Anda di halaman 1dari 16

CRITICAL BOOK REVIEW

PANDUAN IMPLEMENTASI PENDIDIKAN BUDI PEKERTI UNTUK SD, SMP,


DAN SMA

(NASIN ELKABUMAINI & RAHMAT)

Disusun Oleh:

NAMA : ESRA PELITA SITUMORANG

NIM : 1193111045

KELAS : PGSD E REGULER 2019

DOSEN PENGAMPU : SUGIANTO, S.Pd., M.A.

MATA KULIAH : PENDIDIKAN BUDI PEKERTI

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

APRIL 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa penulis sampaikan, karena dengan rahmat
dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas critical book review ini. Critical Book
Review ini telah penulis susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak
sehingga dapat memperlancar pembuatan tugas ini. Untuk itu penulis menyampaikan banyak
terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan tugas ini. Dan
penulis juga sangat berterimakasih kepada Bapak Sugianto, S.Pd., M.A., selaku dosen
pengampu mata kuliah Pendidikan Budi Pekerti yang telah memberikan arahan dan bimbingan
dalam penyelesaian tugas ini.

Saya selaku penulis sangat berharap critical book review ini dapat berguna dalam
menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai konsep pendidikan budi pekerti
khususnya di sekolah dasar. Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam critical book
review ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, penulis sangat
membutuhkan adanya kritik, saran, dan masukan demi perbaikan laporan yang telah penulis
buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
lebih baik.

Semoga critical book review sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun dan dapat
berguna bagi penulis sendiri, bagi teman-teman, dan semua kalangan yang membacanya.
Sebelumnya penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata yang kurang berkenan dan
memohon kritik serta saran yang membangun.

Medan, April 2022

Penulis,

Esra Pelita Situmorang

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................. i

DAFTAR ISI............................................................................................................................ II

BAB I ......................................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN .................................................................................................................... 1

1.1 LATAR BELAKANG .................................................................................................... 1


1.2 TUJUAN PENULISAN.................................................................................................. 2
1.3 MANFAAT CBR ............................................................................................................ 2
1.4 IDENTITAS BUKU YANG DI REVIEW .................................................................... 2

BAB II ....................................................................................................................................... 4

ISI BUKU.................................................................................................................................. 4

2.1 RINGKASAN ISI BUKU ............................................................................................... 4

BAB III.................................................................................................................................... 10

PEMBAHASAN ..................................................................................................................... 10

3.1 KELEBIHAN ............................................................................................................... 10


3.2 KELEMAHAN ............................................................................................................. 11

BAB IV .................................................................................................................................... 12

PENUTUP............................................................................................................................... 12

4.1 KESIMPULAN............................................................................................................. 12
4.2 SARAN .......................................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Budi Pekerti adalah etika, sopan dan santun yang termasuk di dalamnya nilai dan
tentunya ada pula norma yang menjadi pegangan hidup seseorang atau sekelompok orang bagi
pengaturan tingkah lakunya. Dalam arti melakukan yang baik dan tidak melanggar norma
kesopanan yang ada. Semua orang harus memiliki budi pekerti untuk bisa mengontrol tingkah
laku dirinya terhadap orang orang disekelilingnya.

Ada segelintir orang tertentu yang harus dihormati secara khusus, seperti orang tua, guru
(pendidik), dan orang yang lebih tua. Perilaku homat, sopan santun serta tata krama dalam
bertutur kata merupakan perwujudan budi pekerti luhur yang diperoleh melalui pendidikan dan
latihan dari berbagai orang dalam kedudukannya masing-masing, seperti: orang tua dan guni,
para pemuka agama dan masyarakat umum.

Dari pendidikan dan latihan tersebut, diharapkan siswa mewujudkannya dalam bentuk
sikap dan perilaku yang sehat dan serasi dengan kodratnya sebagai siswa, tempat, waktu dan
lingkungan dimana siswa berada sehari-hari. Perwujudan nilai sopan santun disesuaikan
dengan kondisi dan situasi secara pribadi (individu) maupun secara kelompok.

