Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN BACAAN BUKU

(OKULTISME, ANTARA BUDAYA VS IMAN KRISTEN)

Disusun oleh :

Natanael Tarigan

PRODI TEOLOGI

Sekolah Tinggi Teologi Bethesda Bekasi

2021

Identitas Buku
Judul :OKULTISME, ANTARA BUDAYA VS IMAN KRISTEN

Penulis : Surya Kusuma

Penerbit : Penerbit ANDI, 2010

Cetakan : 5 4 3 2 1

Tahun ke : 14 13 12 11 10

ISBN : 978-979-29-1865

Tebal : viii + 176, 14 x 21 cm

PENDAHULUAN

Banyak hamba Tuhan bukan saja tidak menolak praktik okultisme dalam
lingkungan pelayanannya, tetapi sadar maupun tidak, mereka bahkan menerima
dan mencampur aduk praktik okultisme dengan cara-cara kristiani. Tindakan
semacam ini dapat terjadi karena:

- Hamba Tuhan kurang memahami hal tersebut merupakan okultisme atau bukan

- Hamba Tuhan menghindari risiko yang timbul sebagai dampak atas penolakan
atau penentangan terhadap okultisme.

- Hamba Tuhan tidak berani menghadapi kekuatan okultisme.

- Hamba Tuhan tidak memiliki pengertian dan kuasa yang cukup untuk mengatasi
okultisme.

LAPORAN BACAAN
1. Pemahaman Hamba Tuhan Mengenai Okultisme Kurangnya pemahaman
tersebut berdampak pada munculnya sikap toleran, kompromi, menerima, dan
mempraktikkan okultisme dalam pelayanan gerejawi. Hal ini tampak dalam
beberapa acara:

A. Hitungan Waktu dan Hari Gereja dan hamba Tuhan sering melakukan
kamuflase rohani dengan menerima dan melangsungkan acara kristiani yang
berbau okultisme. Hal ini tampak dengan dilaksanakannya upacara penghiburan
bagi keluarga yang mengalami dukacita karena kematian orang yang dikasihi pada
hari ke-3, 7, 40, 100, dan 1000. Tindakan ini dapat terjadi karena mereka meyakini
bahwa saat seseorang meninggal terjadi proses perjalanan di alam roh sebelum
sampai ke alam keabadian (kelanggengan). Pemahaman ini bertentangan dengan
kebenaran firman Allah yang tampak dalam ayat-ayat berikut: Orang yang
memandang aku, tidak akan melihat aku lagi, sementara Engkau memandang aku,
aku tidak ada lagi. Sebagaimana awan lenyap dan melayang hilang, demikian juga
orang yang turun ke dalam dunia orang mati tidak akan muncul kembali. Ia tidak
lagi kembali ke rumahnya, dan tidak dikenal lagi oleh tempat tinggalnya. (Ayb.
7:8–10) Kata Yesus kepadanya: “Aku berkata kepadamu, sesung guhnya hari ini
juga engkau akan ada bersamasama dengan Aku di dalam Firdaus.”

B. Sunat Gereja dan hamba Tuhan sering bersikap terbuka pada tradisi
pelaksanaan sunat tanpa berpikir panjang dan melihat kebenarannya. Gereja
bahkan mengadakan upacara gerejawi dalam pelaksanaan sunat. Gereja
seharusnya memahami bahwa sunat dilaksanakan bukan saja untuk kesehatan,
melainkan juga demi keyakinan agama. Dalam kehidupan orang Indonesia,
peralihan-peralihan dari perkembangan usia seseorang senantiasa dikaitkan
dengan acara ritual sakral yang dimulai sejak seseorang dalam kandungan sampai
akhir hayatnya. Sunat termasuk di dalamnya. Bagi beberapa suku di Indonesia
sebelum acara sunat dilangsungkan, anak yang akan disunat harus berziarah
dahulu ke kuburan nenek moyangnya. Hal ini menunjukkan bahwa sunat
berkaitan erat dengan tradisi nenek moyang. Di samping berziarah ke kuburan
nenek moyang, ucapan-ucapan doa dari sesepuh atau penyunat menunjukkan
hubungan dengan leluhur
Bagi orang Islam, anak laki-laki yang berusia 11– 13 tahun wajib disunat. Acara
sunat itu mereka sebut “mengislamkan.” Berdasarkan penjelasan tersebut, gereja
dan hamba Tuhan haruslah memahami dasar berpijak bahwa penyunatan bukan
hanya mengenai kesehatan, melainkan cenderung kepada agama atau keyakinan.
Menyoroti sebutan “mengislamkan”, pelaksanaan sunat bagi anak laki-laki berusia
11–13 tahun tidak bisa tidak dikaitkan dengan Ismail, anak Abraham dan Hagar.
Ketika disunat Ismail berusia 13 tahun (band. Kejadian 17:25). Gereja haruslah
meninjau kembali sikapnya terhadap sunat yang bertumpu pada alasan agama
atau keyakinan dan bukan pada alasan-alasan kesehatan.

