DIBUAT OLEH :
KELOMPOK 2
NURFADILAH 90100120101
HUSNUL KHATIMAH SYARIF 90100120097
RATI TIAR 90100120113
ANDI ALUNG 90100120108
MUH. SYAHIDIN 90100120092
FIRMANSYAH 90100120116
INDRIANI 90100119145
TAHUN 2023
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat ALLAH SWT Yang Mahakuasa karena telah memberikan
kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya
lah penulis dapat menyelesaikan makalah berjudul “STANDAR MUTU PRODUK
OLAHAN ” dengan tepat waktu.
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas dari dosen pada mata kuliah “PRODUK
HALAL” di UIN Alauddin Makassar. Selain itu, penulis juga berharap agar makalah ini
dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang standar mutu produk olahan.
Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang sudah
membantu kami dalam proses penyelesaian makalah ini. Tugas yang telah diberikan ini dapat
menambah pengetahuan dan wawasan bagi pembaca yang ingin mengetahui tentang Standar
Mutu Produk Olahan tersebut.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu. Kritik
dan Saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.
Kelompok 2
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................ iii
DAFTAR ISI............................................................................................................................ iv
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................... 1
A. Simpulan ......................................................................................................................... 9
B. Saran ............................................................................................................................... 9
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini globalisasi telah menjangkau berbagai aspek kehidupan.
Sebagai akibatnya persainganpun semakin tajam. Demikian halnya perusahaan-
perusahaan yang bergerak di bidang produksi pangan, apabila ingin memiliki
keunggulan dalam skala global, maka perusahaan-perusahaan tersebut harus mampu
melakukan setiap pekerjaan secara lebih baik dalam rangka menghasilkan produk
pangan berkualitas tinggi dengan harga yang wajar dan bersaing. Hal ini berarti agar
perusahan atau industri pangan mampu bersaing secara global diperlukan kemampuan
mewujudkan produk pangan yang memiliki sifat aman (tidak membahayakan), sehat
dan bermanfaat bagikonsumen.
Keamanan pangan, masalah dan dampak penyimpangan mutu, serta
kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dalam pengembangan sistem mutu
industri pangan merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah, industri dan
konsumen, yang saat ini
sudah harus memulai mengantisipasinya dengan implementasi sistem mutu
pangan.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian mutu pangan ?
2. Bagaimanakah penerapan konsep mutu pangan ?
3. Apa sajakah cakupan dalam standarisasi mutu pangan ?
4. Bagaimanakah upaya yang dilakukan untuk menjaga kualitas produk pangan ?
C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui pengertian mutu pangan
2. Mengetahui penerapan konsep mutu pangan
3. Mengetahui cakupan standarisasi mutu pangan
4. Mengetahui upaya untuk menjaga kualitas produk pangan
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
B. PENERAPAN KONSEP MUTU PANGAN
Penerapan kosep mutu di bidang pangan dalam arti luas menggunakan penafsiran
yang beragam. Kramer dan Twigg (1983) menyatakan bahwa mutu merupakan gabungan
atribut produk yang dinilai secara organoleptik (warna, tekstur, rasa dan bau). Hal ini
digunakan konsumen untuk memilih produk secara total. Gatchallan (1989) dalam Hubeis
(1994) berpendapat bahwa mutu dianggap sebagai derajat penerimaan konsumen terhadap
produk yang dikonsumsi berulang (seragam atau konsisten dalam standar dan spesifikasi),
terutama sifat organoleptiknya. Juran (1974) dalam Hubeis (1994) menilai mutu sebagai
kepuasan (kebutuhan dan harga) yang didapatkan konsumen dari integritas produk yang
dihasilkan produsen. Menurut Fardiaz (1997), mutu berdasarkan ISO/DIS 8402–1992
didefinsilkan sebagai karakteristik menyeluruh dari suatu wujud apakah itu produk, kegiatan,
proses, organisasi atau manusia, yang menunjukkan kemampuannya dalam memenuhi
kebutuhan yang telah ditentukan.