Perilaku santun dan sikap sopan yang tercermin di dalam budi pekerti sangat diperlukan
apalagi dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah. Baik antara guru dengan siswa, siswa
dengan kepala sekolah, dan siswa dengan staff pegawai yang bekerja disekolah tempatnya
berada. Seperti yang diungkapkan oleh Laurence Sterne "Memiliki rasa hormat pada diri sendiri
akan membimbing moral kita; memiliki rasa hormat terhadap orang lain akan menjaga sikap
sopan santun kita" jadi, pengaruh perilaku santun siswa terhadap pengembangan kepribadian
siswa sangatlah besar.

Berkurangnya budi pekerti siswa berdampak buruk bagi hubungan antarsesama siswa,
dan hubungannya dengan pihak terkait di sekolah. Temasuk hilangnya rasa dan sikap homat
serta kurangnya nilai tata krama siswa itu sendiri. Sikap acuh yang akan dominan tampak pada
siswa dan kurang menghargai baik hubungannya secara horizontal maupun vertikal. Selain itu,
komposisi budi pekerti siswa yang berkurang juga mempengaruhi kegiatan belajar mengajar
dikelas karena ilmu yang terserap tidak akan maksimal apabila siswa menganggap acuh
1
pendidik (guru) yang berdiri didepan kelas memberikan pengetahuan bagi kemajuan akademik
siswa itu sendiri.

1.2 Tujuan Penulisan

1. Menyelesaikan tugas mata kuliah Pendidikan Budi Pekerti

2. Melatih diri untuk berfikir kritis dalam mencari informasi yang diberikan oleh setiap
bab dari buku.

3. Memperluas wawasan mengenai Pendidikan Budi Pekerti dalam hal ini berupa
pengetahuan mengenai konsep dan panduan pembelajaran budi pekerti

4. Mengulas isi sebuah buku.

5. Mencari dan mengetahui informasi yang ada dalam buku.

6. Menganalisis kelebihan dan kekurangan sebuah buku

7. Melatih reviewer untuk membaca cepat dan menilai sebuah buku

1.3 Manfaat CBR

1. Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Budi Pekerti

2. Mengetahui kelebihan dan kekurangan sebuah buku

3. Mampu membaca cepat dan menilai sebuah buku.

4. Untuk menambah pengetahuan para pembaca dengan memahami isi materi buku

5. Menambah wawasan dan melatih penulis untuk berpikir kritis

1.4 Identitas Buku Yang Di Review

Judul Buku : Buku Panduan Implementasi Pendidikan Budi Pekerti Untuk

SD, SMP, Dan SMA

Penerbit : Yrama Widya

Penulis : Nasin Elkabumaini & Rahmat

Jumlah Halaman : 138 Halaman

Ukuran : 20,5 x 14,5 cm

2
ISBN : 978-602-374-253-0

3
BAB II

ISI BUKU

2.1 Ringkasan Isi Buku

BAB I: Memahami Budi Pekerti Pengertian

Budi Pekerti Secara etimologi budi pekerti terdiri dari dua unsur kata, yaitu budi dan
pekerti. Budi dalam bahasa sangsekerta berarti kesadaran, budi, pengertian. pikiran dan
kecerdasan. Kata pekerti berarti aktualisasi, penampilan, pelaksanaan atau perilaku. Dengan
demikian budi pekerti berarti kesadaran yang ditampilkan oleh seseorang dalam berprilaku.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989) istilah budi pekerti diartikan sebagai
tingkah laku, perangai, akhlak dan watak. Budi pekerti dalam bahasa Arab disebut dengan
akhlak, dalam kosa kata latin dikenal dengan istilah etika dan dalam bahasa Inggris disebut
ethics. Pendidikan budi pekerti sering juga diasosiasikan dengan tata krama yang berisikan
kebiasaan sopan santun yang disepakati dalam lingkungan pergaulan antar manusia. Tata krama
terdiri atas kata tata dan krama. Tata berarti adat, norma, aturan. Krama sopan santun, kelakuan,
tindakan perbuatan. Dengan demikian tata krama berarti adat sopan santun menjadi bagian dari
kehidupan manusia. BAB II: Tujuan Dan Fungsi Budi Pekerti

Tujuan Budi Pekerti Mendorong kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan
sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang religious.

• Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik sebagai penerus
bangsa.

• Memupuk ketegaran dan kepekaan mental peserta didik terhadap situasi sekitarnya
sehingga tidak terjerumus kedalam perilaku yang menyimpang, baik secara individual
maupun social.

• Meningkatkan kemampuan untuk menghindari sifat-sifat tercela yang dapat merusak


diri sendiri, orang lain, dan lingkungan.

Fungsi Budi Pekerti Pengembangan, yaitu untuk meningkatkan perilaku yang baik
peserta didik yang telah tertanam dalam lingkungan keluarga dan masyarakat Penyaluran, yaitu
untuk membantu peserta didik yang memiliki bakat tertentu agar dapat berkembang dan

4
bemanfaat secara optimal sesuai dengan budaya bangsa. Perbaikan, untuk memperbaiki
kesalahan, kekurangan dan kelemahan peserta didik dalam perilaku sehari-hari.

• Pencegahan, yaitu mencegah perilaku negatif yang tidak sesuai dengan ajara agama dan
budaya bangsa.

• Pembersih, yaitu untuk membersihkan diri dari penyakit hati seperti sombong, iri,
dengki, egois dan ria agar anak did ik tumbuh dan berkembang sesuai ajaran agama dan
budaya bangsa.

• Penyaringan (filter), yaitu untuk menyaring budaya-budaya bangsa sendiri dan budaya
bangsa lain yang tidak sesuai dengan nilai-nilai budi pekerti.

BAB III : Mendidik Budi Pekerti Dengan Cerita

Anak hebat bukan hanya ditandai dengan nilai akademis yang menjulang tapi juga
mengenai wawasan budi pekertinya. Ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk mengajari
anak-anak tentang budi pekerti, misalnya melalui contoh yang diberikan orangtua. Lalu, bisa
juga melalui buku-buku cerita yang di dalamnya terdapat pesan mengenai berperilaku dan
bertutur kata baik kepada sesama. Lewat cerita yang ada di buku, anak bisa belajar budi pekerti
tanpa merasa digurui.

Banyak hal yang bisa dilakukan seseorang untuk berbuat sesuatu bagi negerinya.
Aktualisasi diri dalam kehidupan sehari-hari menjadi wadahnya. Aktualisasi yang berupa aksi
bagi diri, lingkungan social dan negeri. Berkaitan dengan aksi inspiratif untuk negeri banyak
hal yang bisa dilakukan. Khususnya bagi generasi penerus bangsa. Anak-anak sebagai bunga
bangsa yang akan mewarisi negeri di kemudian hari. Berkaitan dengan dunia anak-anak
khususnya, kita lihat dalam fenomena di masyarakat beragam peristiwa yang membuat miris
dan getir. Mulai dari sisi kehidupan social, tingkat pendidikan, dan sektor-sektor lainnya.

Kriminalitas yang mendudukkan anak sebagai korban bahkan juga pelaku.

BAB IV : Pendidikan Budi Pekerti Yang Terintegrasi

a) Pandangan Pendidikan Budi Pekerti Dalam Ilmu Agama

Istilah budi pekerti dalam kajian Islam lebih dikenal dengan akhlak. Dalam Bahasa
Indonesia istilah akhlak disepadankan dengan budi pekerti. Dalam bahasa Arab akhlak artinya
tabiat, perangai, kebiasaan. Dalam pembahasan mengenai pendidikan budi pekerti kiranya

5
belum begitu banyak yang membahas secara spesifik. Biarpun ada dengan menggunakan istilah
moral atau akhlak. Hal itu karena akhlak sangat berkaitan dengan moral. Jika pengertian agama
dan moral tersebut dihubungkan satu dengan lainnya tampak saling berkaitan dengan erat.
Dalam konteks hubungan ini jika diambil ajaran agama, maka moral adalah sangat penting
bahkan yang terpenting, dimana kejujuran, kebenaran, keadilan, dan pengabdian adalah
diantara sifat-sifat yang terpenting dalam agama. b) Pandangan Pendidikan Budi Pekerti Dalam
Lingkungan Sosial

