinary Digital Publishing Institute.
McKibbin, W. J., & Fernando, R. (2020). The global
macroeconomic impacts of COVID-19: Seven
scenarios.
Nicomedes, C. J., & Avila, R. M. (2020). An Analysis on the
Panic of Filipinos During COVID-19 Pandemic in the
Philippines.
Pandey, R., Gautam, V., Bhagat, K., & Sethi, T. (2020). A
Machine Learning Application for Raising WASH
Awareness in the Times of COVID-19 Pandemic.
ArXiv Preprint ArXiv:2003.07074.
Salkin, P. E., Kaufman, E., Angelos, C., Berman, S.J., Bilek,
M. L., Chomsky, C. L., Curcio, A. A., Griggs, M.,
Howarth, J. W., & Merritt, D. J. (2020). The Bar
Exam and the COVID-19 Pandemic: The Need for
Immediate Action.
Wang, G., Zhang, Y., Zhao, J., Zhang, J., & Jiang, F. (2020).
Mitigate the effects of home confinement on children
during the COVID-19 outbreak. The Lancet,
395(10228), 945–947.
Wiederhold, B. K. (2020). Using Social Media to Our
Advantage: Alleviating Anxiety During a Pandemic.
Cyberpsychology, Behavior, and Social Networking.

105
Mendirikan Kantong Belajar Dinding Sekolah Sebagai Korespondesi Belajar Diera Pandemi

Xie, Z., & Yang, J. (2020). Autonomous Learning of


Elementary Students at Home During the COVID-19
Epidemic: A Case Study of the Second Elementary
School in Daxie, Ningbo, Zhejiang Province, China.
Ningbo, Zhejiang Province, China (March 15, 2020).
Zhou, L., Wu, S., Zhou, M., & Li, F. (2020). 'School’s Out,
But Class’ On’, The Largest Online Education in the
World Today: Taking China’s Practical Exploration
During The COVID-19 Epidemic Prevention and
Control As an Example. But Class’ On’, The Largest
Online Education in the World Today: Taking
China’s Practical Exploration During The COVID-19
Epidemic Prevention and Control As an Example
(March 15, 2020).

106
BAGIAN V.
MENGKONSTRUKSI KAMPUS
MOBILE
Mengkonstruksi Kampus Mobile

Henry Praherdhiono
henry.praherdhiono.fip@um.ac.id
Teknologi Pendidikan, Universitas Negeri Malang

Yulias Prihatmoko
yulias.prihatmoko.fip@um.ac.id
Teknologi Pendidikan, Universitas Negeri Malang

Eka Pramono Adi


eka.pramono.fip@um.ac.id
Teknologi Pendidikan, Universitas Negeri Malang

Nunung Nindigraha
n.nindigraha@gmail.com
Teknologi Pembelajaran, Universitas Negeri Malang

108
Mengkonstruksi Kampus Mobile

Abstrak
Pembelajaran berbasis komputasi pada jurusan Teknologi
Pendidikan menghadapi tantangan yang menarik dalam
menyediakan kurikulum, pedagogi, learning object hingga sumber
belajar. Teknologi dikembangkan dalam rangka memenuhi
kebutuhan kekinian 1) mahasiswa sebagai calon teknolog,
pengembang, analis dll, 2) pengusaha, dan 3) secara umum
masyarakat. Pembelajaran berbasis sistem mobile harus
meningkatkan pengalaman belajar mahasiswa, dan oleh karena itu
teknologi tidak boleh dianggap terpisah tanpa memikirkan
landasan pedagogi yang sesuai untuk mengkontruksi kognitif,
afektif dan psikomotorik.

Kata kunci: Pembejaran berbasis komputer, kurikulum,


pedagogi

109
Mengkonstruksi Kampus Mobile

Pendahuluan
Banyak kampus telah memulai mengintegrasikan teknologi
pembejarannya dengan tablet. Beberapa sekolah telah
menyediakan tablet dengan sistem operasi Android atau tablet
dengan sistem operasi lainnya (Reychav, Warkentin, & Ndicu,
2016). Kondisi kelas dengan perbandingan 1 tablet :1 mahasiswa
merupakan cita-cita yang sebenarnya telah terlaksana (Bergström,
Häll, Kuuskorpi, & Jahnke, 2016). Beberapa hal justru menjadi
ironis, ketika seorang dosen menggunakan komputer untuk
membuat komponen pelajaran yang kurang maksimal. Penggunaan
pada umumnya masih merupakan langkah ke arah pembelajaran
sesuai kebiasaan dosen hanya saja dimediasi teknologi.
Pengembangan media pembelajaran masih pada hal-hal tradisional
seperti kuis, tes, dan lembar kerja. Penggunaan tablet akhirnya
kurang mewakili perubahan substantif pembelajaran dari hari-hari.
Seperti ketika dosen menjalankan komponen komputer seperti
mesin ketik. Di sisi lain, jika dosen melibatkan mahasiswa dalam
menggunakan komputer, sesungguhnya memiliki potensi
pembelajaran yang aktif akan meningkat (Agudo-Peregrina,
Iglesias-Pradas, Conde-González, & Hernández-García, 2014).
Faktanya adalah bahwa dosen cenderung masih belajar lebih
banyak atau lebih dari mahasiswa mereka untuk penggunaan tablet.

110
Mengkonstruksi Kampus Mobile

Kekuatan potensial
untuk mengubah
pengajaran dan
pembelajaran lebih
mungkin direalisasikan
jika tablet mahasiswa
selaras dengan tablet untuk
dosen. Semakin banyak
perkuliahan menggunakan
teknologi mobile saat ini
(Al-Okaily, 2015;
Edwards, 2016; Han & Shin, 2016). Sering menjadi perdebatan
dikarenakan biaya yang relatif tinggi dan beberapa kebijakan harus
dibuat sebagai akibat penggunaan tablet masih perlu dicatat
sebagai hal yang relatif. Berapa jumlah mahasiswa dan dosen yang
telah menggunakan perangkat mobile dan tablet? Atau mungkin
masih ada keraguan karena hasil belajar mahasiswa meningkat
setelah menggunakan perangkat mobile.
Berbagai penelitian telah dilakukan sebelum perangkat
mobile hadir untuk pembelajaran. Penggunaan teknologi
bersamaan dengan evolusi kurikulum, ada juga keragaman yang
lebih besar dalam pedagogi yang yang bersal dari kebiasaan
penggunaan teknologi komputasi (Cigdem & Topcu, 2015).
Prevalensi teknologi informasi dan komunikasi (TIK) telah
menghasilkan serapan luas peluang berbasis web (Bogdanov,
Ullrich, Isaksson, Palmer, & Gillet, 2012), mobile kampus (Al
Okaily, 2015), pembelajaran jarak jauh (Bertin, 2010) dan e
learning (Iqbal, 2015). Penyelesaian pembelajaran berbasis

111
Mengkonstruksi Kampus Mobile

komputasi tidak menandai akhir dari proses pendidikan. Dunia


teknologi yang berubah dengan cepat mengharuskan para praktisi
untuk melakukan pengembangan profesional lanjutan yang
signifikan. Dengan demikian, ada banyak kemajuan dalam
pembelajaran seumur hidup.