Kramer dan Twigg (1983) mengklasifikasikan karakteristik mutu bahan pangan
menjadi dua kelompok, yaitu : (1) karakteristik fisik/tampak, meliputi penampilan yaitu
warna, ukuran, bentuk dan cacat fisik; kinestika yaitu tekstur, kekentalan dan konsistensi;
flavor yaitu sensasi dari kombinasi bau dan cicip, dan (2) karakteristik tersembunyi, yaitu
nilai gizi dan keamanan mikrobiologis. Berdasarkan karakteristik tersebut, profil produk
pangan umumnya ditentukan oleh ciri organoleptik kritis, misalnya kerenyahan pada kripik.
Namun, ciri organoleptik lainnya seperti bau, aroma, rasa dan warna juga ikut
menentukan. Pada produk pangan, pemenuhan spesifikasi dan fungsi produk yang
bersangkutan dilakukan menurut standar estetika (warna, rasa, bau, dan kejernihan), kimiawi
(mineral, logam–logam berat dan bahan kimia yang ada dalam bahan pangan), dan
mikrobiologi ( tidak mengandung bakteri Eschericia coli dan patogen).
Kadarisman (1996) berpendapat bahwa mutu harus dirancang dan dibentuk ke dalam
produk. Kesadaran mutu harus dimulai pada tahap sangat awal, yaitu gagasan konsep produk,
setelah persyaratan–persyaratan konsumen diidentifikasi. Kesadaran upaya membangun mutu
ini harus dilanjutkan melalui berbagai tahap pengembangan dan produksi, bahkan setelah
pengiriman produk kepada konsumen untuk memperoleh umpan balik. Hal ini karena upaya–
upaya perusahaan terhadap peningkatan mutu produk lebih sering mengarah kepada kegiatan–
kegiatan inspeksi serta memperbaiki cacat dan kegagalan selama proses produksi. Cakupan
standarisasi mutu pangan adalah sebagai berikut:
➢ Nama produk pangan yang baku
➢ Klasifikasi mutu harus didukung dengan kriteria dan istilah yang diuraikan secara
jelas dan pasti
➢ Jaminan keamanan biologis (hayati), kemis, fisis dan kehalalan
➢ Metode sampling untuk pengujian atribut mutu
3
➢ Metode pengujian/analisa
➢ Bahan dan cara pengemas
➢ Labeling
4
Sistem standarisasi mutu memuat kebijakan mutu, standarisasi mutu oleh instansi,
cara pengendalian mutu, cara analisa dan jaminan mutu. Secara umum standarisasi mutu
memiliki tujuan sebagai berikut:
a. Mencapai kepastian mutu.
b. Mencapai keseragaman atau konsistensi mutu.
c. Memperlancar transaksi dalam perdagangan.
d. Memberi pedoman mutu kepada semua pihak yang terlibat dengan komoditi.
e. Bahan pembinaan mutu.
f. Melindungi konsumen.
Dengan demikian standarisasi mutu yang jelas harus mempunyai spesifikasi tertentu
sebagai tolak ukur kesesuaian.
Pada Pasal 29 PP tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan menjelaskan bahwa
"Kepala badan yang bertanggung jawab di bidang standardisasi nasional menetapkan standar
mutu pangan yang dinyatakan sebagai Standar Nasional Indonesia sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku". Pada Pasal 30 PP tentang Keamanan, Mutu dan Gizi
Pangan menjelaskan lebih lanjut mengenai standarisasi mutu pangan yaitu :
1) Standar Nasional Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 dapat diberlakukan
secara wajib dengan mempertimbangkan keselamatan, keamanan, kesehatan masyarakat
atau pelestarian lingkungan hidup dan/atau pertimbangan ekonomis harus memenuhi
standar mutu tertentu.
