Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

Ayat Tentang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Dalam


Qs. Yunus : 101, Qs. Al- Baqarah : 164, Qs. Yasin : 38-40 Qs. Saba : 10-11, Qs.
Al- Kahfi : 96
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Terstruktur Mata Kuliah Tafsir
Dosen Pengampu : H. Agung, M.Ag

Di susun oleh :

Luluk Nur Azizah (2281010139)


Aah Falahah Rahma (2281010148)

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
IAIN SYEKH NURJATI CIREBON
2023 / 1444
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
Banyak rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga kami bisa Menyusun makalah
ini yang berjudul “Ayat Tentang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi ” dengan baik
serta tepat waktu. Sholawat serta salam tetap kita curahkan kepada junjungan kita,
suri teladan kita, yakni Nabi Muhammad SAW, sahabatnya, keluarganya, dan
semoga kita semua masuk dalam golongan umatnya sampai akhir zaman.

Tugas ini kami buat untuk memenuhi tugas terstruktur Mata Kuliah Tafsir.
Sebelumnya kami menguucapkan terima kasih kepada Dosen Pengampu Bapak H.
Agung, M.Ag. yang telah membimbing kami dalam menyelesaikan tugas ini.
Dalam rangka pembelajaran Mata Kuliah Tafsir mengenai “Ayat Tentang Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi”.

Semoga makalah yang kami buat bisa bermanfaat dan bisa menambah ilmu
pengetahuan dan wawasan kita menjadi lebih luas lagi.Kami menyadari kalau
masih banyak kekurangan dalam menyusun makalah ini. Oleh sebab itu, kritik
serta saran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan guna kesempurnaan
makalah ini. Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dosen Mata Kuliah
Tafsir dan Kepada pihak yang sudah turut serta dalam penyelesaian makalah ini.
Atas perhatian serta waktunya, kami sampaikan banyak terima kasih.

Cirebon, 06 Juni 2023


Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………….……….………..….…..…ii
DAFTAR ISI…………………………………………...………...…….……......iii

BAB I PENDAHULUAN…………………………………….....…………….….1
A. Latar Belakang………………………………….…………………..........1
B. Rumusan Masalah………………………………………………………..3
C. Tujuan………………………………………………………………....…3

BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………….…..4
A. Tafsir Surat Yunus Ayat 101………………………………………….…4
B. Tafsir Surat Al- Baqarah Ayat 164………………………………….…...6
C. Tafsir Surat Yasin Ayat 38 – 40………………………………….……...8
D. Tafsir Surat Saba Ayat 10 -11…………………………………………..13
E. Tafsir Surat Al- Kahfi Ayat 96………………………………...……….19

BAB III PENUTUP……………………………………………………………..21


A. Kesimpulan…...………………………………………………………...21
B. Saran………...………………………………………………………….21
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………...22

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ilmu pengetahuan dan ilmu agama sama pentingnya bagi kehidupan


manusia, kedua ilmu itu saling mengisi dalam rangka mencapai kebahagiaan di
dunia maupun di akhirat. Ilmu pengetahuan tanpa dilandasi agama akan buta dan
agama tanpa dilandasi ilmu pengetahuan akan menjadi lumpuh. Pendapat Einstein
ini sangat penting untuk umat beragama, karena ilmu pengetahuan yang dikuasai
dengan baik akan menjadi bermanfaat bagi umat manusia berkat adanya tuntunan
agama. Dalam hal ini agama akan menjadi pelita yang menerangi pemanfaatan
ilmu pengetahuan bagi kesejahteraan umat manusia.

Dalam Al-Qur’an surat Al ‘Alaq ayat 1-5, Tuhan telah mengisyaratkan agar
manusia mau belajar mengusai ilmu pengetahuan. Perintah Tuhan ini dalam
firman-Nya berbunyi : “bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang telah
mencipatakan. Dia menciptakan manusia dari segumpal darah, bacalah dan
Tuhamnulah Yang Maha Pemurah. Yang mengajari manusia dengan perantaraan
kalam. Dia mengajari manusia apa yang belum diketahuinya.”

Dalam ayat-ayat tersebut dijelaskan bahwa Tuhan mengajari (memberi)


suatu ilmu kepada manusia yang tidak diberikannya kepada malaikat. Tuhan
mengetahui segala yang terlahir maupun yang tersembunyi (di dalam hati) dan
ilmu Tuhan sangat luas, meliputi segala rahasia yang ada dilangit dan di bumi.
Ilmu yang diberikan Tuhan kepada manusia hanya sebagian kecil saja dari seluruh
ilmu Tuhan, seperti yg tercermin dalam firman Allah :“…………dan tidaklah
kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit.”(QS. Al Israa’, 17:85). Jadi, dalam
Al-Qur’an selain beribadah Tuhan juga menyuruh kita untuk mebaca dan belajar
atau mencari ilmu. Ilmu akan membawa manusia kepada pengakuan akan
kebesaran Allah SWT dan hanya orang-orang berilmu sajalah yang mudah
menerima kenyataan akan kebesaran Allah SWT tersebut.

1
Lalu bagaimana hubungan Al-Qur’an dengan ilmu pengetahuan dan
teknologi? Hubungan Al-Qur’an dengan ilmu pengetahuan dan teknologi
kaitannya sangat erat. Ilmu-ilmu yang terdapat dalam Al-Qur’an ada yang
langsung mudah dipahami. Ayat-ayat dalam Al-Qur’an selalu merangsang akal
manusia untuk berpikir lebih lanjut tentang isi ayat-ayatnya yang banyak
menyangkut tentang ilmu pengetahuan dan teknologi. Ayat-ayat Al-Qur’an juga
tidak ada yang menghambat kemauan ilmu pengetahuan dan teknologi, bahkan
sebaliknya Al-Qur’an selalu menantang manusia untuk menggunakan akalnya
agar mendapatkan pelajaran dari ayat-ayatnya. Pembahasan mengenai ilmu
pengetahuan dan ilmu teknologi dlam Al-Qur’an pada zaman ini telah ditemukan
dan dimanfaatkan. Karena tidak ada satu kitab pun di dunia ini yang lengkap dan
sempurna seperti halnya kitab Al-Qur’an.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Tafsir dari Qs. Yunus Ayat 101
2. Bagaimana Tafsir dari Qs. Al- Baqarah Ayat 164
3. Bagaimana Tafsir dari Qs. Yasin Ayat 38 – 40
4. Bagaimana Tafsir dari Qs. Saba Ayat 10 – 11
5. Bagaimana Tafsir dari Qs. Al- Kahfi Ayat 96

C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Tafsir Qs. Yunus Ayat 101
2. Untuk Mengetahui Tafsir Qs. Al- Baqarah Ayat 164
3. Untuk Mengetahui Tafsir Qs. Yasin Ayat 38 – 40
4. Untuk Mengetahui Tafsir Qs. Saba Ayat 10 – 11
5. Untuk Mengetahui Tafsir Qs. Al- Kahfi Ayat 96

