Anda di halaman 1dari 31

MODUL AJAR FISIKA

PENGUKURAN

Nama : Iman Nurzaman, S.Pd., M.Si.P. (imannurzaman03@guru.sma.belajar.id)


Sekolah : SMAN 19 Garut
Dimensi : Beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia,
Bernalar Kritis, Kreatif, dan Gotong Royong
Fase :E
Alokasi Waktu : 8 x 2 JP

CAPAIAN PEMBELAJARAN :
Pada akhir fase E, peserta didik memiliki kemampuan untuk responsif terhadap isu-isu global
dan berperan aktif dalam memberikan penyelesaian masalah. Kemampuan tersebut antara lain
mengamati, mempertanyakan dan memprediksi, merencanakan dan melakukan penyelidikan,
memproses dan menganalisis data dan informasi, mengevaluasi dan refleksi,
mengkomunikasikan hasil dalam bentuk projek sederhana atau simulasi visual menggunakan
aplikasi teknologi yang tersedia terkait dengan energi alternatif, pemanasan global,
pencemaran lingkungan, teknologi, nano bioteknologi, kimia dalam kehidupan sehari-hari,
pemanfaatan limbah dan bahan alam, pandemi akibat infeksi virus. Semua upaya tersebut
diarahkan pada pencapaian tujuan pembangunan yang berkelanjutan (Sustainable Development
Goals/SDGs). Melalui pengembangan sejumlah pengetahuan tersebut dibangun pula berakhlak
mulia dan sikap ilmiah seperti jujur, obyektif, bernalar kritis, kreatif, mandiri, inovatif, bergotong
royong berkebhinekaan global.

Elemen Pemahaman Elemen Keterampilan


Peserta didik mampu mendeskripsikan 1. Mengamati,
gejala alam dalam cakupan keterampilan 2. Mempertanyakan dan memprediksi
proses dalam pengukuran, perubahan 3. Merencanakan dan melakukan penyelidikan
iklim dan pemanasan global, pencemaran 4. Memproses, menganalisis data dan informasi
lingkungan, energi alternatif, dan 5. Mencipta
pemanfaatannya.
6. Mengevaluasi dan refleksi
7. Mengomunikasikan hasil

Modul Ajar Fisika – Fase E – Kelas X – Pengukuran 1


TUJUAN PEMBELAJARAN
TP KRITERIA ASESMEN
KETERCAPAIAN TP

Memahami Pada akhir pembelajaran dari Awal:


konsep modul ini, peserta didik Dapat dilakukan melalui diskusi, tanya jawab,
pengukuran menunjukkan kemampuan: kuesioner, dan lain sebagainya untuk mengecek
dan
1. Menjelaskan makna pengetahuan dan keterampilan prasyarat sebagai
penerapannya
dalam besaran (pokok dan gambaran pemahaman/ pengalaman peserta didik dalam
kehidupan turunan), satuan, dan hal pengukuran.
sehari-hari. dimensi.
2. Mengidentifikasi alat Proses:
ukur yang sesuai dengan Cek pemahaman dan praktik peserta didik dalam
besaran dan objek yang melaksanakan pembelajaran yang berkenaan dengan
diukur. pengukuran melalui berbagai aktivitas seperti tanya
3. Menggunakan alat ukur jawab, observasi, diskusi dll.
dengan benar, aman, dan Catatan:
menentukan hasilnya Saat proses pembelajaran, bila guru mengajar sendiri
dengan tepat pada (tidak dalam bentuk team-teaching) hendaknya asesmen
pengukuran panjang, fokus pada bagaimana pemahaman, praktik, dan sikap
waktu, suhu, massa, peserta didik dapat di-cek/dipetakan dan ditingkatkan
sudut, dan atau arus saat itu juga.
listrik lengkap dengan
nilai ketidakpastiannya Akhir
pada pengukuran tunggal. Pemastian ketercapaian Pemahaman Peserta didik
4. Menerapkan pengukuran (dapat dilakukan dengan penugasan menyusun
(panjang, waktu, suhu, penjelasan, membuat infografis, rekaman, video, dsb)
massa, sudut, dan atau berkenan dengan pengukuran (besaran, nilai, satuan,
arus listrik) dalam kesesuan alat dan objek yg diukur).
percobaan dan Pemastian ketercapaian peserta didik dalam praktik
mengomunikasikan hasil pengukuran (panjang, waktu, temperatur, massa, sudut,
percobaan atau hasil studi dan atau arus listrik) dilakukan berdasarkan
kasus berikut analisis pendokumentasian selama proses pembelajaran.
kesalahan pengukurannya Pendokumentasian hasil pengamatan guru terhadap
perkembangan sikap peserta didik.

Asesmen Awal
Asesmen awal dilakukan sebelum pembelajaran dimulai. Kegiatan asesmen awal bertujuan
untuk memetakan kemampuan awal peserta didik baik dalam pengetahuan prasyarat maupun
konsepsi awal mengenai pengukuran. Beberapa pokok pertanyaan yang dapat digunakan dalam
asesmen awal di antaranya adalah:
 Menjelaskan makna besaran dan satuan,
 Membedakan besaran pokok dan besaran turunan beserta satuannya
 Mengidentifikasi alat ukur dan fungsinya
 Mengidentifikasi cara menggunakan alat ukur dan tingkat ketelitiannya

Modul Ajar Fisika – Fase E – Kelas X – Pengukuran 2


 Menyebutkan jenis-jenis kesalahan dalam pengukuran.
Pertanyaan-pertanyaan di atas dapat diimpelementasikan menjadi lebih menarik sesuai dengan
kondisi kelas, sarana prasarana dan pemahaman peserta didik.

Contoh inspirasi pertanyaan asesmen awal poin pertama sebagai berikut.


Peserta didik mengamati dua buah obyek/gambar misalnya gambar dua meja, lalu ditanya,
“Apa saja yang dapat dibandingkan dari kedua obyek tersebut?”

Jawaban yang muncul bisa panjangnya, luasnya, warnanya, dan lain sebagainya. Peserta
didik mengamati contoh hasil ukuran meja, seperti panjang meja 120 cm dan tinggi meja 65
cm. Peserta didik ditanya,
“Manakah dari hasil ukur tersebut yang disebut besaran dan satuan?”
“Apa perbedaan dan persamaan dari panjang dan tinggi?”

Contoh inspirasi pertanyaan asesmen awal poin kedua sebagai berikut.


Sebuah sepeda motor digunakan untuk melakukan perjalanan sejauh 60 km dalam waktu 1,5
jam. Perjalanan tersebut mengkonsumsi sekitar 3 liter bahan bakar. Selama perjalanan,
pengemudi sempat melihat tampilan speedometer seperti tampak pada gambar berikut.

Besaran apa sajakah yang dapat diketahui dari tulisan di atas? Manakah yang termasuk
besaran turunan?

Modul Ajar Fisika – Fase E – Kelas X – Pengukuran 3


Contoh inspirasi pertanyaan asesmen awal poin ketiga sebagai berikut.
Apa yang bisa kita gunakan untuk mengukur ketebalan buku?
Samakah alat ukur yang kita gunakan bila hendak mengukur ketebalan rambut?
Alat ukur apa lagi yang kamu ketahui?
Apakah kamu mengetahui alat ukur berikut:
a. Penggaris/mistar
b. Jangka sorong
c. Mikrometer skrup
d. Neraca tiga lengan
e. Gelas ukur
f. Termometer
g. Amperemeter

Manakah di antara alat di atas yang kamu ketahui cara menggunakannya?