2) Pemberlakuan Standar Nasional Indonesia secara wajib sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilakukan oleh Menteri yang bertanggung jawab di bidang perindustrian, pertanian,
perikanan, atau Kepala Badan sesuai dengan bidang tugas dan kewenangan masing-
masing berkoordinasi dengan Kepala Badan yang bertanggung jawab di bidang
standardisasi nasional.
3) Hal-hal yang berkaitan dengan penerapan dan penilaian kesesuaian terhadap Standar
Nasional Indonesia yang diberlakukan secara wajib sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
4) Setiap orang yang memproduksi atau mengedarkan jenis pangan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) wajib memenuhi Standar Nasional Indonesia sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
5
1.Dokumentasi Sistem Mutu
Perusahaan harus membangun dan mempertahankan suatu sistem mutu tertulis
(terdokumentasi), dengan pengertian hal ini akan menjamin produk-produknya sesuai dengan
persyaratan tertentu. Sistem mutu tertulis ini membuat jaminan mutu bersifat lebih
melembaga sebab dokumentasi ini dilakukan menyeluruh terhadap pedoman, prosedur dan
instruksi kerja.
Sistem mutu tertulis bukan sekedar merupakan sesuatu yang diinginkan saja tetapi
harus dikerjakan di lapangan. Sistem mutu terdiri dari manual, prosedur, instruksi kerja,
format-format dan record. Penulisan sistem mutu sebaiknya melibatkan semua karyawan
karena mereka nantinya yang akan mengerjakan dan hasil kerjanya mempengaruhi mutu
produk yang dihasilkan perusahaan.
2. Pengendalian Rancangan
Mutu produk sejak awal tergantung kepada rancangan produk tersebut. Tanpa
merancang mutu kedalam suatu produk, akan sulit mencapai mutu tersebut selama produksi.
Tujuan utama seorang perancang adalah menciptakan suatu produk yang dapat memuaskan
kebutuhan pelanggan secara penuh yang dapat diproduksi pada tingkat harga yang bersaing.
Dengan demikian, proses perancangan yang meliputi perencanaan, verifikasi, kaji ulang,
perubahan dan dokumentasi menjadi sangat penting, terutama untuk produk-produk yang
mempunyai rancangan rumit dan memerlukan ketelitian.
3. Pengendalian Dokumen
Dalam penerapan sistem standar jaminan mutu, perusahaan dituntut untuk menyusun
dan memelihara prosedur pengendalian semua dokumen dan data yang berkaitan dengan
sistem mutu. Tujuan pengendalian dokumen adalah untuk memastikan bahwa para pelaksana
tugas sadar akan adanya dokumen-dokumen yang mengatur tugas mereka. Perusahaan harus
menjamin seluruh dokumen tersedia pada titik-titik dimana mereka dibutuhkan.
4. Pengendalian Pembelian
Pembelian bahan hampir seluruhnya berdampak kepada mutu produk akhir sehingga
harus dikendalikan dengan baik. Perusahaan harus memastikan bahwa semua bahan dan jasa
yang diperoleh dari sumber-sumber di luar perusahaan memenuhi persyaratan yang
ditentukan.
6
terhadap pencegahan kerusakan pemeliharaan, penyimpangan, penanganan dan
penggunaannya selama barang tersebut dalam tanggung jawabnya.
7. Pengendalian Proses
Pengendalian proses dalam sistem standar jaminan mutu mencakup seluruh faktor
yang berdampak terhadap proses seperti parameter proses, peralatan, bahan, personil dan
kondisi lingkungan proses. Inspeksi dan Pengujian Meskipun penekanan pengendalian mutu
telah beralih pada kegiatan-kegiatan pencegahan dalam tahap sebelum produksi
(perancangan, rekayasa proses dan pembelian) inspeksi dengan intensitas tertentu tidak dapat
dihindari dalam sistem mutu.
