DISUSUN OLEH:
GILANG WIBISONO (A1B219085)
PUTRI MELISSA BR. LUBIS (A1B219099)
HERLINDAWATI ESTER NAINGGOLAN (A1B219100)
KELOMPOK/KELAS:
3/R-004
DOSEN PENGAMPU:
UNIVERSITAS JAMBI
2020
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan berkatNya sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah
Perkembangan.Peserta Didik ini dengan baik. Penyusunan makalah ini dibuat dalam rangka
memperdalam pemahaman mengenai mater " Hukum-Hukum Perkembangan Peserta Didik "
serta untuk memenuhi salah satu tugas dengan Mata kuliah Perkembangan Peserta
Didik.Makalah ini dapat terselesaikan atas bantuan dan bimbingan dari semua pihak. Untuk itu
penulismengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang ikut membantu dalam penyelesaian
makalah ini.Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi
kesempurnaan Makalah ini.Semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca Terima kasih.
Tim Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................1
KATA PENGANTAR..............................................................................................2
DAFTAR ISI ............................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................4
A.Latar Belakang Masalah.............................................................................
B.Rumusan Masalah.....................................................................................4
C.Tujuan Penulisan Makalah........................................................................4
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................5
A.Kesimpulan...............................................................................................13
B.Saran.........................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................14
Pada setiap makhluk hidup, sejak kelahiran dan dalam menjalani kehidupan seterusnya,
terdapat dasar dan pola kehidupan yang berlaku umum sesuai dengan jenis dan spesiesnya.
Selain itu, terdapat pula pola yang berlaku khusus sesuai dengan sifat-sifat individualnya. Pola
kehidupan yang dimaksudkan dapat dijadikan acuan untuk mengenal karakteristik perkembangan
anak-anak. Latar belakang social budaya akan mempengaruhi pola pertumbuhan dan
perkembangan pribadi anak. Dengan demikian, akan terbentuk karakteristik-karakteristik yang
menjadi pola khusus. Diantara pola-pola khusus itu, bahkan antara pribadi dengan pribadi, juga
terdapat perbedaan tertentu. Perbedaan tersebut akan lebih jelas bila dibandingkan secara
keseluruhan pada pribadi setiap bangsa.Berdasarkan persamaan dan perbedaan itulah diperoleh
kecenderungan umum dalam pertumbuhan dan perkembangan, yang selanjutnya dinamakan
hukum-hukum pertumbuhan dan hukum-hukum perkembangan.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Pembahasan
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut Reni Akbar Hawadi perkembangan secara luas menunjuk pada keseluruhan
proses perubahan dari potensi yang dimiliki individu dan tampil dalam kualitas kemampuan,
sifat, dan ciri-ciri yang baru. Dalam istilah perkembangan juga tercakup konsep usia, yang
diawali dari saat pembuahan dan berakhir kematian. Menurut F.J. Monks, dkk., pengertian
perkembangan menunjuk pada suatu proses ke arah yang lebih sempurna dan tidak dapat diulang
kembali. Perkembangan menunjuk pada perubahan yang bersifat tetap dan tidak dapat diputar
kembali. Perkembangan juga dapat diartikan sebagai proses yang kekal dan tetap yang menuju
ke arah suatu organisasi pada tingkat integrasi yang lebih tinggi, berdasarkan pertumbuhan,
pematangan, dan belajar.
Kesimpulan umum yang dapat ditarik dari beberapa definisi di atas adalah bahwa
perkembangan tidak terbatas pada pengertian pertumbuhan yang semakin memebesar, melainkan
di dalamnya juga terkandung serangkaian perubahan yang berlangsung secara terus menerus dan
bersifat tetap dari fungsi-fungsi jasmaniah dan rohaniah yang dimiliki individu menuju ke tahap
Apabila diamati perbedaan pertumbuhan dan perkembangan setiap manusia baik pada
faktor jasmaniah maupun faktor rohaniah dalam waktu yang sama maka akan melahirkan
prinsip-prinsip perkembangan, kemudian prinsip ini mengikuti hukum-hukum perkembangan.