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Tafsir Surah Yunus Ayat 101

َ‫ع ْن قَ ْو ٍم َّْل يُؤْ ِمنُ ْون‬ ٰ ْ ‫ض َۗو َما ت ُ ْغنِى‬


َ ‫اْليٰتُ َوالنُّذُ ُر‬ ِ ‫ت َو ْاْلَ ْر‬ ُ ‫قُ ِل ا ْن‬.
ِ ‫ظ ُر ْوا َماذَا فِى السَّمٰ ٰو‬
Artinya: Katakanlah “Perhatikanlah apa yaag ada di langit dan di bumi.
Tidaklah bermanfaat tanda kekuasaan Allah dan rasul-rasul yang memberi
peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman”. (QS. Yunus ayat 101)

a). Menurut Tafsir Kemenag


Dalam ayat ini Allah menjelaskan perintah-Nya kepada Rasul-Nya, agar dia
menyeru kaumnya untuk memperhatikan dengan mata kepala dan akal mereka
segala kejadian di langit dan di bumi. Mereka diperintahkan agar merenungkan
keajaiban langit yang penuh dengan bintang-bintang, matahari, dan bulan,
keindahan pergantian malam dan siang, air hujan yang turun ke bumi,
menghidupkan bumi yang mati, dan menumbuhkan tanam-tanaman dan pohon-
pohonan dengan buah-buahan yang beraneka warna rasanya. Hewan-hewan
dengan bentuk dan warna yang bermacam-macam hidup di bumi, memberi
manfaat yang tidak sedikit bagi manusia. Demikian pula keadaan bumi itu sendiri
yang terdiri dari gurun pasir, lembah yang luas, dataran yang subur, samudera
yang penuh dengan ikan berbagai jenis, kesemuanya itu tanda keesaan dan
kekuasaan Allah, bagi orang yang mau berfikir dan yakin kepada Penciptanya.
Akan tetapi bagi mereka yang tidak percaya akan adanya Pencipta alam ini,
karena fitrah insaniahnya tidak berfungsi sebagaimana mestinya, maka kesemua
tanda-tanda keesaan dan kekuasaan Allah dalam alam ini tidak bermanfaat
baginya.
Demikian pula peringatan nabi-nabi kepada mereka tidak mempengaruhi
jiwa mereka. Akal dan perasaan mereka tidak mampu mengambil pelajaran dari
ayat Allah dan tidak membawa mereka pada keyakinan adanya Allah Yang Maha
Esa. Mereka tidak memperoleh pelajaran dari Sunnah Allah pada umat manusia di
masa lampau. Sekiranya mereka memperoleh pelajaran dari pada ayat-ayat Allah

4
itu dan dari Sunnah Allah pada umat manusia, tentulah jiwa mereka bersih dan
terpelihara dari kotoran dan najis yang mendorong mereka kepada kekafiran dan
kesesatan.

b). Menurut Tafsir Al-Jalalain


(Katakanlah,) kepada orang-orang kafir Mekah (“Perhatikanlah apa-apa
yang ang ada di langit dan di bumi) yaitu tanda-tanda yang menunjukkan akan
keesaan Allah swt. (Tidaklah bermanfaat tanda kekuasaan Allah dan rasul-rasul
yang memberi peringatan) lafal an-nudzur adalah bentuk jamak dari kata tunggal
nadzir yang artinya para rasul (bagi orang-orang yang tidak beriman.”) yang hal
ini diketahui oleh Allah swt. Atau dengan kata lain, hal-hal tersebut tidak ada
manfaatnya bagi mereka.

c). Menurut Tafsir Ibnu Katsir


Allah memberikan petunjuk kepada hamba-hamba-Nya untuk merenung-kan
tanda-tanda kekuasaan-Nya dan semua makhluk yang diciptakan Allah di langit
dan di bumi, yang semuanya itu mengandung tanda-tanda yang jelas yang
menunjukkan akan kekuasaan Allah Yang Mahabesar bagi orang-orang yang
berakal.
Makhluk Allah yang ada di langit antara lain ialah bintang-bintang yang
bersinar terang ada yang tetap dan ada yang beredar, juga matahari serta
rembulan, adanya siang dan malam yang keduanya silih berganti. Salah satunya
masuk kepada yang lain hingga menjadi panjang waktunya, sedangkan yang
lainnya menjadi pendek waktunya, demikian pula sebaliknya.
Langit yang tinggi dan luas serta keindahannya dan semua hiasan yang ada
padanya adalah makhluk Allah pula. Allah menurunkan hujan dari langit, dengan
hujan itu Allah menghidupkan bumi sesudah matinya, dan dikeluarkan-Nya dari
bumi berbagai macam tumbuh-tumbuhan, pohon-pohonan yang menghasilkan
biji-bijian dan buah-buahan serta bunga-bunga yang beraneka ragam warnanya.
Dan Allah menyebarkan di bumi berbagai macam hewan dan ternak yang
beraneka ragam bentuk, warna dan kegunaannya. Di bumi terdapat gunung-
gunung yang menjulang tinggi, dataran-dataran yang luas menghampar, padang-
padang sahara, hutan belantara, dan daerah-daerah yang layak untuk dihuni.

5
Begitu pula di laut dengan ombaknya, di dalamnya terkandung banyak hal
yang menakjubkan. Sekalipun demikian, laut ditundukkan oleh Allah dan
dimudahkan sehingga dapat ditempuh oleh bahtera. Laut membawa kapal-kapal
dan perahu-perahu berlayar dengan lembutnya berkat kekuasaan Tuhan Yang
Mahakuasa yang telah menundukkannya. Tidak ada Tuhan selain Allah, dan tidak
ada Rabb selain Dia.

