Oleh :
Chelsea Alexandra
1
HALAMAN PERSETUJUAN
Karya tulis ilmiah ini telah diuji di hadapan Tim Penguji Karya Tulis SMA
Pangudi Luhur Bernardus dengan nilai . . . Selanjutnya disetujui Pembimbing
Karya Tulis Ilmiah untuk diajukan kepada Kepala Sekolah guna mendapatkan
pengesahan.
Penguji I Penguji II
Pembimbing
2
HALAMAN PENGESAHAN
Disahkan oleh kepala Sekolah SMA Pangudi Luhur Bernardus untuk memenuhi
syarat naik ke kelas XII Tahun Ajaran 2022/2023, pada:
Kepala Sekolah
3
KATA PENGANTAR
Puji Tuhan, terima kasih peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas
berkatnya, sehingga karya tulis ilmiah PERAN KOMUNIKASI DALAM
MELATIH KESEHATAN MENTAL PESERTA DIDIK KELAS 12 SMA
PANGUDI LUHUR BERNARDUS ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat
waktu. Selain itu, saya juga ingin mengucapkan terima kasih semua pihak yang
sudah mendukung hingga karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan.
Penulis menyadari, bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari kata sempurna.
Maka dari itu, dengan penuh kerendahan hati, penulis mengharapkan masukan dan
tanggapan baik berupa kritik maupun saran, agar kedepannya penulis dapat
membuat karya tulis ilmiah yang lebih baik lagi dan juga demi Wawasan para
pembaca agar semakin luas, baik bagi kepentingan pribadi, sekolah, keluarga, dan
masyarakat.
Chelsea Alexandra
4
DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJUAN 2
HALAMAN PENGESAHAN 3
KATA PENGANTAR 4
DAFTAR ISI 5
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…………………………………………………………6
B. Rumusan Masalah……………………………………………………...7
C. Tujuan Penelitian……………………………………………………....7
D. Manfaat Penelitian……………………………………………………..7
E. Sistematika……………………………………………………………..8
A. Kajian Teori…………………………………………………………...9
B. Subjek Penelitian…………………………………………………….....22
C. Metode Penelitian………………………………………………………23
B. Pembahasan…………………………………………………………...40
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan……………………………………………………………43
B. Saran…………………………………………………………………..44
5
BAB I
PENDAHULUAN
6
modelling. Misalnya, anak-anak yang mempunyai orang tua pencemas, memiliki
kecenderungan sifat serupa dengan orang tuanya. Mereka akan cenderung mudah
cemas dan tegang dalam menghadapi berbagai hal. Demikian halnya pada anak-
anak yang tumbuh dengan orang tua agresif, cenderung menunjukkan sikap agresif
dalam berinteraksi.
Berdasarkan paparan diatas, peneliti ingin mencari tahu tentang peran
komunikasi peserta didik SMA Pangudi Luhur Bernardus terhadap kesehatan
mentalnya. Disini peneliti bukan bermaksud untuk mengetahui secara rinci tentang
kehidupan peserta didik melainkan untuk mengetahui perubahan sifat dan juga
tentang kesehatan mental masing peserta didik kelas 11 SMA Pangudi Luhur
Bernardus.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana peran
komunikasi dalam melatih kesehatan mental peserta didik kelas 11 SMA Pangudi
Luhur Bernardus?”.
a) Memberikan kondisi diri lebih baik bagi para peserta didik SMA Pangudi Luhur
Bernardus.
b) Membuat peserta didik SMA Pangudi Luhur Bernardus memiliki rasa percaya
diri dan tanggung jawab yang lebih.
7
a) Membantu para guru SMA PL Bernardus dalam memahami kepribadian serta
dalam berinteraksi dengan para peserta didik.
b) Membuat para guru SMA Pangudi Luhur Bernardus lebih bisa percaya dengan
para peserta didik.
b) Agar setiap keluarga bisa memahami pribadi antara setiap anggota keluarga.
BAB III berupa metodologi yang berupa waktu dan tempat penelitian, subjek
penelitian yang berisi populasi, teknik sampling, variabel penelitian,. Setelah itu
ada metode penelitian yang berisi pengumpulan data, analisis data, dan penarikan
kesimpulan.
8
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Komunikasi
9
kredibilitas dimata komunikan, misalnya dalam hal tingkat keahliannya
dalam bidang yang bersangkutan dengan pesan atau informasi yang
disampaikan.
b) Konteks. Konteks (context) berkaitan dengan situasi dan kondisi dimana
komunikasi berlangsung. Konteks disini terdiri dari aspek yang bersifat
fisik, aspek psikologis, aspek sosial dan aspek waktu.
c) Konten. Konten (content) berkaitan dengan isi pesan yang disampaikan
komunikator kepada komunikan. Isi pesan atau informasi disesuaikan
dengan kebutuhan komunikan, misalnya pesan atau informasi mengenai
kesehatan janin diberikan kepada ibu-ibu, bukan kepada anak remaja.
