Persilangan Drosophila Melanogaster
Persilangan Drosophila Melanogaster
HALAMAN PENGESAHAN
Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Tujuan Praktikum..................................................................................2
C. Manfaat Praktikum...............................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................3
A. Persilangan Monohibrid........................................................................3
B. Persilangan Dihibrid.............................................................................4
C. Uji Chi Square......................................................................................4
BAB III METODE PRAKTIKUM...............................................................6
A. Waktu dan Tempat................................................................................6
B. Alat dan Bahan.....................................................................................6
C. Cara Kerja.............................................................................................6
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................7
A. Hasil Pengamatan.................................................................................7
B. Analisis data..........................................................................................8
C. Pembahasan..........................................................................................9
BAB V PENUTUP...........................................................................................10
A. Kesimpulan...........................................................................................10
B. Saran.....................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................11
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pengetahuan yang berkembang saat ini sama halnya dengan kehidupan
manusia sesuai dengan zaman modern ini. Perkembangan zaman modern ini
diikuti dengan berkembangnya teknologi dan informasi yang semakin cepat, hal
ini juga berhubungan dengan perkembangn pengetahuan. Ilmu pengetahuan
diperoleh dari hasil pemeriksaan yang dilakukan secara cermat dan teliti dengan
menggunakan metode tertentu. Oleh sebab itu, untuk meningkatkan penetahuan
pada zaman modern ini, manusia dituntut untuk memperluas wawasan dan
pemahamannya dengan mempelajari berbagai bidang pengetahuan salah satunya
cabang ilmu biologi.
Genetika adalah biologi yang mempelajari gen, pewarisan dari orang tua,
DNA dan RNA. Lalat buah (Drosophila melanogaster) adalah spesies lalat yang
digunakan dalam penelitian genetik. Lalat buah (Drosophila melanogaster)
pertama kali ditemukan oleh Morgan dan Castel pada tahun 1900 dan digunakan
sebagai buku teks untuk melakukan proses pembelajaran genetik pada organisme
diploid. Penggunaan lalat buah dalam percobaan diperkenalkan oleh T.H. Morgan
dipelopori oleh Sturtevant dan Dobzhansky pada tahun 1930-1940.
Drosophila melanogaster (Drosophila) berperan penting dalam mempelajari
dasar-dasar genetika dan kemajuan dalam biologi. Lalat buah pada umumnya
dapat ditemukan di berbagai tempat dan di semua habitat, terutama di tempat
buah-buahan yang busuk atau matang, dan karena ukurannya yang kecil, siklus
hidup yang pendek, dan jumlah keturunan yang banyak digunakan sebagai model
diploid. organisme di laboratorium. , dan murah. biaya dan pemeliharaan.
Lalat buah (Drosophila melanogaster) banyak digunakan dalam penelitian
genetik karena banyak kemudahannya. Salah satunya membawa berbagai jenis
mutasi, sehingga memungkinkan untuk berbagai persilangan. Pada percobaan
persilangan monohibrid pada lalat buah ini bertujuan untuk membuktikan Hukum
Mendel I dengan mengawinkan organisme dengan sepasang tanda/sifat yang
berbeda. Hukum pertama Mendel dikenal sebagai hukum segregasi gen, atau
hukum segregasi, yang menyatakan bahwa satu gen dipisahkan dari dua alel
selama pembentukan gamet.
Drosophilla memiliki ciri morfologi yangbeda antara drosophila jantan dan
betina. Pada Drosophila jantan memiliki ukuran tubuh yang lebih kecil bila
dibandingkan dengan yang betina. Memiliki 3 ruas dibagian abdomennya dan
memiliki sisir kelamin, sedangkan pada yang betina ukuranya relatif lebih besar.
Memilliki 6 ruas pada bagian abdomen dan tidak memiliki sisir kelamin
merupakan hewan yang bersayap, berukuran kecil.
