Anda di halaman 1dari 6

NAMA :

NIM :

MATA KULIAH :

JAWABAN

1.
1) Era Orde Baru
o Isi Pendidikan: Pada era Orde Baru, isi pendidikan Sekolah Dasar (SD) cenderung
mengikuti kurikulum yang ditetapkan oleh pemerintah secara sentralistik. Mata
pelajaran inti seperti Matematika, Bahasa Indonesia, IPA, IPS, dan Pendidikan
Kewarganegaraan menjadi fokus utama.
o Proses Pendidikan: Proses pendidikan SD pada era Orde Baru cenderung bersifat
autoritatif dan didominasi oleh metode pengajaran langsung. Guru memiliki peran
sentral dalam mengajar, sementara siswa lebih pasif sebagai penerima informasi.

2) Era Reformasi
- Isi Pendidikan: Dalam era Reformasi, terjadi perubahan signifikan dalam isi
pendidikan SD. Kurikulum 2004 diperkenalkan dengan pendekatan pembelajaran
yang lebih kontekstual dan berbasis kompetensi. Fokusnya adalah
mengembangkan pemahaman, keterampilan, dan sikap yang lebih holistik pada
siswa.
- Proses Pendidikan: Proses pendidikan SD pada era Reformasi bergerak menuju
pembelajaran yang lebih interaktif dan kolaboratif. Guru berperan sebagai
fasilitator, menggalang partisipasi siswa, dan mengintegrasikan teknologi serta
metode pembelajaran yang lebih beragam.

3) Saat ini
- Isi Pendidikan: Saat ini, kurikulum yang digunakan adalah Kurikulum 2013 yang
terus mengalami penyempurnaan. Isi pendidikan SD mencakup pengembangan
kompetensi dasar yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Terdapat penekanan pada pembelajaran tematik terintegrasi untuk membangun
keterkaitan antarmata pelajaran.
- Proses Pendidikan: Proses pendidikan SD saat ini mendorong siswa untuk menjadi
aktif dalam pembelajaran. Guru berperan sebagai fasilitator yang membantu
siswa dalam eksplorasi, penemuan, dan pemecahan masalah. Metode
pembelajaran yang digunakan melibatkan interaksi, diskusi, proyek, dan
pemanfaatan teknologi.
Sederhananya, perkembangan pendidikan Sekolah Dasar dari era Orde Baru, era Reformasi,
hingga saat ini menunjukkan pergeseran dari pendekatan yang lebih otoriter ke pendekatan
yang lebih partisipatif. Isi pendidikan juga mengalami transformasi dari fokus pada
penerimaan informasi menjadi pengembangan keterampilan holistik siswa. Proses
pembelajaran berubah dari metode pengajaran langsung ke metode yang lebih interaktif
dan kolaboratif, dengan siswa berperan lebih aktif dalam pembelajaran.

2. Untuk mengembangkan fisik, motorik, emosi, dan sosial siswa SD, beberapa cara yang
dapat dilakukan adalah:
1) Fisik:
- Mengadakan kegiatan olahraga dan aktivitas fisik teratur.
- Menyediakan fasilitas yang memungkinkan siswa bergerak dan beraktivitas secara
aktif.
- Mengajarkan kebiasaan hidup sehat seperti pola makan yang seimbang dan
istirahat yang cukup.

2) Motorik:
- Melibatkan siswa dalam kegiatan bermain yang melibatkan gerakan dan
koordinasi.
- Mengadakan latihan motorik halus seperti menggambar, mewarnai, atau
meronce.
- Memberikan kesempatan bagi siswa untuk berpartisipasi dalam kegiatan praktik
seperti menanam, merakit, atau membuat karya seni.

3) Emosi:
- Membantu siswa mengenali dan mengelola emosi mereka dengan memberikan
pemahaman tentang perasaan dan memberikan ruang untuk berbicara tentang
perasaan mereka.
- Mengajarkan strategi pemecahan masalah yang positif dan membangun
kepercayaan diri siswa.
- Menggunakan kegiatan refleksi dan penghargaan positif untuk menguatkan dan
mengembangkan emosi yang positif.