Komunikasi yang efektif akan dapat dicapai jika konten yang disampaikan
komunikator mengandung informasi penting untuk diketahui oleh
komunikan.
d) Kejelasan. Kejelasan (clarity) dari pesan/ informasi yang disampaikan
komunikator sangat penting. Kejelasan disini mencapkup kejelasan isi
pesan, kejelasam tujuan yang akan dicapai, kejelasan kata-kata (verbal)
yang digunakan, dan kejelasan bahasa tubuh (non verbal) yang digunakan.
e) Kesinambungan dan Konsitensi. Kesinambungan dan konsistensi
(continuity and consistency) pesan atau informasi yang disampaikan
diperlukan agar komunikasi berhasil dilakukan. Pesan perlu disampaikan
secara terus menerus dan konsisten. Dan juga pesan yang disampaikan
sebelumnya dengan pesan selanjutnya tidak saling bertentangan.
f) Kemampuan Komunikan. Kemampuan Komunikan (capability of
audience) berkaitan dengan tingkat pengetahuan, dan kemampuan penerima
pesan dalam memahami pesan yang disampaikan. Komikator harus
memperhatikan pendengarnya, menggunakan bahasa (baik verbal maupun
non verbal) yang sesuai dan dipahami oleh pendengar.
g) Saluran Distribusi. Saluran distribusi (channels of distribution) berkaitan
dengan sarana/ media penyampaian pesan. Sebaiknya komunikator
menggunakan media yang sesuai dan tepat sasaran. Misalnya dengan
menggunakan media yang telah umum digunakan komunikan. Dengan
begitu, komunikan tidak bingung dan komunikasi dapat berjalan dengan
10
baik.
Berdasarkan faktor yang sudah di paparkan diatas kita dapat mengambil intinya
bahwa semua faktor yang ada sangat sangat berpengaruh dalam keberlangsungan
komunikasi. Menurut saya dalam komunikasi, konten adalah hal yang paling
penting karena konten itu merupakan bagian yang kita jadikan sebagai sebuah awal
dari sebuah pembicaraan.
11
kesederhanaan, jangan pernah mengandalkan nada, dan selalu meluangkan
waktu untuk meninjau komunikasi tertulis diri kita.
d) Visual. Komunikasi visual adalah tindakan menggunakan foto, seni, gambar,
sketsa, bagan, dan grafik untuk menyampaikan informasi. Visual sering
digunakan sebagai bantuan selama presentasi untuk memberikan konteks
yang membantu di samping komunikasi tertulis dan atau verbal. Karena
orang memiliki gaya belajar yang berbeda, komunikasi visual mungkin lebih
membantu bagi beberapa orang untuk mengonsumsi ide dan informasi.
Langkah-langkah yang dapat kita gunakan untuk mengembangkan cara
berkomunikasi visual kita bisa dengan bertanya kepada partner kita sebelum
memasukan visual, mempertimbangkan audiens (dalam artian visual yang
kita buat dapat dipahami oleh para audiens).
12
mengumpulkan pundi-pundi rupiah.
d) Memajukan Dunia Pendidikan. Melalui internet, para siswa mendapat
tambahan pengetahuan dan wawasan yang baru dengan sangat mudah dan
cepat. Pemerataan pendidikan pun sekarang menjadi hal yang tidak
mustahil lagi mengingat teknologi komunikasi sekarang dapat dirasakan
manfaatnya bahkan di tempat terpencil.
Dilansir dari QuBisa, ada beberapa tips dan trick yang akan membuat kita
lebih efektif saat berkomunikasi, antara lain:
13
terasa berbeda dengan berkomunikasi melalui email atau mengirim pesan
daring. Cara berkomunikasi seperti ini sering menimbulkan
kesalahpahaman karena tidak mendengarkan langsung intonasi lawan
bicara.
b) Memberikan Informasi yang Jelas. Kita perlu menyampaikan informasi
yang kita dapatkan dengan jelas dan akurat agar terhindar dari
kesalahpahaman yang akan berujung konflik antar lawan bicara.
c) Mengkombinasikan Komunikasi Verbal dan Nonverbal. Gerakan
nonverbal, seperti mengangguk, tersenyum, dan sikap kita ketika
mendengarkan, sangat mendukung terwujudnya cara komunikasi yang
efektif. Ditambah lagi, penjelasan lengkap melalui komunikasi verbal.
d) Mendengarkan dengan Aktif. Ketika lawan bicara sedang berbicara,
cobalah untuk menjadi pendengar aktif dan pahami setiap informasi yang
disampaikan. Untuk menunjukkan kita adalah pendengar yang baik, kita
bisa menguraikan lagi apa yang telah disampaikan oleh lawan bicara kita.
e) Memberikan Umpan Balik yang Positif. Umpan balik
atau feedback positifnya dapat berupa apresiasi. Umpan balik positif ini
akan mendorong motivasi lawan bicara kita untuk memberikan performa
yang lebih baik, terutama di masa yang akan datang.
2.1.6 Komunikan dan Komunikator
Menurut KBBI, komunikator adalah orang atau kelompok orang yang
menyampaikan pesan kepada komunikan. Istilah komunikator pasti sudah tak asing
lagi dalam dunia komunikasi. Secara sederhana, komunikator adalah orang atau
pihak yang menyampaikan pesan. Dalam komunikasi ada tiga unsur utama, yaitu
komunikator, pesan, dan komunikan. Komunikator adalah penyampai pesan. Pesan
adalah gagasan, ide, perasaan, atau apapun yang ingin disampaikan. Sementara
komunikan adalah pihak yang menerima pesan dari komunikan. Proses ini
kemudian menghadirkan feedback atau umpan balik sampai akhirnya bisa disebut
sebagai proses komunikasi.
14
Kesehatan mental merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan kita
sehari hari, hal ini juga ada kaitannya dengan diri kita dalam berkomunikasi. Istilah
kesehatan mental diambil dari konsep mental hygiene, kata mental berasal dari
bahasa Yunani yang berarti kejiwaan. Kata mental memiliki persamaan makna
dengan kata Psyhe yang berasal dari bahasa latin yang berarti psikis atau jiwa, jadi
dapat disimpulkan bahwa hygiene mental yang sehat atau kesehatan mental.