112
Mengkonstruksi Kampus Mobile

Komputer dalam Kerangka


Kurikulum, Pedagogy dan Sumber
Belajar
Pembelajaran berbasis komputasi pada jurusan Teknologi
Pendidikan menghadapi tantangan yang menarik dalam
menyediakan kurikulum yang memenuhi tuntutan mahasiswa,
pengusaha, dan masyarakat. Perubahan
dan perkembangan teknologi yang pesat
menuntut agar kurikulum dengan
teknologi komputasi dan metode
pengajaran disesuaikan secara terus menerus (Antonoff et al.,
2016). Dengan demikian, kurikulum dengan menggunakan
teknologi komputasi harus dibuat seefisien mungkin dan berfokus
pada bidang subjek komputasi generik dan keterampilan yang
dibutuhkan untuk memasuki profesinya.
Mengingat kebutuhan bidang / subjek pembelajaran yang
berubah dengan cepat, komputasi harus dikembangkan terus
menerus demi mengimbangi teknologi baru dan tuntutan bisnis dan
industri. Namun demikian, ada sejumlah ketentuan kurikulum
umum, misalnya pengajaran pemrograman (Kesavan, 2016),
persyaratan yang mendasari berpikir matematika (Christoforides,
Spanoudis, & Demetriou, 2016), masalah desain untuk
pengembangan sistem (Dick, Carey, & Carey, 2006), desain basis
data (Ochoa, Klerkx, Vandeputte, & Duval, 2011), komunikasi dan
jaringan untuk sistem perangkat keras (De-Marcos, Domínguez,
Saenz-de-Navarrete, & Pagés, 2014). Isu yang tak kalah
berkembang adalah etika, masalah hukum dan sosial, lisensi dan

113
Mengkonstruksi Kampus Mobile

permintaan lulusan berkualitas tinggi atau bermutu tinggi terus


berada di garis depan setiap diskusi tentang profesionalisme
lulusan Teknologi Pendidikan.
Ada banyak tantangan yang
timbul dari kompleksitas kurikulum
komputasi, terutama tuntutan
keseimbangan antara teori dan praktik
(De Smet, Schellens, De Wever,
Brandt-Pomares, & Valcke, 2016).
Mahasiswa harus bisa melakukan
sesuatu dalam arti praktis dan juga memahami kekokohan
akademis yang mendasari subjek belajarnya. Pengajaran
pemrograman memerlukan keseimbangan yang baik antara
mengajarkan prinsip-prinsip pemikiran algoritmik,
menghubungkan bahasa pemrograman untuk merancang
metodologi, menguasai detail sintaksis bahasa tertentu dan
mengembangkan keterampilan yang dibutuhkan untuk merancang,
mengkompilasi dan mendiagnosis program sembari pada saat yang
sama membuat mahasiswa termotivasi. Banyak mahasiswa merasa
frustasi karena kegiatan pembelajaran dalam pemrograman. Perlu
dilakukan penyederhanaan sebelum mereka mampu menghasilkan
program yang mereka harapkan dapat mempelajari pembelajaran
pemrograman yang relatif mudah. Jika Pembelajaran berbasis
sistem mobile terus menerus disajikan dalam kegiatan yang sulit,
maka ini memiliki efek buruk pada motivasi mahasiswa.
Mahasiswa hanya perlu mengambil dasar-dasar keilmuan
pada tingkat yang berbeda, berdasarkan pengalaman sebelumnya.
Kelas dengan campuran keahliaan antara yang sudah pakar dan

114
Mengkonstruksi Kampus Mobile

pemula juga dapat


menimbulkan tantangan
pembelajaran, karena
dan
secara
mahasiswa
berkembang
perlu
karakteristik
belajar
dengan kecepatan mereka sendiri (Veletsianos &

Navarrete, 2012). Menjaga motivasi dan antusias sambil


memastikan tidak ada yang terintimidasi dan memastikan memiliki
kesempatan yang sama untuk mengembangkan kemampuan
mereka. Untuk itu pembelajaran perlu diberi “bumbu” imajinasi
dan keterampilan.
Dasar untuk pengajaran komputasi sebenarnya merupakan
pengembangan keterampilan matematika dan pemecahan masalah.
Belajar matematika, khususnya, matematika diskrit, memberi
kesempatan kepada mahasiswa dalam mempelajari komputer untuk
mengembangkan kemampuan, memikirkan dan menganalisis
struktur abstrak yang didefinisikan secara formal (Devlin, Roeder,
& Wasserman, 2003). Teknik matematika yang dikembangkan
sangat membantu dalam perancangan, pengembangan dan
pengujian sistem informasi. Perlu menjadi catatan adalah seberapa
jauh materi ini disampaikan untuk mahasiswa Teknologi
Pendidikan.
Sifat pembelajaran komputasi yang berkembang pesat
bersamaan dengan perubahan teknologi pendidikan mendorong
tinjauan teori pedagogi yang terus menerus. Kurikulum perlu
ditinjau secara kontinyu agar sesuai dengan teknologi. Pedagogi
juga perlu dikaji untuk menggabungkan manfaat teknologi yang
digunakan dan perkembangan teknologi (Birt & Cowling, 2016;

115
Mengkonstruksi Kampus Mobile

Farah, Ireson, & Richards, 2016). Dalam menanggapi prioritas


pembelajaran, pembelajaran teknologi berbasis komputer penting
untuk mempertahankan nilai-nilai akademis sebagai teknolog
pendidikan. Saat memeriksa pedagogi yang tepat, penting untuk
mempertimbangkan tanggung jawab institusi, mahasiswa dan
dosen. Meskipun ada perpindahan luas kepemilikan mahasiswa
terhadap pembelajaran (student centered learning), tanggung
jawab untuk menyediakan lingkungan belajar untuk memfasilitasi
hal ini tetap menjadi masalah akademis yaitu dosen, mahasiswa
dan penyelenggara pembelajaran (Annamalai, Tan, & Abdullah,
2016; Broadbent & Poon, 2015). Mengubah praktik dan mengubah
pemikiran saling terkait tidak dapat dipisah pisahkan, perubahan
dalam keduanya dapat menghasilkan konsekuensi tak terduga
karena konstruksi pemikiran tidak dapat dirancang (Mayer,
Moreno, Boire, & Vagge, 1999). Oleh karena itu penting bahwa
setiap perubahan dipikirkan dengan baik dan dampaknya
dievaluasi. Akademisi harus terus mengikuti praktik baik secara
terus-menerus menginformasikan perkembangan lokal dan
memastikan eksploitasi sumber belajar dan mempertimbangkan
pedagogi agar pembelajaran efektif.
Harapan mahasiswa adalah belajar tanpa batas dan
mencakup teknologi yang paling mutakhir. Kenyataannya, sumber
belajar dan fasilitas teknis seringkali ketinggalan jaman / “jadul”
(jaman dulu) atau tidak dapat diandalkan, dan akibatnya beberapa
mahasiswa mungkin merasa tidak puas atau terdemotivasi (Kwon,
2016; Mann, 2017). Banyak mahasiswa memiliki komputer sendiri,
yang seringkali memiliki spesifikasi lebih tinggi daripada yang bisa
diberikan oleh universitas. Ini memiliki kelebihan dalam