B. Tafsir Surah Al- Baqarah Ayat 164

‫ي فِى ْالبَحْ ِر بِ َما يَ ْن َف ُع‬ ْ ‫ار َو ْالفُ ْل ِك الَّتِ ْي تَجْ ِر‬


ِ ‫ف الَّ ْي ِل َوالنَّ َه‬
ِ ‫اختِ ََل‬ ْ ‫ض َو‬ ِ ‫ت َو ْاْلَ ْر‬
ِ ‫ق السَّمٰ ٰو‬ ِ ‫ا َِّن فِ ْي خ َْل‬
‫ث فِ ْي َها ِم ْن ُك ِل دَ ۤابَّ ٍة‬َّ َ‫ض بَ ْعدَ َم ْوتِ َها َوب‬ َ ‫س َم ۤا ِء ِم ْن َّم ۤاءٍ فَاَحْ يَا بِ ِه ْاْلَ ْر‬ ٰ ‫اس َو َما اَ ْنزَ َل‬
َّ ‫ّللاُ ِمنَ ال‬ َ َّ‫الن‬
‫ت ِلقَ ْو ٍم يَّ ْع ِقلُ ْون‬ ِ ‫س َم ۤا ِء َو ْاْلَ ْر‬
ٍ ‫ض َ ْٰل ٰي‬ َ ‫ب ْال ُم‬
َّ ‫س َّخ ِر بَيْنَ ال‬ ِ ‫س َحا‬ ِ ‫الر ٰي‬
َّ ‫ح َوال‬ ِ ‫ْف‬ ْ َ‫َّوت‬
ِ ‫ص ِري‬
Artinya: Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih
bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang
berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu
dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di
bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan
antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran
Allah) bagi kaum yang memikirkan. (QS. Al-Baqarah ayat 164)

a). Menurut Tafsir Kemenag


Ketahuilah dalam ayat ini Allah swt “menuntun” manusia untuk mau
melihat, memperhatikan dan memikirkan segala yang ada dan terjadi di sekitarnya
dengan menyebutkan ciptaan-ciptaan Nya. Penciptaan langit dan bumi sungguh
sarat akan rahasia dan tanda-tanda kebesaran Allah swt. Penciptaan langit dengan
ketinggian dan keluasannya serta benda-benda angkasa di lingkupnya dan bumi
yang terhampar luas pergantian malam dan siang dengan perubahan panjang-
pendeknya dan kemanfaatan masing-masing. Ciptaan-ciptaan Allah itu ada yang
bisa langsung terlihat dan nyata kemanfaatannya sehingga mudah kita
memahaminya, tetapi tidak sedikit untuk memahaminya perlu melalui prosesi
pemikiran dan perenungan yang panjang dan dalam.

6
Upaya manusia untuk mengetahui rahasia dan tanda kebesaran Allah, telah
pula mendorong mereka untuk semakin dekat kepada-Nya. Memahami kehebatan,
kecanggihan dan keharmonisan jagat raya ini telah membuat tidak sedikit
ilmuwan semakin menyadari dan yakin bahwa sesungguhnya semua yang ada di
alam semesta ini sengaja direncanakan, dibuat, diatur, dan dipelihara oleh-Nya.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa manusia
pada kesimpulan bahwa sistem Tata Surya yang terdiri dari jutaan bintang bahkan
mungkin lebih (termasuk di dalamnya bumi kita ini) hanyalah menjadi bagian
kecil dari Galaksi Bima Sakti yang memuat lebih dari 100 milyar bintang. Dan
Bima Sakti-pun hanyalah satu dari 500 milyar lebih galaksi dalam jagat raya yang
diketahui. Semua itu sungguh merupakan tanda-tanda kebesaran Allah bagi orang-
orang yang mengerti, menggunakan akalnya untuk mengambil pelajaran

b). Menurut Tafsir Al-Jalalain


Sesungguhnya pada penciptaan langit dan bumi yakni keajaiban-keajaiban
yang terdapat pada keduanya (serta pergantian siang dan malam) dengan datang
dan pergi, bertambah serta berkurang, (serta perahu-perahu) atau kapal-kapal yang
berlayar di lautan tidak tenggelam atau terpaku di dasar laut (dengan membawa
apa yang berguna bagi manusia) berupa barang-barang perdagangan dan
angkutan, (dan apa yang diturunkan Allah dari langit berupa air) hujan, (lalu
dihidupkan-Nya bumi dengannya) yakni dengan tumbuhnya tanam-tanaman
(setelah matinya) maksudnya setelah keringnya (dan disebarkan di bumi itu segala
jenis hewan) karena mereka berkembang biak dengan rumput-rumputan yang
terdapat di atasnya, (serta pengisaran angin) memindahkannya ke utara atau ke
selatan dan mengubahnya menjadi panas atau dingin (dan awan yang
dikendalikan) atas perintah Allah Taala, sehingga ia bertiup ke mana dikehendaki-
Nya (antara langit dan bumi) tanpa ada hubungan dan yang mempertalikan
(sungguh merupakan tanda-tanda) yang menunjukkan keesaan Allah Ta’ala (bagi
kaum yang memikirkan) serta merenungkan.

c). Menurut Tafsir Quraish Shihab


Allah telah menjadikan bukti-bukti sebagai pertanda wujud dan ketuhanan-
Nya bagi mereka yang mau mempergunakan akalnya untuk berpikir. Di antara

7
bukti itu adalah langit yang tampak olehmu, bintang- bintang yang beredar
padanya secara teratur, tidak saling mendahului dan bertabrakan, yang sebagian
memancarkan cahaya bagi alam ini. Bumi yang terdiri atas laut dan daratan, silih
bergantinya siang dan malam serta manfaat yang terkandung di dalamnya. Kapal-
kapal mengarungi samudera, mengangkut manusia dan kekayaan. Siapa yang
membuatnya berlayar selain Allah? Dia mengirimkan angin, menerbangkan awan,
mencurahkan hujan, menghidupkan binatang, menyiram bumi dan menumbuhkan
tanaman. Dia mendatangkan angin dari tempat berhembus yang berbeda-beda,
menjaring awan yang tergantung di antara langit dan bumi. Apakah hukum yang
sedemikian teratur dan teliti itu ada dengan sendirinya ataukah diciptakan oleh Zat
Yang Mahatahu lagi Mahakuasa.
Ayat tersebut di atas telah terlebih dahulu mengisyaratkan fakta ilmiah yang
belakangan baru terungkap oleh ilmu pengetahuan modern, bahwa alam semesta
ini sarat oleh benda-benda langit. Ayat di atas berisi perintah untuk mengamati
fakta-fakta ilmiah yang ada di jagat ini, termasuk di dalamnya penciptaan berjuta
gugusan bintang yang jaraknya sangat berjauhan satu sama lain, planet-planet
yang ada di dalamnya serta hukum Allah yang mengatur semuanya. Juga
perputaran (rotasi) bumi pada porosnya yang melahirkan siang dan malam.