Hukum perkembangan merupakan suatu konsepsi yang biasanya bersifat deduktif, dan
menunjukkan adanya hubungan yang tetap (continue) serta dapat diramalkan sebagai hukum
perkembangan. Menurut definisi yang lain, hukum perkembangan adalah prinsip-prinsip yang
mendasari perkembangan fisik maupun psikis individu. Sebagian ahli psikologi ada yang lebih
senang menggunakan prinsip-prinsip perkemabngan dan tidak menggunakan istilah hukum
perkembangan. Namun, yang lebih di kenal di Indonesia adalah hukum perkembangan daripada
prinsip perkembangan.
Proses perkembangan secara umum dapat diartikan sebagai rentetan perubahan yang
terjadi dalam perkembangan sesuatu. Proses perkembangan merupakan suatu evolusi yang secara
tidak sama pada setiap anak. Namun demikian, perbedaan-perbedaan individu dimungkinkan
terjadi karena faktor-faktor pembawaan, pengalaman-pengalaman dalam lingkungan dan faktor-
faktor lainnya, seperti iklim, sosiologis, ekonomis, dan sebagainya. Selama hayatnya, manusia
sebagai individu mengalami perkembangan yang berlangsung secara berangsur-angsur perlahan
tapi pasti, menjalani berbagai fase dan ada kalanya diselingi oleh krisis yang datangnya pada
waktu-waktu tertentu. Proses perkembangan yang berkesinambungan, beraturan, bergelombang
naik dan turun, yang berjalan dengan kelajuan cepat maupun lambat, semua itu menunjukkan
betapa perkembangan mengikuti patokan-patokan atau tunduk pada hukum-hukum tertentu yang
disebut dengan “hukum perkembangan”.
2.Hukum-hukum Perkembangan
Pandangan pendidikan tradisional di masa lalu berpendapat bahwa hasil pendidikan yang
dicapai anak selalu dihubung-hubungkan dengan status pendidikan orang tuanya. Menurut
kenyataan yang ada sekarang ternyata pendapat lama itu tidak sesuai dengan keadaan.
Pandangan lama itu dikuasai oleh aliran nativisme yang dipelopori oleh Skopen Hauer yang
berpendapat bahwa manusia adalah haisl bentukan dari pembawaannya. Sejak anak lahir ia
membawa bakat kesanggupan (potensi) untuk dikembangkan, dan sifat bawaan terbentuk.
Pembawaan itu akan dikembangkan sendiri, dalam hal ini pendidikan yang menganut paham
nativisme ini disebut aliran yang pesimis.Hukum konvergensi ini menekankan kepada pengaruh
gabungan antara pembawaan dan lingkungan. Tokoh yang berpendapat demikian adalah William
Stern yang menyatakan bahwa pertumbuhan dan perkembangan itu adalah hasil pengaruh
bersama kedua unsur pembawaan dan lingkungan.
Dalam kehidupan timbul dorongan dan hasrat untuk mempertahankan diri. Dorongan
yang pertama adalah dorongan mempertahankan diri, kemudian disusul dengan dorongan
mengembangkan diri. Dorongan memepertahankan diri terwujud pada dorongan makan, dan
Hal ini dapat dianggap sebagai dorongan untuk mengembangkan diri. Tidak seorang pun
manusia normal yang menghendaki kemundura perkembangan dirinya, ataupun menghendaki
kebodohan. Tapi sebaliknya setiap anak pasti mengehendaki perkembangan diri ke arah suatu
kemajuan dalam suatu tingkat yang lebih tinggi dari tingkat sebelumnya.