Lalat buah ini sangat variatif dan jika dilakukan persilangan pada lalat buah
ini akan sangat mudah untuk menelitinya karena sangat mudah perkembangan
biakannya dan juga banyak memiliki tipe mutan ukuran kromosomnhya yang
cukup besar dan jumlahnhya yang hanya 4 pasang menyebabkan lalat ini menarik
untuk dijadikan model dalam studi genetika yang melibatkan pengamatan
kromosom.
Warisan heteroseksual terjadi dalam pernikahan dengan dua sifat yang
berbeda. Dalam hal ini, hukum Mendel II diterapkan, yang memastikan bahwa
segregasi gen di satu lokus tidak bergantung pada segregasi gen di lokus lain,
memungkinkan gen bertemu secara bebas di sel germinal yang terbentuk. Hukum
kedua Mendel dikenal sebagai hukum klasifikasi independen, yang menyatakan
bahwa alel dari satu gen tidak berpengaruh pada yang lain. Berdasarkan hal
tersebut, kami melakukan latihan ini.
B. Tujuan
1. Belajar membuat perkaawinan monohibrid dari Drosophila melanogaster
dan mengawati ratio fenotip dari keturunannya
2. Belajar proses penurunan dan pencampuran gen dalam proses persilangan
3. Melakukan Latihan penggunaan Uji Chi-Square (X2)
C. Manfaat
1. Mahasiswa mampu belajar membuat perkaawinan monohibrid dari
Drosophila melanogaster dan mengawati ratio fenotip dari keturunannya
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Persilangan Monohibrid
Hukum I Mendel dikenal sebagai hukum segregasi bebas, yang menyatakan
bahwa sepasang alel yang proses pembentukan gamet atau sel kelaminnya
dipisahkan dari kedua gen induk sehingga setiap gamet memperoleh satu gen dari
induknya. Monohibrid berasal dari kata mono yang berarti tunggal atau satu, dan
hybrid mengacu pada persilangan di mana dua individu dengan sifat yang berbeda
terlibat. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa monohibrid adalah perkawinan
atau persilangan antara dua individu yang berbeda sifat atau perkawinan dengan
satu sifat. Sifat lain adalah sepasang sifat dalam alel yang sama. Misalnya, warna
biji kacang polong memiliki sepasang sifat: hijau dan kuning (Akbar, 2018).
Monohibrid adalah perkawinan di mana dua individu dari spesies yang sama
terkait tetapi memiliki sifat yang berbeda. Persilangan monohibrid menghasilkan
keturunan yang seragam (F1). F1 pada persilangan monohybrid memiliki sifat
fenotip yang sama dengan induk (pariental) dominannya. Keturunan F1 untuk
segregasi alel menghasilkan gamet yang hanya terdapat satu alel (Efendi, 2020).
Gregor Johann Mendel melakukan percobaan dengan menyilangkan dua
kacang polong (ercis) dengan karakteristik berbeda, kacang ercis ini masing-
masing berwarna hijau dan berwarna kuning. Semua keturunan dari perkawinan
ini disebut filial 1 atau F1, dan keturunan dari kedua orang tua disebut orang tua
parental (P). Untuk membuktikan bahwa sifat individu berasal dari induknya,
Mendel mengawinkan dengan sesama F1 untuk mendapatkan keturunan dengan
proporsi fenotip kacang polong berbiji kuning (Artadana, 2018).
Eksperimen Mendel menghasilkan dua jenis hukum: Hukum Mendek I
(hukum segregasi atau pemisahan alel dari gen berpasangan) dan Hukum Mendel
II (hukum pengelompokan bebas gen atau klasifikasi). Persilangan antara dua
jenis galur yang berbeda ditinjau dengan satu sifat yang berbeda didebut dengan
persilangan monohybrid (Arsal, 2018).