Kesehatan mental sendiri juga dapa diartikan sebagai keadaan ketika individu
merasa sejahtera, baik secara psikologis, emosional, ataupun secara sosial. Orang
yang sudah mencapai aktualisasi diri juga umumnya sehat secara mental. Kesehatan
mental berpengaruh terhadap bagaimana seseorang berpikir, merasa, bertindak,
serta membuat keputusan, juga bagaimana seseorang menangani stres dan
berinteraksi dengan orang lain. Adapun beberapa pengertian kesehatan mental
menurut beberapa ahli, seperti: menurut Merriam Webster kesehatan mental
merupakan suatu keadaan emosional dan psikologis yang baik, dimana individu
dapat memanfaatkan kemampuan kognisi dan emosi, berfungsi dalam
komunitasnya, dan memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Pieper dan Uden
(2006) Kesehatan mental adalah suatu keadaan di mana seseorang tidak mengalami
perasaan bersalah terhadap dirinya sendiri, memiliki estimasi yang relistis terhadap
dirinya sendiri dan dapat menerima kekurangan atau kelemahannya, kemampuan
menghadapi masalah-masalah dalam hidupnya, memiliki kepuasan dalam
kehidupan sosialnya serta memiliki kebahagiaan dalam hidupnya. Michael dan
Kirk Patrick (dalam Notosudirjo & Latipun, 2005) memandang bahwa individu
yang sehat mentalnya jika terbebas dari gejala psikiatris dan individu itu berfungsi
secara optimal dalam lingkungan sosialnya. Pengertian ini terdapat aspek individu
dan aspek lingkungan. Seseorang yang sehat mental itu jika sesuai dengan
kapasitasnya diri sendiri dan hidup tepat yang selaras dengan lingkungannya. Dari
ketiga teori yang ada dapat kita katakan bahwa seseorang dapat dikatakan sehat
mentalnya apabila dirinya memiliki kemampuan yang dapat digunakan sebagai alat
untuk menggali potensi yang Ia miliki serta mampu menyusaikan dirinya dalam
menghadapi permasalahan yang sedang dihadapi.
15
dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu:
16
Ciri – Ciri Mental yang Sehat
a) Memiliki Jiwa Optimis yang tinggi. Optimis dalam diri bisa menunjukkan
kondisi kesehatan mentalmu saat ini. Adanya hubungan antara optimis
dengan semangat menjalani hidup bisa berpengaruh pada kondisi kesehatan
mental seseorang. Untuk itu, orang dengan optimisme yang cukup tinggi
menjadi pertanda bahwa seseorang memiliki kesehatan mental yang baik.
b) Kemampuan kendali diri yang baik. Kondisi kesehatan mental seseorang
juga bisa diukur melalui kemampuan dalam mengendalikan diri. Hal ini
berkaitan dengan sikap seseorang dalam menghadapi masalah yang
menimpanya. Seseorang dengan kesehatan mental yang baik, akan mampu
mengendalikan diri dari hal-hal yang di luar batas ketika mereka
mendapatkan masalah yang cukup serius.
c) Jarang merasa Stress. Stress merupakan kondisi yang wajar dan sering
dialami seseorang ketika mendapatkan suatu masalah, baik karena beban
pekerjaan atau persoalan hidup lainnya. Namun bukan berarti orang yang
jarang merasa stres adalah orang yang tidak pernah dilanda masalah. Hanya
saja, mereka yang jarang merasa stres memiliki cara yang berbeda dalam
menanggapi suatu masalah, misalnya saja tidak memikirkan suatu masalah
secara berlebihan. Hal tersebut juga bisa menjadi pertanda bahwa seseorang
memiliki kesehatan mental yang baik.
d) Mudah bangkit dari keterpurukan. Mereka yang memiliki kondisi kesehatan
mental yang baik akan dengan mudah bangkit dari keterpurukan. Hal ini
dikarenakan orang-orang dengan kesehatan mental yang baik rata-rata
memiliki tingkat optimisme yang tinggi serta mereka mampu untuk
mengendalikan diri ketika menghadapi suatu kegagalan atau bahkan
peristiwa yang menyakitkan.
e) Terbuka dan mau menerima kritik dari orang lain. Ciri orang dengan
kesehatan mental yang buruk adalah mereka sangat menutup diri dan
berusaha menghindari segala macam kritikan. Karena bagi mereka kritikan
bisa menjadi penyebab down-nya seseorang, dan bahkan mereka bisa
menjadi sangat terpuruk karena kritikan yang didapat. Berbanding terbalik
dengan orang yang memiliki kesehatan mental yang baik. Mereka akan
17
sangat terbuka dan mau menerima segala kritikan yang diberikan pada
dirinya. Karena mereka menganggap kritikan merupakan suatu hal yang
membangun dan bisa menjadikan masukan bagi dirinya untuk lebih baik
lagi.
a) Level emosi yang tiba – tiba meningkat secara drastis. Rasa cemas, takut,
marah umum dialami setiap orang, tapi yang akan menjadi kewaspadaan
saat levelnya meningkat. Kecemasan bisa menjadi tanda gangguan
kesehatan mental jika kekhawatiran itu terus-menerus dan mengganggu
setiap saat.
b) Gangguan Tidur. Menurut National Alliance on Mental Illness (NAMI),
ada hubungan antara gangguan tidur dengan kesehatan mental. Kurang
tidur dalam jangka lama dapat mempengaruhi kesehatan mental seseorang.