116
Mengkonstruksi Kampus Mobile

memungkinkan mereka memilih tempat studi mereka namun dapat


menimbulkan masalah lain seperti mengelola hak cipta perangkat
lunak.
Sumber belajar harus meningkatkan pengalaman belajar
mahasiswa, dan oleh karena itu teknologi tidak boleh dianggap
terpisah tanpa memikirkan kembali pedagogi yang sesuai (Birt &
Cowling, 2016). Ini akan memerlukan waktu dan dukungan untuk
pengembangan dosen, mahasiswa dan pengelola pembelajaran.

117
Mengkonstruksi Kampus Mobile

Implementasi Pemilihan Learning


Object Multiplatform Instan
Appy pie

https://www.appypie.com/

Salah satu yang populer saat ini adalah teknologi multi


platform. Tenologi ini dapat membangun aplikasi untuk semua
platform sistem operasi komputer. Salah satunya adalah appy pie
(membuat aplikasi semudah membuat kue pie). Appy Pie adalah
perangkat lunak Apps Apps Builder Software yang paling cepat
berkembang (App Maker) yang memungkinkan pengguna tanpa
keterampilan pemrograman, untuk membuat aplikasi Android &
iPhone untuk ponsel dan ponsel cerdas; Dan dipublikasikan ke
Google Play & iTunes (“Appy Pie Help Center, Appy Pie Support,
Appy Pie Frequently Asked Questions,” n.d.).
Appy Pie's Closed Beta dirilis pada 14 Januari 2013 di
Noida, India. Appy Pie menembak popularitas segera setelah rilis
Out of Beta-nya. Menemukan pengakuan luas dari pers dunia dan
blogosphere, Appy Pie's Marketplace mencetak lebih dari 850
Apps Mobile dalam waktu satu bulan. Usaha kecil dan menengah
menemukan Appy Pie sangat berguna untuk menjangkau

118
Mengkonstruksi Kampus Mobile

pelanggan baru dan juga terlibat dengan perusahaan yang sudah


ada.
Dengan Appy Pie, tidak perlu memasang atau mengunduh
apa pun, cukup menyeret & melepas laman aplikasi untuk
membuat aplikasi seluler online. Begitu App diterbitkan,
akan menerima aplikasi hibrida berbasis HTML5 yang bekerja
dengan Android, iPhone, iPad, Windows Phone dan Blackberry.
Sejak awal, Appy Pie telah menambahkan fitur aplikasi
baru bahkan setiap minggu. App adalah nama singkat untuk
Aplikasi. Aplikasi dibuat untuk serbaguna: permainan, buku, menu
restoran, berita, dan berbagai aplikasi utilitas lainnya. Perangkat
lunak Appy Pie Mobile App builder membantu membuat App
untuk berbagai keperluan dan memungkinkan membaginya dengan
teman. Bagian terbaik, gratis dan tidak melibatkan pengetahuan
coding sebelumnya.

119
Mengkonstruksi Kampus Mobile

Apps Geyser

https://www.Apps Geyser.com/

Apps Geyser adalah platform web gratis yang


memungkinkan konversi konten web menjadi Android App dalam
2 langkah mudah. Dibangun untuk membantu orang mentransfer
gagasan mereka ke dalam aplikasi. Apps Geyser adalah generator
App Do-It-Yourself yang paling cepat berkembang untuk Android:

• Diluncurkan 25 Januari 2011


• Mencapai 1 juta instalasi pada tanggal 14 April 2011
• 29.000 aplikasi dibuat pada platform pada tanggal 2 Juni
2011
o pengguna aplikasi per hari pada 21 Juli 2011
• Mencapai 50 juta instalasi pada tanggal 4 Juni 2012
• 100 juta instalasi dan tayangan iklan 4 miliar pada bulan
Oktober 2012
• 500.000 aplikasi dibuat pada platform pada bulan Juli
2013

Apps Geyser memungkinkan pengembangan untuk


berbagai hal. Apps Geyser memungkinkan membuat
berkomunikasi dan tampilan menarik (“What is Apps Geyser?,”
n.d.). Google Play sedang booming dan sangat mengubah cara

120
Mengkonstruksi Kampus Mobile

orang menggunakan Internet dan bagaimana mereka mencari


informasi. Pengguna Android lebih suka menggunakan aplikasi
daripada browser untuk mendapatkan informasi atau menggunakan
layanan, karena ini lebih mudah dan lebih praktis. Dengan
mengirimkan aplikasi ke Google Play, menjadi lebih mudah
ditemukan oleh jutaan pengguna. Dengan Apps Geyser semua
aplikasi android dapat cepat dibuat. Tidak perlu kode atau bahkan
tahu cara kerjanya. Cukup ikuti 2 langkah mudah dan tidak biaya
sepeser pun.

121
Mengkonstruksi Kampus Mobile

Implementasi Tutorial yang tersedia


secara cloud-computing
Apps Geyser selalu mencari untuk membuatnya lebih
mudah untuk membuat aplikasi, jadi jika ingin membuat aplikasi
dari blog WordPress, juga dapat membuatnya menggunakan plugin
WordPress (“Free Resources | Apps Geyser,” n.d.). Begini cara
kerjanya, selangkah demi selangkah, di blog Apps Geyser,
sehingga dapat melihat bagaimana hal itu dilakukan. Sebelum
memulai, pastikan memiliki informasi login dan kata sandi untuk
situs WordPress. Pertama harus menginstal salah satu plugin
ini: WordPress Mobile Pack atau Carrington Mobile
Theme. Jika keduanya tidak terinstal, ikuti petunjuk di bawah ini
untuk menginstal plugin sebelum menginstal plugin Apps Geyser
untuk menginstal salah satunya.

http://www.Apps Geyser.com/free_resources/

122
Mengkonstruksi Kampus Mobile

Langkah 1 : perlu masuk ke WordPress:


Biasanya melakukan ini dengan menavigasi ke http:
// www.yourblogsite.com/wp-admin

Langkah 2 : Masuk ke "Plugins-> Add New" pada menu di


sebelah kiri.

123
Mengkonstruksi Kampus Mobile

Ini akan membawa ke layar Install Plugins.

perlu mengetikkan: Apps Geyser dan klik Search.