Masa peka adalah suatu masa yang paling tepat untuk berkembang suatu fungsi kejiwaan
atau fisik seorang anak. Istilah masa peka ini pertama kali diperkenalkan oleh ahli biologi
Belanda yaitu Prof. Hugo de Vries dengan meneliti seekor lebah betina (lebah ratu) yang sedang
mengalami masa peka. Masa peka ialah suatu masa ketika fungsi-fungsi jiwa menonjolkan diri
keluar, dan peka akan pengaruh rangsangan yang datang. Ketika sang lebah ratu peka, kemudian
ia mendapatkan zat-zat makanan tertentu ia akan berkembang biak dnegan cepat.
Masa peka diperkenalkan dalam dunia pendidikan oleh Dr. Maria Montessori. Menurut
M. Montessori masa peka merupakan masa pertumbuhan ketika suatu fungsi jiwa mudah sekali
dipengaruhi dan dikembangkan. Usia 3 sampai 5 tahun adalah masa yang baik sekali utnuk
mempelajari bahasa ibu dan bahasa di daerahnya.
Yang dimaksud dengan hukum kesatuan organis adalah bahwa berkembangnya fungsi
fisik maupun mental psikologis pada dri manusia itu tidak berkembang lepas satu sama lainnya
tetapi merupakan suatu kesatuan. Tiap-tiap anak itu terdiri dari organ-organ atau anggota tubuh,
yang merupakan satu kesatuan, diantara organ-organ tersebut fungsi dan bentuknya tidak dapat
Masa ini dialami ketika anak berusia sekitar 8 tahun. Tanda-tandanya anak senang
bermain kejar-kejaran, perang-peragan, memanah, dan menangkap binatang.
Masa ini dialami ketika anak berusia sekitar 10 tahun. Tanda-tandanya anak senang
memelihara binatang seperti ayam, kambing, kelinci, burung, dan sebagainya.
Masa ini diawali ketika anak berusia sekitar 12 tahun. Tanda-tandanya anak senang
berkebun, menyirami bunga, dan lain-lain.
Dialami ketika anak berusia sekitar 14 tahun. Tanda-tandanya anak senang bertukar
menukar perangko dengan temannya, berkirim foto dengan sahabat pena, beramin jual-jualan,
dan sebagainya.
Secara umum, ada dua hal sebagai petunjuk keterlambatan pada keseluruhan
perkembangan mental, yaitu :
a. Apabila perkembangan kemampuan fisik untuk berjalan sangat tertinggal dari patokan
umum, tanpa ada sebab khusus, fungsionalitas fisiknya terganggu.
b. Apabila perkembangan kemampuan berbicara sangat terlambat dibandingkan dengan anak
lain pada masa perkembangan yang sama. Seorang anak yang pada umur empat tahun, misalnya
masih mengalami kesulitan berbicara, mengemukakan sesuatu dan terbatas perbendaharaan
katanya, ia akan mengalami kelambatan pada seluruh aspek perkembangan mentalnya.
Cepat atu lambatnya suatu masa perkembangan dilalui dan seluruh perkembangan yang
dicapai, selain berbeda antara perkembangan filogenetik dengan onto-genetik, juga menunjukkan
perbedaan secara perseorangan, meskipun tingkat perbedaannya tersebut tidak terlalu besar.
Cepat atau lambatnya suatu masa perkembangan dilalui akan menjadi ciri yang menetap
sepanjang hidupnya jika tidak ada hal-hal yang bisa mempengaruhi proses perkembangan secara
hebat, misalnya pengalaman traumatic akibat kecelakaan atau trauma fisik, sehingga proses
perkembangan menjadi lambat atau terhambat.
Ritme atau irama perkembangan akan semakin jelas tampak pada saat kematangan
fungsi-fungsi fisiknya. Pada saat ini terlihat adanya selingan diantara cepat dan lambatnya
perkembangan, yang kurang lebih konstan sifatnya. Inilah yang dinamakan irama perkembangan.