Ada tiga asumsi yang menyebabkan gagalnya pendidikan moral/budi pekerti ke dalam
sikap dan perilaku siswa. Pertama, adanya anggapan bahwa persoalan pendidikan moral adalah
persoalan klasik yang penanganannya adalah sudah menjadi tanggung jawab guru agama dan
guru PPKN. Kedua, rendahnya pengetahuan dan kemampuan guru dalam mengembangkan dan
mengintegrasikan aspek-aspek moral/budi pekerti ke dalam setiap mata pelajaran yang
diajarkan. Dan ketiga, proses pembelajaran mata pelajaran yang berorientasi pada akhlak dan
moralitas serta pendidikan agama cenderung bersifat transfer of knowledge dan kurang
diberikan dalam bentuk latihan-latihan pengalaman untuk menjadi corak kehidupan sehari-hari.
Secara teknis, penerapan pendidikan budi pekerti di sekolah setidaknya dapat ditempuh melalui
empat alternatif strategi secara terpadu. Strategi pertama ialah dengan mengintegrasikan konten
kurikulum pendidikan budi pekerti yang telah dirumuskan ke dalam seluruh mata pelajaran
yang relevan, terutama mata pelajaran agama, kwarganegaraan, dan bahasa (baik bahasa
Indonesia maupun bahasa daerah). Strategi kedua ialah dengan mengintegrasikan pendidikan
budi pekerti ke dalam kegiatan sehari-hari di sekolah. Strategi ketiga ialah dengan
mengintegrasikan pendidikan budi pekerti ke dalam kegiatan yang diprogramkan atau
direncanakan. Dan strategi keempat ialah dengan membangun komunikasi dan kerjasama
antara sekolah dengan orang tua peserta didik.

BAB V : Pendidikan Budi Pekerti Yang Mandiri

a) Cerita Yang Mengantar Siswa Menuju Disiplin

Terdapat beberapa teknik membina disiplin kelas, antara lain: 1. Teknik keteladanan
guru, yaitu guru hendaknya memberi contoh teladan sikap dan perilaku yang baik kepada
siswanya. 2 Teknik bimbingan guni, yaitu diharapkan guru senantiasa memberikan bimbingan
dan penyuluhan untuk meningkatkan kedisiplinan para siswanya. 3. Teknik pengawasan

6
bersama, yaitu dalam disiplin kelas yang baik mengandung pula kesadaran akan tujuan
bersama, guru dan siswa menerimanya sebagai pengendali, sehingga situasi kelas menjadi
tertib.

b) Upaya Menegakan Disiplin

Upaya menegakan disiplin didalam kelas dapat dilakukan dengan meminta dukungan
berbagai pihak terkait, misalnya dari pihak guru, siswa dan orang tua. Pihak-pihak tersebut
selayaknya diajak bekerja sama dengan baik dan harmonis serta ikut bertanggung jawab untuk
menciptakan disiplin siswa. Upaya yang dapat dilakukan oleh masing-masing pihak adalah
sebagai berikut: 1. Guru Disiplin banyak bergantung pada pribadi guru. 2. Peranan siswa dalam
menciptakan suasana disiplin dalam kelas tak kalah pentingnya, karena factor utama adalah
siswa sendiri dan siswa merupakan subyek dalam pembelajaran. Oleh karena itu siswa harus
mempunyai rasa tanggung jawab untuk turut serta mewujudkan disiplin di kelasnya.Untuk itu
ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh siswa dalam mewujudkan disipilin dalam kealas,
anatara lain: Siswa hendaknya memiliki rasa tanggung jawab sosial untuk turut serta
menciptakan suasana disiplin didalam kelas. 3. Pihak Orang Tua Peranan orang tua dalam
mewujudkan disiplin putra-putrinya dirumah, akan sangat membantu penegakan disiplin kelas.