Langkah 3 : perlu memasang plugin Apps Geyser.

124
Mengkonstruksi Kampus Mobile

Langkah 4 : Pilih install. (perlu memberikan nama login dan


kata sandi)

Setelah mengklik Activate Plugin, dapat menavigasi ke


plugin Apps Geyser.

Langkah 5 : Konfigurasi plugin Apps Geyser.

Disini memasukkan email dan password. Pastikan


memasukkan informasi ini dengan benar, karena

125
Mengkonstruksi Kampus Mobile

memerlukannya untuk masuk ke Dasbor Apps Geyser


nanti. Berikan aplikasi sebuah nama.

Langkah 6 : Aplikasi sudah siap! (Woo hoo!)

Langkah 7 : Klik 'Klik di sini untuk mendownload App


Android' dan akan sampai ke layar ini:

Langkah 8 : Aplikasi sekarang dapat didistribusikan ke


Pasar, dipasang, atau diberikan.

126
Mengkonstruksi Kampus Mobile

Kesimpulan
Pembelajaran berbasis sistem mobile merupakan
perubahan paradigma dalam pembelajaran. Pembelajaran berbasis
sistem mobile tidak harus selalu identik dengan logika matematika
dan pemrograman. Benang merah dari pembelajaran dalam
teknologi pendidikan merupakan pedagogi. Sehingga perlu
dilakukan perubahan cara berpikir dan memaknai learning object
hingga mudah diterima mahasiswa sebagai pebelajar. Pembelajaran
berbasis komputasi pada jurusan Teknologi Pendidikan merupakan
unsur kurikulum, pedagogi, learning object hingga sumber belajar.
Konten teknologi yang dikembangkan pada pembelajaran adalah
untuk menyuplai kebutuhan kekinian atau kemutakhiran atas
pemacahan masalah. Mahasiswa sebagai calon teknolog,
pengembang, analis dll baik secara akademis harus dikuatkan baik
secara teori maupun kemampuan untuk praktik. Agar mahasiswa
memiliki sikap untuk tetap optimis dalam menghadapi dan
memecahkan masalah yang dihadapi. Sebagai konteks wirausaha
pengguna jasa mahasiswa saat ini adalah pengusaha, baik pada
jajaran pemerintahan (misal BUMN) dan swasta. Secara umum
pengguna mahasiswa adalah masyarakat. Pembelajaran berbasis
sistem mobile harus meningkatkan pengalaman belajar mahasiswa,
dan oleh karena itu teknologi tidak boleh dianggap terpisah tanpa
memikirkan landasan pedagogi yang sesuai untuk mengkontruksi
kognitif, afektif dan psikomotorik.
Teknologi yang perlu dipilih diarahkan pada multiplatform
builder dan freeware. Biaya bukan merupakan kendala dalam
pembelajaran, namun hak cipta adalah item yang perlu digaris

127
Mengkonstruksi Kampus Mobile

bawahi. Jargon opensource umumnya membawa teknologi


teknologi yang berbiaya murah bahkan gratis. Namun software
gratis dan opensource saat ini tidak lagi identik dengan murahan
dan kurang “mumpuni”. Banyak aplikasi opensource, freeware
yang powerful untuk digunakan dalam pembelajaran

128
Mengkonstruksi Kampus Mobile

Daftar Pustaka
Agudo-Peregrina, Á. F., Iglesias-Pradas, S., Conde-González,
M. Á., & Hernández-García, Á. (2014). Can we
predict success from log data in VLEs? Classification
of interactions for learning analytics and their relation
with performance in VLE-supported F2F and online
learning. Computers in Human Behavior, 31, 542–
550.
Al-Okaily, R. (2015). Mobile learning and BYOD:
implementations in an intensive English program.
International Handbook of E-Learning Volume 2:
Implementation and Case Studies, 2, 311.
Annamalai, N., Tan, K. E., & Abdullah, A. (2016). Teaching
Presence in an Online Collaborative Learning
Environment via Facebook. Pertanika Journal of
Social Sciences & Humanities, 24(1).
Antonoff, M. B., Verrier, E. D., Allen, M. S., Aloia, L.,
Baker, C., Fann, J. I., … Vaporciyan, A. A. (2016).
Impact of Moodle-Based Online Curriculum on
Thoracic Surgery In-Training Examination Scores.
The Annals of Thoracic Surgery, 102(4), 1381–1386.
https://doi.org/10.1016/j.athoracsur.2016.03.100
Appy Pie Help Center, Appy Pie Support, Appy Pie
Frequently Asked Questions. (n.d.). Retrieved July 4,
2017, from http://snappy.appypie.com/support
Bergström, P., Häll, L., Kuuskorpi, M., & Jahnke, I. (2016).
Teacher’s Didactical Design in Finnish 1: 1 Tablet
Classrooms: Perspectives on Content and Meaning. In
The European Conference on Educational Research.
Bertin, J.-C. (2010). Second Language Distance Learning
and Teaching: Theoretical Perspectives and Didactic
Ergonomics: Theoretical Perspectives and Didactic
Ergonomics. IGI Global.
Birt, J., & Cowling, M. A. (2016). Mixed reality in higher
education: Pedagogy before technology.

129
Mengkonstruksi Kampus Mobile

Bogdanov, E., Ullrich, C., Isaksson, E., Palmer, M., & Gillet,
D. (2012). From LMS to PLE: A Step Forward
through OpenSocial Apps in Moodle. In Advances in
Web-Based Learning - ICWL 2012 (pp. 69–78).
Springer, Berlin, Heidelberg.
https://doi.org/10.1007/978-3-642-33642-3_8
Broadbent, J., & Poon, W. L. (2015). Self-regulated learning
strategies & academic achievement in online higher
education learning environments: A systematic
review. The Internet and Higher Education, 27, 1–13.
Christoforides, M., Spanoudis, G., & Demetriou, A. (2016).
Coping with logical fallacies: A developmental
training program for learning to reason. Child
Development, 87(6), 1856–1876.
Cigdem, H., & Topcu, A. (2015). Predictors of instructors’
behavioral intention to use learning management
system: A Turkish vocational college example.
Computers in Human Behavior, 52, 22–28.
De Smet, C., Schellens, T., De Wever, B., Brandt-Pomares,
P., & Valcke, M. (2016). The design and
implementation of learning paths in a learning
management system. Interactive Learning
Environments, 24(6), 1076–1096.
https://doi.org/10.1080/10494820.2014.951059
De-Marcos, L., Domínguez, A., Saenz-de-Navarrete, J., &
Pagés, C. (2014). An empirical study comparing
gamification and social networking on e-learning.
Computers & Education, 75,82–91.
Devlin, B., Roeder, K., & Wasserman, L. (2003). Analysis of
multilocus models of association. Genetic
Epidemiology, 25(1), 36–47.
Dick, W., Carey, L., & Carey, J. O. (2006). The systematic
design of instruction. JSTOR.
Edwards, R. (2016). Collaborative use of an e-portfolio: How
students managed the process. There and Back:
Charting Flexible Pathways in Open, Mobile and
Distance Education, 35.