C. Tafsir surah Yasin Ayat 38 – 40


- Tafsir surah Yasin Ayat 38

‫ي ِل ُم ْستَقَ ٍر لَّ َها ٰۗذلِكَ تَ ْق ِدي ُْر ْال َع ِزي ِْز ْال َع ِلي ِْۗم‬
ْ ‫س تَجْ ِر‬ َّ ‫َوال‬
ُ ‫ش ْم‬
Artinya: Dan matahari berjalan ditempat peredarannya. Demikianlah ketetapan
Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui. (QS. Yasin ayat 38)

a). Menurut Tafsir kemenag


Allah menjelaskan bukti lain tentang kekuasaan-Nya, yaitu peredaran
matahari, yang bergerak pada garis edarnya yang tertentu dengan tertib menurut
ketentuan yang telah ditetapkan Allah. Sedikit pun ia tidak menyimpang dari garis
yang telah ditentukan itu. Andaikata ia menyimpang seujung rambut saja, niscaya

8
akan terjadi tabrakan dengan benda-benda langit lainnya. Kita tidak dapat
membayangkan apa yang akan terjadi akibat peristiwa itu.
Dilihat sepintas lalu, orang akan menerima bahwa hanya matahari yang
bergerak, sedang bumi tetap pada tempatnya. Di pagi hari, matahari terlihat di
sebelah timur, sedang pada sore hari ia berada di barat. Akan tetapi, ilmu falak
mengatakan bahwa matahari berjalan sambil berputar pada sumbunya, sedang
bumi berada di depannya, juga berjalan sambil berputar pada sumbunya, dan
beredar mengelilingi matahari.
Ternyata apa yang ditetapkan oleh ilmu falak sejalan dengan apa yang telah
diterangkan dalam ayat tersebut. Oleh sebab itu, tidak berlebihan jika dikatakan
bahwa semakin tinggi kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi manusia,
semakin terbuka pula kebenaran-kebenaran yang telah dikemukakan Al-Qur’an
sejak empat belas abad yang lalu. Allahu Akbar. Allah Mahabesar kekuasaan-
Nya.

b). Menurut Tafsir Quraish Shihab


Dan matahari beredar pada garis edarnya sebagai bukti kekuasaan Allah
dalam dimensi ruang dan waktu. Peredaran itu terjadi karena diatur oleh Sang
Mahaperkasa yang Mahakuasa, yang ilmu-Nya meliputi segala sesuatu.

c). Menurut Tafsir Al-Jalalain


Dan matahari berjalan ayat ini dan seterusnya merupakan bagian daripada
ayat Wa-aayatul Lahum, atau merupakan ayat yang menyendiri, yakni tidak
terikat oleh ayat sebelumnya demikian pula ayat Wal Qamara, pada ayat
selanjutnya (di tempat peredarannya) tidak akan menyimpang dari garis edarnya.
(Demikianlah) beredarnya matahari itu (ketetapan Yang Maha Perkasa) di dalam
kerajaan-Nya (lagi Maha Mengetahui) tentang makhluk-Nya.

- Tafsir surah Yasin Ayat 39

‫عادَ ك َْالعُ ْر ُج ْو ِن ْالقَ ِدي ِْم‬ ِ ‫َو ْالقَ َم َر قَد َّْر ٰنهُ َمن‬
َ ‫َاز َل َحتٰى‬

9
Artinya: Dan telah Kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah, sehingga
(setelah dia sampai ke manzilah yang terakhir) kembalilah dia sebagai bentuk
tandan yang tua. (QS. Yasin ayat 39)

a). Menurut Tafsir Kemenag


Allah telah menetapkan jarak-jarak tertentu bagi peredaran bulan, sehingga
pada setiap jarak tersebut ia mengalami perubahan, baik dalam bentuk dan
ukurannya, maupun dalam kekuatan sinarnya. Mula-mula bulan itu timbul dalam
keadaan kecil dan cahaya yang lemah. Kemudian ia menjadi bulan sabit dengan
bentuk melengkung serta sinar yang semakin terang. Selanjutnya bentuknya
semakin sempurna bundarnya, sehingga menjadi bulan purnama dengan cahaya
yang amat terang. Tetapi kemudian makin menyusut, sehingga pada akhirnya ia
menyerupai sebuah tandan kering yang berbentuk melengkung dengan cahaya
yang semakin pudar, kembali kepada keadaan semula.
Jika diperhatikan pula benda-benda angkasa lainnya yang bermiliar-miliar
banyaknya, dengan jarak dan besar yang berbeda-beda, serta kecepatan gerak
yang berlainan pula, semua berjalan dengan teratur rapi, semua itu akan
menambah keyakinan kita tentang tak terbatasnya ruang alam ini dan betapa
besarnya kekuasaan Allah yang menciptakan dan mengatur makhluk-Nya.
Dengan memperhatikan semua itu, tak akan ada kata-kata lain yang ke luar
dari mulut orang yang beriman, selain ucapan “Allahu Akbar, Allah Mahabesar,
lagi Mahabesar kekuasaan-Nya.”

b). Menurut Tafsir Al-Jalalain


Dan bagi bulan dapat dibaca Wal Qamaru atau Wal Qamara, bila dibaca
nashab yaitu Wal Qamara berarti dinashabkan oleh Fiil sesudahnya yang
berfungsi menafsirkannya yaitu (telah Kami tetapkan) bagi peredarannya
(manzilah-manzilah) sebanyak dua puluh delapan manzilah selama dua puluh
delapan malam untuk setiap bulannya. Kemudian bersembunyi selama dua
malam, jika bilangan satu bulan tiga puluh hari, dan satu malam jika bilangan satu
bulan dua puluh sembilan hari (sehingga kembalilah ia) setelah sampai ke
manzilah yang terakhir, menurut pandangan mata (sebagai bentuk tandan yang

10
tua) bila sudah lanjut masanya bagaikan ketandan, lalu menipis, berbentuk sabit
dan berwarna kuning.

c). Menurut Tafsir Quraish Shihab


Dan bulan dengan pemeliharaan kami. Kami jadikan menempati posisi-
posisi tertentu. Dengan sebab itulah, pada awalnya, bulan terlihat kecil yang
malam demi malam semakin bertambah besar hingga sempurna membentuk bulan
purnama. Setelah itu bulan secara berangsur-angsur pula mengecil kembali hingga
terlihat seperti pertama kali muncul, bagaikan tandan yang segar kemudian menua
dan mulai melengkung, layu dan menguning.

- Tafsir Surah Yasin Ayat 40


َ‫ار َۗو ُك ٌّل ِف ْي َف َلكٍ يَّ ْس َب ُح ْون‬ َ ‫س َي ْۢ ْن َب ِغ ْي لَ َها اَ ْن تُد ِْركَ ْالقَ َم َر َو َْل الَّ ْي ُل‬
ِ ‫سا ِب ُق النَّ َه‬ َّ ‫َْل ال‬
ُ ‫ش ْم‬

Artinya: Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun


tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya.
(QS. Yasin ayat 40)

a). Menurut Tafsir Kemenag


Berdasarkan pengaturan dan ketetapan Allah yang berlaku bagi benda-benda
alam itu, peraturan yang disebut “Sunnatullah”, maka tidaklah mungkin terjadi
tabrakan antara matahari dan bulan, dan tidak pula malam mendahului siang.
Semuanya akan berjalan sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan-Nya.
Masing-masing tetap bergerak menurut garis edarnya yang telah ditetapkan Allah
untuknya.
Betapa kecilnya kekuasaan manusia, dibanding dengan kekuasaan Allah
yang menciptakan dan mengatur perjalanan benda-benda alam sehingga tetap
berjalan dengan tertib. Manusia telah membuat bermacam-macam peraturan lalu
lintas di jalan raya dilengkapi dengan rambu-rambu yang beraneka ragam. Akan
tetapi kecelakaan lalu-lintas di jalan raya tetap terjadi di mana-mana. Peraturan
manusia selalu menunjukkan sisi kelemahannya.