c) Aktivitas Siswa Belajar Disiplin

Kedisiplinan penting diterapkan terhadap anak didik. Proses belajar mengajar akan
terganggu jika siswanya tidak disiplin. Pengertian displin menurut KBBI adalah ketaatan
(kepatuhan) kepada peraturan (tata tertib dan sebagainya). Disiplin merupakan suatu
pembiasaan diri, bukan ilmu teori yang jika siswa menghapalnya maka ia lulus bersikap
disiplin. Pembiasaan diri ini dimulai dari perangkat sekolah terlebih dahulu; guru dan pegawai
yang datang lebih awal dari siswa, misalnya. Maka, untuk menerapkannya ke siswa juga tidak
sulit. Pertama, guru menunggu kedatangan siswa di depan gerbang sekolah.

Wajah tersenyum dan sapaan ramah dapat menyenangkan siswa dan memompa
semangat belajarnya dipagi hari.Guru akan tahu siapa siswa yang rajin datang tepat waktu juga
yang sering telat. Memberi nasihat kepada siswa terlambat akan membuatnya merasa malu jika
perbuatan itu terulang kembali. Dan memberikan hukuman ringan hingga berat jika terlambat
berkali-kali. Hal ini dapat mendisiplinkan siswa untuk datang ke sekolah tepat waktu.

7
Kedua, memeriksa kelengkapan siswa sebelum masuk ke kelas. Berbaris rapi di depan
kelas atau di lapangan sekolah dan memeriksa segala atribut siswa, mulai dari nama, simbol
sekolah, osis, identitas sekolah di lengan baju, sepatu, pakaian hingga kuku mereka. Guru juga
menanyakan siswa yang tidak hadir.Ini untuk mengantisipasi kenakalan siswa yang bolos
datang ke sekolah.

BAB VI: Membangun Karakter Bangsa Melalui Strategi Bedah Nilai a)


Pengertian Strategi Bedah Nilai

Meskipun KBM dirancang demi keperluan peserta didik, tetapi dalam strategi ini tidak
menempatkan peserta didik sebagai pasiennya, tetapi patnership guru dalam mempelajari
sesuatu nilai atau konsep. Strategi ini merupakan pengembangan dari model group
investigation dari Bruce Joyce & Marsha Weil (1999), namun strategi ini dimodivikasi untuk
pengajaran klasikal maupun individual, dengan cara mengembangkan kiat-kiat khususnya.
Sehingga akan terlihat amat berbeda dengan group investigation itu.

Strategi bedah nilai tidak hanya sekedar menemukan, tetapi merekonstruksi dengan
mengembangkan konsep yang positif, yang di jadikan tujuan pembelajaran. Strategi Bedah
Nilai memungkinkan para guru untuk menggabungkannya dengan berbagai metode
konvensional, seperti ceramah, tanya jawab, serta diskusi. Sehingga diharapkan strategi Bedah
Nilai ini bisa jadi alternatif dalam berbagai mata pelajaran lainnya di sekolah kita. Bilamana
tidak memungkinkan menjadi model, paling kurang diharapkan sebagai bahan perbandingan
bagi guru dalam menemukan strategi yang lebih tepat, sampai ditemukan bentuk implementasi
yang baik di kemudian hari. b) Karakteristik Strategi Bedah Nilai

Strategi Bedah Nilai dirancang dengan maksud agar pengajaran lebih menarik minat
siswa, lebih berkesan lama, bekaitan dengan khidupannya sehingga memungkinkan terpakai
dalam kehidupan sehari-hari. Strategi Bedah Nilai memiliki karakteristik sebagai berikut: 1.
Kegiatan belajar akan berlangsung secara natural, karena dimulai dari kondisi yang dekat
dengan kehidupan peserta didik. 2. Mendorong peserta didik untuk terlibat dalam KBM secara
total dalam proses belajar mengajar, baik menyangkut perhatian, pikiran, perasaan, pengalaman
dan kebiasaannya. 3. Menempatkan pembelajaran terpusat kepada peserta didik dan
memposisikan guru betul-betul sebagai fasilitator 4. Mendorong terjadinya interakasi timbal
balik dan multi arah; antara peserta didik-guru, peserta didik-peserta didik atau kelompok
dengan peserta didik. Mendorong terciptanya pembudayaan kelas maupun sekolah untuk