130
Mengkonstruksi Kampus Mobile

Farah, M., Ireson, G., & Richards, R. (2016). A Content,


Pedagogy and Technology [CPT] Approach to
TPACK. Imperial Journal of Interdisciplinary
Research, 2(12).
Free Resources | Apps Geyser. (n.d.). Retrieved July 4, 2017,
from http://www.Apps Geyser.com/free_resources/
Han, I., & Shin, W. S. (2016). The use of a mobile learning
management system and academic achievement of
online students. Computers & Education, 102, 79–89.
https://doi.org/10.1016/j.compedu.2016.07.003
Iqbal, M. (2015). Peranan Aplikasi Soal Quiz Moodle
Dengan Sistem Elearning Pada Studi Kasus Di
Universitas Telkom. Prosiding SAINTIKS FTIK
UNIKOM, Vol.1(1). Retrieved from http://prosiding
saintiks.ftik.unikom.ac.id/jurnal/peranan-aplikasi
soal-quiz.25
Kesavan, P. (2016). A Holistic Perspective of Social Coding
and Social Computing Technologies: A Journey
towards a Professional Computer Programmer.
Technology, Psychology, and an Emergent Revolution
in the Study of Global Culture and Media, 1.
Kwon, H. (2016). Effect of Middle School Students’
Motivation to Learn Technology on Their Attitudes
toward Engineering. Eurasia Journal of Mathematics,
Science & Technology Education, 12(9).
Mann, M. D. (2017). Increasing Student Motivation To Learn
By Making Computer Game Technology More
Engaging: Measurable Outcomes That Determine
Success. Contemporary Issues in Education Research
(CIER), 10(2), 117–120.
Mayer, R. E., Moreno, R., Boire, M., & Vagge, S. (1999).
Maximizing constructivist learning from multimedia
communications by minimizing cognitive load.
Journal of Educational Psychology, 91(4), 638.
Ochoa, X., Klerkx, J., Vandeputte, B., & Duval, E. (2011).
On the use of learning object metadata: the GLOBE
experience. In European Conference on Technology
Enhanced Learning (pp. 271–284). Springer.

131
Mengkonstruksi Kampus Mobile

Reychav, I., Warkentin, M., & Ndicu, M. (2016). Tablet


Adoption with Smart School Website Technology.
Journal of Computer Information Systems, 56(4),
280–287.
Veletsianos, G., & Navarrete, C. (2012). Online social
networks as formal learning environments: Learner
experiences and activities. The International Review
of Research in Open and Distributed Learning, 13(1),
144–166.
What is Apps Geyser? (n.d.). Retrieved July 4, 2017, from
http://www.Apps Geyser.com/about/

132
BAGIAN VI. PEMBELAJARAN
PERSONAL SEBAGAI
LAYANAN KEBUTUHAN
KHUSUS
Pembelajaran Personal Sebagai Layanan Kebutuhan Khusus

Henry Praherdhiono
henry.praherdhiono.fip@um.ac.id
Teknologi Pendidikan, Universitas Negeri Malang

Nunung Nindigraha
n.nindigraha@gmail.com
Teknologi Pembelajaran, Universitas Negeri Malang

Yulias Prihatmoko
yulias.prihatmoko.fip@um.ac.id
Teknologi Pendidikan, Universitas Negeri Malang

Eka Pramono Adi


eka.pramono.fip@um.ac.id
Teknologi Pendidikan, Universitas Negeri Malang

134
Pembelajaran Personal Sebagai Layanan Kebutuhan Khusus

Abstrak

Semua orang secara personal adalah makhluk yang unik dan


berkebutuhan khusus bila menggunakan perangkat pembelajaran.
Oleh karena itu di dalam personalisasi perangkat dibutuhkan
pilihan-pilihan setting, software, hardware dan sistem operasi.
Pilihan-pilihan tersebuat akan membangun pengguna merasakan
wujud kenyamanan belajar dalam lingkungan yang sesuai dengan
kebutuhan. Layanan kebutuhan khusus melibatkan praktik
aksesibilitas, usabilitas, disabilitas dan inklusi dengan melibatkan
teknologi asistif dan adaptif.

Kata kunci: kebutuhan khusus, teknologi, perangkat

135
Pembelajaran Personal Sebagai Layanan Kebutuhan Khusus

Pendahuluan
Kesadaran bermasyarakat menjadi kunci untuk dapat
berdampingan dengan individu yang memiliki kebutuhan khusus.
Kesadaran mengapa diantara masyarakat memiliki berbagai
kebutuhan yang unik adalah perlunya saling membantu
memfasilitasi kubutuhan khusus pada pendengaran, kognitif, fisik,
ucapan, dan visual (Istenic Starcic & Bagon, 2014). Karena secara
religius bahwa individu tercipta dan selama proses kehidupan akan
mengalami keunikan masing-masing. Sebagai ilustrasinya adalah
beberapa masyarakat memiliki kebutuhan khusus sejak lahir atau
timbul karena permasalahan penyakit atau mungkin musibah
kecelakaan. Kondisi yang tidak dapat dielakkan adalah munculnya
kebutuhan secara khusus seiring bertambahnya usia. Pandemi
covid 19 mengenai seluruh umat manusia dengan resiko yang
berbeda-beda.
Kondisi kebutuhan secara khusus setiap individu
membutuhkan fasilitas pembelajaran yang berbeda-beda. Individu
yang unik memiliki beragam kemampuan, keterampilan, alat,
preferensi, dan harapan yang dapat memengaruhi cara mereka
menggunakan perangkat pembelajaran (Praherdhiono, 2014).
Misalnya, pertimbangkan aspek-aspek berikut:

• Kebutuhan khusus terkait usia: Kondisi usia adalah


kondisi yang jamak dialami oleh individu (Kiessling
et al., 2003). Banyak orang mengalami gangguan
terkait usia. Sebenarmya kebutuhan khusus karena
usia juga memiliki persyaratan fungsional yang sama

136
Pembelajaran Personal Sebagai Layanan Kebutuhan Khusus

dengan orang-orang berkebutuhan khusus lainnya,


hanya saja dari layanan terdapat perbedaan yang
signifikan dalam penggunaan teknologi bantuan,
tingkat keterampilan mengakses informasi secara
online.
• Multi Kebutuhan khusus: Beberapa orang memiliki
kombinasi berbagai jenis kebutuhan secara khusus,
sehingga dalam memfasilitasi pembelajaran perlu
pendekatan pendekatan yang kompleks (Eriksson &
Granlund, 2004). Ilustrasinya adalah jika seseorang
membutuhkan layanan khusus pada penglihatan dan
pendengaran, namun ada keinginan untuk belajar dari
sumber belajar yang berwujud teks dan audio, maka
perlu dirancang media yang asistif atau adaptif
dengan kebutuhan khususnya.
• Kondisi kesehatan: Berbagai kasus kebutuhan
khusus adalah adanya kebutuhan individu diakibatkan
karena kondisi kesehatan (Leiter et al., 2004).
Beberapa orang memiliki kondisi kesehatan yang
dapat memengaruhi stamina, ketangkasan, atau
konsentrasi mereka. Ilustrasinya adalah akibat
mengalami kelelahan, rasa sakit, atau gejala lain yang
dapat berdampak pada penggunaan fisik perangkat
pembelajaran maka dibutuhkan fasilitas pembelajaran

137
Pembelajaran Personal Sebagai Layanan Kebutuhan Khusus

yang memperhatikan dari sisi durasi atau tingkat


kenyamanan penggunaan perangkat belajar.