7
Dalam sistem produksi harus dapat disingkirkan produk-produk yang tidak sesuai.
Sistem standar jaminan mutu mempersyaratkan perusahaan mempunyai prosedur tertulis
untuk mencegah terkirimnya produk-produk yang tidak sesuai kepada konsumen. Jika produk
yang tidak sesuai terdeteksi pada tahap produksi, prosedur yang ada harus tidak membiarkan
produk tersebut diproses lebih lanjut.
8
BAB III
KESIMPULAN
A. Simpulan
Standar mutu produk olahan sangat penting untuk menjaga kualitas dan keamanan
produk yang dihasilkan. Dalam mengimplementasikan standar mutu produk olahan, perlu
dilakukan pengawasan dan pengendalian secara ketat dari awal produksi hingga produk siap
untuk dikonsumsi oleh masyarakat.
Makanan adalah tiap bahan yang diedarkan sebagai bahan makanan manusia, termasuk
bahan tambahan dalam makanan. Mutu pangan adalah kesesuaian antara karakteristik produk
pangan tertentu dengan kemampuannya dalam memenuhi perannya sebagaimana yang
dikehendaki konsumen. Teknologi pangan adalah teknologi yang mendukung pengembangan
industri pangan dan mempunyai peran yang sangat penting dalam upaya
mengimplementasikan tujuan industri untuk memenuhi permintaan konsumen.Adanya
kelemahan dalam hal pengawasan mutu industri pangan dapat berakibat fatal terhadap
kesehatan konsumen dan kelangsungan industri pangan yang bersangkutan.
B. Saran
Dalam hal ini kami ingin menekankan betapa pentingnya mematuhi standar
mutu dalam produksi makanan dan minuman. Standar mutu tidak hanya membantu
memastikan keamanan dan kualitas produk, tetapi juga dapat meningkatkan reputasi
dan kepercayaan pelanggan terhadap merek dan produk.
Kami juga ingin menyarankan agar perusahaan dan produsen makanan dan
minuman terus mengikuti perkembangan teknologi dan peraturan terbaru untuk
memastikan standar mutu yang lebih tinggi. Hal ini dapat dilakukan dengan
melakukan pengujian berkala dan pemantauan terhadap produk serta memastikan
bahwa semua karyawan terlatih dalam memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan.
Terakhir, kami ingin menekankan bahwa penting bagi semua pihak dalam
industri makanan dan minuman untuk memprioritaskan keamanan dan kualitas
produk demi kesehatan dan kepuasan konsumen. Dengan mematuhi standar mutu
yang ketat, kita dapat membangun industri yang lebih aman dan berkualitas, serta
meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.
9
DAFTAR PUSTAKA
Hayati, Dahliyah, Trisna Yuniarti, and Dian Adhe Bianggo. "Pengenalan Standar Mutu
Dalam Industri Pangan Di Pabrik Tahu, Depok." ABDIKEMAS: Jurnal Pengabdian
Kepada Masyarakat 3.2 Desember (2021): 126-130.
Rina, Ananta. "Sistem manajemen mutu dan keamanan pangan pada perusahaan jasa boga."
Kesmas: Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional (National Public Health Journal) 2.6
(2008): 263-272.
Purwadi, D., & Susilawati, S. (2018). Analisis penerapan standar mutu produk olahan
makanan pada industri kecil menengah (IKM) di Kota Depok. Jurnal Aplikasi
Manajemen, 16(3), 536-544.
Setiawan, A., & Nugroho, A. (2020). Analisis implementasi standar mutu ISO 22000 pada
industri pengolahan makanan ringan di Kota Semarang. Jurnal Teknik Industri, 22(1),
1-9.
Maryanti, E., & Triyono, T. (2019). Analisis implementasi standar mutu pangan (HACCP)
pada industri pengolahan jamu tradisional di Kota Surakarta. Jurnal Kesehatan
Masyarakat, 7(2), 141-148.
10