8
menjadi tempat yang kondusif terhadap iklim belajar. 5. Evaluasi pengajaran menggunakan
berbagai instrumen yang memperhatikan keseimbangan antara evaluasi proses dengan evaluasi
hasil, termasuk melibatkan peserta didik sendiri dalam mengevaluasi dirinya. c) Langkah-
langkah Srategi Bedah Nilai

1. Menyajikan Problem

Guna mengembangkan kopetensi serta mendekatkan kegiatan belajar dengan kehidupan


peserta didik, strategi bedah nilai menuntut adanya problem yang relevan dengan kompetensi
dasar yang akan dikembangankan. Problem bisa bersifat ceritera atau kasus, yang mengandung
problema atau teka-teki. Sumbernya bisa saja diambil dari koran, majalah, laporan atau
rekayasa para guru. Sifatnya bisa faktual, proyektif, historis, atau normatif. Syaratnya, problem
hendaknya menuntut setiap peserta didik untuk mengoperasikan pikiran, melibatkan perasaan
atau mengungkap pengalaman dan kebiasaannya.

2. Menggiring reaksi peserta didik Agar peserta didik secara sungguh- sungguh dan suka
rela memberikan reaksi, tanggapan, atau respon terhadap problem yang disajikan, guru dapat
melakukan : • Meminta peserta didik menuliskan dalam satu lembar kertas atau dalam buku
latihan • Meminta peserta didik mengangkat tangan sebagai tanda setuju terhadap reaksi atau
tanggapan yang ditawarkan, dan kemudian menghitung (tally) keseluruhan kelas. • Meminta
reaksi atau tanggapan langsung dari peserta didik dengan menuliskan intinya di papan tulis.

9
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Kelebihan

a. Dilihat dari aspek tampilan (face value), buku yang direview adalah cantik, bagus,
dan menarik perhatian pembaca dimana terdapat gambar ataupun warna yang
sesuai terhadap buku sehingga membuat pembaca tertarik untuk membaca isi buku
ini. Pemilihan warna cover buku dan pemilihan warna judul buku menggunakan
warna yang terlalu soft sehingga membuat pembaca untuk tertarik membaca. Pada
cover nya terdapat ilustrasi yang sesuai dengan judul buku sehingga membuat buku
ini sedikit menarik untuk dibaca.Jenis kertas pada cover menggunakan kertas yang
tebal sehingga tidak mudah koyak dan terlipat.

b. Dari aspek layout dan tata letak, serta tata tulis, termasuk penggunaan font buku ini
sudah bagus karena sesuai dengan model bukunya sehingga membuat pembaca
tertarik untuk membacanya.

c. Dari aspek isi buku adalah bagian isi pembahasan mengenai pendidikan budi
pekerti cukup lengkap dan dijelaskan secara detail, dimana untuk membahas satu
terdapat pengertian, sejarah, landasan, dan pandangan dari setiap ahli itu sendiri di
jelaskan. Isi Buku Materi di dalam buku ini dituliskan secara jelas dan tepat dan
banyak memberikan informasi dan pengetahuan. Buku ini juga bisa dijadikan
sebagai dasar pengetahuan mahasiswa/i untuk melanjutkan perkuliahan disemester
berikutnya dan menjadi pedoman dalam mengembangkan pembelajaran budi
pekerti di sekolah dasar pada saat mahasiswa sudah memasuki dunia kerja.

d. Dari aspek tata bahasa, buku ini menggunakan bahasa yang mudah dimengerti,
tidak berbelit-belit. Mengapa saya mengatakan seperti itu karena dari bahasa yang
digunakan adalah bahasa sehari –hari sehingga mempermudah kita untuk
memahaminya. Pengarang menggunakan bahasa yang komunikatif sehingga
mudah dipahami oleh pembaca atau pesan yang ingin disampaikan penulis mudah
di pahami langsung oleh pembaca.Kosa kata yang digunakan penulis juga
menggunakan kosa kata yang mudah dimengerti pembaca

