Anda di halaman 1dari 3

TOLERANSI BUKAN MENGIKUTI

ِ ‫ْال َح ْم ُد هَّلِل‬
‫ض َولَهُ ْال َح ْم ُد ِفي اآْل ِخ َر ِة َوهُ َو ْال َح ِكي ُم ْال َخبِي ُر‬ ِ ْ‫ت َو َما فِي اَأْلر‬ ِ ‫اوا‬ َ ‫ْال َح ْم ُد هَّلِل ِ الَّ ِذي لَهُ َما فِي ال َّس َم‬
‫ـح َّمداً َع ْب ُدهُ َو َرسُولُه‬ َ ‫ك لَهُ َوَأ ْشهَ ُد َأ َّن ُم‬ َ ‫َأ ْشهَ ُد َأن الَّ ِإلَهَ ِإالَّ هللا َوحْ َدهُ اَل َش ِر ْي‬.
َ‫صحْ بِ ِه َأجْ َم ِع ْين‬
َ ‫صلِّ َو َسلِّ ْم َعلَى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى آلِ ِه َو‬ َ ‫َأللهُ َّم‬
َ‫ق تُقَاتِ ِه َواَل تَ ُموتُ َّن ِإاَّل َوَأ ْنتُ ْم ُم ْسلِ ُمون‬
َّ ‫يَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا اتَّقُوا هَّللا َ َح‬
Ma'syiral muslimin jama'ah sholat Jum'at yang berbahagia,
marilah kita bersama sama meningkatkan iman dan taqwa kita kepada Allah dengan Istiqomah menambah
wawasan tentang hukum larangan dan perintah agar pada sa'at nanti kita semua bisa selamat dari dosa dosa yang
nyata ataupun yang samar samar.
Pada kesempatan kali ini kita akan mengangkat satu judul khutbah yaitu
TOLERANSI BUKAN MENGIKUTI

Saat ini kita di berada di bulan penghujung tahun Masehi yaitu bulan Desember. Di bulan ini, kaum Nasrani akan
merayakan salah satu hari raya agama mereka.

Biasanya, setiap ada momentum ini, biasanya ada upaya-upaya untuk menunjukkan sikap toleransi dengan ikut
menghadiri acara Natal bersama atau paling kurang dengan ikut mengucapkan selamat atas hari besar agama
tersebut.

Persoalan ini sebenarnya sudah dijelaskan oleh para ulama tentang status hukumnya. Hanya saja, mungkin masih
ada sebagian orang yang tidak mengerti sepenuhnya duduk masalah ini.

Para ulama menjelaskan bahwa Islam menganjurkan umatnya untuk berbuat baik dan bersikap adil kepada non
muslim selama mereka tidak memerangi kaum Muslimin karena agamanya.

Bahkan dalam masalah bersikap adil, kepada non Muslim yang memusuhi pun harus tetap adil, tidak boleh
melakukan kezhaliman kepadanya.

Sehingga dalam sejarah penaklukan Islam, kaum muslimin diakui oleh sejarawan Barat sebagai penakluk paling
santun dan adil di muka bumi.

Gustave Le Bon, seorang cendekiawan dan filosof Perancis awal abad 20, mengatakan,”Sejarah tidak pernah
mengenal sang penakluk yang lebih adil dan lebih santun kecuali Islam.” (Yusuf Qardhawi, Membumikan Syariat
Islam: 119)[i]

TIdak pernah terjadi adanya pemaksaan terhadap penduduk negeri non muslim yang dikuasai kaum muslimin
untuk masuk Islam.

Bahkan saat sahabat Nabi ‫ ﷺ‬yang agung, Abu Ubdaidah Ibnul Jarrah radhiyallahu ‘anhu mengembalikan jizyah
(pajak perlindungan keamanan non muslim di negeri islam) kaum Nasrani di Homs, Suriah, karena tidak mampu
lagi melindungi mereka dari sebuan tentara Romawi pada tahun 13 H, mereka takjub dengan sikap kaum Muslimin
tersebut.

Para pemuka mereka menulis surat kepada Abu Ubaidah, Gubernur Syam saat itu,” Wahai kaum Muslimin, kalian
lebih kami cintai dari pada Romawi, meskipun mereka sama agamanya dengan kami.