Apakah kamu mengetahui bagaimanakah ketidakpastian dari alat ukur tersebut?

Contoh inspirasi pertanyaan asesmen awal poin keempat sebagai berikut.


Kesalahan apa saja yang mungkin terjadi saat melakukan pengukuran?
Apa yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi kesalahan tersebut?

Tindak Lanjut Asesmen Awal


Bila jawaban peserta didik belum benar, langkah pembelajaran dimulai dari penguatan
prasyarat. Bila sudah benar, langkah pembelajaran bisa dimulai dari sub topik ke-1. Bila
terdapat keragaman kemampuan, pembelajaran dapat dilakukan melalui:
o Alternatif 1, kelas dibagi dua kelompok atau lebih, masing-masing mengikuti kegiatan
pembelajaran sesuai kemampuan sub-topiknya.
o Alternatif 2, kelas dibagi dua kelompok atau lebih, kelompok yang belum siap diberikan
kegiatan tambahan di luar pembelajaran.
o Alternatif 3, kelas dibagi menjadi beberapa kelompok dengan anggota kelompok
merupakan kombinasi dari peserta didik yang telah menunjukkan ketercapaian tujuan
pembelajaran sebagai tutor sebagai bagi anggota kelompok yang belum menunjukkan
ketercapaian tujuan pembelajaran.

Modul Ajar Fisika – Fase E – Kelas X – Pengukuran 4


LANGKAH PEMBELAJARAN
Langkah-langkah pembelajaran pada topik pengukuran berikut ini dirancang per tema atau sub
topik, tidak kaku harus dilaksanakan secara lengkap dalam satu pertemuan. Setelah guru
melakukan asesmen awal kepada peserta didik, atau peserta didik telah menguasai sub-topik,
guru dapat menyesuaikan kegiatan pembelajaran dari kegiatan yang sesuai dengan kebutuhan
peserta didik.
Upayakan mengawali tiap pertemuan dengan doa dan kegiatan pembiasaan melakukan
pengukuran, misalnya pengukuran waktu pembelajaran dimulai, suhu ruang kelas, dan lainnya.
Di akhir pertemuan dilakukan penguatan dan refleksi kegiatan pembelajaran. Contoh
pertanyaan refleksi:
a. Apakah saya hadir tepat waktu?
b. Apakah saya memahami materi pembelajaran hari ini?
c. Hal apa yang telah saya pelajari dari pembelajaran hari ini?
d. Bagian mana dari pembelajaran ini yang paling saya sukai?
e. Apakah saya merasa telah mengikuti kegiatan pembelajaran dengan baik?
f. Apakah saya mengalami kesulitan untuk mengikuti pembelajaran?
g. Apa yang dapat saya lakukan untuk memperbaiki cara belajar saya?
h. Apakah saat belajar saya mendapat bantuan dari orang lain?
i. Apakah saya membantu orang lain?
j. Apa yang telah atau dapat saya berikan pada lingkungan setelah pembelajaran hari ini?

Penguatan Pengetahuan Prasyarat – Besaran dan Satuan


1. Kegiatan pembiasaan
2. Peserta didik menyebutkan waktu pembelajaran dimulai.
3. Secara berkelompok, peserta didik bermain peran seolah-olah menjadi seorang chef
(juru masak) yang akan membuat berbagai jenis masakan dan kue. Peserta didik
berdiskusi membuat catatan pesanan belanja, bahan-bahan apa saja yang akan dibeli,
untuk kemudian catatan itu akan dititipkan kepada orang lain.
Beberapa kelompok lain, bermain peran sebagai desainer interior dan harus membuat
produk furniture untuk melengkapi sebuah rumah. Peserta didik berdiskusi membuat
berbagai desain furniture lengkap dengan rinciannya seolah-olah akan diproduksi suatu
pabrik.

Modul Ajar Fisika – Fase E – Kelas X – Pengukuran 5


4. Masing-masing kelompok bertukar hasil kerja kelompoknya, kemudian peserta didik
diajak bernalar kritis dengan saling mengamati dan menganalisis jawabannya sesuai
pertanyaan berikut:
a. Apakah pesanan chef dapat dibeli dengan baik oleh orang yang dititipi?
b. Hal apa yang akan membuatnya berhasil dibeli atau tidaknya?
c. Apakah desain sang desainer akan dapat diproduksi dengan baik oleh pabrik?
d. Hal apa yang akan membuatnya berhasil dibuat atau tidaknya?
Dari kegiatan 3 dan 4, peserta didik diharapkan dapat menyampaikan gagasan bahwa
baik catatan pesanan belanja maupun desain yang dibuat harus dilengkapi dengan
rincian bahan, jumlah, atau ukuran beserta satuannya.
5. Peserta didik dibagi menjadi beberapa kelompok, mendiskusikan bagaimana caranya
lalu diajak berpikir kreatif dan bergotong royong mencari solusi atas tugas, yaitu
mengamati gambar yang telah disediakan, kemudian menduplikat gambar tersebut pada
karton dengan ukuran yang sama persis. Contoh gambar terlihat di bawah ini.

Peserta didik mengkomunikasikan apa yang mereka lakukan untuk menduplikat


gambar tersebut pada karton dengan ukuran yang sama persis.
Peserta didik diharapkan dapat menjelaskan bahwa untuk menduplikatnya sama persis
mereka perlu mengetahui ukuran gambarnya, sehingga mereka perlu melakukan
pengukuran.
6. Peserta didik mendiskusikan apa yang dimaksud dengan mengukur atau pengukuran,
pentingnya satuan dan apa saja kriteria satuan.
7. Peserta didik diberi pertanyaan apa yang bisa diukur dari benda yang sebelumnya
dibahas, misalnya meja (furniture lain yang mereka rancang), digiring untuk dapat
menyebutkan panjang, tinggi, lebar, dan tebalnya sehingga dapat memunculkan
pemahaman adanya kesamaan jenis dari yang diukur. Besaran sejenis tersebut diwakili
oleh satu besaran pokok dengan dimensinya.
8. Peserta didik menampilkan kembali hasil diskusi saat bermain peran sebagai chef,
kemudian mengidentifikasi mana yang termasuk besaran dan satuan.

Modul Ajar Fisika – Fase E – Kelas X – Pengukuran 6


9. Peserta didik menyebutkan kembali besaran-besaran lain dan satuannya yang telah
mereka ketahui.
10. Peserta didik mendapat penguatan data besaran pokok dan satuan SI.
No. Besaran Pokok Satuan Singkatan Dimensi
satuan
1 Panjang meter M [L]
2 Massa kilogram Kg [M]
3 Waktu sekon S [T]
4 Suhu kelvin K []
5 Kuat arus listrik ampere A [I]
6 Intensitas cahaya candela Cd [J]
7 Jumlah zat mole mol [N]
8 Sudut datar (bidang) radian rad Tanpa
9 Sudut ruang steradian sterad dimensi

11. Peserta didik mengaplikasikan konsep besaran dan satuan pada kasus dalam kehidupan
sehari-hari. Sebagai contoh peserta membaca artikel berita yang di dalamnya terdapat
hasil pengukuran. Contoh sumber berita:

MEDAN, iNews.id - Jembatan penghubung antar desa ambruk usai dilintasi ekskavator amfibi,
Minggu (7/8/2022). Warga yang emosi nyaris membakar alat berat tersebut. Dari rekaman CCTV yang
diterima iNews, alat berat itu nekat melintasi jembatan. Ekskavator yang coba melintas bermuatan 10
ton jatuh ke dalam sungai.
Warga mengaku emosi lantaran, jembatan yang sebelumnya dibangun oleh partisipasi warga desa.
Jembatan sepanjang 170 meter itu hanya kuat dilewati bobot 3 ton. Kepada Desa Tanjung Rejo
Selamat meminta Dinas Pekerjaan Umum Deliserdang tidak melewati jembatan tersebut. Saat ini akan
diupayakan untuk memperbaiki.