Setiap sifat yang dipelajari Mendel dikendalikan oleh satu gen. Pola
pewarisan sederhana ini sekarang disebut sebagai “Mendeliangenetika”
(pewarisan monogenik), berbeda dengan pewarisan poligenik, ketika suatu sifat
dipengaruhi oleh banyak gen. Dalam kacang polongnya, Mendel mengamati
ketika mempertimbangkan pola pewarisan suatu sifat tunggal (misalnya, warna
biji) bahwa rasio keturunan dari tanaman hibrida, sehubungan dengan sifat itu,
adalah 3:1, yaitu tiga keturunan dengan sifat dominan. untuk setiap orang dengan
sifat resesif (Stenseth, 2022).
Persilangan yang hanya mengandung satu karakter/karakter dalam satu waktu
disebut persilangan monohibrida. Hukum Mendel I dikenal sebagai hukum
segregasi. Hukum Mendel I didalilkan dan pemilahan independen paralel dengan
perilaku pasangan kromosom homolog dan nonhomolog selama meiosis, yang
menyediakan dasar pewarisan kromosom (Nath, 2021).
Pembentukan gamet, dapat terjadi pemisahan bebas yang dikandung oleh
induk, oleh karena itu setiap gamet mendapatkan satu gen. Hukum Mendel I
mengemukakan bahwa proses pembentukan sel gamet dan pasangan alel akan
tepisah. Dengan memanfaatkan dua buah balok dengan menggunakann bagian
sisi-sinya yang diumpamakan sebagai gamet jantan dan betina. Dadu betina
kemudian masukkan kedalam wadah untuk dikocok dan dilemparkan untuk
mendapatkan pasangan gen yang terbentuk dari hasil perkawinan. Percoban ini
dilakukan secara berulaang dan untuk memperoleh F2. Pada percobaan
monohibrid F2 mendapatkan rasio perbandingan 1:2:1 atau 3:1 (Arianti, 2018).
B. Persilangan Dihibrid
Persilangan dihybrid adalah persilangan yang melibatkan dua individu dari
spesies yang sama dengan dua sifat yang berbeda. Contohnya adalah persilangan
dengan kacang hijau resesif dan kacang polong keriput dengan kacang polong
bulat dan kacang kuning (dominan) (Arsal, 2018).
Persilangan ini merupakan persilangan yang memiliki dua sifat yang berbeda.
Persilangan Dihibrid menciptakan Hukum Mendel II, yang dikenal sebagai
Hukum Pilihan Bebas. Hukum kedua Mendel menyatakan bahwa pembentukan
gamet dan alel dari gen yang berbeda adalah atau independen satu sama lain
(Artadana, 2018).
Mendel dikenal sebagai bapak genetika di Austria (1822-1884) dan
bereksperimen dengan beberapa kacang polong, dan dari percobaan ini dapat
disimpulkan bahwa sifat-sifat keturunan yang dihasilkan selalu kembali secara
teratur, dan sifat-sifat generasi berikutnya ditransfer. , menyilang. hasil. Ada sifat
seperti induk antara dua individu yang muncul, dan setiap hibrida memiliki sifat
yang sama dengan hibrida dari spesies yang sama. Persilangan ini merupakan
persilangan yang mencakup dua sifat yang berbeda (Sumantri, 2021).
Mendel menemukan bahwa ketika dua sifat independen diwarisi secara
bersamaan (misalnya warna dan bentuk biji ini), rasio fenotipik keturunan dari
hibrida ini rata-rata adalah 9:3:3:1, yaitu 9 keturunan memiliki kedua sifat
dominan. 3 keturunan menunjukkan satu sifat dominan dan satu sifat resesif, 3
keturunan lainnya menunjukkan kombinasi dominan dan resesif komplementer,
dan 1 dari 16 keturunan menunjukkan kedua sifat resesif (Stenseth, 2022).