Dan sebaliknya, mereka yang memiliki gangguan kesehatan mental juga
cenderung mengalami gangguan tidur. Gangguan mental yang perlu
diwaspadai adalah depresi, gangguan kecemasan, serangan panik, gangguan
bipolar.
c) Perubahan pola makan. Pada mereka dengan gangguan mental seperti
depresi, gangguan kecemasan dan bipolar umumnya mengalami kehilangan
nafsu makan. Atau sebaliknya stress dilampiaskan dengan makan
berlebihan.
d) Mengisolasi diri. Kamu lebih suka menyendiri, menarik diri dari pergaulan
dengan teman, keluarga, merasa nyaman melakukan semua sendiri. Hati-
hati bisa saja kamu tidak menyadari jika kamu mengalami gangguan
kesehatan mental.
e) Mengalami gangguan fisik. Jika sering merasa sakit kepala, sakit perut atau
keluhan fisik lainnya, tetapi setelah diperiksa tidak ada gangguan fisik
secara medis. Bisa jadi, selama ini kamu meremehkan tanda kesehatan
mental dan tidak menyadari bahwa level stres yang kamu alami lebih besar
dari yang kamu mampu tanggung.
18
Dilansir dari RSUD Mangusada, dengan banyaknya tuntutan dalam
kehidupan yang disertai tekanan, tidaklah heran seseorang akan mudah merasa
stress yang dapat mengakibatkan gangguan kesehatan mental. Karir,
bisnis, pendidikan, asmara, keluarga dapat berkontribusi mengganggu stabilitas
mental seseorang. Yang dikhawatirkan jika berlangsung konsisten dalam periode
waktu yang lama. Mental seseorang yang terganggu akan mengubah karakternya
secara perlahan menjadi negative. Berikut adalah beberapa cara mudah, yang bisa
dilakukan untuk menjaga kesehatan jiwa:
a) Kontrol Emosi Diri. Belajar untuk tidak mudah tersinggung terhadap apa
saja yang dikatakan seseorang, pilah apa yang mereka katakan, dan ambil
sisi positifnya.
b) Belajar Mencoba Hal Baru. Saat terjadi kekosongan waktu atau kamu mulai
merasa bosan dengan aktivitas yang itu-itu saja, maka kamu bisa mengisi
waktu dengan mencoba hal-hal baru sendiri atau bersama temanmu.
c) Bercerita Kepada Orang Lain. Bercerita pada orang yang kamu percaya
dapat mengurangi beban yang sedang kamu alami.
d) Pergi Keluar. Meskipun hanya 10 menit dalam sehari, luangkanlah waktu
untuk duduk atau berjalan di ruang terbuka yang dikelilingi pepohonan dan
udara segar. Hal ini secara instan akan mengangkat sedikit banyak tingkat
stress dalam pikiran dan mengisi kembali energi dalam tubuh.
e) Meditasi. Luangkan waktu untuk diri sendiri dengan cara meditasi. 10-15
menit dalam sehari adalah waktu ideal, terutama sebelum tidur.
f) Bersenang – senang. Carilah hobi positif yang bisa membuat kamu bahagia,
yang membuat kamu melupakan segala kepenatan.
g) Istirahat yang cukup. Untuk mewujudkan kesehatan mental yang optimal,
dibutuhkan istirahat yang cukup setelah melakukan aktifitas di siang hari.
2.2.5 Indikator pengukur kesehatan mental
Menurut World Health Organization (WHO) tahun 1974, indikator dari kesehatan
mental diantaranya:
1. Sehat secara emosi
Seseorang yang sehat secara emosi akan merasa puas terhadap apa yang ada pada
dirinya, bahagia, menyenangkan, tenang, dan dapat mengontrol diri.
19
2. Sehat secara psikologis
Individu yang sehat secara psikologis dapat menerima segala kekurangan yang ada
pada dirinya.
3. Sehat secara sosial
Individu yang sehat secara sosial dapat diterima dengan baik dalam kehidupan
sosial, mudah bergaul.
4. Bebas dari mental illness
Bebas dari mental illness berarti individu bebas dari suatu penyakit yang
menyebabkan perubahan pada cara berpikir, mood, serta perilaku.
Hasil survei yang telah dilakukan pada 203 Mahasiswa Fakultas Psikologi (FPsi)
Universitas Negeri Makassar (UNM) menunjukkan bahwa 132 responden
mengetahui arti dari kesehatan mental, sedangkan 71 responden belum atau tidak
mengetahui arti dari kesehatan mental. 132 responden yang menyatakan
mengetahui arti kesehatan mental, 43 responden memaknai bahwa kesehatan
mental adalah bahagia, 41 responden memaknai sehat fisik, 30 responden
mengatakan kesehatan mental adalah tidak mengalami gangguan jiwa, 7 responden
mengatakan bahwa kesehatan mental adalah dapat bersosialisai dalam lingkungan,
7 responden menggambarkan kesehatan mental dengan tepat sesuai dengan
indikator, dan 4 responden sisanya menyatakan mengetahui arti kesehatan mental,
namun tidak menggambarkannya secara jelas. Contoh alat ukur kesehatan mental
yang dikembangkan oleh Aziz (Aziz,2015) yang merpakan modifikasi dari alat ukur
Mental Health Inventory (Velt & Ware, 1983). Alat ukur ini mampu mengungkap
kesehatan mental dari aspek positif (emosi positif, cinta, kepuasan hidup) dan
negatif (cemas, depresi dan hilang kontrol).
20
BAB III
METODE PENELITIAN
21
1) Variabel Bebas (Independent Variable)
Variabel ini memiliki pengaruh yang akan menyebabkan perubahan
pada variabel lain. Adapun judul penelitian ini mengungkap Peran
Komunikasi dalam melatih Kesehatan Mental Peserta Didik kelas 12 SMA
Pangudi Luhur Bernardus, maka variabel bebasnya adalah komunikasi.
Komunikasi ini disebut variabel bebas karena tidak bergantung pada
variabel lain.