Beberapa orang memiliki kombinasi berbagai

“ jenis kebutuhan secara khusus, sehingga dalam


memfasilitasi pembelajaran perlu pendekatan
pendekatan yang kompleks

• Kebutuhan khusus yang bersifat sementara:


Dalam kondisi pandemi atau dalam kondisi kehususan
tertentu, bisa jadi merupakan kondisi yang sementara
(Anderson et al., 2020). Sebagai ilustrasi adalah
kondisi sementara pada saat terjadinya musibah
karena kecelakaan, atau tindakan medis seperti
pembedahan, atau masih dalam kondisi pengobatan.
Pada kondisi tersebut dimungkinkan individu
membutuhkan informasi dengan mengkases fasilitas
perangkat tertentu. Sehingga perlu diantisipasi atau
dibantu dengan desain perangkat yang sesuai
• Keterbatasan situasional: Kondisi yang sering
dialami setiap individu adalah kebutuhan karena
kondisi yang tengah berlangsung (Baden et al., 2020).
Sebagai ilustrasi adalah individu pengguna perangkat
mengalami kendala karena lingkungan terdapat
cahaya yang kuat sehingga memiliki kebutuhan
khusus untuk melihat layar. Atau keinginan

138
Pembelajaran Personal Sebagai Layanan Kebutuhan Khusus

mengakses audio pada kondisi yang teramat bising.


Kondisi tersebut membutuhkan perangkat yang
mampu memfasilitasi kebutuhan khusus pengguna.

Uraian tersebut menunjukkan bahwa kebutuhan khusus


dapat dialami oleh setiap individu yang berada dalam konstruksi
sosial yang disebut kehidupan bermasyarakat.

139
Pembelajaran Personal Sebagai Layanan Kebutuhan Khusus

Teknologi Layanan Kebutuhan


Khusus
Pada kondisi pandemi dan dimasa mendatang, memerlukan
pemahaman bagi fasilitator, pengajar, guru, dosen, dll secara
menyeluruh terhadap kebutuhan khusus bagi pebelajar. Sehingga
perlu layanan yang khusus untuk setiap kondisi. Desain
pembelajaran memerlukan landasan layanan khusus secara
personal dengan mempertimbangkan keragaman yang luas sesuai
kebutuhan fungsional personal daripada mengategorikan orang
menurut klasifikasi medis. Klasifikasi medis secara umum
merupakan klasifikasi dengan penegasan kondisi individu
berdasarkan hasil diagnosa medis, sedangakan pada ranah
pembelajaran yang dibutuhkan lebih pada bagaimana memfasilitasi
pembelajaran secara personal yang memiliki keunikan.
Berbagai pendekatan dilakukan untuk layanan kebutuhan
khusus pebelajar secara personal. Secara umum pendekatan
pendekatan terhadap media pembelajaran adalah:

• Teknologi Asistif – Teknologi yang diperlukan oleh


individu yang memiliki kebutuhan secara khusus
berupa perangkat lunak dan perangkat keras yang
digunakan untuk meningkatkan interaksi pebelajar
dengan sember belajar melalui bantuan teknologi
(Edyburn, 2000). Ilustrasinya adalah perangkat lunak
pembaca teks yang ada di layar. Teknologi ini
memberikan asistensi dengan membacakan halaman

140
Pembelajaran Personal Sebagai Layanan Kebutuhan Khusus

web dengan untuk kebutuhan personal yang


mengalami keterbatasan dalam pembacaan. Hal lain
adalah teknologi yang mampu memperbesar tampilan
di layar untuk untuk jenis kebutuhan khusus low
vision. Tentunya banyak hal termasuk mengubah
suara menjadi teks bagi personal yang tidak
memungkinkan menggunakan keyboard atau mouse.
• Teknologi Adaptive – Teknologi adaptif mungkin
hampir mirip dengan asistif, namun keaktifan berada
pada perangkat (Mates, 2000). Ilustrasinya adalah
pengguna mengalami kesulitan melihat melihat
pergerakan mouse. Kondisi ini sering dialami
pengguna yang mungkin sudah terlalu lelah, karena
kesulitan tersebut pengguna diindikasikan sering
melakukan gerakan mouse berulang-ulang, maka
secara adaptif perangkat menyesuaikan dengan
melakukan perlambatan pergerakan mouse.

141
Pembelajaran Personal Sebagai Layanan Kebutuhan Khusus

Perangkat Accessibility, Usability, dan Inclusion


Accessibility, Usability, dan Inclusion merupakan
aspek perangkat yang digunakan dalam melayani kebutuhan
khusus pebelajar. Namun dalam tataran pelaksanaannya sering
membingungkan praktisi dalam mendefinisikan perangkat tersebut.
Untuk memudahkan praktisi pendidikan perlu digunakan definisi
praktis tentang perangkat layanan khusus berkaitan dengan
Accessibility, Usability, dan Inclusion (w3c_wai, n.d.)