C. Uji Chi-Square
Tes yang membuktikan keseimbangan genetik sifat dalam suatu populasi
dapat dilakukan dengan menggunakan uji Chi-square. Pengujian dengan
menggunakan uji chi-square dapat membuktikan adanya penyimpangan yang
terjadi pada populasi. Uji chi-square digunakan untuk mengetahui frekuensi
apakah suatu harapan sama dengan frekuensi kenyataan (Sulatri, 2019).
Uji chi-square adalah jenis pengujian yang menggunakan skala dan skala data
ordinal yang dilakukan pada dua variabel yang datanya merupakan variabel. Uji
square memungkinkan Anda untuk menunjukkan hubungan antar variabel dalam
metode webqual. Jika Anda memiliki dua variabel dan satu variabel skala
nominal, Anda harus melakukan uji chi-square dengan melihat urutan terendah.
Uji chi-square merupakan uji yang sering digunakan (Fitri, 2019).
Namun perlu diketahui syarat-syarat uji ini adalah frekuensi responden atau
sampel yang digunakan besar, sebab ada beberapa syarat di mana uji Chi-square
dapat digunakan yaitu:
1. tidak ada sel dengan nilai frekuensi kenyataan atau disebut juga Actual
2. apabila bentuk tabel kontingensi 2 X 2, maka tidak boleh ada 1 sel saja yang
memiliki frekuensi harapan atau disebut juga expected count (“Fh”) kurang
dari 5
3. apabila bentuk tabel lebih dari 2 x 2, misal 2 x 3, maka jumlah sel dengan
frekuensi harapan yang kurang dari 5 tidak boleh lebih dari 20% (Negara &
Prabowo, 2018).
BAB III
METODE PENELITIAN
2. Persilangan Dihibrid
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1. Persilangan Monohibrid
P XMXM x XMY
G XM x XMY
F1 XMXM : XMY
Rasio 3 : 1
Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Persilangan Monohibrid
Seks Jumlah Teramati Fenotipe
Jantan 1 Mata putih
Betina 1 Mata merah
Keturunan F1
3 Mata merah
Jantan
1 Mata putih
Betina
2. Persilangan Dihibrid
P1 AABB x aabb
G A B x a b
F1 AaBb
P2 AaBb x AaBb
G AB Ab aB ab AB Ab aB ab
F2 A_B_ : A_bb : aaB_ : aabb
Rasio 9 : 3 : 3 : 1
Tabel 4.2 Hasil Pengamatan Persilangan Dihibrid
FENOTIP OBSERVE EXPECTE (O-E)2 (O-E)2/E
E D (O) D (E)
1. A_B_ 58 56,25 3,0625 0,054
B. Analisis Data
1. Persilangan Komplementer
a. Observed (O) : A_B_ (Berwarna) = 58
A_bb (Tidak Berwarna) = 19
aaB_ (Tidak Berwarna) = 16
aabb (Tidak Berwarna) =7
fz total = 100
b. Expected (E)
F2 : A_B_, A_bb_, aaB_, aabb
Rasio :9:3:3:1
A_B_ : 9/16 × 100 = 3,0625
A_bb_ : 3/16 × 100 = 18,75
aaB_ : 3/16 × 100 = 18,75
aabb : 1/16 × 100 = 6,25
c. (O-E)2
A_B_ : (58 -56,25)2 = 3,0625
A_bb_ : (19 -18,75)2 = 0,625
aaB_ : (16 -18,75)2 = 7,5625
aabb : (17 -18,75)2 = 6,25
d. X2 = (O-E)2/E
A_B_ : 3,0625/3,0625 = 0,054
A_bb_ : 0,625/18,75 = 0,003
aaB_ : 7,5625/18,75 = 0,403
aabb : 6,25/ 6,25 = 0,09
Total : 0,054 + 0,003 + 0,403 + 0,09 = 0,55
e. Derajat kebebasan
dk = n – 1, dimana n adalah banyaknya kelas fenotip.