Modul Ajar Fisika – Fase E – Kelas X – Pengukuran 7


Jembatan darurat untuk warga melintas juga sudah dibangun. "Itu ekskavator enggak tahu kayaknya
mau coba-coba lewat akhirnya ya terjerembak," kata Selamat, Senin (8/8/2022).
"Dia (ekskavtor) belum sampai tengah aja itu jembatan langsung ambrol," katanya.
Salah satu warga Desa Tanjung Rejo, Rudi Hartono mengatakan telah berkoordinasi dengan pihak
terkait untuk perbaikan jembatan tersebut. "Kami minta segera. Ini soalnya akses satu-satunya. Anak-
anak sekolah yang paling terganggu," kata Rudi.

Sumber: https://sumut.inews.id/berita/jembatan-antardesa-ambruk-usai-dilewati-ekskavator-warga-
ngamuk-nyaris-bakar/2
Peserta didik mengidentifikasi besaran, nilai dan satuan yang terdapat dalam artikel
tersebut. Berkaitan dengan masalah tersebut, peserta diminta untuk mengemukakan
pendapat apa pentingnya nilai besaran dan satuan dalam memecahkan masalah tersebut.

Sub Topik ke-1 Dimensi pada Pengukuran


1. Peserta didik mengamati langsung contoh pengukuran atau gambar-gambar yang
ditampilkan oleh guru, kemudian peserta mengidentifikasi nama alat ukur, fungsi, cara
penggunaan dan satuannya, misalnya:
- Ukuran volume pompa bensin - Timbangan di pasar

Sumber: liputan6.com Sumber: epaper.mediaindonesia.com


- Neraca tiga lengan - Stopwatch

Sumber: indonesian.alibaba.com
Sumber: bukalapak.com
- Termometer digital - Gelas ukur

Sumber: bukalapak.com Sumber: lazada.com

Modul Ajar Fisika – Fase E – Kelas X – Pengukuran 8


- Speedometer - Pressure gauge

Sumber: inews.com
Sumber: lazada.com
- Ampere meter - Volt meter

Sumber: indonesian.alibaba.com Sumber: indonesian.alibaba.com

Jika semua peserta menjawab betul, maka guru dapat melanjutkan ke Langkah
pembelajaran 2, jika belum seluruhnya menjawab betul maka peserta didik dapat
diberikan pembelajaran pengenalan alat-alat ukur tersebut terlebih dulu.
2. Peserta didik mengerjakan tugas secara berkelompok:
- menuliskan nama-nama alat ukur berikut rincian penggunaannya pada tabel dengan
format:
No Nama Alat Besaran yang Satuan Satuan Dimensi
Ukur diukur pada alat dalam SI

- mengelompokkan alat ukur berdasarkan kesamaan besaran yang diukur


- mengidentifikasi mana yang termasuk besaran turunan dari tabel yang telah diisi.
Kemudian menjelaskan kenapa besaran tersebut termasuk besaran turunan, dan
bagaimana cara menentukan dimensinya.

Modul Ajar Fisika – Fase E – Kelas X – Pengukuran 9


3. Peserta didik mempresentasikan hasil pekerjaan kelompoknya, dan yang tidak
presentasi memberi tanggapan atau bertanya setelah presentasi dilaksanakan.
4. Peserta didik mendapatkan penguatan contoh analisis dimensi suatu besaran turunan
5. Peserta didik mengaplikasi konsep besaran turunan dengan mengerjakan latihan
mengidentifikasi besaran berdasarkan analisis dimensi.

Sub Topik ke-2 Resolusi, Ketidakpastian, dan Kesalahan pada Pengukuran


1. Peserta didik mengamati tabel hasil pembelajaran pada pertemuan sebelumnya
kemudian diajak bernalar kritis mendiskusikan:
a. Adakah alat ukur yang besarannya sama?
b. Mengapa ada beberapa alat ukur berbeda untuk besaran yang sama?
2. Peserta didik mendiskusikan aktivitas pengukuran lainnya dalam kehidupan sehari-
hari, misal: mistar dan rol meter yang sama-sama merupakan alat ukur panjang,
kemudian tire pressuremeter, tensimeter, pressure gauge merupakan tiga alat ukur
yang mengukur tekanan.
3. Peserta didik mengerjakan tugas secara berkelompok:
a. Melakukan pengukuran menggunakan berbagai jenis alat ukur panjang
1) Mengukur objek yang sama dengan mistar berbeda

2) Mengukur objek berbeda dengan mistar yang sama

b. Mendiskusikan perbedaan resolusi, ketidakpastian, dan galat dari penggunaan alat


ukur (kesalahan umum, sistematis, dan acak)
c. Membaca referensi cara menggunakan alat ukur panjang lainnya

Modul Ajar Fisika – Fase E – Kelas X – Pengukuran 10


4. Peserta didik menyimak demonstrasi pengukuran yang ditunjukkan oleh guru.
1) Jangka Sorong

Sumber gambar: belajarsesuatu.id

- bagian-bagian dari jangka sorong


- satuan jangka sorong
- nilai skala terkecil jangka sorong
- langkah-langkah mengukur menggunakan jangka sorong
2) Mikrometer Sekrup

Sumber gambar: detik.com

- bagian-bagian dari mikrometer sekrup


- satuan mikrometer sekrup
- nilai skala terkecil mikrometer sekrup
- langkah-langkah mengukur menggunakan mikrometer sekrup
Pada Langkah ini, guru perlu memperhatikan hasil pemetaan asesmen awal mengenai
cara menggunakan alat ukur khususnya jangka sorong dan mikrometer sekrup. Bagi
peserta didik yang telah menunjukkan ketercapaian tujuan pembelajaran dalam
menggunakan alat ukur sebagai bagian dari pengukuran dapat dijadikan sebagai tutor
bagi peserta didik lainnya yang belum mampu menggunakannya.