10
e. Dari segi tampilan isi buku, serta penggunaan gambar berupa, tabel atau pun
gambar yang mendukung materi buku yang saya review ini cukup bagus karena
memuat penjelasan yang lebih rinci yang ditunjukkan dalam gambar atau peta
konsep sehingga menambah pemahaman dan merangkum semua materi yang
dijelaskan pada bab tersebut dan mempermudah pembaca dalam memperoleh
informasi atau pengetahuan baru mengenai materi yang dijelaskan pada bab terkait.

3.2 Kelemahan

Selain kelebihan buku ini juga memiliki kelemahan yaitu dalam buku utama ini juga
tidak terdapat ringkasan singkat atau rangkuman, dari pembahasan untuk mempermudah
pembaca dalam memahami isi bab secara singkat dan masih terdapat beberapa penulisan
kosakata yang salah atau ketikan yang salah, banyak pengetikan kata-kata yang hurufnya
kurang dan ada hurufnya yang lebih seperti merupaka, pelakssanaan, mempalajarit. Dan juga
tidak terdapat soal-soal untuk dikerjakan pembaca sehingga dapat menguji sampai dimana
pembaca mampu memahami isi buku. Kelemahan pada buku ini terdapat pada buku ini tidak
memberikan gambar mengenai gambaran tentang materi yang dijelaskan, pemeriangambaratau
ilustrasi sangat memantu agar pembaca tidak mudah merasa bosan apabila semua harus bacaan
tanpa ada gambar.Buku ini juga terlalu tebal dan banyak halaman sehingga membuat pembaca
merasa lebih cepat bosan ketika membaca dan memahami isi buku.

11
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Menurut Ensiklopedia Pendidikan, budi pekerti diartikan sebagai kesusilaan yang


mencakup segi-segi kejiwaan dan perbuatan manusia; sedangkan manusia susila adalah
manusia yang sikap lahiriyah dan batiniyahnya sesuai dengan norma etik dan moral. Pentingnya
nilai akhlak, moral serta budi luhur bagi semua warga negara kiranya tidak perlu diingkari.

Negara atau suatu bangsa bisa runtuh karena pejabat dan sebagian rakyatnya berperilaku
tidak bermoral. Perilaku moral akan memunculkan kerusuhan, keonaran, penyimpangan dan
lain-lain yang menyebabkan kehancuran suatu bangsa. Mereka tidak memiliki pegangan dalam
kehidupan bemegara dan berbangsa. Oleh karena itu, nilai perlu diajarkan agar generasi
sekarang dan yang akan datang mampu berperilaku sesuai dengan moral yang diharapkan.

Terwujudnya manusia Indonesia yang bermoral, berkarakter, berakhlak mulia dan


berbudi pekerti luhur merupakan tujuan dari pembangunan manusia Indonesia yang kemudian
diimplementasikan ke dalam tujuan pendidikan nasional.

Pada tataran demikian, maka pendidikan yang berorientasikan pada nilai moral, akhlak
dan budi pekerti menjadi penting dan sebagai bagian tidak terpisahkan dari sistem pendidikan
di Indonesia.

4.2 Saran

Hendaknya melalui laporan atau hasil review dari buku Implementasi Pendidikan Budi
Pekerti Untuk SD, SMP, dan SMA ini mampu menambah pemahaman penulis dan juga
pembaca dalam mengajarkan budi pekerti kepada peserta didik dan memperoleh hasil atau nilai
yang meningkatkan mutu pendidikan.

12
DAFTAR PUSTAKA

Elkabumaini, N., & Rahmat. (n.d.). Buku Panduan Implementasi Pendidikan Budi Pekerti
Untuk SD, SMP, Dan SMA.Penerbit: Yrama Widya.

13

Anda mungkin juga menyukai