22
namun cukup sulit untuk menentukan jika respondennya besar dan tersebar
di berbagai wilayah.
23
BAB IV
HASIL PENELITAN DAN PEMBAHASAN
Dari pernyataan diatas ini dapat disimpulkan bahwa ternyata masih ada
beberapa anak sebanyak 12,9% (setuju) karena mereka kurang mendengarkan orang
yang sedang berbicara dengan mereka. Sedangkan sebanyak 87.1% (61,3% kurang
setuju dan 25,8% setuju) karena mereka sering mendengarkan orang yang sedang
berbicara dengan mereka.
24
Dari pernyataan ke-2 ini saya dapat menyimpulkan bahwa sekitar 48.4 %
(setuju) anak masih berbicara menggunakan nada yang keras. Dan sisanya 51.7%
(45,2% setuju dan 6.5% tidak setuju) karena mereka tidak sering berbicara
menggunakan nada yang keras.
Dari pernyataan ke-3, dapat disimpulkan bahwa sekitar 93,6% (61,3% tidak
setuju dan 32.3% kurang setuju) karena mereka suka mendengarkan teman yang
sedang bercerita kepada mereka. Untuk 3.2 % (yang bewarna merah dan biru) setuju
karena mereka tidak suka mendengarkan teman yang sedang bercerita kepada
mereka.
Dari pernyataan ke-4 ini, sebanyak 87,1 % (74,2% setuju dan 12,9% sangat
setuju) dengan pernyataan ini karena proses komunikasi yang mereka jalani sangat
25
menyenangkan. Dan untuk 12.9% yang menjawab kurang setuju karena proses
komunikasi yang mereka jalani kurang menyenangkan.
Dari pernyataan ke-5, dapat saya simpulkan bahwa 83.9% (64,5% setuju
dan 19,4% sangat setuju) karena mereka dapat memahami pesan yang disampaikan
oleh lawan bicara mereka. Dan untuk 16.1 % anak merasa bahwa kurang setuju
karena mereka belum bisa memahami pesan yang disampaikan oleh lawan bicara
mereka.
Dari pernyataan ke-6, sebanyak 90.3% (48,4% sangat setuju dan 41,9%
setuju) karena menurut mereka komunikasi dapat memengaruhi kesehatan mental
mereka. Dan untuk 9.7% yang menjawab kurang setuju karena mereka merasa
komunikasi tidak memengaruhi kesehatan mental diri mereka.
Dari pernyataan ke-7, 96,7% (41,9% setuju dan 54,8% sangat setuju) anak
menjawab setuju dan sangat setuju karena bagi mereka lawan bicara sangat
memengaruhi cara bicara seseorang dalam berkomunikasi. Dan untuk 3,2%
26
menjawab kurang setuju karena mereka merasa bahwa lawan bicara tidak
memengaruhi cara bicara seseorang dalam berkomunikasi.
Dari pernyataan ke-8 ini, dapat kita lihat hasil presentase setiap jawabannya
kurang lebih beda tipis (25,8% sangat setuju, 22,6% setuju, 29% kurang setuju,
22,6% tidak setuju) karena beberapa dari mereka ada yang berani berkomunikasi
dengan orang banyak dan ada beberapa yang belum berani berkomunikasi dengan
orang banyak.
Dari pernyataan ke-9 ini, dapat disimpulkan bahwa 32.3 % (22,6% setuju
dan 9,7% sangat setuju) karena lebih suka berkomunikasi dengan teman saat guru
sedang menerangkan materi. Namun sebanyak 67.8% (61,3% kurang setuju dan
6,5% tidak setuju) dengan pernyataan ini karena tidak suka berkomunikasi dengan
teman saat guru sedang menerangkan materi.
27
Dari pernyataan ke-10, dapat kita lihat bahwa sebanyak 93.6% (61,3% tidak
setuju dan 32,3% kurang setuju) karena mereka tidak suka menganggap remeh
pesan dari lawan bicara mereka . Dan untuk 6.5% lainnya menjawab setuju karena
mereka suka menganggap remeh pesan dari lawan bicara mereka.
Dari pernyataan ke-11 ini kita dapat melihat bahwa ada 83.9% (64,5% setuju
dan 19,4% sangat setuju) karena mereka senang memberikan pendapat saat
berdiskusi dengan lawan bicara mereka. Dan sebanyak 16.1% menjawab kurang
setuju karena mereka tidak senang memberikan pendapat saat berdiskusi dengan
lawan bicara mereka.
28
Dalam pernyataan ke-12 ini dapat dilihat bahwa sebanyak 80.6% (64,5%
kurang setuju dan 16,1% tidak setuju) karena mereka tidak suka mengkritik lawan
bicara mereka saat berbicara. Namun sebanyak 19.4% (12,9% setuju dan 6,5%
sangat setuju) merasa setuju karena mereka suka mengkritik lawan bicara mereka
saat berbicara.
Dari pernyataan ke-13 dapat kita lihat bahwa sebanyak 93,5% (77,4% setuju
dan 16,1% sangat setuju) dengan pernyataan ini karena mereka menerima hasil
diskusi dengan lawan bicara secara baik. Sedangkan untuk 6,5% yang menjawab
kurang setuju karena mereka tidak menerima hasil diskusi dengan lawan bicara
secara baik.
Dari pernyataan ke-14 kita dapat melihat bahwa ada 96,8% (61,3% setuju
dan 35,5% sangat setuju) karena mereka berhati hati saat berbicara dengan lawan
bicara mereka. Dan 3,2% lainnya kurang setuju dengan pernyataan ini, karena
mereka tidak berhati hati saat berbicara dengan lawan bicara mereka.