Modul Ajar Fisika – Fase E – Kelas X – Pengukuran 11


Guru dapat mendemonstrasikan langsung cara menggunakan jangka sorong dan
mikrometer sekrup dan peserta didik menyimak kemudian berlatih menggunakannya
dan mendemonstrasikan juga kepada temannya. Untuk memfasilitasi peserta didik
dengan gaya belajar yang berbeda, jika koneksi internet tersedia, dapat pula diberikan
simulasi virtual jangka sorong yang tersedia di internet, contoh pada link :
https://www.stefanelli.eng.br/en/virtual-vernier-caliper-simulator-05-millimeter/
Hal ini juga dapat menjadi alternatif jika jumlah jangka sorong yang tersedia terbatas.
5. Peserta didik melakukan pengukuran pada beberapa contoh objek lalu menuliskannya
pada tabel seperti berikut.
No. Benda Besaran Alat Resolusi Hasil ukur beserta Galat
yang yang ukur (Nilai skala satuan dan
diukur diukur terkecil) ketidakpastiannya

6. Peserta didik mendiskusikan alternatif alat ukur panjang seperti laser distance meter
(meteran laser).

Gambar meteran laser


Sumber: alatproyek.com
7. Peserta didik mengkomunikasikan dan mendiskusikan hasil pengamatannya.
8. Peserta didik menyimak penguatan resolusi, ketidakpastian, dan jenis galat dari
penggunaan alat ukur dari guru.
10. Peserta didik bekerja sama untuk menggunakan alat ukur yang tersedia, melakukan
kegiatan pengukuran besaran:
a. Massa
b. Waktu
c. Temperatur
d. Sudut
e. Arus listrik

Modul Ajar Fisika – Fase E – Kelas X – Pengukuran 12


11. Peserta didik mendiskusikan galat yang mungkin muncul dalam pengukuran massa,
waktu, temperatur, sudut, dan atau arus listrik
12. Peserta didik berpikir kreatif untuk mendiskusikan alternatif alat ukur dalam
pengukuran besaran massa, waktu, temperatur, sudut, dan atau arus listrik.
No Besaran Alat Benda Hasil ukur beserta Galat Alternatif
. yang ukur yang satuan dan alat ukur
diukur diukur ketidakpastiannya

13. Peserta didik mengkomunikasikan langkah-langkah penggunaan alat ukur beserta hasil
diskusinya.
14. Peserta didik diajak bernalar kritis bagaimana penggunaan alat ukur lain seperti
timbangan duduk, thermogun dan pengukuran pada smartphone termasuk pengukuran
besaran lainnya seperti intensitas bunyi.
15. Peserta didik menyimak penguatan materi dari guru tentang cara melakukan
pengukuran massa, waktu, temperatur, sudut, dan atau arus listrik.

Sub Topik ke-3 Angka Penting dan Notasi Ilmiah


1. Peserta didik mengamati berbagai contoh data ukuran, seperti jarak Bumi ke Matahari,
usia yang harus dicantumkan dalam suatu formulir.

2. Peserta didik diajak bernalar kritis mendiskusikan seberapa banyak angka yang perlu
diperhitungkan dalam penggunaan data, perlukah kita menuliskan umur misalnya 16
tahun 2 bulan 3 minggu 4 hari 5 jam 34 detik?
3. Peserta didik menyimak penguatan konsep angka penting.
4. Peserta didik diajak bernalar kritis mendiskusikan bagaimana penulisan angka
penting untuk besaran yang diperoleh dari hasil operasi.

Modul Ajar Fisika – Fase E – Kelas X – Pengukuran 13


5. Peserta didik menyimak penguatan operasi angka penting, aturan pembulatan, dan
notasi ilmiah.
6. Peserta didik bekerja sama mengerjakan latihan penerapan konsep angka penting,
pembulatan, dan notasi ilmiah.
7. Peserta didik mengkomunikasikan hasil pengerjaannya dan mendiskusikan
kemungkinan jawaban lain.
8. Peserta didik menjelaskan ringkasan bahasan yang telah dipelajari sebelumnya, tentang
angka penting, pembulatan, dan notasi ilmiah.
9. Peserta didik mengamati contoh-contoh hasil ukur beserta satuannya serta diajak
bernalar kritis tentang fungsi awalan satuan yang digunakannya. Misalnya, kilo pada
5 kg, nano pada 420 nm.
10. Peserta didik mendiskusikan penggunaan awalan satuan
Skala Kecil Skala Besar
Pangkat Pangkat
Awalan Simbol sepuluh Awalan Simbol sepuluh
desi d 10-1 deka da 101
centi c 10-2 hekto h 102
milli m 10-3 kilo k 103

micro  10-6 mega M 106


nano n 10-9 giga G 109
pico p 10-12 tera T 1012
femto f 10-15 peta P 1015
atto a 10-18 exa E 1018
zepto z 10-21 zetta Z 1021
yocto y 10-24 yotta Y 1024

11. Peserta didik bekerja sama dalam kelompok mencari contoh-contoh lain penggunaan
awalan satuan lalu mengerjakan latihan konversi satuan besaran berdimensi sama,
seperti:
a. panjang, dari nm ke km
b. panjang, dari kaki ke mil
c. massa, dari gram ke pound
d. massa, dari ons ke gram
e. kecepatan, dari m/s ke km/jam

Modul Ajar Fisika – Fase E – Kelas X – Pengukuran 14


f. luas, dari cm2 ke m2
g. volum, dari mL ke m3
h. massa jenis, dari g/cm3 ke kg/m3
i. tahun cahaya ke m,
j. dan lainnya
12. Peserta didik mempresentasikan hasil kerja kelompoknya kemudian melakukan
diskusi kelas untuk memverifikasinya.

Sub Topik ke-4 Pengukuran Berulang


1. Peserta didik diajak mereviu pembelajaran tentang pengukuran selama ini, guru
menggiring hingga peserta didik mengingat makna istilah ketidakpastian dan galat pada
pengukuran.
2. Peserta didik diajak bernalar kritis mendiskusikan:
a. Apakah pengukuran yang dilakukan pasti benar?
b. Apa yang perlu dilakukan agar dapat memastikan pengukuran yang dilakukan
memiliki galat yang tidak terlalu besar?
c. Apa yang dapat terjadi bila pengukuran dilakukan berulang?
d. Bagaimana bila yang hendak diukur tidak ada alat ukurnya?
3. Peserta didik menyimak demonstrasi guru dalam menentukan hasil ukur rata-rata dan
ketidakpastian dari suatu pengukuran berulang dan pengukuran tak langsung.
4. Peserta didik secara berkelompok bekerja sama:
a. Meringkas bacaan tentang cara penentuan hasil ukur rata-rata dan
ketidakpastian pengukuran berulang,
b. Meringkas bacaan tentang cara penentuan hasil ukur dan ketidakpastian dari
pengukuran tak langsung,
c. Mengamati beberapa data, kemudian menganalisis dan membandingkan akurasi
dan presisi data-data tersebut
d. Menentukan hasil ukur rata-rata beserta nilai ketidakpastian berulangnya
5. Peserta didik mengkomunikasikan hasil pengerjaannya dan mendiskusikan
kemungkinan jawaban lain.
6. Peserta didik menyimak penguatan dari guru tentang makna akurasi dan presisi serta
hasil ukur berikut ketidakpastian dari pengukuran berulang dan pengukuran tak
langsung.