11
b). Menurut Tafsir Al-Jalalain
Tidaklah mungkin bagi matahari) tidak akan terjadi (mendapatkan bulan)
yaitu matahari dan bulan bersatu di malam hari (dan malam pun tidak dapat
mendahului siang) malam hari tidak akan datang sebelum habis waktu siang hari.
(Dan masing-masing) matahari, bulan dan bintang-bintang. Tanwin lafal Kullun
ini merupakan pergantian dari Mudhaf Ilaih (pada garis edarnya) yang
membundar (beredar) pada garis edarnya masing-masing. Di dalam ungkapan ini
benda-benda langit diserupakan sebagai makhluk yang berakal, karenanya mereka
diungkapkan dengan lafal Yasbahuuna.

c). Menurut Tafsir Quraish Shihab


Matahari tidak akan melenceng dari tata aturannya sehingga mendahului
bulan dan masuk dalam peredarannya. Demikian pula malam, tidak akan
mendahului siang dan menghalangi kemunculannya. Akan tetapi siang dan malam
itu selalu silih berganti. Baik matahari, bulan dan lainnya senantiasa beredar
dalam garis edarnya dan tidak pernah melenceng. Ayat-ayat suci ini
mengisyaratkan suatu fakta ilmiah yang baru ditemukan oleh para astronom di
awal abad ke-17 M. Sebagai salah satu bintang, matahari sebagaimana halnya
bintang-bintang lainnya memiliki gerak edarnya sendiri.
Keistimewaan yang ada pada matahari adalah, pertama, posisinya sebagai
bintang yang dekat dengan bumi dan, kedua, ia memiliki sekumpulan planet yang,
karena gaya tarik gravitasi matahari, bergerak mengelilingi matahari dalam bentuk
oval. Singkatnya, baik matahari, bumi, bulan dan seluruh planet serta benda-benda
langit lainnya bergerak di ruang angkasa luar dengan kecepatan dan arah tertentu.
Di sisi lain, matahari dengan tata suryanya berada dalam suatu nebula besar yang
disebut dengan Bimasakti.
Dalam penemuan modern, dijelaskan bahwa seluruh planet yang berada di
Bimasakti itu beredar mengelilingi satu pusat dengan kecepatan yang sesuai
dengan kedekatan atau kejauhannya ke pusat. Dijelaskan pula bahwa matahari,
bumi dan planet-planet itu beredar dengan kecepatan dan arah tertentu. Kecepatan
edarnya itu bisa mencapai sekitar 700 kilometer per detik dan peredarannya
mengitari pusat membutuhkan waktu sekitar 200 juta tahun cahaya. Demikianlah,
ayat suci ini menegaskan suatu penemuan ilmiah yang belum ditemukan kecuali

12
pada awal abad ini, bahwa matahari senantiasa bergerak pada garis edarnya.
Karenanya, matahari tidak dapat mendahului bulan, karena keduanya beredar
dalam suatu gerak linier yang tidak mungkin dapat bertemu. Sebagaimana malam
pun tidak dapat mendahului siang, kecuali jika bumi berputar pada porosnya dari
timur ke barat, tidak seperti seharusnya, bergerak dari barat ke timur. Bulan saat
mengelilingi bumi, dan bumi saat mengelilingi matahari harus melewati kumpulan
bintang-bintang yang kemudian memunculkan posisi-posisi (manâzil) bulan.

D. Tafsir Surah Saba Ayat 10 – 11


Tafsir Surah Saba ayat 10
‫الطي َر َم َعهٗ اَ ِو ِبي ٰي ِجبَال فَض ً ا‬
‫ل ِمنَّا دَ ٗاودَ ٰاتَينَا َولَقَد‬ َّ ‫ال َحدِيدَ لَه َواَلَنَّا َو‬

Artinya: Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada Daud kurnia dari Kami.
(Kami berfirman): “Hai gunung-gunung dan burung-burung, bertasbihlah
berulang-ulang bersama Daud”, dan Kami telah melunakkan besi untuknya, (QS.
Saba’ ayat 10)

a). Menurut Tafsir Kemenag


Di antara karunia Allah yang dianugerahkan kepada Nabi Daud ialah
suaranya yang sangat merdu. Diriwayatkan bahwa Nabi Daud adalah seorang
komponis atau pencipta nyanyian yang bersifat keagamaan. Ketika Daud
bertasbih memuja dengan suaranya yang merdu, apalagi lagu-lagu itu
menggambarkan pula kebesaran, kemuliaan, dan keagungan Tuhan, maka alam
sekitarnya bergema seakan-akan turut bertasbih mengikuti irama suaranya. Kita
tidak mengetahui bagaimana alam sekitarnya bertasbih dan bernyanyi bersama
Daud sebagaimana diperintahkan Allah kepadanya. Hal itu memang tidak dapat
diketahui oleh manusia sebagai tersebut dalam firman-Nya:
Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada
Allah. Dan tidak ada sesuatu pun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi
kamu tidak mengerti tasbih mereka. Sungguh, Dia Maha Penyantun, Maha
Pengampun (al-Isra’/17: 44).

13
Mengenai keindahan dan kemerduan suara Daud diriwayatkan dalam sebuah
hadis sahih: Dari ‘aisyah, dia berkata: Rasulullah saw mendengar bacaan Abu
Musa. Al-Asy’ari, kemudian beliau berkata, “Sesungguhnya orang ini telah
dikaruniai Allah suara merdu seperti keluarga Daud.” (Riwayat an-Nasa’i).
Nikmat lain yang dikaruniakan Allah kepada Daud ialah dia dapat
menjadikan besi yang keras menjadi lunak seperti lilin sehingga dapat dibentuk
menjadi alat-alat, terutama alat peperangan. Dengan mukjizat yang dikaruniakan
Allah, Daud melakukannya tanpa dipanaskan dengan api sebagaimana yang bisa
dilakukan orang.

b). Menurut Tafsir Al-Jalalain


Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada Daud karunia dari Kami,
berupa kenabian dan Kitab Zabur. Dan Kami berfirman, (“Hai gunung-gunung!
Lakukanlah berulang-ulang) yakni ulang-ulanglah (bersama Daud) melakukan
tasbih; maksudnya bertasbihlah berulang-ulang bersamanya (dan burung-burung”)
dibaca Nashab karena di’athafkan secara Mahall pada lafal Al Jibaalu maksudnya
Kami menyeru mereka supaya bertasbih bersamanya (dan Kami telah melunakkan
besi untuknya) sehingga besi di tangan Nabi Daud bagaikan adonan roti lunaknya.