=4–1
=3
α = 0,05
X2h= 0,55
X2t = 7,815
0,55 7,815 => ditolak
Hasil : total dibandingkan dengan tabel Nilai Chi-Square.
Hipotesis yang diuji :
H0 = tidak terjadi penyimpangan hukum Mendel
H1 = terjadi penyimpangan hukum Mendel
Karena, X2h < X2t
Maka, hasil persilangan yang diuji diterima.
C. Pembahasan
1. Persilangan Monohibrid
Monohibrid adalah perkawinan di mana dua individu dari spesies yang sama
terkait tetapi memiliki karakteristik yang berbeda. Persilangan monohibrid
menghasilkan keturunan yang homogen (F1). F1 dari hibrida tunggal memiliki
karakteristik fenotipik yang sama dengan induk dominannya. Keturunan F1 untuk
segregasi alel menghasilkan gamet yang menghasilkan gamet dengan hanya satu
alel (Efendi, 2020).
Hukum pertama Mendel dikenal sebagai hukum segregasi bebas, yang
menyatakan bahwa sepasang alel yang proses pembentukan gamet atau sel
kelaminnya dipisahkan dari kedua gen induk sehingga setiap gamet memperoleh
satu gen dari induknya. Monohybrid berasal dari kata mono yang berarti tunggal
atau satu, dan hybrid mengacu pada persilangan di mana dua individu dengan sifat
yang berbeda terlibat. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa monohibrid
adalah perkawinan atau persilangan antara dua individu yang berbeda sifat atau
perkawinan dengan satu sifat. Sifat lain adalah sepasang sifat dalam alel yang
sama. Menurut hukum Mendel, rasio fenotipe F2 untuk persilangan monohibrid
dan dihibrida adalah 3:1 dan 9:3:3:1.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Persilangan monohibrid adalah perkawinan atau persilangan antara dua
individu dengan sifat yang berbdeda atau perkawinan dengan satu sifat
beda. Sifat beda merupaka sepasang sifat yang berada dalam sau alel..
Perkawinan monohibrid pada lalat buah dilakukan dengan mengambil
lalat buah jantan dan betina dengan memperhatikan satu sifat bedanya
lalu dimasukkan keduanya ke dalam botol medium lalu diamati setiap
tiga hari.
2. Belajar proses penurunan dan pencampuran gen dalam
proses persilangan yaitu, akan menghasilkan keturunan
dihasilkan yang mempunyai sifat sama dengan sifat induk
yang dominan. Rasio atau perbandingan genotipe pada F2
= 1 : 2 : 1, sedangkan rasio fenotipenya = 3 : l.
3. Melakukan latihan penggunaan Uji Chi-Square (X2)
dengan melihat table chi-square lalu dilihat dengan nilai
hasil akhir dari percobaan persilangan dihibrid.
B. Saran
1. Untuk Praktikan, dalam melakukan praktikum tersebut diharapkan agar
semua praktikan memperhatikan instruksi asisten dan mengikuti semua
prosedur kerja yang telah diberikan agar mendapatkan hasil percobaan
yang memuaskan dan akurat.
2. Untuk Asisten, dalam proses praktikum agar selalu mendampingi
praktikan sehingga jika mengalami kesulitan, praktikan dapat langsung
mengajukan pertanyaan kepada asisten.
3. Untuk Laboran, persediaan bahan praktikum lebih di fasilitasi lagi, agar
memudahkan pada proses praktikumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Effendi. Y. 2020. Buku Ajar Genetika Dasar. Magelang; Pustaka Rumah C1nta
Nath, B. B., Roy, J. K., & Lakhotia, S. C. (2021). Genetic crosses with Drosophila
melanogaster to understand Mendelian inheritance. Academy of Sci, 67.
Stenseth, N. C., Andersson, L., & Hoekstra, H. E. (2022). Gregor Johann Mendel
and the development of modern evolutionary biology. Proceedings of the
National Academy of Sciences, 119(30)