Modul Ajar Fisika – Fase E – Kelas X – Pengukuran 15


Penugasan Mandiri
1. Peserta didik membaca artikel berita tentang konsep massa jenis. Misalnya:

Penulis Lulu Lukyani | Editor Lulu Lukyani


KOMPAS.com - Kapal laut, kapal pesiar, atau kapal kargo tentu memiliki massa yang sangat
besar. Meski demikian, kapal-kapal besar tersebut dapat terapung di permukaan air dan berlayar
hingga ke tujuan. Sementara itu, banyak benda lain, yang memiliki massa yang juga berat,
dengan mudahnya tenggelam ke dasar perairan. Lantas, kenapa kapal laut dapat terapung di
permukaan air?
Prinsip Archimedes
Teka-teki mengenai kapal-kapal yang bisa terapung ini dipecahkan oleh Archimedes, ilmuwan
Yunani yang lahir pada tahun 287 SM. Dilansir dari Let's Talk Science, prinsip Archimedes
menyatakan bahwa gaya yang diberikan pada suatu benda dalam fluida sama dengan berat fluida
yang dipindahkan oleh benda tersebut. Gaya ini disebut gaya apung. Gaya apung mendorong ke
atas terhadap suatu benda. Di samping itu, ada gaya gravitasi yang memberikan gaya ke bawah
terhadap suatu benda yang ditentukan oleh massa objek. Jadi, jika gaya yang diberikan ke bawah
pada benda oleh gravitasi lebih kecil dari gaya apung, benda tersebut bisa mengapung. Teori
inilah yang menjelaskan kenapa kapal laut dapat terapung di permukaan air.
Hubungan daya apung dan kepadatan benda
Jika sebuah balok kayu berukuran satu sentimeter kubik (1 cm x 1 cm x 1 cm) dimasukkan ke
dalam sebuah wadah berisi air, jumlah air yang dipindahkan akan sama dengan berat balok kayu
tersebut. Namun, bagaimana jika balok dengan ukuran yang sama terbuat dari timah? Timah
memiliki kerapatan yang jauh lebih tinggi daripada kayu. Jika satu sentimeter kubik balok timah
ditempatkan dalam wadah berisi air, jumlah air yang dipindahkan akan sama dengan berat balok
timah. Dalam kasus kayu, berat air yang dipindahkan kecil. Gaya apung lebih besar dari gaya
gravitasi sehingga kayu bisa terapung. Sementara itu, timah lebih padat daripada kayu. Berarti,

Modul Ajar Fisika – Fase E – Kelas X – Pengukuran 16


timah mengandung lebih banyak massa dalam volume yang sama. Jadi, lebih banyak air yang
dipindahkan oleh timah daripada kayu. Gaya gravitasi pada timah melebihi gaya apung sehingga
timah tenggelam.
Bagaimana gaya apung dan kepadatan berlaku untuk kapal?
Kapal terbuat dari baja yang sangat besar. Sebuah kapal dapat memiliki massa ratusan ribu
ton. Baja jauh lebih padat daripada air, tetapi kenapa kapal laut tidak tenggelam? Faktor yang
membantu kapal laut tetap terapung di permukaan air adalah bentuknya dan apa yang ada di
dalamnya. Kapal bukanlah kepingan baja yang kokoh. Sebaliknya, sebagian besar kapal adalah
cangkang baja yang dilubangi. Ada berbagai macam komponen di dalam kapal, seperti mesin
kapal, bahan bakar, dan lain-lain. Tetapi, yang terpenting, ada udara di dalam kapal. Massa jenis
rata-rata dari total volume kapal dan segala isinya (termasuk udara) harus lebih kecil dari volume
air yang sama.
Saat sebuah kapal berada di dalam air, ia mendorong ke bawah dan memindahkan sejumlah air
yang sama dengan beratnya. Jika massa jenis rata-rata kapal lebih besar dari massa jenis air,
maka kapal akan tenggelam di bawah permukaan air. Ketika sebuah kapal tenggelam, itu
disebabkan oleh air yang masuk ke dalam kapal sehingga memaksa udara keluar dan membuat
kerapatan rata-rata kapal lebih besar daripada kerapatan air.
Sumber: https://www.kompas.com/sains/read/2022/06/03/140000823/kenapa-kapal-laut-dapat-
terapung-di-permukaan-air-?page=all

2. Peserta didik mengidentifikasi besaran apa saja yang dibahas dalam artikel berita yang
dibaca.
3. Guru menunjukkan sebuah benda berjenis logam / lainnya dengan bentuk tak beraturan.
Kemudian meminta peserta didik memprediksi jenis benda tersebut.
4. Peserta didik diminta untuk mengemukakan pendapatnya bagaimana cara menentukan
jenis benda tersebut melalui percobaan. Kemudian diminta untuk mengemukakan
pendapat bagaimana langkah-langkah percobaan yang sesuai dengan metode ilmiah.
Jika peserta didik sudah memahami bagaimana langkah-langkah percobaan melalui
metode ilmiah, pembelajaran langsung dilanjutkan dengan kerja mandiri namun jika
peserta didik belum memahaminya, guru perlu memberikan penguatan bagaimana
langkah-langkah metode ilmiah dalam sebuah percobaan.
5. Peserta didik secara berkelompok bekerja sama merancang percobaan pengukuran
massa jenis benda dengan bentuk yang tak beraturan.

Modul Ajar Fisika – Fase E – Kelas X – Pengukuran 17


Contoh Format Rancangan Percobaan

Tujuan …

Teori Dasar tentang Massa Jenis …

Alat dan Bahan …

Prosedur …

Pelaporan Deskripsi disertai foto atau infografis, atau bentuk lain

Nama Siswa (Nama Siswa) : (Tanda tangan)

Disetujui oleh Guru (Nama Guru) : (Tanda tangan); Tgl/bln/thn

6. Peserta didik menjawab pertanyaan tambahan terkait laporan:


a. Besaran apa saja yang dilibatkan dalam percobaan?
b. Bagaimana satuan dan dimensi dari tiap besaran yang dilibatkan dalam
percobaan?
c. Alat ukur apa saja yang digunakan dalam percobaan?
d. Bagaimana nilai ketidakpastian yang diperoleh dari pengukuran pada percobaan
yang dilakukan?
e. Apa yang dilakukan untuk mengantisipasi kesalahan atau ketidaktepatan dalam
pengukuran?

7. Peserta didik mengkomunikasikan hasil percobaannya kemudian mendiskusikan hal-


hal yang perlu diperhatikan.

ASESMEN PEMBELAJARAN
1. Pengolahan Asesmen Awal
No. Pertanyaan pokok Ya Tidak
1 Menjelaskan makna besaran dan satuan,
2 Membedakan besaran pokok dan besaran
turunan beserta satuannya
3 Mengidentifikasi alat ukur dan fungsinya
a. Penggaris/mistar
b. Jangka sorong
c. Mikrometer skrup
d. Neraca tiga lengan

Modul Ajar Fisika – Fase E – Kelas X – Pengukuran 18


No. Pertanyaan pokok Ya Tidak
e. Gelas ukur
f. Termometer
g. Amperemeter
4 Mengidentifikasi cara menggunakan alat ukur
dan tingkat ketelitiannya
h. Penggaris/mistar
i. Jangka sorong
j. Mikrometer skrup
k. Neraca tiga lengan
l. Gelas ukur
m. Termometer
n. Amperemeter
5 Menyebutkan jenis-jenis kesalahan dalam
pengukuran.

