Anda di halaman 1dari 5

ASEP TRI NUR CAHYO | 043906008

SKOM4323 FILSAFAT DAN ETIKA KOMUNIKASI

TUGAS 3

Soal

1. Menurut Barker ada tiga macam tuntutan masyarakat yang diangkat secara
bertahap. Coba jelaskan ketiga tuntutan tersebut dan kaitkan dengan kedudukan
kita sebagai pelaku komunikasi dalam memperjuangkan tiga tuntutan tersebut!
2. Dalam memahami kebudayaan, kita dapat memahami pendapat yang
dikemukakan oleh Koentjaraningkat. Jelaskan tiga bentuk wujud kebudayaan yang
dikemukakan dan berikan contoh wujudnya dalam kehidupan anda sendiri!
3. Jelaskan perbedaan homophily dan heterophily dalam konteks tujuan komunikasi!
Kemukakan pendapat anda mengenai problema-problema komunikasi pada
kedua kondisi tersebut!

Jawab:

1. Barker mencatat tiga macam tuntutan masyarakat yang diangkat secara bertahap,
yaitu:
• Civil liberty, kebebasan sebagai warga negara.
• Political liberty, kebebasan warga negara dalam turut menentukan corak dan
arah pemerintahan.
• Economic liberty, kebebasan warga negara dalam mengejar kebebasan
kesejahteraan hidup.

Tuntutan kebebasan tersebut sesuai dengan tingkat dan kualitas berpikir


masyarakat, semakin masyarakat meningkat kualitas berpikirnya, semakin
kompleks pula tuntutan kebebasan tersebut. Oleh sebab itu, maka kebebasan
perlu diatur secara normatif agar setiap penggunaan kebebasan selalu memicu ke
arah manfaat bersama. Menurut Edmuns Burke bahwa setiap kebebasan
mempunyai dasar moral, dalam artian bahwa kebebasan yang dimiliki seseorang
tidak dapat dinikmati secara mutlak apabila ternyata bertentangan dengan norma
yang berlaku atau dapat merugikan orang lain. Sama halnya dengan pengaturan
hak-hak berkomunikasi maka pengaturan kebebasan bergantung sistem nilai yang
mendasarinya tempat kebebasan itu diaktualisasikan.

2. Menurut Koentjaraningrat, kebudayaan didefinisikan sebagai “keseluruhan sistem


gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan
bermasyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar”. Dalam definisi
ini kebudayaan bermakna sangat luas dan beragam karena mencakup proses
belajar dalam sejarah hidup manusia yang diwariskan antar generasi. Kebudayaan
memiliki pengertian sebagai segala tingkah laku manusia dalam kehidupannya
yang diperoleh melalui proses belajar. Definisi kebudayaan dalam antropologi
adalah segala tingkah laku manusia yang layak dipandang dari sudut kebudayaan
sehingga bisa dikategorikan sebagai kebudayaan. Koentjaraningrat membagi
kebudayaan dalam 3 wujud, yaitu: ideas (sistem ide), activities (sistem aktivitas),
dan artifacts (sistem artefak).
• Wujud Kebudayaan sebagai Sistem Ide
Wujud kebudayaan sebagai sistem ide bersifat sangat abstrak, tidak bisa
diraba atau difoto dan terdapat dalam alam pikiran individu penganut
kebudayaan tersebut. Wujud kebudayaan sebagai sistem ide hanya bisa
dirasakan dalam kehidupan sehari-hari yang mewujud dalam bentuk norma,
adat istiadat, agama, dan hukum atau undang-undang. Contoh wujud
kebudayaan sebagai sistem ide yang berfungsi untuk mengatur dan menjadi
acuan perilaku kehidupan manusia adalah norma sosial. Norma sosial
dibakukan secara tidak tertulis dan diakui bersama oleh anggota kelompok
masyarakat tersebut. Misalnya, aturan atau norma sopan santun dalam
berbicara kepada orang yang lebih tua dan aturan bertamu di rumah orang lain.
Bentuk kebudayaan sebagai sistem ide secara konkret terdapat dalam undang-
undang atau suatu peraturan tertulis.
• Wujud Kebudayaan sebagai Sistem Aktivitas
Wujud kebudayaan sebagai sistem aktivitas merupakan sebuah aktivitas atau
kegiatan sosial yang berpola dari individu dalam suatu masyarakat. Sistem ini
terdiri atas aktivitas manusia yang saling berinteraksi dan berhubungan secara
kontinu dengan sesamanya. Wujud kebudayaan ini bersifat konkret, bisa difoto
dan bisa dilihat. Misalnya, upacara perkawinan masyarakat Flores, atau proses
pemilihan umum di Indonesia. Kampanye partai adalah salah satu contoh
bentuk atau wujud kebudayaan yang berupa aktivitas individu. Dalam kegiatan
tersebut terkandung perilaku berpola dari individu, yang dibentuk atau
dipengaruhi kebudayaannya. Selain itu, upacara perkawinan atau upacara
lainnya yang melibatkan suatu aktivitas kontinu dari individu anggota
masyarakat yang berpola dan bisa diamati secara langsung juga merupakan
salah satu contoh wujud kebudayaan yang berbentuk aktivitas.
• Wujud Kebudayaan sebagai Sistem Artefak
Wujud kebudayaan sebagai sistem artefak adalah wujud kebudayaan yang
paling konkret, bisa dilihat dan diraba secara langsung oleh panca indra. Wujud
kebudayaan ini berupa kebudayaan fisik yang merupakan hasil-hasil
kebudayaan manusia berupa tataran sistem ide atau pemikiran ataupun
aktivitas manusia yang berpola. Misalnya, kain ulos dari Batak atau wayang
golek dari Jawa. Di dalam upacara adat perkawinan Jawa, berbagai mahar
berupa barang yang harus diberikan oleh pihak mempelai laki-laki kepada
pihak mempelai perempuan. Benda-benda itu merupakan perwujudan dari ide
dan aktivitas individu sebagai hasil dari kebudayaan masyarakat. Dalam
upacara selamatan, terdapat berbagai sesaji atau peralatan yang dibutuhkan
dalam aktivitas tersebut. Atau digunakan di dalam suatu kampanye partai politik
dibuat berbagai macam lambang partai berupa bendera yang menyimbolkan
keberadaan atau kebesaran partai tersebut.