c). Menurut Tafsir Quraish Shihab


Demi Allah, Kami telah memberikan karunia kepada Dawud berupa hikmah
dan kitab suci. Kami berkata, “Wahai gunung, bertasbihlah bersama Dawud!”
Kami menundukkan bangsa burung yang selalu bertasbih Kepada Allah demi
kepentingannya. Kami melunakkan besi baginya sehingga dengan mudah dapat
dibentuk sesuai keinginannya. Dawud As. adalah salah seorang nabi dan raja Bani
Isra’il yang hidup antara tahun 1010-970 S. M.

d). Menurut Tafsir Inbnu Katsir


Allah Swt. Menceritakan tentang nikmat yang telah Dia karuniakan kepada
hamba dan rasul-Nya Daud a.s., yaitu Dia telah memberinya keutamaan yang
jelas, menghimpunkan baginya antara kenabian dan kerajaan yang kokoh, dan
bala tentara yang berperalatan lengkap serta banyak bilangan-nya, Allah juga
telah memberinya suara yang indah apabila ia bertasbih, maka ikut bertasbih pula

14
bersamanya gunung-gunung yang terpancang dengan kokohnya lagi tinggi-tinggi
itu, dan semua burung yang terbang terhenti karenanya, lalu menjawab tasbihnya
dengan berbagai bahasa.
Di dalam kitab sahih disebutkan bahwa Rasulullah Saw. Mendengar suara
Abu Musa Al-Asy’ari r.a. di malam hari sedang membaca Al-Qur’an. Maka
beliau berhenti dan mendengarkan bacaannya, kemudian bersabda:
“Sesungguhnya orang ini benar-benar telah dianugrahi sebagian dari suara
merdunya keluarga Daud”.
Abu Maisarah menduga bahwa awwibi berasal dari bahasa Habsyah yang
artinya bertasbihlah, tetapi kebenarannya masih diragukan, karena ta-wib menurut
istilah bahasa Arab artinya menjawab, yakni gunung-gunung dan burung-burung
diperintahkan untuk menjawab tasbihnya Nabi Daud menurut caranya masing-
masing.
Abul Qasim alias Abdur Rahman Ibnu Ishaq Az-Zujaji mengatakan di dalam
kitabnya yang berjudul Al-Jumal, Bab “Nida”, sehubungan dengan makna firman-
Nya: Hai gunung-gunung dan burung-burung, bertasbihlah berulang-ulang
bersama Daud. (Saba’:10) Yakni berjalanlah bersamanya di siang hari
sepenuhnya, karena makna ‫ التَّأ ِويب‬ialah berjalan di siang hari seluruhnya,
sedangkan kebalikannya ialah ‫اْلسآد‬
ِ yang artinya berjalan di malam hari
seluruhnya.
Demikianlah teks pendapat Abul Qasim. Tetapi pendapatnya ini aneh sekali,
kami tidak menemukannya pada yang lain, sekalipun bila ditinjau dari segi lugah
(bahasa) ada alasan yang mendukungnya. Akan tetapi, jauh dari makna yang
dimaksud oleh ayat ini. Pendapat yang benar adalah makna yang pertama tadi,
yaitu bertasbihlah bersama Daud. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
Firman Allah Swt: “Dan kami telah melunakkan besi untuknya”. (Saba’:10)

- Tafsir Surah Saba Ayat 11


ِ َ‫صا ِل ًح ۗا اِنِ ْي بِ َما تَ ْع َملُ ْونَ ب‬
‫صيْر‬ َ ‫ت َّوقَد ِْر فِى الس َّْر ِد َوا ْع َملُ ْوا‬
ٍ ‫اَ ِن ا ْع َم ْل سٰ بِ ٰغ‬
Artinya: Yaitu buatlah baju besi yang besar-besar dan ukurlah anyamannya; dan
kerjakanlah amalan yang saleh. Sesungguhnya Aku melihat apa yang kamu
kerjakan. (QS. Saba’ ayat 11)

15
a). Menurut Tafsir Kemenag
Lalu Allah memerintahkan kepada Nabi Daud supaya membuat baju besi
istimewa dari bahan besi yang lunak bukan seperti baju yang dikenal pada masa
itu. Biasanya baju besi pada masa itu dibuat dari kepingan-kepingan besi yang
tipis disusun seperti baju, tetapi baju besi itu sangat mengganggu pemakainya
selain menimbulkan panas pada badan dan membatasi gerak. Tetapi, baju besi
yang dibuat Daud, karena besinya telah menjadi lunak, jauh berbeda dengan baju
besi biasa. Baju besi itu dibuat seperti gulungan-gulungan rantai yang disusun rapi
sehingga baju besi itu mengikuti gerak badan. Dengan demikian, pemakainya
dapat bergerak dengan bebas tanpa merasakan gangguan apa pun. Dengan baju
besi yang lunak itu, Daud dapat membuat alat senjata yang baru untuk
mempertahankan kerajaannya dari serangan musuh.
Kemudian untuk mensyukuri karunia yang diberikan-Nya, Allah
memerintahkan pula supaya Daud dan kaumnya selalu mengerjakan amal saleh
dan mempergunakan segala nikmat yang dikaruniakan Allah itu untuk mencapai
keridaan-Nya. Dia selalu melihat dan mengetahui apa yang dikerjakan oleh
hamba-Nya.

b). Menurut Tafsir Al-Jalalain


Dan kami berfirman pula, (“Buatlah dari besi itu baju besi yang besar-besar
yang menutupi tubuh pemakainya, sehingga terseret ke tanah karena besarnya dan
(ukurlah anyamannya) anyamlah baju besi itu, oleh karenanya pembuat baju besi
dinamakan Sarrad. Maksudnya jadikanlah baju besi itu sehingga sesuai dengan
ukuran pemakainya (dan kerjakanlah oleh kalian) oleh keluarga Daud bersama-
sama Daud sendiri (amalan yang saleh. Sesungguhnya Aku melihat apa yang
kalian kerjakan.”) maka, Aku akan membalasnya kepada kalian.

c). Menurut Tafsir Quraish Shihab


Kami mewahyukan kepadanya untuk membuat baju besi yang bakal menjadi
pelindung dari keganasan musuh dan memperkuat ikatannya dengan rantai. Kami
katakan kepadanya dan kepada para pengikutnya, “Kerjakanlah sesuatu yang
mendatangkan manfaat, bagi diri kalian sendiri dan bagi orang lain! Sungguh