2. Pengolahan Asesmen Proses: Unjuk Kerja dan Portofolio


a. Rubrik Penilaian Unjuk Kerja
Skor
Aspek
1 poin 2 poin 3 poin
Presentasi Mampu Mampu Mampu
mempresentasikan mempresentasikan mempresentasikan
hasil praktik dengan hasil praktik dengan hasil praktik dengan
benar secara benar secara benar secara
substantif, bahasa substantif, bahasa substantif, bahasa
sulit dimengerti, mudah dimengerti, mudah dimengerti,
dan disampaikan dan disampaikan dan disampaikan
tidak percaya diri. kurang percaya diri. secara percaya diri.
Aktivitas Hadir, namun Hadir dan terlibat Hadir dan terlibat
kurang terlibat aktif cukup aktif dalam aktif dalam
dalam kegiatan kegiatan kegiatan
Penggunaan alat Melakukan Melakukan dengan Menyiapkan,
dan bahan setidaknya satu hal baik setidaknya dua menggunakan, dan
dari: Menyiapkan, hal: Menyiapkan membereskan alat
atau menggunakan, atau menggunakan dan bahan dengan
atau membereskan atau membereskan baik
alat dan bahan alat dan bahan

b. Rubrik Penilaian Portofolio


Skor
Aspek
1 poin 2 poin 3 poin
Melakukan
Melakukan
setidaknya satu hal
setidaknya dua hal Pengerjaan lengkap,
dari:
Kualitas dari: Pengerjaan pengisian benar,
Pengerjaan lengkap,
pengerjaan lengkap, pengisian dikumpulkan tepat
pengisian benar,
benar, dikumpulkan waktu
dikumpulkan tepat
tepat waktu
waktu

Modul Ajar Fisika – Fase E – Kelas X – Pengukuran 19


Skor
Aspek
1 poin 2 poin 3 poin
Tulisan refleksi Refleksi mencakup Refleksi mencakup Refleksi mencakup
satu dari: dua dari: minimal tiga dari:
konsep yang konsep yang konsep yang
dipelajari, dipelajari, dipelajari,
kemampuan yang kemampuan yang kemampuan yang
dikuasai, proses dikuasai, proses dikuasai, proses
yang dilalui, dan yang dilalui, dan yang dilalui, dan
pandangan pribadi pandangan pribadi pandangan pribadi

3. Pengolahan Asesmen Akhir (berdasar Laporan Tugas Mandiri)

Kriteria Ketercapaian Tujuan Pembelajaran Ketercapaian


Ya Tidak
1. Menjelaskan makna besaran (pokok dan
turunan), satuan, dan dimensi.
2. Mengidentifikasi alat ukur yang sesuai dengan
besaran dan objek yang diukur.
3. Menggunakan alat ukur dengan benar, aman,
dan menentukan hasilnya dengan tepat pada
pengukuran panjang, waktu, suhu, massa,
sudut, dan atau arus listrik lengkap dengan nilai
ketidakpastiannya pada pengukuran tunggal.
4. Menerapkan pengukuran (panjang, waktu,
suhu, massa, sudut, dan atau arus listrik) dalam
percobaan dan mengomunikasikan hasil
percobaan atau hasil studi kasus berikut
analisis kesalahan pengukurannya

Alternatif Rubrik Asesmen


Kriteria Ketercapaian Keterangan
Tujuan Pembelajaran Berkembang Layak Cakap Mahir
1. Menjelaskan makna Mampu Mampu Mampu Mampu
besaran (pokok dan menjelaskan menjelaskan menjelaskan menjelaskan
turunan), satuan, dan salah satu dua makna tiga makna makna
dimensi. makna dari dari besaran besaran besaran
besaran pokok, pokok, pokok, pokok,
besaran besaran besaran besaran
turunan, satuan, turunan, turunan, turunan,
dan dimensi satuan, dan satuan, dan satuan, dan
dimensi dimensi dimensi
2. Mengidentifikasi alat Mampu Mampu Mampu Mampu
ukur yang sesuai mengidentifi- mengidentifi- mengidentifi- mengidentifi-
dengan besaran dan kasi satu alat kasi dua alat kasi tiga kasi lebih dari

Modul Ajar Fisika – Fase E – Kelas X – Pengukuran 20


Kriteria Ketercapaian Keterangan
Tujuan Pembelajaran Berkembang Layak Cakap Mahir
objek yang diukur. ukur dengan ukur dengan sampai empat empat alat
benar benar alat ukur ukur dengan
dengan benar benar
3. Menggunakan alat Mampu Mampu Mampu Mampu
ukur dengan benar, menggunakan menggunakan menggunakan menggunakan
aman, dan satu alat ukur satu alat ukur dua hingga lebih dari tiga
menentukan hasilnya dengan benar dengan benar tiga alat ukur alat ukur
serta dengan benar dengan benar
dengan tepat pada
menyebutkan serta serta
pengukuran panjang,
ketidakpastian menyebutkan menyebutkan
waktu, suhu, massa, -nya ketidakpastian ketidakpastian
sudut, dan atau arus -nya -nya
listrik lengkap
dengan nilai
ketidakpastiannya
pada pengukuran
tunggal.
4. Menerapkan Melaporkan Melaporkan Melaporkan Melaporkan
pengukuran hasil percobaan hasil hasil hasil
(panjang, waktu, atau studi kasus percobaan percobaan percobaan
suhu, massa, sudut, yang di atau studi atau studi atau studi
dalamnya kasus yang di kasus yang di kasus yang di
dan atau arus listrik)
terdapat hasil dalamnya dalamnya dalamnya
dalam percobaan dan
pengukuran terdapat hasil terdapat hasil terdapat hasil
mengomunikasikan satu besaran pengukuran pengukuran pengukuran
hasil percobaan atau dua besaran dua besaran lebih dari dua
hasil studi kasus beserta besaran
berikut analisis analisis beserta
kesalahan kesalahan analisis
pengukurannya pengukuran- kesalahan
nya pengukuran-
nya

Modul Ajar Fisika – Fase E – Kelas X – Pengukuran 21


LAMPIRAN
MATERI
1. Pengukuran
Pengukuran adalah kegiatan membandingkan sesuatu yang hendak diukur (besaran)
dengan suatu patokan yang bernilai tetap (satuan). Dari informasi peristiwa sebuah pensil
yang dibandingkan dengan skala pada penggaris hingga diketahui panjangnya 12 cm, dapat
diketahui:
=
=
=
12 =
=
a. Besaran adalah sesuatu yang dapat diukur dan memiliki nilai atau dapat dinyatakan
dengan angka.
b. Besaran Pokok
No. Besaran Pokok Satuan Singkatan Dimensi Contoh alat ukur
satuan
1 Panjang meter m [L] Penggaris, jangka
sorong
2 Massa kilogram kg [M] Neraca tiga lengan,
timbangan
3 Waktu sekon s [T] Stopwatch, jam tangan
4 Suhu kelvin K [] Termometer raksa,
thermogun
5 Kuat arus listrik ampere A [I] Amperemeter
6 Intensitas cahaya candela Cd [J] Lux meter
7 Jumlah zat mole mol [N] Menggunakan
pengukuran tak
langsung melalui
perbandingan massa zat
dan massa molar zat
8 Sudut datar radian rad Tanpa Busur derajat
(bidang) dimensi (protaktor)
9 Sudut ruang steradian sterad Menggunakan
pengukuran tak
langsung melalui
perbandingan luas
permukaan bola dan
kuadrat jari-jari
c. Satuan adalah sesuatu yang bernilai tetap yang dijadikan pembanding/patokan/acuan
dalam pengukuran
d. Besaran Turunan adalah besaran yang diturunkan dari besaran pokok.
e. Dimensi adalah simbol yang digunakan untuk menguji kesetaraan besaran fisis,
kebenaran suatu persamaan, dan penurunan persamaan.
f. Contoh penentuan dimensi untuk besaran turunan
- dimensi kecepatan