29
Dari pernyataan ke-15 ini dapat kita lihat bahwa sebanyak 87,1% (51,6%
setuju dan 35,5% sangat setuju) karena mereka menyapa guru dan teman teman
mereka saat pagi hari ataupun saat pulang sekolah. Dan sebanyak 12,9% menjawab
kurang setuju karena mereka tidak menyapa guru dan teman teman mereka saat pagi
hari ataupun saat pulang sekolah.
Dari pernyataan ke-16, sebanyak 16,1% (12.9% setuju dan 3.2% sangat
setuju) karena mereka merasa bahwa apa yang saya katakan ke lawan bicara saya
selalu benar. Dan 83.9% (61,3% kurang setuju dan 22,6% tidak setuju) beranggapan
bahwa mereka tidak merasa bahwa apa yang saya katakan ke lawan bicara saya
selalu benar.
30
Dalam pernyataan ke-17, kita dapat melihat bahwa sebanyak 77,4% (67,7%
setuju dan 9,7 sangat setuju) karena mereka merasa bahwa mereka mampu untuk
berkomunikasi dan mengeluarkan pendapat untuk kelompok tersebut. Sedangkan
22,6% menjawab kurang setuju karena mereka merasa kalau mereka belum bisa
untuk aktif, bisa dikarenakan anggota kelompok mereka ataupun faktor internal
lainnya.
Dari pernyataan ke-18, sebanyak 38,8% (32,3% setuju dan 6,5% sangat
setuju) karena mereka kurang aktif jika berdiskusi dalam pembelajaran. Dan
sebanyak 61,3% (48,4 % kurang setuju dan 12,9% tidak setuju) karena mereka aktif
jika berdiskusi dalam pembelajaran.
Dalam pernyataan ke-19, dapat kita lihat bahwa 93,5% (64,5% setuju dan
29% sangat setuju) karena mereka dapat menerima perbedaan pendapat lawan
bicara mereka. Dan untuk 6,5% menjawab kurang setuju karena mereka belum bisa
menerima perbedaan pendapat lawan bicara mereka.
31
Dalam pernyataan ke-20, kita dapat melihat bahwa sebanyak 83,8% (54,8%
setuju dan 29% sangat setuju) karena mereka senang memotivasi lawan bicara
mereka. Dan untuk 16,1% (12,9% kurang setuju dan 3,2% tidak setuju) mereka
merasa belum bisa memotivasi lawan bicara mereka.
Dari pernyataan diatas, sebanyak 48,54% (22,6% sangat setuju dan 25,8%
setuju) setuju dengan pernyataan ini. Karena mereka selalu merasa risau atau
gelisah ketika bersama orang banyak. Dan sebanyak 51,6% (25,8% kurang setuju
dan 25,8% tidak setuju) merasa tidak setuju karena mereka tidak merasa risau atau
gelisah ketika bersama orang banyak.
32
Dari pernyataan ke-2, sebanyak 64,5% (16,1% sangat setuju dan 48,4%
setuju) setuju dengan pernyataan ini. Karena mereka bisa mengontrol diri mereka
dalam situasi tertentu. Dan sebanyak 35,5% (22,6% kurang setuju dan 12,9 % tidak
setuju) karena mereka tidak bisa mengontrol diri mereka dalam situasi tertentu.
Dari pernyataan ke-3, kita dapat melihat bahwa ada 86.9% (54,8% kurang
setuju dan 32,3% tidak setuju) yang tidak setuju dengan pernyataan ini karena
mereka tidak menyalahkan orang lain untuk kesalahan yang mereka lakukan. Dan
sisanya yaitu 12,9% setuju karena menyalahkan orang lain untuk kesalahan yang
mereka lakukan.
33
Dari pernyataan ke-4, sebanyak 38,7% (29% setuju dan 9,7% sangat setuju)
dengan pernyataan yang saya buat, karena mereka sering merasa jengkel pada
teman mereka. Dan sebanyak 61,3% (51,6% kurang setuju dan 9,7% tidak setuju)
dengan pernyataan ini karena mereka tidak sering merasa jengkel pada teman
mereka.
Dari pernyataan ke-5, sebanyak 38,8% (19,4 % sangat setuju dan 19,4%
setuju) dengan pernyataan ini karena bisa marah sampai kehilangan akal. Dan
sebanyak 61.3% (38,7% kurang setuju dan 22,6% tidak setuju) dengan pernyataan
ini karena mereka tidak bisa marah sampai kehilangan akal.
Dari pernyataan ke-6, sebanyak 22,6% (19,4% setuju dan 3.2% sangat
setuju) dengan pernyataan diatas karena mereka suka memaksa orang lain dengan
perkataan yang mereka katakan. Dan sebanyak 77,4% (35,5% kurang setuju dan
41,9% tidak setuju) dengan pernyataan ini karena mereka tidak suka memaksa
orang lain dengan perkataan yang mereka katakan.
34
Dari pernyataan ke-7, sebanyak 51,7% (32,3% setuju dan 19,4% sangat
setuju) dengan pernyataan diatas karena mereka mudah kehilangan rasa percaya
diri. Dan sebanyak 48,4% (38,7% kurang setuju dan 9,7% tidak setuju) dengan
pernyataan ini karena mereka tidak mudah kehilangan rasa percaya diri.
Dalam pernyataan ke-8, kita dapat melihat bahwa sebanyak 38,7% (29%
setuju dan 9,7% sangat setuju) karena mereka mudah tersinggung. Dan untuk 61,3%
(54,8% kurang setuju dan 6,5% tidak setuju) karena mereka tidak mudah
tersinggung.
Dalam pernyataan ke-9, kita dapat melihat bahwa sebanyak 61,3% (48,4%
setuju dan 12,9% sangat setuju) karena mereka mudah menyalahkan diri sendiri.