16
Kami Maha Mengetahui apa yang kalian lakukan dan tidak satu pun perbuatan
kalian yang samar bagi Kami.”

d). Menurut Tafsir Ibnu Katsir


Firman Allah Swt.: “Buatlah baju besi yang besar-besar”. (Saba’:11) Yaitu baju-
baju besi yang dianyam lagi besar-besar.
Qatadah mengatakan bahwa Daud adalah orang yang mula-mula membuat baju
besi dengan dianyam. Dan sesungguhnya sebelum itu baju besi-hanya berupa
lempengan-lempengan.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnul
Husain, telah menceritakan kepada kami Ibnu Sama’ah, telah menceritakan
kepada kami Ibnu Damrah, dari Ibnu Syauzab yang mengatakan bahwa Daud a.s.
setiap hari dapat membuat sebuah baju besi, lalu ia menjualnya dengan harga
enam ribu dirham, dua ribu untuk dirinya dan keluarganya, sedangkan yang empat
ribu dia belikan makanan pokok untuk memberi makan kaum Bani Israil.
“Dan ukurlah anyamannya”. (Saba’:11)
Ini merupakan petunjuk dari Allah Swt. Kepada Daud dalam mengajarinya
cara membuat baju besi. Mujahid telah mengatakan sehubungan dengan makna
firman-Nya: dan ukurlah anyamannya. (Saba’:11) Janganlah kamu menjadikan
pakunya kecil karena akan membuatnya longgar pada lingkaran. Jangan pula
kamu menjadikannya besar karena mengalami keausan, tetapi pakailah paku yang
berukuran sedang.
Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa yang
dimaksud dengan as-sard ialah lingkaran besi. Sebagian dari mereka mengatakan
bahwa bila dikatakan baju besi yang dianyam, istilah Arabnya ialah dar’un
masrudah. Sebagai dalilnya ialah ucapan seorang penyair yang mengatakan:
“Keduanya memakai baju besi yang dianyam, sebagaimana baju besi buatan Nabi
Daud atau baju besi yang biasa dipakai oleh Tubba” (buatan negeri Yaman).
Al-Hafiz Ibnu Asakir mengatakan dalam biografi Daud a.s. melalui jalur
Ishaq ibnu Bisyr yang di dalamnya terdapat kisah dari Abul Yas, dari Wahb ibnu
Munabbih, yang kesimpulannya seperti berikut:
Bahwa Daud a.s. keluar dengan menyamar, lalu ia menanyakan tentang
dirinya kepada kafilah-kafilah yang datang. Maka tidaklah ia menanyai seseorang,

17
melainkah orang tersebut memujinya dalam hal ibadah dan sepak terjangnya.
Wahb ibnu Munabbih melanjutkan, bahwa pada akhirnya Allah mengutus
malaikat dalam rupa seorang lelaki. Kemudian lelaki itu dijumpai oleh Daud a.s.,
lalu Daud menanyakan kepadanya dengan pertanyaan yang biasa ia kemukakan
kepada orang lain. Maka malaikat itu menjawab, “Dia adalah seorang yang paling
baik buat dirinya sendiri dan buat orang lain, hanya saja di dalam dirinya terdapat
suatu pekerti yang seandainya pekerti itu tidak ada pada dirinya, tentulah dia
adalah seorang yang kamil.” Daud bertanya, “Pekerti apakah itu?” Malaikat
menjawab, “Dia makan dan menafkahi anak-anaknya dari harta kaum muslim.’
Yakni baitul mal.
Maka pada saat itu juga Nabi Daud a.s. menghadapkan diri kepada
Tuhannya seraya berdoa, semoga Dia mengajarkan kepadanya suatu pekerjaan
yang dilakukan tangannya sendiri sehingga menjadi orang yang berkecukupan dan
dapat membiayai anak-anak dan keluarganya. Lalu Allah melunakkan besi
baginya dan mengajarkan kepadanya cara membuat baju besi. Lalu Daud dikenal
sebagai pembuat baju besi, dia adalah orang yang mula-mula membuat baju besi.
Allah Swt. Telah berfirman: buatlah baju besi yang besar-besar dan ukurlah
anyamannya (Saba’:11) Yang dimaksud dengan sard ialah pakunya lingkaran besi
yang dipakai sebagai anyaman baju besi.
Wahb ibnu Munabbih mengatakan bahwa Daud bekerja sebagai pembuat
baju besi. Apabila telah selesai, maka ia jual, sepertiga dari hasil penjualan itu dia
sedekahkan, sepertiganya lagi ia belikan keperluan hidup untuk mencukupi
keluarga dan anak-anaknya, sedangkan yang sepertiganya lagi ia pegang untuk ia
sedekahkan setiap harinya, hingga selesai dari membuat baju besi lainnya.
Wahb ibnu Munabbih melanjutkan bahwa sesungguhnya Allah telah
memberi sesuatu kepada Daud yang belum pernah Dia berikan kepada orang lain,
yaitu berupa suara yang bagus. Disebutkan bahwa sesungguh-nya apabila Daud
membaca kitab Zabur, maka semua hewan liar berkumpul kepadanya, sehingga
Daud dapat memegang lehernya, sedangkan hewan liar itu tidak lari darinya
(jinak). Dan tidaklah setan membuat seruling dan alat musik tiup lainnya,
melainkan berdasarkan nada suara yang dikeluarkan oleh Daud a.s. Dan Nabi
Daud a.s. adalah seorang yang tekun dan pekerja keras. Dan tersebutlah bahwa
apabila ia membuka kitab Zabur untuk dibacanya, maka suaranya seakan-akan

18
seperti suara buluh perindu. Disebutkan bahwa Daud telah dianugerahi tujuh
puluh suara buluh perindu di tenggorokannya.

E. Tafsir Surah Al-Kahfi Ayat 96


‫صدَفَي ِْن قَا َل ا ْنفُ ُخ ْوا‬َّ ‫س ٰاوى بَيْنَ ال‬ َ ‫ٰات ُ ْونِ ْي ُزبَ َر ْال َح ِد ْي ِۗد َحتٰى اِذَا‬
‫ط ًرا‬ْ ِ‫علَ ْي ِه ق‬
َ ‫غ‬ ْ ‫َارا قَا َل ٰات ُ ْونِ ْي ا ُ ْف ِر‬
ً ‫ا ۗۗ َحتٰى اِذَا َج َعلَه ن‬