4) Sosial:
- Mendorong kerjasama dan kolaborasi dalam kegiatan kelompok.
- Mengajarkan keterampilan komunikasi yang efektif dan membangun hubungan
yang baik antara siswa.
- Menyediakan kesempatan untuk berinteraksi dengan siswa dari latar belakang
dan kepentingan yang berbeda.
3. Untuk mengembangkan kemampuan intelektual, bahasa, moral, dan spiritual siswa SD,
berikut adalah beberapa cara yang dapat dilakukan:
1) Kemampuan Intelektual:
- Mendorong pemikiran kritis dan kreatif dengan memberikan pertanyaan terbuka
dan masalah yang membutuhkan solusi.
- Menggunakan metode pembelajaran yang beragam, seperti diskusi, eksperimen,
proyek, dan penelitian, untuk merangsang rasa ingin tahu siswa.
- Memberikan tantangan akademik yang sesuai dengan kemampuan dan minat
siswa.

2) Kemampuan Bahasa:
- Memberikan lingkungan yang kaya dengan membaca cerita, puisi, dan buku-buku
bergambar.
- Melibatkan siswa dalam kegiatan berbicara dan mendengarkan aktif, seperti
debat, diskusi kelompok, dan presentasi.
- Mendorong siswa untuk menulis dan berbagi cerita, esai, atau jurnal mereka
sendiri.

3) Kemampuan Moral:
- Mengajarkan nilai-nilai moral, seperti kejujuran, tanggung jawab, empati, dan
toleransi, melalui contoh, cerita, dan diskusi.
- Membahas kasus-kasus moral yang relevan dengan kehidupan sehari-hari siswa
dan meminta mereka untuk memikirkan konsekuensi dari tindakan mereka.
- Mendorong partisipasi siswa dalam kegiatan sosial dan pelayanan masyarakat
untuk membangun kesadaran sosial dan tanggung jawab.

4) Kemampuan Spiritual:
- Menyediakan waktu untuk refleksi, meditasi, atau kegiatan yang membantu siswa
menghubungkan diri mereka dengan nilai-nilai spiritual yang mereka yakini.
- Menggunakan cerita, mitos, atau dongeng untuk memperkenalkan konsep-konsep
spiritual.
- Mendorong penghargaan terhadap keindahan alam dan mengembangkan rasa
keterhubungan siswa dengan alam dan lingkungan.

4. Jean Piaget dan Lawrence Kohlberg adalah dua psikolog yang telah memberikan
kontribusi besar dalam memahami perkembangan moral pada anak-anak. Berikut adalah
ringkasan pandangan mereka tentang perkembangan moral:
a. Jean Piaget:
- Piaget menggambarkan perkembangan moral anak dalam tahapan yang terkait
dengan perkembangan kognitif mereka.
- Menurut Piaget, pada tahap awal (praoperasional) anak-anak, moralitas mereka
didasarkan pada aturan-aturan yang diimposisikan oleh orang dewasa. Mereka
mengikuti aturan tersebut karena takut hukuman atau mengharapkan hadiah.
- Pada tahap operasional konkret, anak-anak mulai memahami peran aturan dan
konsep saling menguntungkan dalam membangun hubungan sosial. Mereka mulai
memahami bahwa aturan-aturan yang adil dan saling menguntungkan harus
diikuti.
- Pada tahap operasional formal, anak-anak mengembangkan pemahaman moral
yang lebih kompleks. Mereka mampu mempertimbangkan perspektif orang lain
dan memahami bahwa prinsip moral dapat dikembangkan melalui diskusi dan
refleksi.

b. Lawrence Kohlberg:
- Kohlberg mengembangkan teori perkembangan moral yang terdiri dari enam
tahap yang dibagi menjadi tiga level: prekonvensional, konvensional, dan
postkonvensional.
- Pada level prekonvensional, moralitas anak terkait dengan konsekuensi fisik dan
hadiah. Mereka melakukan tindakan yang dianggap baik untuk menghindari
hukuman atau mendapatkan imbalan.
- Pada level konvensional, anak-anak mulai memahami pentingnya norma sosial
dan aturan-aturan masyarakat. Mereka berperilaku sesuai dengan harapan dan
norma sosial untuk mendapatkan persetujuan dan menjaga hubungan sosial.
- Pada level postkonvensional, individu mengembangkan moralitas yang lebih
otonom dan didasarkan pada prinsip universalitas, keadilan, dan hak asasi
manusia. Mereka mengikuti prinsip moral yang diterima secara sosial dan
mendasarkan tindakan mereka pada nilai-nilai moral yang lebih abstrak.