Kalian lebih memenuhi janji kepada kami. Kalian lebih belas kasih kepada kami, lebih menjaga diri dari
menzhalimi kami dan lebih baik dalam memimpin kami.” [Samahatul Islam fi Mu’amalati Ghairil Muslimin, Dr.
Abdullah bin Ibrahim Al-Luhaidan, hal. 17]

Ini bukti tak terbantahkan bahwa kaum Muslimin sejak dahulu kala dikenal sebagai umat yang sangat toleran di
muka bumi.

Hanya saja, praktek toleransi para leluhur kaum Muslimin yang mulia itu tidak berbentuk seperti yang dilakukan
hari ini, yaitu ikut datang dalam acara ibadah malam natal, mengucapkan selamat atas hari raya tersebut dan lain
sebagainya yang merupakan kekhususan dalam keyakinan kaum Nasrani.

Tidak pernah didapatkan riwayat bahwa para khalifah Islam dan Gubernur wilayah di masa khulafaur rasyidin dan
era setelahnya, melakukan hal seperti itu.
Namun demikian, kaum Nashara sudah merasakan betapa bebas dan tenangnya hidup di bawah naungan sistem
Islam dan kepemimpinan kaum Muslimin yang konsisten dengan Islam.

Maka dari itu, kami merasa perlu untuk mengingatkan kembali diri kami sendiri dan Jamaah Jumat sekalian
tentang masalah sikap Muslim terhadap perayaan hari besar agama non Muslim, yang kebetulan saat ini
konteksnya adalah Hari raya Natal.

Toleransi adalah sikap sabar dalam menghadapi Sudut pandang yang berbeda Baik suku,agama, ras ataupun adat
istiadat, Toleransi juga berarti tidak mengganggu,memaksakan kehendak,mencaci,atau mencela, bahkan menghina
satu pendapat atau satu Agama,atau satu adat istiadat orang lain yang berbeda dengan kita, toleransi juga tidak
menyuap satu kaum atau meng iming iming dengan sesuatu agar mengikuti kemauan satu golongan yang
dikehendaki baik suku,ras, agama atau adat istiadat satu daerah, atau satu kaum,
Toleransi adalah membiarkan satu kaum atau satu suku atau satu agama menjalankan tradisinya, atau agamanya
atau kegiatan ritualnya, baik satu kaum atau suatu agama, suku dan ras.
Mas'asyiral muslimin Rahima kumullah, toleransi juga tidak memaksakan kehendak pribadi atau golongan agar
golongan lain ikut serta dalam kegiatannya ,
Ingat...
Toleransi adalah membiarkan bukan mengikuti Jadi kalau ada ritual salah satu agama lain maka kita Dituntut agar
membiarkan dengan kata lain tidak mengganggu, tidak menghina tidak mencaci maki tidak membujuk dengan
iming iming agar ritual tsb dihentikan, atau agar mereka pindah agama kita.
Bukan juga malah kita yang ikut ikutan ritual tersebut karna keliru memahami makna toleransi itu sendiri. Apa
yang sudah menjadi bagian dari Agama kita lakukanlah dengan sungguh sungguh,dan apa apa yang sudah menjadi
bagian dari agama orang lain,maka biarkanlah,
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Marilah kita mengingat kembali penjelasan Majelis Ulama Indonesia tentang masalah hukum Merayakan Natal
dalam Islam. Dalam fatwa MUI pusat tahun 1981 disebutkan bahwa MUI menimbang bahwa:

Umat Islam perlu mendapat petunjuk yang jelas tentang perayaan Natal Bersama. Umat Islam agar tidak
mencampur adukkan aqidah dan ibadahnya dengan aqidah dan ibadah agama lain. Umat Islam harus berusaha
untuk menambah iman dan takwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Tanpa mengurangi usaha umat Islam dalam
Kerukunan Antar Umat Beragama di Indonesia.

MUI menegaskan bahwa umat Islam diperbolehkan untuk bekerja sama dan bergaul dengan umat – umat agama
lain dalam masalah – masalah yang berhubungan dengan masalah keduniaan.