• Accessibility: Layanan kebutuhan khusus yang ada


dalam setiap setting perangkat umumnya
dideklarasikan/ditulis dalam istilah Accessibility.
Setting setiap perangkat memberikan keunggulan
masing-masing untuk melayani secara khusus
kebutuhan unik tiap-tiap pebelajar. Sebagai
ilustrasinya adalah seseorang dengan kebutuhan
khusus dapat melakukan setting pada Aksesibilitas
dalam rangka memahami, melakukan menavigasi, dan
berinteraksi dengan perangkat. Hal ini berarti bahwa
setiap individu harus berperan dan berkontribusi
secara mandiri untuk melakukan setting yang
disesuikan secara personal.
Sehingga aksesibilitas merupakan: 1) Persyaratan
yang bersifat teknis seting/penyetelan, 2) Seting
tampilan untuk mempermudah interaksi pengguna
perangkat

142
Pembelajaran Personal Sebagai Layanan Kebutuhan Khusus

• Usability: Jargon dalam keunggulan perangkat


umumnya bagi pengguna (tataran teknis) disebut
usability atau usabilitas. Namun jika terdapat
gangguan penggunaan sehingga seseorang hanya
menggunakan perangkat secara terbatas, umumnya
dalam dunia teknis disebut disability atau disabilitas.
Perangkat akan melakukan branding menggunakan
berbagai istilah dalam rangka menunjukkan bahwa
desain produk pabrikan memiliki kemampuan
termasuk melayani kebutuhan khusus pengguna
secara efektif, efisien, dan memuaskan. Usabilitas
merupakan cara menjelaskan kepada pengguna
sehingga mampu membangun desain pengalaman
pengguna. Sehingga penjelasan terhadap perangkat
yang mencakup aspek-aspek umum dapat dimengerti
bagi semua orang termasuk pebelajar yang
berkebutuhan khusus.
• Inclusion: Merupakan istilah yang digunakan untuk
melengkapi kegunaan perangkat yang
menggambarkan tentang keragaman, dan memastikan
keterlibatan semua pengguna perangkat baik yang
memiliki kebutuhan khusus maupun tidak. Dalam
berbagai kajian bahwa perangkat memenunuhi unsur
inklusi apabila perangkat telah didesain untuk orang
secara personal.

143
Pembelajaran Personal Sebagai Layanan Kebutuhan Khusus

Wujud Layanan Kebutuhan Khusus


Layanan kebutuhan persepsi (mendengar, merasakan, dan
melihat)
Setiap individu memiliki persepsi dari saluran atau moda
informasi yang diakses. Secara fisik, individu dapat merasakan
reaksi melalui indera yang berbeda tergantung pada kebutuhan dan
preferensi mereka. Persepsi seseorang dapat melalui 1) perangkat
suara seperti ucapan, musik, dan suara yang dapat didengar dari
perangkat. 2) perangkat taktil seperti titik, batang, dan getaran
yang bisa dirasakan dari perangkat. 3) perangkat visual -
seperti gambar, teks, dan video yang dapat dilihat dari perangkat.
Sehingga Beberapa individu perlu mengonversi konten dari satu
bentuk ke bentuk lain sebagai persepsi. Ilustrasinya, apabila
individu membutuhkan layanan khusus karena terdapat gangguan
pendengaran, maka individu dapat mempersepsikan konten audio
yang diinginkan melalui informasi visual, atau jika individu
mengalami low vision maka persepsi dapat diperoleh dari
perangkat audio atau informasi dalam bentuk taktil (seperti
Braille). Sehingga layanan khusus merupakan teknologi yang
membantu atau disesuaikan untuk memahami kondisi Individu
secara unik sehingga informasi dapat disalurkan melalui berbagai
indera pengguna secara unik (Sullivan & Häkkinen, 2011).

144
Pembelajaran Personal Sebagai Layanan Kebutuhan Khusus

Gambar 1. Aplikasi Google text to speech dari Google Play


Store
Software gratis yang disediakan oleh google untuk sistim
operasi android. Google Text-to-Speech (gambar 1) adalah
aplikasi pembaca layar secara umum membacakan teks di layar
dengan dukungan untuk banyak bahasa. Text-to-Speech dapat
digunakan beberapa aplikasi seperti 1) Google Play Books untuk
membaca buku, 2) Google Translate untuk membaca terjemahan,
3) Google Talkback dan aplikasi berbasis aksesibilitas umpan balik
lisan lainnya. Pengguna Android harus menginstal data suara untuk
setiap bahasa. Penggunaanya melalui setting di Android.

145
Pembelajaran Personal Sebagai Layanan Kebutuhan Khusus

Gambar 2 Setting Bahasa pada Android

Gambar 3 Pilihan Bahasa Pembacaan

146
Pembelajaran Personal Sebagai Layanan Kebutuhan Khusus

Gambar 4 Implementasi pada Google Play Books

Gambar 5. Text to speech di chrome web store

147
Pembelajaran Personal Sebagai Layanan Kebutuhan Khusus

Untuk yang menggunakan chrome sebagai pengakses


informasi, dapat mengambil aplikasi dari chrome web store.
Setelah dilakukan penambahan aplikasi ke chrome, pengguna dapat
menambahkan extensi seperti pada gambar 6

Gambar 6. Proses Penambahan di Chrome


Aplikasi yang terinstal akan terpasang di web chrome.
Dapat digukan misalnya membuka informasi pada laman tertentu.

Gambar 7. Membaca pada web teknologipendidikan.org


Persepsi suara dapat dilakukan dengan berbagai cara,
khususnya bagi pengguna berkebutuhan khusus yang mengalami
gangguan penglihatan. Sedangkan uraian buku ini hanya
membahas salah satu jalan memperoleh persepsi suara
menggunakan aplikasi yang ada dalam sistem Android dan
pengguna yang menggunakan google chrome. Masih banyak cara

148
Pembelajaran Personal Sebagai Layanan Kebutuhan Khusus

membantu dan melayani pebelajar yang berkebutuhan khusus


untuk memperoleh persepsi suara.
Konten dalam bentuk teks dapat lebih mudah dikonversi ke
bentuk lain dan karenanya konversi tersebut sangat berguna.
Konten teks juga dapat di ubah untuk melayani pebelajar dengan
kebutuhan khusus yang mengalami gangguan atau kesulitan
dengan bahasa tertulis. Hal ini dapat dilayani dengan teknologi
kebalikannya yaitu speech to text.

Gambar 8. Aplikasi speech to teks pada web


https://dictation.io/speech
Aplikasi pada web relatif mudah, dikarenakan dari sisi
fitur tidak terlalu banyak dan terkesan sangat sederhana. Hanya
pengguna harus mengubah bahasa dan kemudian tinggal merekam
suara yang ingin diubah menjadi teks dengan menekan tombol
speaker.

149
Pembelajaran Personal Sebagai Layanan Kebutuhan Khusus

Layanan Tampilan Alternatif dari Konten


Layanan kebutuhan khusus juga dapat diberikan kepada
pebelajar terhadap tampilan yang secara adaptif dapat memberikan
alternatif sesuai yang diinginkan pebelajar. Beberapa individu
memerlukan layanan khusus terhadap teks dan ukuran gambar agar
lebih besar atau kontras yang lebih tinggi antara teks dan warna
latar belakang agar pebelajar dapat melihat konten dengan lebih
baik.

