Anda di halaman 1dari 5

TEKNIK VAKSINASI PADA UNGGAS

Oleh

Drh. Husnul Khatimah

Mencegah bibit penyakit masuk kedalam tubuh ternak dengan vaksinasi merupakan cara
terbaik yang dapat dilakukan. Keberhasilan vaksinasi tidak hanya ditentukan dari kualitas
produk vaksin yang digunakan, namun ada faktor lain yang juga turut andil, bagian penting
yakni ketepatan teknik dan metode vaksinasi. Faktor-faktor yang perlu dilakukan evaluasi
adalah sebagai Berikut pembahasannya:

1. Pelaksanaan vaksinasi tidak sesuai jadwal atau program yang dibuat


Ketepatan jadwal vaksinasi tidak boleh terlupakan. Vaksinasi yang dilakukan terlalu
sering maupun terlambat sama-sama memiliki resiko. Frekuensi vaksinasi yang terlalu
sering dapat menyebabkan stres pada ayam. Jadwal vaksinasi yang terlambat,
dikhawatirkan ketika ada serangan penyakit dilapangan, tubuh ternak belum memiliki
antibodi yang mampu menangkalnya.

2. Persiapan dan penanganan vaksin tidak maksimal


Pada saat distribusi danpenyimpanan sementara, suhu vaksin tidak pada suhu 2-8 °C
yang menyebabkan vaksin rusak. Kemudian vaksin juga tidak dibawa menggunakan
cooler box atau termos es sehingga suhu vaksin dapat berubah dan ini berpengaruh
terhadap kkeberhasilan vaksinasi yang dilakukan

3. Peralatan vaksinasi rusak atau tidak steril


Pemakaian alat suntik terutama jarum yang tidak steril atau mungkin berkarat pada
saat vaksinasi dapat menyebabkan peradangan pada area bekas penyuntikan

4. Dosis tidak tepat


Dosis vaksin aktif maupun vaksin inaktif yang tidak tepat per ekornya akan memicu
ketidak seragaman pembentukan antibodi, sehingga dapat terjadi kasus reaksi post
vaksinasi yang berkepanjangan.

5. Aplikasi vaksinasi tidak sesuai dengan organ target


Aplikasi pemberian vaksin yang tidak sesuai dengan target organ menyebabkan
vaksin yang diberikan tidak maksimal dalam merangsang pembentukan antibodi.
Contohnya vaksin pox yang diberikan dengan target sistem kekebalan di sel-sel kulit
sehingga pemberian harus melalui tusuk sayap, namun vaksinasi dilakukan melalui air
minum. Hal tersbut akan mengakibatkan kandungan vaksin tidak akan
optimal ,mencapai target organ kekebalan.

6. Aplikasi vaksinasi yang kasar dan tergesa


Metode penyuntikan yang tergesa-gesa mengakibatkan vaksin tidak tepat 1 dosis ke
daam tubuh ternak sehingga mempenharuhi keseragaman dosis vaksin. Akbita fatal
yang mungkin terjadi karena cara vaksinasi yang kasar antara lain ternak menjadi
stres, leher terpuntir, terjadinya kebengkakan pada leher atau bisa juga kelumpuhan.

Aplikasi Tepat Untuk Hasil Optimal

Dalam pelaksanaannya penentuan aplikasi vaksinasi dapat disesuaikan dengan jenis


vaksin yang akan digunakan dan umur ayam saat pemberian vaksin. Berikut
penjelasannya:
 Jenis vaksin yang digunakan
Sediaan vaksin aktif berbentuk kering beku. Sehingga pada aplikasi atau
pemakaiannya harus dilarutkan terlebih dahulu menggunakan pelarut dapat
berupa air maupun aquades. Setelh itu dapat diberikan via tetes mata, hidung,
mulut, air minum, spray atau tusuk sayap. Sedangkan Vaksin inaktif
aplikasinya hanya secara injeksi/suntikan.