Namun demikian umat Islam tidak boleh mencampuradukkan aqidah dan peribadatan agamanya dengan aqidah
dan peribadatan agama lain berdasarkan surat Al-Kafirun: 1-6

              
                

Katakanlah: “Hai orang-orang kafir, aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan
penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah, dan kamu
tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku”.
Asbabun Nuzul
Ibnu Katsir menjelaskan asbabun nuzul Surat Al Kafirun dalam tafsirnya. Bahwa orang-orang kafir Quraisy pernah
mengajak Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam untuk menyembah berhala-berhala mereka selama satu tahun,
lalu mereka akan menyembah Allah selama satu tahun. Maka, Allah Subhanahu wa Ta’ala menurunkan surat ini.
Ibnu Ishaq meriwayatkan dari Ibnu Abbas terkait asbabun nuzul Surat Al Kafirun ini. Bahwa Walid bin Mughirah,
Ash bin Wail, Aswad bin Abdul Muthalib dan Umayyah bin Khalaf menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam. Mereka mengatakan, “Wahai Muhammad, marilah kami menyembah Tuhan yang kamu sembah dan
kamu menyembah Tuhan yang kami sembah. Kita bersama-sama ikut serta dalam perkara ini. Jika ternyata
agamamu lebih baik dari agama kami, kami telah ikut serta dan mengambil keuntungan kami dalam agamamu. Jika
ternyata agama kami lebih baik dari agamamu, kamu telah ikut serta dan mengambil keuntunganmu dalam agama
kami.”
Penawaran seperti itu adalah penawaran yang bodoh dan konyol. Maka Allah pun menurunkan Surat Al Kafirun
sebagai jawaban tegas bahwa Rasulullah berlepas diri dari agama mereka.
Ma'asyiral Muslimin Rahima kumullah
Sesungguhnya Menyembah itu bentuk beribadah atau ritual keaagama'an, Sementara beribadah itu banyak
macamnya,Sebagai mana dalam agama kita. Dalam agama lain pun ada macam macamnya Dan kita belum tentu
tau macam macam ibadah agama lain Untuk perkara ini,jangan sampai kita sebagai ummat Islam, karna ketidak
tauan kita Lantas terjerumus ikut ikutan ritual agama lain,yang konon kita anggab sebagai Toleransi Nau'dzubillahi
mindzalik.
Ma'asyiral muslimin Rahima kumullah,
toleransi juga dapat diartikan saling menghargai, saling menghormati, tidak membuat gangguan sekecil apapun
terhadap golongan lain yang berbeda dengan kita.
Allah berfirman dalam Al Qur'an
‫َولَنَٓا اَ ْع َمالُنَا َولَ ُك ْم اَ ْع َمالُ ُك ۚ ْم‬
Bagi kami amalan kami, bagi kamu amalan kamu.Q S Al Baqoroh 139
Demikianlah khutbah Jum'at kita kali ini,semoga apa apa yang telah kita dengarkan tadi bisa menjadi acuan