Gambar 9. Aplikasi Magnifier pada Windows untuk member


besar tampilan

Gambar 10. Memberbesar teks yang dibutuhkan


Pada aplikasi browser chrome juga disediakan
aplikasi yang serupa apabila pengguna menginginkan konten

150
Pembelajaran Personal Sebagai Layanan Kebutuhan Khusus

informasi lebih jelas dengan memperbesar tampilan layar


dengan cara menekan tombol Ctrl dan +

Gambar 11. Perubahan Ukuran Konten Informasi dengan Ctrl


dan +
Selain dukungan dari android dan windows, sistem
operating Chromebook juga memiliki kemampuan layanan
kebutuhan khusus melalui apalikasinya.
Pada Chromebook accessibility tools for distance learning
(Google, 2020) memaparkan bahwa 1,5 miliar siswa melakukan
kegiatan pembelajaran dari rumah
(https://plus.google.com/+UNESCO, 2020). Namun pebelajar yang
membutuhkan layanan khusus masih mengalami kesulitan, oleh
karena itu diperlukan dukungan dari guru mapun spesialis layanan
kebutuhan khusus. Sistem operasi Chromebook membantu
pebelajar melalui berbagai fitur aksesibilitas bawaan untuk
menyesuaikan pengalaman belajar pebelajar dan membuatnya lebih
bermanfaat. Seperti halnya tampilan bagi pebelajar low vision

151
Pembelajaran Personal Sebagai Layanan Kebutuhan Khusus

untuk mendapatkan layanan khusus terhadap tampilan. Adapun


bantuan chromebook antara lain adalah:

• Menambah ukuran kursor,


• Membuat kursor menjadi lingkaran untuk layanan khusus
memfokuskan konten
• Untuk siswa dengan sensitivitas cahaya dapat
menggunakan Ctrl dan H
• Meningkatkan ukuran browser atau konten aplikasi,

152
Pembelajaran Personal Sebagai Layanan Kebutuhan Khusus

Kesimpulan
Terminologi teknologi pendidikan, peranan human sebagai
individu yang berperan sebagai pengatur kenyamanan belajar
merupakan kunci pemanfaatan teknologi sebagai media
pembelajaran. Human melakukan analisis, pemilihan dan
pengelolaan sumber belajar dan mengolahnya menjadi lingkungan
belajar yang nyaman. Teknologi adaptif dan asistif hadir dalam
rangka memperjelas setiap individu dalam berinterkasi dengan
perangkat.
Terminologi perangkat hadir dengan aksesibilitas,
usabilitas, disabilitas hingga inklusi memberikan wujud dukungan
terhadap setiap individu. Perangkat selalu hadir untuk memberikan
dukungan pada setiap individu untuk beraktifitas sesuai dengan
kebutuhan. Terminologi perangkat dimunculkan sebagai wujud
pilihan layanan kepada setiap individu.

153
Pembelajaran Personal Sebagai Layanan Kebutuhan Khusus

Daftar Pustaka
Anderson, R. M., Heesterbeek, H., Klinkenberg, D., &
Hollingsworth, T. D. (2020). How will country-based
mitigation measures influence the course of the
COVID-19 epidemic? The Lancet, 395(10228), 931–
934.
Baden, T., Chagas, A. M., Molloy, J., & Godino, L. P.
(2020). Leveraging Open Hardware to alleviate the
burden of COVID-19 on global health systems.
Chromebook accessibility tools for distance learning. (2020,
April 2). Google. https://blog.google/outreach
initiatives/education/chromebook-accessibility
covid19/
Edyburn, D. L. (2000). Assistive technology and mild
disabilities. Mental Retardation, 612, 10–16.
Eriksson, L., & Granlund, M. (2004). Perceived participation.
A comparison of students with disabilities and
students without disabilities. Scandinavian Journal of
Disability Research, 6(3), 206–224.
https://plus.google.com/+UNESCO. (2020, March 4).
COVID-19 Educational Disruption and Response.
UNESCO.
Istenic https://en.unesco.org/covid19/educationresponse
Starcic, A., & Bagon, S. (2014). ICT‐supported

learning for inclusion of people with special needs:


Review of seven educational technology journals,
1970–2011. British Journal of Educational
Technology, 45(2), 202–230.
Kiessling, J., Pichora-Fuller, M. K., Gatehouse, S., Stephens,
D., Arlinger, S., Chisolm, T., Davis, A. C., Erber, N.
P., Hickson, L., & Holmes, A. (2003). Candidature
for and delivery of audiological services: Special
needs of older people. International Journal of
Audiology, 42(sup2), 92–101.
Leiter, V., Krauss, M. W., Anderson, B., & Wells, N. (2004).
The consequences of caring: Effects of mothering a

154
Pembelajaran Personal Sebagai Layanan Kebutuhan Khusus

child with special needs. Journal of Family Issues,


25(3), 379–403.
Mates, B. T. (2000). Adaptive technology for the Internet:
Making electronic resources accessible to all. ERIC.
Praherdhiono, H. (2014). Convenience of Learning
Environment for Student Special Education With
Cyberwellness Concept. Proceeding International
postdraduate University Kebangsaan Malaysia.
SEAMOSEN.
Sullivan, H. T., & Häkkinen, M.T. (2011). Preparedness and
warning systems for populations with special needs:
Ensuring everyone gets the message (and knows what
to do). Geotechnical and Geological Engineering,
29(3), 225–236.
w3c_wai. (n.d.). Accessibility, Usability, and Inclusion. Web
Accessibility Initiative (WAI). Retrieved April 12,
2020, from
https://www.w3.org/WAI/fundamentals/accessibility
usability-inclusion/

155
Henry Praherdhiono

Eka Pramono Adi

Yulias Prihatmoko

Nunung Nindigraha
Yerry Soepriyanto

Henny Indreswari

Herlina Ike Oktaviani


Implementasi Pembelajaran Era dan Pasca Pandemi Covid-19

Buku ini dipersembahkan bagi para pengawal pendidikan yang


: rela mengorbankan jiwa raga untuk melayani dengan
:
e:
: &: memfasilitasi dan meningkatkan performa pebelajar. Buku
ini merupakan sumbangan praktis bagaimana
3:
&: 0
Oos:9
s-: c: '
mengimplementasikan Teknologi Pendidikan dalam
pembelajaran. Walaupun buku ini memiliki cakupan di
- wilayah mikro atau pembelajaran, namun dapat pula
dijadikan landasan pada kegiatan makro dibidang
pendidikan secara luas bahkan inklusi.

Konten buku meliputi :


1. Pengembangan SDM Pendidikan
2. Implementasi Heutagogy
3. Peningkatan Performa Guru
4. Penggunaan Koresponden
5. Kampus Mobile
6. Pengguna dengan kebutuhan khusus.

Implementasi Teknologi Pendidikan secara keseluruhan memang bukan saja


untuk era pandemi covid-19, namun juga dapat dijadikan sumbangan
pemikiran pelaksanaan pembelajaran pasca pandemi covid-19, sehingga
diharapkan mampu memberikan manfaat bersama.

Ar”tang Unn |SBN 978-623-7000-24-2

& www.seribuBintang.co.id
G) infogseribuBintang.co.id
The Learning
University 9
| | |||
786237 000242
f fb.com/cv.seribu.bintang

Anda mungkin juga menyukai