Modul Ajar Fisika – Fase E – Kelas X – Pengukuran 22


= =(m/s)  L/T = LT-1

- dimensi percepatan
= = (m/s)/s = m/s2 L/T2 = LT-2

- dimensi gaya
= . = kg . (m/s2)  M . (L/T2) = MLT-2
- dimensi momentum
= . = kg . (m/s)  M . (L/T) = MLT-1
- dimensi usaha
= . ℎ = kg . (m/s2).m = kg . m2/s2  ML2T-2
- dimensi daya
= = kg . (m2/s2)/s = kg . m2/s3  (ML2T--2)/T = ML2T-3

2. Langkah Pengukuran kegiatan ilmiah


a. Menentukan objek atau benda yang akan diukur
b. Menentukan besaran yang akan diukur
c. Menentukan alat ukur sesuai dengan objek, besaran, dan resolusinya. Resolusi adalah nilai
skala terkecil yang dapat ditunjukkan alat ukur. Keterbatasan alat ukur ini memungkinkan
terjadinya ketidak-akuratan hasil ukur, yang kita istilahkan dengan ketidakpastian.
d. Merencanakan teknik pengukuran, termasuk memperhatikan aspek-aspek yang dapat
mengganggu pengukuran, seperti keamanan, pengaruh medan magnet luar, temperatur
lingkungan, gesekan, pemanasan alat ukur, dan lain sebagainya.
e. Melakukan pengukuran, dengan mengupayakan menghindari kesalahan (galat = error) yang
mungkin terjadi dalam pengukuran, yaitu:
- kesalahan umum, seperti kesalahan pembacaan skala, penggunaan alat yang kurang tepat;
- kesalahan sistematis, seperti kesalahan skala (kalibrasi), kesalahan titik nol, kesalahan
komponen, gesekan, dan kesalahan paralaks;
- kesalahan acak, yang mungkin terjadi akibat kondisi lingkungan yang tak menentu dan
mengganggu pengukuran.

Contoh kesalahan paralaks pada pengukuran volum zat cair.


Sumber: glossary.periodni.com

Upaya untuk mengantisipasinya di antaranya adalah:


- memilih alat ukur yang tepat pada kondisi yang sesuai;

Modul Ajar Fisika – Fase E – Kelas X – Pengukuran 23


- melakukan kalibrasi alat ukur;
- menambahkan faktor koreksi
- melakukan pengukuran berulang, sehingga dapat teramati apakah pengukuran yang
dilakukan akurat dan presisi atau tidak;

Gambar ilustrasi perbedaan akurasi dan presisi


Sumber: profesorku.com
f. Menuliskan hasil pengukuran
g. Mengolah data hasil pengukuran
h. Melaporkan hasil sesuai kaidah angka penting, notasi ilmiah, dan ketidakpastiannya.

3. Angka Penting
Angka penting adalah semua angka hasil pengukuran yang terdiri dari angka pasti dan satu
angka taksiran yang disesuaikan dengan ketelitian alat ukur.
3.1. Aturan angka penting:
a. Semua angka bukan nol adalah angka penting. Contoh: 245 memiliki 3 angka penting
b. Angka nol yang terletak di antara angka bukan nol merupakan angka penting. Contoh:
202 memiliki 3 angka penting
c. Semua angka nol di belakang angka bukan nol bukan angka penting kecuali diberi
tanda. Angka nol yang bukan angka penting tapi tetap ditulis berperan sebagai penjaga
nilai bilangan. Contoh: 5000 memiliki 1 angka penting, yaitu angka 5; angka nol di
belakangnya tetap ditulis sebagai keterangan nilai ribuan.
d. Angka nol di depan angka bukan nol bukan angka penting. Contoh: 0,03 memiliki 1
angka penting.
e. Angka di belakang tanda khusus (garis bawah) bukanlah angka penting, sehingga harus
dibulatkan.

3.2. Aturan pembulatan


a. angka di atas 5 dibulatkan ke atas (angka di depannya ditambah 1)
b. angka di bawah 5 dibulatkan ke bawah (angka yang dibulatkan menjadi hilang atau
berubah menjadi nol)
c. angka 5 dibulatkan ke atas jika angka di depannya bilangan ganjil dan dibulatkan ke
baah jika angka di depannya bilangan genap

3.3. Operasi Angka Penting


a. Penjumlahan atau pengurangan
Angka penting hasil operasi hanya memiliki satu angka taksir, yaitu yang lebih depan
Contoh:
5,31 s (3 angka penting)
4,2 s + (2 angka penting)
9,5 s (2 angka penting)
b. Perkalian atau pembagian

Modul Ajar Fisika – Fase E – Kelas X – Pengukuran 24


- Angka penting hasil operasi sama dengan angka penting yang paling sedikit dari
yang dioperasikan
Contoh:
5,31 m (3 angka penting)
4,2 m × (2 angka penting)
22,302 m2 ≈ 22 m2(2 angka penting)

- Angka penting hasil operasi dengan bilangan eksak sama dengan angka penting yang
dioperasikan
Contoh: Sebuah buku tebalnya 2,51 cm, berapakah tebalnya tiga buku?
2,51 cm (3 angka penting)
3 × (angka eksak)
7,53 cm (3 angka penting)

c. Akar dan pangkat


Angka penting hasil operasi sama dengan angka penting yang dioperasikan.
Contoh:
√55 (2 angka penting) = 7,41619 ≈ 7,4 (2 angka penting)

4. Notasi Ilmiah
Notasi Ilmiah adalah cara penulisan untuk mengatasi kesulitan penulisan bilangan yang
sangat besar atau sangat kecil dan pengoperasiannya.
4.1 Penulisan Notasi Ilmiah
a x 10 m dengan 1 ≤ a < 10,
a. Pindahkan koma sehingga a adalah bilangan dengan hanya 1 angka di depan koma.
b. Nilai m sama dengan banyaknya angka yang dilewati saat memindahkan koma
c. Jika koma pindah ke kiri m adalah positif, jika pindah ke kanan maka m negatif
d. 10 m dapat diganti awalan yang sesuai
Skala Kecil Skala Besar
Pangkat Pangkat
Awalan Simbol sepuluh Awalan Simbol sepuluh
-1
desi d 10 deka da 101
centi c 10-2 hekto h 102
milli m 10-3 kilo k 103
micro  10-6 mega M 106
nano n 10-9 giga G 109
pico p 10-12 tera T 1012
femto f 10-15 peta P 1015
atto a 10-18 exa E 1018
zepto z 10-21 zetta Z 1021
yocto y 10-24 yotta Y 1024

Contoh:
,
0,00031 m = = 3,1 × 10 = 3,1 × 10 × 10 = 3,1 × 10

Modul Ajar Fisika – Fase E – Kelas X – Pengukuran 25


4.2. Operasi Notasi Ilmiah
a. Penjumlahan dan pengurangan hanya boleh dilakukan bila nilai pangkat sama
a x 10 m + b x 10 m = (a + b) x 10 m
b. Perkalian
a x 10 m x b x 10 n = a x b x 10 m + n
c. Pembagian
×
×
= × 10
d. Akar √ × 10 = √ × 10
×
e. Pangkat ( × 10 ) = × 10

5. Pelaporan Hasil Ukur untuk Kegiatan Ilmiah


Secara umum melaporkan hasil pengukuran dinyatakan sebagai berikut.