Artinya: Berilah aku potongan-potongan besi”. Hingga apabila besi itu telah
sama rata dengan kedua (puncak) gunung itu, berkatalah Dzulkarnain: “Tiuplah
(api itu)”. Hingga apabila besi itu sudah menjadi (merah seperti) api, diapun
berkata: “Berilah aku tembaga (yang mendidih) agar aku kutuangkan ke atas
besi panas itu”. (QS. Al-Kahfi ayat 96)

a). Menurut Tafsir Kemenag


Zulkarnain berkata “Bawalah kepadaku potongan-potongan besi.” Dan
setelah mereka membawa potongan-potongan besi itu, lalu Zulkarnain merangkai
dan memasang besi-besi itu sehingga tingginya sama rata dengan kedua puncak
gunung itu. Lalu ia berkata kepada pekerja-pekerjanya, “Gerakkanlah alat-alat
peniup angin untuk menyalakan api dan memanaskan besi-besi itu.” Sehingga
bilamana besi itu telah merah seperti api, maka dia berkata pula, “Sekarang
berilah aku tembaga yang mendidih agar kutuangkan ke atas besi yang panas itu,”
sehingga lubang-lubangnya tertutup rapat dan terbentuklah sebuah benteng besi
yang kokoh dan kuat.

b). Menurut Tafsir Al-Jalalain


“(Berilah aku potongan-potongan besi)” sebesar bata kecil yang akan
dijadikan sebagai bahan bangunan tembok lalu Zulkarnain membangun tembok
penghalang itu daripadanya, dan dia memakai kayu dan batu bara yang
dimasukkan di tengah-tengah tembok besi itu. (Sehingga apabila besi itu telah
sama rata dengan kedua puncak gunung itu) lafal Shadafaini dapat dibaca
Shudufaini dan Shudfaini, artinya sisi bagian puncak kedua bukit itu telah rata
dengan bangunan, kemudian dibuatkannyalah peniup-peniup dan api sepanjang
bangunan tembok itu (berkatalah Zulkarnain, “Tiuplah api itu)” lalu api itu
mereka tiup (Hingga apabila besi itu menjadi) berubah bentuknya menjadi

19
(merah) bagaikan api (dia pun berkata, “Berilah aku tembaga yang mendidih agar
kutuangkan ke atas besi panas itu)” maksudnya tembaga yang dilebur. Lafal
Aatuunii dan lafal Ufrigh merupakan kedua Fi’il yang saling berebutan terhadap
Ma’mulnya, kemudian dibuanglah Ma’mul dari Fi’il yang pertama karena
beramalnya Fi’il yang kedua. Selanjutnya tembaga yang sudah dilebur itu
dituangkan ke atas besi yang merah membara, sehingga masuklah tembaga itu ke
dalam partikel-partikel potongan besi, akhirnya kedua logam itu menyatu.

c). Menurut Tafsir Ibnu Katsir


Az-zubur bentuk jamak dari zabrah, artinya potongan besi. Demikianlah
menurut apa yang dikatakan oleh Ibnu Abbas, Mujahid, dan Qatadah, potongan
besi itu akan dijadikan sebagai batanya. Menurut suatu riwayat, berat setiap
potongan besinya adalah satu kuintal Damaskus atau lebih.
Hingga apabila besi itu telah sama rata dengan kedua (puncak) gunung itu.
Yakni setelah potongan-potongan besi itu disusun mulai dari pondasinya, hingga
ketinggiannya sama rata dengan puncak kedua bukit seraya menutup celah yang
ada di antara keduanya, para ulama berbeda pendapat tentang tinggi dan lebar
dinding tersebut, banyak pendapat mengenainya di kalangan mereka. Berkatalah
Zulqarnain, “Tiuplah (api itu).” Maksudnya, nyalakanlah api untuk membakarnya,
hingga manakala dinding besi itu telah menjadi api.…dia pun berkata, “Berilah
aku tembaga (yang mendidih) agar kutuangkan ke atas besi panas itu.”
Ibnu Abbas, Mujahid, Ikrimah, Ad-Dahhak, Qatadah, dan As-Saddi
mengatakan bahwa yang dituangkan itu adalah tembaga, sebagian dari mereka
menambahkan tembaga yang telah dilebur, dengan berdalilkan firman Allah Swt.:
“Dan Kami alirkan cairan tembaga baginya”. (Saba’:12) Karena itulah maka
bendungan ini diserupakan dengan kain burdah yang berlurik (bergaris).
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Bisyr ibnu Yazid,
telah menceritakan kepada kami Sa’id, dari Qatadah yang mengatakan, “Pernah
diceritakan kepada kami (para Tabi’in) bahwa seorang lelaki berkata kepada
Rasullullah Saw., “Wahai Rasulullah Saw., sesungguhnya saya telah melihat
bendungan Ya-juj dan Ma-juj.” Nabi Saw. Bersabda, “Kalau begitu,
gambarkanlah keadaannya kepadaku!”. Lelaki itu berkata, “Dari kejauhan tampak
bentuknya seperti kain burdah yang bergaris, yakni garis hitam dan garis merah.”

20
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Islam adalah agama yang menjunjung tinggi peran akal dalam mengenal
hakikat segala sesuatu. Begitu pentingnya peran akal, sehingga bahkan dikatakan
bahwa tak ada agama bagi orang yang tak berakal, dengan akal yang telah
sempurna itulah maka Islam diturunkan ke alam semesta.
Islam melalui Al-Qur’an mendorong manusia untuk selalu menggali ilmu
pengetahuan dan teknologi, agar supaya dapat membimbing dirinya dalam
kehidupan baik di dunia maupun di akhirat kelak.
Selain itu konsep paling dasar dalam Islam adalah membaca dan menulis
yang pada akhirnya merupakan modal pokok dalam mengembangkan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Allah akan lebih meninggikan derajat orang-orang yang beriman serta
berilmu pengetahuan, dibandingkan dengan orang-orang yang hanya sekedar
beriman saja.Dan Allah juga akan meninggikan tempat bagiorang-orang yang
berilmu disurganya dan menjadikan mereka di dalam surga termasuk orang-orang
yang berbakti tanpa kekhwatiran dan kesedihan. Mencari ilmu adalah sebuah
kewajiban bagi umat manusia dan mengamalkannya juga merupakan ibadah.
Semakin tinggi ilmu yang dikuasai, semakin takut pula kepada Allah SWT
sehingga dengan sendirinya akan mendekatkan diri kepada-Nya.

B. SARAN

Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan masih
sangat jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik
dan saran tentang pembahasan dan penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi para pembaca.

21
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya jilid VIII. Jakarta:
Lentera Abadi, 2010
Nata, abuddin, Tafsir Ayat-ayat Pendidikan. Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada,2012
Shihab, M.Quraish, Tafsir Al-Misbah vol. 13. Jakarta: Lentera Hati, 2007
Sosioteknologi, 10 April, Volume 22, pp. 1043-1046.
M. Nasib ar- Rifa’I, Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir, jilid IV, (Jakarta: Gema Insani
Press, 2000), hlm. 762-763
Purwanto, Y., 2011. Islam Mengutamakan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.
Jurnal

22

Anda mungkin juga menyukai