35
Dan untuk 38.7% (29% kurang setuju dan 9,7% tidak setuju) karena mereka tidak
mudah menyalahkan diri sendiri.
Dalam pernyataan ke-10, kita dapat melihat bahwa sebanyak 35,5% (22,6%
setuju dan 12,9% sangat setuju) karena mereka memiliki trauma jika mendengar
suara keras. Dan untuk 64,5% (35,5% kurang setuju dan 29% tidak setuju) karena
mereka tidak memiliki trauma jika mendengar suara keras.
Dari pernyataan ke-11, sebanyak 29% (25,8% setuju dan 3,2% sangat
setuju) dengan pernyataan diatas karena mereka pernah melakukan self harm
(menyakiti diri sendiri). Dan sebanyak 71% (25,8% kurang setuju dan 45,2% tidak
setuju) dengan pernyataan ini karena mereka tidak pernah melakukan self harm
(menyakiti diri sendiri) .
36
Dari pernyataan ke-12, sebanyak 48,4% (29% setuju dan 19,4% sangat
setuju) dengan pernyataan diatas karena mereka pernah berfikir untuk mengahkiri
hidup. Dan sebanyak 51,6% (22,6% kurang setuju dan 29% tidak setuju) dengan
pernyataan ini karena mereka tidak pernah berfikir untuk mengahkiri hidup.
Dari pernyataan ke-13, sebanyak 29,1% (19,4% setuju dan 9,7% sangat
setuju) dengan pernyataan diatas karena mereka tidak mau mengalah dengan orang
lain. Dan sebanyak 70,9% (41,9% kurang setuju dan 29% tidak setuju) dengan
pernyataan ini karena mereka tidak pernah tidak mau mengalah dengan orang lain.
Dari pernyataan ke-14, sebanyak 45,2% (38,7% setuju dan 6,5% sangat
setuju) dengan pernyataan diatas karena mereka sering berfikiran negatif tentang
37
orang lain. Dan sebanyak 54,9% (45,2% kurang setuju dan 9,7% tidak setuju)
dengan pernyataan ini karena mereka tidak sering berfikiran negatif tentang orang
lain.
Dalam pernyataan ke-15, kita dapat melihat bahwa sebanyak 32,3% (25,8%
setuju dan 6,5% sangat setuju) karena mereka mudah menyerah dan patah
semangat. Dan sebanyak 67,7% (54,8% kurang setuju dan 12,9% tidak setuju)
karena mereka tidak mudah menyerah dan patah semangat.
Dalam pernyataan ke-16, kita dapat melihat bahwa sebanyak 45,2% (35,5%
setuju dan 9,7% sangat setuju) karena mereka sering direndahkan oleh orang lain.
Dan sebanyak 54,9% (35,5% kurang setuju dan 19,4% tidak setuju) karena mereka
tidak sering direndahkan oleh orang lain.
38
Dalam pernyataan ke-17, kita dapat melihat bahwa sebanyak 48,4% (41,9%
setuju dan 6,5% sangat setuju) karena mereka tidak mau diperintah oleh orang lain.
Dan sebanyak 51,6% (41,9% kurang setuju dan 9,7% tidak setuju) karena mereka
masih mau diperintah oleh orang lain.
Dalam pernyataan ke-18, kita dapat melihat bahwa sebanyak 45,2% (35,5%
setuju dan 9,7% sangat setuju) karena mereka sulit dalam berkonsentrasi. Dan
sebanyak 54,9% (48,4% kurang setuju dan 6,5% tidak setuju) karena mereka tidak
sulit dalam berkonsentrasi.
39
Dari pernyataan ke-19 ini, dapat disimpulkan bahwa 32.3 % (35,5% setuju
dan 32,3% sangat setuju) karena mereka khawatir pada banyak hal. Namun
sebanyak 67.8% (29% kurang setuju dan 3,2% tidak setuju) dengan pernyataan ini
karena mereka tidak khawatir pada banyak hal.
Dari pernyataan ke-20 ini, dapat disimpulkan bahwa 22,6% setuju dengan
hal ini karena mereka bertindak tanpa berpikiran panjang. Namun sebanyak 77,4%
(41,9% kurang setuju dan 35,5% tidak setuju) dengan pernyataan ini karena mereka
tidak bertindak tanpa berpikiran panjang.
4.3 PEMBAHASAN
Berdasarkan penjabaran di sub bab Deskripsi Hasil Penelitian, diketahui
bahwa sebagian besar penyebab terpengaruhnya kesehatan mental dipengaruhi oleh
komunikasi dan sebagian besar faktor lainnya (keluarga). Karena peneliti memiliki
dua sub bab yang utama, maka dari itu peneliti akan membagi 3 pembagian
pembahasan. Pembahasan bagian komunikasi, rata-rata pengisi angket setuju
dengan pernyataan peneliti cantumkan, salah satu pernyataan yang menujukan
bahwa mereka setuju dengan angket yang peneliti buat ada pada pernyataan nomor
4 “Proses komunikasi yang saya jalani sangat menyenangkan” sebanyak 27
responden dari 31 responden, setuju dengan pernyataan ini, hal ini disebabkan
karena proses komunikasi yang dilakukan oleh responden dan juga responden
lainnya dikategorikan komunikasi yang sehat.
40
Hal tersebut dapat dilihat dari keseharian kita saat berkomunikasi dengan
lawan bicara kita atau dapat dikatakan kalau lawan bicaranya teratur dalam
berkomunikasi, maka mereka memperlakukannya dengan sama, namun sebaliknya.