Dalam kehidupan manusia, ketiga wujud kebudayaan tersebut saling berkaitan dan
melengkapi satu sama lainnya. Misalnya, di dalam upacara perkawinan konsep
mengenai upacara tersebut, siapa yang terlibat, apa yang diperlukan, dan bagaimana
jalannya upacara tersebut merupakan wujud kebudayaan dalam tataran yang paling
abstrak, yakni sistem ide. Namun, upacara perkawinan merupakan sebuah aktivitas
yang berpola dari suatu masyarakat. Seperti upacara perkawinan dalam masyarakat
Jawa yang begitu rumit memperlihatkan pola yang teratur dan tetap dengan
mempergunakan berbagai benda yang dibutuhkan dalam aktivitas tersebut.
3. Komunikasi merupakan salah satu cara yang digunakan manusia dalam
melakukan kontak dengan manusia lainnya. Jenis komunikasi yang dilakukan
memiliki banyak cara, bisa dilakukan dengan cara lisan, tulisan, perilaku maupun
dalam bentuk gambar. Komunikasi yang memiliki persamaan dalam pengertian,
sikap dan bahasa disebut dengan Homophily. Komunikasi dalam kondisi
Homophily sering terbukti lebih efektif dibanding dengan komunikasi antar individu
yang berada dalam kondisi Heterophily, karena manusia selalu mempunyai
kecenderungan menyukai interaksi dengan seseorang yang memiliki kesamaan
dalam status sosial, pendidikan, kepercayaan dan sebagainya.
Contoh Homophily yaitu:
• India memiliki Homophily dengan level yang sangat tinggi pada penduduk desa
yang memiliki sistem sosial di masyarakat yang berdasarkan pada kasta,
pendidikan dan ukuran kebun yang dimiliki. Namun di daerah calcuta yang tidak
mementingkan kasta dan lebih mementingkan upah atau gaji. Dari sini bisa
disimpulkan Homophily memiliki variasi baik dalam ciri maupun dalam sistem
yang berlaku di masyarakat. (hasil penelitian dari Santi Prya Bose, 1967).
• Desa-desa tradisonal di Columbia yang memiliki tingkat Homophily dalam
penyebaran antara pribadi (Interpersonal Difussion) yang bertaraf tinggi (hasil
penelitian dari Rogers dan Svenning).
• Sistem sosial yang ada pada masyarakat Bali yang dipengaruhi kepercayaan
agama Hindu dan berdasarkan sistem kasta memiliki tingkat derajat Homophily
dengan toleransi dan empathy yang tinggi, masyarakat yang memiliki
keyakinan dan berasal dari latar belakang yang berbeda dapat hidup
berdampingan dengan damai.

Komunikasi secara Heterophily seringkali membuat komunikasi menjadi kurang efektif


dan mentah di tengah jalan pada saat proses sedang berlangsung.

Contoh Heterophily

• Presentasi proyek tender kepada pimpinan perusahaan nasional dari solo yang
memiliki darah biru dan masih mementingkan tatakrama serta memegang
filsafat jawa dilakukan dengan menggunakan bahasa Inggris dan isi materi
yang penuh dengan istilah asing membuat pimpinan perusahaan tersebut tidak
tertarik dengan proyek yang ditawarkan.
• Seorang Change Agent menemui kendala dalam komunikasi dengan petani di
negara berkembang yang memiliki status sosial dan kepercayaan yang
berbeda.
• Seseorang dari Jakarta yang datang berkunjung ke daerah pelosok jawa yang
bahasa sehari- harinya menggunakan bahasa jawa menemui kendala dari segi
bahasa karena tidak bisa berbahasa jawa.

Menurut hasil penelitian Everett M.Rogers dan Dilip k. Bhowmik, mereka


mengemukakan bahwa sistem yang lebih tradisional ditandai oleh derajat Homophily
yang lebih tinggi dalam komunikasi antar pribadi dan kalau norma-norma desa yang
lebih modern menjadi lebih bersifat Heterophily.

Komunikasi merupakan kunci dari sebuah diplomasi untuk mencapai suatu tujuan
tertentu. Komunikasi secara Homophily lebih efektif dibanding dengan cara
heterophily yang sering berakhir dengan kegagalan. Homophily dapat menjadi
hambatan buat pembaharuan yang cepat karena ide atau gagasan yang hanya bisa
masuk melalui anggota masyarakat yang memiliki status yang lebih tinggi dan berdaya
(memiliki kekuatan untuk mempengaruhi orang lain). Derajat emphaty yang tinggi dan
menkonsentrasikan usaha lewat pemuka pendapat (Opinion Leader) diperlukan untuk
menjembatani kondisi heterophily.

Sumber: BMP SKOM4323 FILSAFAT DAN ETIKA KOMUNIKASI

Anda mungkin juga menyukai