Kedua teori ini menyediakan kerangka kerja yang berguna untuk memahami
perkembangan moral anak-anak. Piaget menekankan perkembangan kognitif sebagai
dasar perkembangan moral, sedangkan Kohlberg memandang perkembangan moral
sebagai evolusi tingkat pemahaman nilai-nilai moral dan prinsip-prinsip yang lebih
kompleks.

5. Subjek pengamatan siswa kelas IV SD


a. Perkembangan fisik
- Pada usia kelas IV SD, anak-anak umumnya mengalami pertumbuhan fisik yang
stabil dan terkoordinasi.
- Mereka memiliki kemampuan motorik kasar yang baik, seperti berlari, melompat,
dan bermain olahraga dengan lebih terampil.
- Kemampuan motorik halus juga berkembang, mereka lebih mahir dalam menulis,
menggambar, dan menggunakan alat-alat kecil.

b. Perkembangan emosi
- Anak kelas IV SD umumnya mulai mengembangkan pemahaman yang lebih baik
tentang emosi mereka sendiri dan orang lain.
- Mereka dapat mengenali dan mengungkapkan emosi dengan lebih baik, seperti
kebahagiaan, kecemasan, atau frustrasi.
- Mereka juga mulai mengembangkan kemampuan untuk mengatur emosi dan
mengenali perasaan orang lain.

c. Perkembangan sosial
- Anak-anak kelas IV SD mulai meningkatkan keterampilan sosial dan kemampuan
berinteraksi dengan teman sebaya.
- Mereka mulai memahami peran dalam kelompok, belajar bekerja sama, dan
membangun hubungan yang lebih kompleks.
- Mereka juga mulai mengembangkan pemahaman tentang norma sosial, aturan,
dan tanggung jawab dalam komunitas mereka.

d. Perkembangan intelektual
- Kemampuan kognitif anak kelas IV SD semakin berkembang dengan peningkatan
kemampuan pemecahan masalah dan berpikir logis.
- Mereka dapat mengumpulkan informasi, menganalisis, dan membuat kesimpulan
yang lebih kompleks.
- Kemampuan mereka dalam memahami konsep matematika, sains, dan bahasa
semakin meningkat.

e. Perkembangan bahasa
- Anak-anak kelas IV SD memiliki kemampuan bahasa yang semakin berkembang.
- Mereka dapat membaca dengan lebih lancar, memahami teks yang lebih
kompleks, dan menulis dengan lebih baik.
- Kemampuan mereka dalam berbicara dan berkomunikasi juga semakin terasah.

f. Perkembangan moral
- Pada tahap ini, anak-anak kelas IV SD mulai mengembangkan pemahaman
tentang apa yang benar dan salah.
- Mereka mulai memahami pentingnya nilai-nilai moral seperti kejujuran, keadilan,
dan empati.
- Mereka belajar tentang konsekuensi dari tindakan mereka dan memahami
pentingnya bertanggung jawab.
g. Perkembangan spiritual:
- Pada tingkat ini, anak-anak kelas IV SD mulai mengembangkan pemahaman
tentang nilai-nilai spiritual dan etika.
- Mereka dapat mulai mempertanyakan makna hidup dan memiliki pemahaman
awal tentang kepercayaan dan nilai-nilai yang mereka anut.

Perlu diingat bahwa perkembangan setiap anak adalah unik, dan tingkat perkembangan
dapat berbeda antara individu satu dengan yang lainnya. Pengamatan dan pemahaman
yang lebih mendalam dari orang yang mengenal anak secara pribadi akan memberikan
gambaran yang lebih spesifik tentang perkembangan anak kelas IV SD tersebut.

Anda mungkin juga menyukai