2. Sikap Gereja dan Hamba Tuhan terhadap Okultisme Perjalanan sejarah gereja
membuktikan bahwa tidak jarang penentangan pada hal-hal yang berbau
okultisme mengakibatkan timbulnya aniaya dan korban jiwa. Istilah “darah orang
syahid menjadi benih pertumbuhan gereja,” merupakan bukti banyaknya darah
yang mengalir ketika gereja menyuarakan kebenaran sejati dalam Yesus Kristus
kepada suku-suku bangsa di bumi. Suara kebenaran ini antara lain menentang
praktik-praktik okultisme dan sinkretisme. Kurang beraninya menghadapi risiko
menyebabkan gereja Tuhan berkompromi dan terbuka untuk berbagai okultisme.
Sebagai contoh, pada harian Suara Merdeka 06 November 2002 dikisahkan
sepasang kekasih

mati karena meneguk minuman yang dicampur serbuk insektisida. Mereka


mening galkan sepucuk surat agar mereka disemayamkan di gereja sebelum
dikubur. Mereka juga meminta supaya dimakamkan dalam satu liang lahat.
Karena pesan tersebut adalah pesan terakhir mereka, akan timbul musibah
(kualat) bila permintaanmereka tidak dipenuhi. Gereja dan hamba Tuhan tidak
berani menolak permintaan orang kampung dan keluarga sehingga melaksanakan
pesan tersebut dengan mengadakan upacara dalam gedung gereja dan acara
pemakaman sepasang anak muda yang bunuh diri tersebut. Mereka juga akhirnya
dimakamkan dalam satu liang lahat.

3. Keberanian Menghadapi Kekuatan Okultisme Tidak sedikit hamba Tuhan


yang tidak berani menghadapi tenung, sihir, santet, dan ilmu-ilmu gelap lainnya.
Mereka merasa tidak memiliki kekuatan. Dari sini tampak jelas betapa perlunya
mempelajari kebenaran firman Tuhan dan memahami hal-hal yang bersangkutan
dengan okultisme serta cara-cara menghadapinya.

4. Kuasa untuk Mengatasi Semua Kuasa Okultisme Dahulu, di sebuah Sekolah


Tinggi Teologia (STT) seorang siswa dirasuk setan dan terbelenggu jimat-jimat.
Namun, semua dosen tidak tahu cara memecahkan masalah tersebut sehingga
harus mengundang tim doa dari STT lain untuk mengadakan pelayanan bagi siswa
tersebut. Akhirnya, diketahui bahwa siswa tersebut terbelenggu jimat yang ada di
sebuah cincin yang diberikan orangtuanya. Melalui pelayanan itu siswa tersebut
mendapat kelepasan dan pemulihan

B. PENGERTIAN OKULTISME

Pemahaman tentang okultisme dapat dilihat dari sudut pandang umum (sekuler)
dan iman Kristen.

1. Pengertian Sekuler Tentang Okultisme

Ensiklopedi Indonesia terbitan Ichtiar Baru Van Hoeve menguraikan okultisme


sebagai berikut:

Okultisme adalah istilah yang dipakai untuk menyebut bidang luas kepercayaan
dan praktik-praktik yang menyangkut magi atau kekuatan-kekuatan di luar dunia
wajar. Termasuk okultisme ialah astrologi, peramalan, magi, dan spiritualisme,
yaitu kepercayaan bahwa arwah orang mati mempunyai hubungan dengan yang
hidup. Bagi orang yang percaya, okultisme berdasarkan ilmu yang tersembunyi
dan tidak dimiliki oleh orang-orang biasa. Segolongan ilmuwan menolak praktik
okultisme. Segolongan lain percaya kepada kekuatan untuk membaca alam
pikiran atau kekuatan okultisme (di luar kesadaran wajar). Dari masa ke masa
pendapat ilmiah terhadap praktik-praktik okultisme

C. SUMBER TIMBULNYA OKULTISME

Pencarian dan kepercayaan manusia pada kekuatan supranatural (gaib) yang


penuh misteri dipengaruhi oleh beberapa alasan, yaitu:
1. Pemahaman yang Salah tentang Allah

Konsep-konsep yang salah tentang eksistensi, jati diri, kuasa Allah, serta anggapan
bahwa Allah yang transenden sulit dipahami, penuh misteri, dan tidak terselami,
yang dalam bahasa Jawa diungkapkan “tan kena kinaya apa, tan kena winirasa”,
mendorong manusiaberupaya mencari dan berkomunikasi dengan Allah melalui
berbagai cara, antara lain tirakat, korban, belajar berbagai mantera, spiritisme,
dan mempersonifikasikan Allah menjadi makhluk, materi, atau benda-benda
ciptaan untuk disembah dan dipuja.

Anda mungkin juga menyukai