Predestinasi, dalam teologi, adalah doktrin yang menyatakan bahwa semua peristiwa di
alam semesta ini telah dikehendaki (atau ditentukan) oleh Allah, biasanya dikaitkan dengan nasib
akhir (takdir) dari jiwa seseorang. Predestinasi merupakan sebuah konsep religius, yang
melibatkan hubungan antara Tuhan dan ciptaan-Nya. Karakter religius predestinasi
membedakannya dari gagasan lain seperti determinisme dan kehendak bebas.
Tak dapat diingkari, bahwa perkembangan itu berpangkal pada kehidupan. Sementara
kehidupan itu penuh dengan ketentuan atau kodrat dari Allah, Dzat yang maha pencipta dan
pengatur . Hukum kodrat illahi yang Pertama mengenai hidup itu sendiri. Manusia, dalam kaitan
ini, terikat oleh kodrat Allah “ untuk hidup”. Maka, hiduplah ia. Tetapi, ia juga terikat oleh
banyak ketentuan yang lain. Ia terikat oleh ketentuan tentang: orang tua yang melahirkan, hari
kelahiran, tempat dilahirkan, wujud dirinya ketika lahir, dsb. Yang dimaksud dengan hukum
kodrat illahi adalah hukum yang sudah di gariskan dan selalu menyertai anak manusia berupa
potensi yang dibawa sejak lahir. Hal ini dapat dicontohkan, ketika anak dilahirkan telah bersama
dengan kodratnya, maka bakat, pembawaan dan potensi yang akan berkembang. Dengan
demikian, arah perkembangan manusia telah di tentukan oleh illahi melalui kodratnya, namun
lingkungan juga memiliki peran dalam perkembangan yang maksimal.
Kedua, terlihat pula adanya ketentuan ini, berkaitan dengan waktu-waktu tertentu dimana
seorang anak ” matang” untuk melakukan sesuatu. Misalnya: umur 7 bulan, seorang anak bisa
duduk dan merangkak. Ketiga, sebagaimana sering terjadi, seorang anak sejak lahir telah
Hukum Kodrat menurut Thomas Aquinas, Gagasan dasarnya berbunyi: Hiduplah sesuai
dengan kodratmu! . Manusia hidup dengan baik apabila ia hidup sesuai dengan kodratnya, buruk
apabila tidak sesuai. Karena manusia hanya dapat mengembangkan diri, hanya dapat mencapai
tujuannya apabila ia hidup seusai dengan kodratnya. Orang yang hidup berlawanan dengan
kodratnya tidak akan mencapai tujuannya, tidak akan mengembangkan dan mengaktualisasikan
seluruh potensinya. Karena itu, moralitas terdiri dalam tindakan yang mengembangkan dan
menyempurnakan kodratnya. Maka jelaslah, hidup ini penuh dengan ketentuan illahi. Terutama
tampak nyata, pada awal kelahiran seseorang. Sebagian beruntung, karena memiliki kecerdasan
yang istimewa. Sementara yang lain, hidup dalam keadaan serba kurang. Keduanya sama saja,
punya akibat bagi jalan perkembangannya. Tetapi apa hendak dikata, semua itu telah menjadi
kodrat illahi. Walhasil, perkembangan itu pada asalnya berpangkal pada kodrat illahi atas setiap
manusia. Karenanya, diatas kodrat itulah sesungguhnya perkembangan berlangsung.
PENUTUP
A.Kesimpulan
Hukum perkembangan merupakan suatu konsepsi yang biasanya bersifat deduktif, dan
menunjukkan adanya hubungan yang tetap (continue) serta dapat diramalkan sebagai hukum
perkembangan.Hukum-hukum perkembangan meliputi :
B. Saran
Setelah adanyanya pemaparan diatas hendaknya kita lebih bisa memahami mengenai
hukum hukum perkembangan pada diri manusia agar kita dapat memahaminya nantinya dalam
kehidupan sehari-hari.
https://www.google.com/amp/s/alfano2.wordpress.com/2010/12/01/hukum-perkembangan-
peserta-didik/amp/
https://www.academia.edu/35497539/Hukum_-_hukum_perkembangan_A.docx