Alasan saya mengambil pernyataan ini untuk menarik kesimpulan dari sub
bab yang saya punya karena komunikasi interpersonal ini berpengaruh terhadap
41
kesehatan mental seseorang, karena pada prosesnya komunikasi interpersonal
bersifat dialogis, yang mana komunikan akan berperan untuk menyeimbangi peran
komunikator, agar tercipta pola komunikasi yang baik.
42
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang telah didapat dan disertakan dalam sebuah tabel
pada bab sebelumnya, maka sudah bisa diambil kesimpulan. Dalam kesimpulan ini
saya akan mengambil kesimpulan dari pembahasan yang sudah saya lampirkan
pada bab IV. Bagaimana peran komunikasi dalam melatih kesehatan mental peserta
didik kelas 12 SMA Pangudi Luhur Bernardus? Dari proses komunikasi yang
peserta didik lakukan, beberapa peserta didik menyetujui bahwa komunikasi yang
mereka jalani ini sangat menyenangkan. Peneliti dapat menyimpulkan bahwa
mereka yang menyetujui pernyataan ini, menganggap bahwa lingkungan sekitar
mereka yang mendukung mereka dalam proses mereka berkomunikasi
menyenangkan, karena saat mereka menemukan lingkungan yang positif, mereka
dapat menemukan jati diri mereka dan membuat mereka lebih terbuka dengan
orang- orang disekitar mereka. Dan untuk beberapa peserta didik yang tidak
menyetujui dengan pernyataan yang telah dilampirkan, peneliti membuat
kesimpulan yang dimana lingkungan mereka saat ini belum begitu nyaman untuk
mereka atau mereka yang belum begitu berbaur dengan lingkungan sehingga
memperhambat proses mereka dalam berkomunikasi.
Dari bagaimana sikap mereka ketika mereka sebuah kesalahan. Beberapa
peserta didik tidak menyetujui pernyataan ini karena mereka selalu intropeksi diri
setelah melakukan kesalahan dan mereka tau kesalahan yang mereka buat sehingga
mereka tidak menyalahkan orang lain. Namun, beberapa peserta didik masih
menyalahkan orang lain atau biasanya dikenal dengan sebutan Playing Victim.
Peneliti dapat menyimpulkan bahwa peserta didik yang sering menyalahkan orang
lain ini karena mereka mengalami beragam kondisi sulit dari waktu ke waktu.
Ketidakmampuan diri untuk keluar dari kondisi sulit bisa membuat mereka terpuruk
dalam perasaan yang membuat mereka merasa sebagai korban secara terus menerus.
Dan yang terahkir, dari komunikasi dapat memengaruhi kesehatan mental
diri mereka. Hampir 90.3% peserta didik menyetujui hal ini dan diambil kesimpulan
bahwa bagaimanapun lingkungan sekitar mereka untuk berkomunikasi
memengaruhi perubahan mental seseorang baik secara eksternal maupun internal.
Tetapi, peserta didik yang tidak menyetujui hal tersebut, peneliti membuat
kesimpulan bahwa mereka belum menemui hal dari lingkungan sekitar mereka
berkomunikasi yang membuat kesehatan mental mereka terganggu, karena mereka
merasa kesehatan mental mereka itu lebih dipengaruhi oleh aktivitas atau kegiatan
yang mereka lakukan sehari-hari.
5.2 Saran
Saran yang dapat peneliti berikan kepada pembaca penelitian ini, yaitu para guru
dan siswa-siswi SMA Pangudi Luhur Bernardus ditulis berdasarkan angket yang
43
telah dijabarkan pada bab sebelumnya. Berikut saran yang dapat diberikan oleh
peneliti :
1. Pemberian motivasi peserta didik SMA Pangudi Luhur Bernardus, Para
guru serta orang tua untuk lebih mementingkan kesehatan mental mereka,
melalui cara mereka berkomunikasi dengan lawan bicaranya. Karena
setelah peneliti melakukan penelitian ini banyak sekali responden yang
mengakui bahwa komunikasi sangat memengaruhi kesehatan mental
mereka.
2. Para guru, peserta didik SMA Pangudi Luhur Bernardus serta orang tua
lebih memperhatikan cara mereka dalam berkomunikasi (nada dan
intonasi). Karena ketika seseorang berbicara dengan nada / intonasi yang
berbeda, itu akan membuat perspektif baik yang buruk ataupun tidak
kepada pembicara tersebut.
3. Bagi para masyarakat, memiliki peran strategis dalam keberlangsungan
perilaku sosial yang dimana aktivitas sosial nantinya akan berjalan dengan
baik.
4. Bagi para peserta didik SMA Pangudi Luhur Bernardus, para guru, orang
tua serta masyarakat harus memelihara diri dari hal-hal yang
mengakibatkan terganggunya mental, sehingga mengakibatkan mental
tidak sehat.
44
DAFTAR PUSTAKA
Kurniawan, Andre. 2021. Ciri-ciri Kesehatan Mental yang Baik, Begini Cara
Menjaganya, https://www.merdeka.com/jabar/ciri-ciri-kesehatan-mental-
yang-baik-begini-cara-menjaganya-kln.html, diakses pada 13 maret pukul
18.40.
Lestari, Putri Anggi. 2021. Apa Sih yang Dimaksud dengan Komunikasi?,
https://mediaindonesia.com/humaniora/441010/apa-sih-yang-dimaksud-
dengan-komunikasi, diakses pada 04 Maret 2022 pukul 09.59.
45
Savitrie, Elsa. 2022. Mengenal Pentingnya Kesehatan Mental pada Remaja,
https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/362/mengenal-pentingnya-
kesehatan-mental-pada-remaja, diakses pada 02 Agustus 2022 pukul 17.37.
46
LAMPIRAN
47
48