 Umur ayam saat vaksinasi


Metode vaksinasi yang palin sering dilakukan untuk vaksin aktif yaitu dengan
aplikasi masal melalui air minum karena prkatis dan mudah dilakukan. Cara
ini lebih efektif diaplikasikan pada ayam umur dewasa karena konsumis air
minum pd ayam dewasa relatif telah optimal dan penyerapan vaksin bersifat
sistemik (diedarkan melalui darah). Vaksinasi melalui air minum juga efektif
untuk pelaksanaan vaksin ulangan. Vaksinasi ND dan IB pertama yang
biasanya diberikan pada anak ayam lebih baik hasilnya bila diberikan melalui
tetes mata/hidung. Hal tersebut bertujuan mengaktifkan kelenjar herderian
(organ kekebalan) didaerah mata, sehingga terbentuk kekebalan lokal didaerah
saluran pernapasan atas yang merupakan pintu masuk serangan virus ND dan
IB. Selain itu juga agar tiap ekor anak ayam mendapatkan 1 dosis vaksin
penuh karena konsumsi air minum pada anak ayam belum merata.
Dalam menentukan dosis vaksin aktif maupun vaksin inaktif juga dapat
ditentukan berdasarkan umur ayam, misalnya 0,5 ml untuk ayam dewasa dan
0,2 ml untuk anak ayam.
Aplikasi cara suntikan subcutan (dibawah kulit leher bagian belakang) pada
anak ayam dan pada ayam dewasa dapat melalui intramuskuler ( tembus otot
daging dada ayam bagian kanan atau otot paha) maupun subcutan. Oleh
karena itu biasanya umur ayam menjadi pertimbangan dalam memilih cara
aplikasi pemberian vaksin.

Terkait dalam mendapatkan dosis yang tepat dan seragam maka dalam tiap aplikasi
vaksinasi ini harus diperhatikan beberapa hal , antara lain:
 Tetes mata, hidung atau mulut
Sebelum digunakan, vaksin perlu dilarutkan kedalam larutan untuk menaikan suhu
secara bertahap/thawing. Saat meneteskan larutan vaksin pada mata satu tetes tiap
ekor, tunggu sampai vaksin benar-benar masuk kedalam mata (ayam akan
mengejapkan mata berkali-kali) baru dilepaskan. Jika melakukan tetes hidung
tutup salah satu hidung pada saat meneteskan vaksin dan lepaskan setelah vaksin
terhirup. Apabila menggunakan tetes mulut teteskan satu tetes larutan vaksin
melalui mulut dan pastikan vaksin benar-benar masuk kedalam mulut hingga ayam
melakukan reflek menelan.

 Via air minum


Beberapa hal yang perlu dilakukan saat vaksinasi melalui air minum:
- Pastikan air minum yang diberikan bebas dari kaporit , desinfektan atau logam
dan memiliki PH netral.
- Sesuaikan jumlah air minum dengan kebutuhan selama waktu penggunaan
vaksin aktif ( 2 jam)
- Pastikan tempat minum ayam (TMA) dalam keadaan bersih sebelum vaksinasi
- Agar hasil vaksinasi melalui air minum dapat optimal sebaiknya dilakukan
pada pagi hari, karena merupakan waktu puncak ayam beraktivitas dan
mengonsumsi air minum serta kondisi cuaca yang relatif masih nyaman.

 Vaksinasi Spray
Dalam hal ini pelarut yang digunakan adalah aquades. Boleh juga menggunakan
air biasa namun setelah memastikan bahwa air tersebut bebas dari desinfektan dan
aman dari zat logam lain. Seluruh isi vial vaksin dilarutkan kedalam pelarut sampai
tercampur rata dan masukan kedalam sprayer. Pada saat aplikasi pastikan seluruh
ventilasi didalam kandang dalam keadaan tertutup rapat. Dan dapat dibuka kembali
setelah 20-30 menit setelah penyemprotan. Vaksinasi sprayer yang dilakukan pada
DOC akan lebih hemat waktu dibandingkan dengan aplikasi tetes.

 Suntikan/injeksi (subcutan dan intramuskuler)


- Vaksinasi suntikan dengan vaksin inaktif sebelumnya vaksin perlu di thawing
terlebih dahulu
- Untuk memastikan suntikan itu tepat dibawah kulit (subcutan)dapat dengan
melihat bekas suntikan, maka vaksin yg diinjeksi akan tampak berwarna putih
dibawah kulit
- Penusukan jarum jangan terlalu dalam untuk mencegah ikut tertusuknya
hjaringan dibawah otot.
- Vaksinasi secara injeksi harus dilakukan dengan hati-hati terutama saat proses
handling ayam, menarik kaki ayam dengan hati-hati juga saat penyuntikan agar
tidak terburu-buru.

 Tusuk sayap
Vaksinasi cara ini biasanya dilakukan untuk vaksin aktif cacar/pox. Caranya yaitu
disuntik dari bagian dalam sayap. Sayap direntangkan dan jarum ditusukkan pada
bagian lipatan sayap yang tipis. Jangan sampai mengenai pembuluh darah , tulang
dan daging sayap. Vaksinasi dinyatakan berhasil apabila terdapat radang berupa
benjolan pada lokasi tusukan. Reaksi ini akan muncul 3-7 hari setelah vaksinasi
dan akan sembuh kembali dalam waktu 3 minggu kemudian.

Anda mungkin juga menyukai