Ketentuan :
a. Δx untuk pengukuran tunggal (pengukuran yang dilakukan sekali saja) adalah:
Δx = ½ nilai skala terkecil.
Contoh sebuah benda diukur dengan menggunakan mistar (skala terkecilnya 0,1 cm) adalah
2,45 cm. Maka pelaporan untuk pengukuran ini adalah:
X = 2,45 ± (½×0,1) cm
X = 2,45 ± (0,05) cm
Catatan: untuk alat ukur digital, Δx = nilai skala terkecil
b. Pada saat pengukuran tidak langsung yang melibatkan kegiatan operasi hitung hasil – hasil
pengukuran yang memuat ketidakpastian, berlaku:
Z = X + Y, maka ΔZ = ΔX + ΔY
Z = X - Y, maka ΔZ = ΔX + ΔY

Z = XnYm, maka =| | +| |

Contoh:
X = 200,00 0,02
Y = 50,00 0,01
Hitunglah
1) X + Y,
2) X – Y, dan

3)

Modul Ajar Fisika – Fase E – Kelas X – Pengukuran 26


Pembahasan
1) Z = X + Y
= 200,00 + 50,00
= 250,00
ΔZ = ΔX + ΔY
ΔZ = 0,02 + 0,01
ΔZ = 0,03
Maka Z = 250,00 0,03
2) Z = X - Y
= 200,00 - 50,00
= 150,00
ΔZ = ΔX + ΔY
ΔZ = 0,02 + 0,01
ΔZ = 0,03
Maka Z = 150,00 0,03

3) Z = = X3 Y-2 maka n = 3 dan m = -2

,
Z= = ,
= 255,56

=| | +| |

0,02 50
= |3| + |2|
255,56 200 0,01
0,02 0,01
= |3| + |2|
255,56 200 50

= 0,0007
255,56
Δz = 0,0007 x 255,56
Δz = 0,178892≈ 0,18
Z = 255,56 0,18

c. Untuk pengukuran berulang (pengukuran yang dilakukan lebih dari sekali) penulisan hasil
ukurnya dinyatakan sebagai berikut
= ± [ ]

dengan
1 + 2 + 3 + ⋯+
= =

Modul Ajar Fisika – Fase E – Kelas X – Pengukuran 27


Untuk pengukuran berulang kurang dari 5 kali

=

Untuk pengukuran berulang 5 kali atau lebih



=
( − 1)

= −
= nomor data (1, 2, 3, …, n)
= nilai data ke-i
= banyak data

Contoh:
i xi (cm) − −

1 2,35 0,01 0,0001

2 2,32 -0,02 0,0004

3 2,34 0 0

4 2,36 0,02 0,0004

5 2,32 -0,02 0,0004

N=5 = 11,69 − = 0,0013

Nilai rata-rata
,
= = = 2,338 ≈ 2,34 (menyesuaikan dengan digit angka terkecil pada
data)

Ketidakpastiannya

=
( − 1)

0,0013
=
5(5 − 1)

= 0,008062 ≈ 0,01 (menyesuaikan dengan digit angka terkecil pada rata-rata hasil ukur)

d. Ketidakpastian Relatif
Ketidakpastian Relatif berhubungan dengan ketelitian pengukuran. Jika ketidakpastian

relatif semakin kecil, maka makin tinggi ketelitian pengukuran tersebut.

Ketidakpastian relatif = × 100%

Modul Ajar Fisika – Fase E – Kelas X – Pengukuran 28


Banyaknya angka penting pada hasil pengukuran ditentukan oleh ketidakpastian relatifnya.
- Sekitar 10% maka berhak 2 angka penting
- Sekitar 1% maka berhak 3 angka penting
- Sekitar 0,1% maka berhak 4 angka penting

Modul Ajar Fisika – Fase E – Kelas X – Pengukuran 29


MEDIA TAMBAHAN
Alternatif virtual lab yang digunakan dalam aktivitas eksperimen dan demonstrasi
a) Jangka Sorong
● http://amrita.olabs.edu.in/?sub=1&brch=5&sim=16&cnt=4

● https://edugameapp.com/Caliper_Simulator/
● https://www.stefanelli.eng.br/en/virtual-vernier-caliper-simulator-05-millimeter/
b) Mikrometer Sekrup
● http://amrita.olabs.edu.in/?sub=1&brch=5&sim=156&cnt=4

● https://www.stefanelli.eng.br/en/virtual-micrometer-thousandth-millimeter-
simulator/
c) Neraca tiga lengan
● https://gizmos.explorelearning.com/index.cfm?method=cResource.dspView&Res
ourceID=385
● https://www.thephysicsaviary.com/Physics/Programs/Games/ReadtheTripleBeam/
index.html
d) Termometer
● https://junior.edumedia-sciences.com/en/media/101-thermometer
● https://www.mathsisfun.com/measure/thermometer.html
e) Stopwatch
● https://www.online-stopwatch.com/analog-stopwatch/full-screen/
f) Multimeter (alat ukur listrik)
● https://www.edumedia-sciences.com/en/media/552-multimeter

Modul Ajar Fisika – Fase E – Kelas X – Pengukuran 30


DAFTAR PUSTAKA
Giancolli, D. C. (2008). Physics for Scientists & Engineers with Modern Physics, 4th
Edition. US : Pearson Education, Inc.
Halliday, D., Resnick, R., Walker, J. (2004). Fundamentals of Physics 7th Edition. New
York : John Wiley & Sons Inc.
Hewitt, Paul G. (2015). Conceptual Physics. Twelfth Edition. US : Pearson Education,
Inc.
Laboratorium Fisika Dasar ITB. (n.d.). Modul 1 Dasar Pengukuran dan Ketidakpastian.
Diakses 12 Juli 2022, dari https://lfd.itb.ac.id/?page_id=366
Lang, H. (2009). Head First Physics. CA: O’Reilly Media, Inc.
Ni Ketut Lasmi. (2022). Fisika untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Paken Pandiangan. (2014). Modul UT PEFI4101 – Fisika Dasar 1. Diakses 19 Juni 2022
dari: https://pustaka.ut.ac.id/lib/pefi4101-fisika-dasar-1/#tab-id-3
Riska. (2019). E-Modul Fisika – Pengukuran. Jakarta: Direktorat Pembinaan SMA –
Kemendikbud.
Sang, D., Jones, G., Chadha, G., & Woodside, R. (2010). Cambridge International AS and
A Level Coursebook. Second Edition Physics. UK: Cambridge University Press.
Saroji. (2020). Modul Pembelajaran SMA – Besaran dan Pengukuran. Jakarta: Direktorat
SMA – Kemendikbud.
Tipler, P. A. (2001). Fisika Jilid 2. Alih Bahasa: Bambang Soegijono. Jakarta: Penerbit
Erlangga.

Modul Ajar Fisika – Fase E – Kelas X – Pengukuran 31

Anda mungkin juga menyukai