kedepan,agar kita tidak latah ikut ikutan dalam ritual agama lain,agar kita tidak ambil bagian dari hari besar agama
lain ,sungguh Islam adalah agama yang paling toleransi sebagai mana dikatan dalam sebuah riwayat
Rosullahi salallahu alaihiwas salam bersabda
Dari Ibnu ‘Abbas, ia berkata; ditanyakan kepada Rasulullah SAW: “’Agama manakah yang paling dicintai oleh
Allah? Maka beliau bersabda: ‘Al-Hanifiyyah As-Samhah (yang lurus lagi toleran)’.” (HR Bukhari)
ِ ‫ اِنَّهُ هُ َو ال َغفُوْ ُر الر‬,‫اَقُوْ ُل قَوْ لِي ه َذا َوا ْستَ ْغفِ ُر هللاَ ال َع ِظيْم لِي َولَ ُك ْم‬
‫َّحي ِْم‬
KHUTBAH KE2
,ُ‫ َأ ْشهَ ُد َأ ْن الَ ِإلَهَ ِإالَّ هللا‬،‫ُظ ِه َرهُ َعلَى ال ِّد ْي ِن ُكلِّ ِه َو َكفَى بِاهللِ َش ِه ْيدًا‬ ْ ‫ لِي‬،ِّ‫اَ ْل َح ْم ُد هلل الَّ ِذيْ َأرْ َس َل َرسُوْ لَهُ بِ ْالهُدَى َو ِد ْي ِن ْال َحق‬
َ‫صحْ بِ ِه اَجْ َم ِع ْين‬َ ‫ص ِّل َعلَى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى آلِ ِه َو‬ َ ‫ اَللَّهُ َّم‬,ِ‫َوَأ ْشهَ ُد َأ َّن ُم َح َّمدًا َرسُوْ ُل هللا‬
‫يَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا اتَّقُوا هَّللا َ َوقُولُوا قَوْ الً َس ِديدًا يُصْ لِحْ لَ ُك ْم َأ ْع َمالَ ُك ْم َويَ ْغفِرْ لَ ُك ْم ُذنُوبَ ُك ْم َو َم ْن ي ُِط ِع هَّللا َ َو َرسُولَهُ فَقَ ْد فَا َز‬
‫َظي ًما‬ ِ ‫فَوْ ًزا ع‬.
ً ‫ى يََأيهَا الَّ ِذينَ َءا َمنُوا صلُّوا َعلَ ْي ِه َو سلِّ ُموا تَسلِيما‬ ِ ّ ‫ِإ َّن هَّللا َ َو َملَئكتَهُ يُصلُّونَ عَلى النَّب‬
ِ ‫ت اَالَحْ يآء ِم ْنهُ ْم َو ْاالَ ْم َوا‬
‫ت‬ ِ ‫ت َو ْال ُم ْسلِ ِم ْينَ َو ْال ُم ْسلِ َما‬ ِ ‫اَللهُ َّم ا ْغفِرْ لِ ْل ُمْؤ ِمنِ ْينَ َو ْال ُمْؤ ِمنَا‬
‫اَللهُ َّم‬
ِ ‫َربَّنَا ظَلَ ْمنَ َأ ْنفُ َسنَا َوِإ ْن لَ ْم تَ ْغفِرْ لَنَا َوتَرْ َح ْمنَا لَنَ ُكون ََّن ِمنَ ْال َخ‬
َ‫اس ِرين‬
‫اجنَا َو ُذ ِّريَّاتِنَا قُ َّرةَ َأ ْعيُ ٍن َواجْ َع ْلنَا لِ ْل ُمتَّقِينَ ِإ َما ًما‬ِ ‫َربَّنَا هَبْ لَنَا ِم ْن َأ ْز َو‬
‫َاصغَارًا‬ ِ ‫َربَّنَا ا ْغفِرْ لَنَا ُذنُوْ بَنَا َولِ َوالِ ِد ْينَا َوارْ َح ْمهُ َما َك َما َربَّيَان‬
ً‫آلخ َر ِة َح َسنَة‬ ِ ‫َربَّنَا آتِنا َ فِى ال ُّد ْنيَا َح َسنَةً َوفِى ْا‬
‫اب النَّار‬ َ ‫َوقِنَا َع َذ‬
ِ ‫اب النَّار‬ َ ‫َوقِنَا َع َذ‬
ِ ‫ار‬ ِ َّ‫اب الن‬ َ ‫َوقِنَا َع َذ‬
َ‫صفُونَ َو َسال ٌم َعلَى ْال ُمرْ َسلِينَ َو ْال َح ْم ُد هَّلِل ِ َربِّ ْال َعالَ ِمين‬ ِ َ‫ُسب َْحانَ َربِّكَ َربِّ ْال ِع َّز ِة َع َّما ي‬
ِ‫عبَا َدهللا‬. ِ
َّ ُ ْ ْ ْ ْ
َ‫ان َوِإيْتآ ِء ِذي القُرْ ب َى َويَ ْنهَى َع ِن الفَحْ شآ ِء َوال ُم ْن َك ِر َوالبَ ْغي يَ ِعظ ُك ْم لَ َعل ُك ْم تَ َذ َّكرُوْ ن‬ ْ ْ ‫ْأ‬
ِ ‫ِإ َّن هللاَ يَ ُم ُرنَا بِال َع ْد ِل َواِإل حْ َس‬.

Anda mungkin juga menyukai